Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menyebutkan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara

hukum. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan

hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian, ketertiban dan

perlindungan hukum menuntut, antara lain bahwa lalu lintas hukum dalam

kehidupan masyarakat memerlukan adanya alat bukti yang menentukan dengan

jelas hak dan kewajiban seseorang dengan subyek hukum dalam masyarakat.1

Dalam hal pemenuhan prinsip negara hukum tersebut Peranan Notaris

sangat penting dalam membantu menciptakan kepastian dan perlindungan hukum

bagi masyarakat, karena dalam hal ini Notaris sebagai pejabat umum

berwenang untuk membuat akta otentik sebagai alat bukti, sejauh pembuatan

akta otentik tersebut tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.

Untuk memajukan bangsa dan Negara dalam berbagai macam segi

kehidupan kemasyarakatan di Indonesia, Universitas Sriwijaya ikut berkontribusi

dalam menyiapkan tenaga terampil dan profesional dalam bidangnya masing-

masing, yang satu diantaranya dalam bidang kenotariatan yang bertujuan untuk

menghasilkan para Magister Kenotariatan yang cerdas, memiliki keterampilan

professional dan mempunyai keunggulan kompetitif dalam menguasai

1
Dyah Sulstyani, “Penegakan Undang-Undang Jabatan Notaris, Etik dan`Moral
Notaris` dalam Ketahanan Nasional” , diakses dari http://medianotaris.com/ pada tanggal 18
Maret 2016 pukul 23.00 WIB
2

keterampilan kenotariatan serta menjunjung tinggi integritas ilmiah etika profesi,

sehingga mampu bersaing di era globalisasi pada tahun 2017. 2

Pada semester genap di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Program

studi Magister Kenotariatan, mahasiswa wajib melaksanakan kuliah dalam

bentuk Praktek Kerja Profesi yang terdiri dari 2 SKS. Mata Kuliah Praktek Kerja

Profesi ini bertujuan agar mahasiswa dapat menyerap informasi yang berkaitan

dengan praktek kenotariatan, yang meliputi :3

1. Struktur dan manajemen kantor Notaris;

2. Alur pelayanan kantor Notaris/Standar Operasional Pelayanan Kantor

Notaris;

3. Produk umum dan Produk Khusus/ Spesialisasi Pelayanan Kantor

Notaris;

4. Mengamati, mencatat dan mendalami 1 (satu) atau beberapa

permasalahan yang menarik yang dihadapi Notaris dan keempat hal yang

berkaitan dengan praktik Kenotariatan diatas, selanjutnya dituangkan

dalam bentuk Laporan Praktek Kerja Profesi.

Setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah PKP diwajibkan untuk

mengikuti magang di kantor-kantor atau lembaga-lembaga yang terkait dengan

bidang Notaris dan PPAT sesuai dengan keinginan dari mahasiwa. Oleh karena

itu, penulis melakukan Praktek Kerja Profesi di kantor Notaris dan PPAT

THAMRIN AZWARI, S.H. yang beralamat di Jalan Kolonel Atmo Nomor

324, Ilir Timur I, Palembang. Praktek lapangan yang penulis lakukan disusun

2
Pedoman Penyelenggaraan Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya, Tahun Akademik 2012. Hlm. 4.
3
Panduan Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi. Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya,
Tahun Akademik 2014/2015. Hlm. 1.
3

dan diuraikan dalam bentuk karya tulis yang disertai lampiran catatan harian

praktek lapangan.

Notaris berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua

perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-

undangan dan/atau dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan

dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan

akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang

pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain

yang ditetapkan oleh undang-undang.4

Notaris adalah salah satu diantara profesi hukum yang ada. Profesi Notaris

ini tidak diposisikan di dalam struktur legislatif, eksekutif maupun yudikatif.

Notaris berada posisi netral, dikarenakan bila diposisikan di salah satu dari

badan negara tersebut maka Notaris sudah tidak lagi diposisi netral. Notaris

diwajibkan untuk melaksanakan penyuluhan hukum kepada kedua belah pihak

untuk dan atas tindakan hukum yang dilakukan Notaris berdasarkan permintaan

para kliennya (pada saat pembacaan akta). 5

Notaris dilarang untuk memihak kliennya, disebabkan salah satu guna

Notaris adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya suatu masalah di kemudian

hari. Mengingat besarnya tanggung jawab yang disandang oleh seorang Notaris,

maka jabatan Notaris dijalankan oleh mereka yang selain memiliki kemampuan

ilmu hukum yang memadai harus pula dijabat oleh mereka yang beretika dan

berakhlak tinggi.

4
Lihat Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, LN.
No. 3 Tahun 2014, TLN. No. 5491.
5
Fakultas Hukum Universitas Andalas, Loc Cit.
4

Akta notaris berfungsi sebagai alat bukti di kemudian hari6. Akta notaris

sebagai alat bukti agar mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, jika

seluruh ketentuan prosedur atau tata cara pembuatan akta terpenuhi. Jika ada

prosedur yang tidak dipenuhi, dan prosedur yang tidak terpenuhi tersebut dapat

dibuktikan, maka akta tersebut dengan proses pengadilan dapat dinyatakan

sebagai akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah

tangan. Jika sudah berkedudukan seperti itu, maka nilai pembuktiannya

diserahkan kepada hakim.7

Pengabdian seorang Notaris kepada klien yang datang kekantor Notaris

merupakan pelayanan jasa yang memberikan suatu penyuluhan hukum. Apabila

perilaku Notaris tidak disiplin atau melanggar pelaksanaan jabatan Notaris dapat

membawa akibat fatal terhadap akta yang dibuatnya.

Dengan demikian seorang Notaris dalam menjalankan tugasnya harus

mengedepankan prinsip kehati-hatian agar terhindar dari permasalahan yang

berkemungkinan akan timbul pada masa yang akan datang. Untuk itu penulis

termotivasi untuk membuat kedalam bentuk laporan tentang temuan-temuan

yang didapat selama menjalankan Praktek Kerja Profesi (PKP) yang berjudul

“PRAKTEK PEMBUATAN AKTA PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT

DALAM PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERSEROAN TERBATAS

PADA KANTOR NOTARIS/PPAT THAMRIN AZWARI., S.H.”

B. Maksud dan Tujuan Magang

6
Zakaria Mahfuz. 2007. Akta Ambtlelijk dan Fungsi Akta Otentik. Jakarta: Pustaka
Jaya. hlm. 1.
7
Habib Adjie.2009. Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia. Jakarta: CV. Mandar.
hlm 40.
5

Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan laporan Praktek Kerja Profesi

ini adalah :

a. Untuk melaporkan kegiatan-kegiatan selama mengikuti Praktek Kerja Profesi

dikantor Notaris;

b. Untuk mengetahui tugas Notaris yang diatur didalam peraturan perundang-

undangan dan kode etik profesi notaris;

c. Untuk mengetahui praktek hukum kenotariatan di lapangan;

d. Untuk mengetahui prosedur pembuatan akta-akta yang dibuat oleh Notaris,

seperti membuat akta pendirian PT, Akta Berita Acara Rapat Umum

Pemegang Saham, Akta Pernyataan Keputusan Rapat (PKR) pembuatan

surat kuasa, pembuatan akta pendirian Yayasan, pembuatan wasiat dan lain

sebagainya. Dimana dalam pembahasan laporan Praktek Kerja Profesi pada

kesempatan kali ini, penulis mencoba mengkhususkan pada Prosedur

pembuatan akta Pernyataan Keputusan Rapat.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang

Adapun waktu kegiatan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi ini

dilaksanakan dari tanggal 08 Februari 2016 sampai 11 April 2016 selama 2

bulan. Bertempat dikantor Notaris dan PPAT THAMRIN AZWARI, S.H. yang

beralamat di Jalan Kolonel Atmo Nomor 324 Palembang (S.K. Menteri

Kehakiman Republik Indonesia Nomor : C-159.HT.03.01-Tahun.2001 tanggal

04 April 2001), berdasakan surat rekomendasi Fakultas Hukum Universitas

Sriwijaya Program Studi Magister Kenotariatan yang ditandatangani oleh Ketua


6

Program Studi Magister Kenotariatan Dr. Firman Muntaqo, S.H., M.Hum

tanggal 29 Januari 2016 Nomor. 046/UN9.1.2.1/DT/FH/2015.

BAB II

DESKRIPSI TEMUAN LAPANGAN

A. Struktur Manajemen Kantor Notaris

Secara Struktural, Manajemen Kantor Notaris/PPAT dipimpin oleh seorang

Notaris/PPAT, Thamrin Azwari SH. yang bertanggung jawab secara keseluruhan

atas semua kegiatan kantor yang juga dibantu oleh beberapa staff untuk

menjalankan kegiatan kantor. Awal karir beliau adalah menjadi seorang Notaris

yang diangkat dan diambil sumpahnya sebagai Notaris pada tanggal 14 Juni 2006

sebagaimana tertera dalam Surat Keputusan Pengangkatan dari Menteri

Kehakiman Republik Indonesia tanggal 20 April 2006, nomor C-109.HT.03.01-

HT.2006. Kantor Notaris Thamrin Azwari, SH memiliki 6 (enam) karyawan yang

mempunyai pekerjaan pada masing-masing bidang sesuai dengan pengalamannya

masing-masing, antara lain; H. Asmuni, SH, staff PPAT, Afrian, S. Pd, Bendahara,
7

Megawati, admin Notaris, Marini, karyawan Notaris, Sarofi, karyawan Notaris dan

Rusmini, Penjahit Akta.

B. Alur Pelayanan Kantor Notaris/Standar Operasional Pelayanan Kantor

Notaris.

Kantor Notaris/PPAT Thamrin Azwari, S.H. memiliki waktu kerja selama

enam hari kerja yaitu dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu setiap harinya.

Waktu kerja dimulai pada jam 08.30 WIB sampai dengan 16.30 WIB. Waktu

Istirahat makan dan Sholat diberikan kepada semua staff dari jam 12.00 sampai

dengan 13.00. Namun pada hari Jumat waktu istirahat diberikan pada pukul 11.30

hingga pukul 13.00 untuk menghormati karyawan yang ingin melaksanakan sholat

Jumat agar dapat menjalankan ibadah sholat Jum’at.

C. Produk-produk umum dan khusus/Spesialisasi Pelayanan Kantor Notaris.

Kegiatan kantor Notaris/PPAT Thamrin Azwari, SH. terkait dengan

pelayanan hukum kepada masyarakat sebagai salah satu kebutuhan masyarakat

dalam bidang hukum khususnya dalam pembuatan akta-akta baik itu secara

Notariil maupun PPAT berikut dengan proses-proses yang ada dibalik

pembuatan akta-akta tersebut seperti pembayaran pajak-pajak yang dibutuhkan

di kantor-kantor pelayanan pajak maupun di bank-bank sebagai kelengkapan

pembuatan akta yang diminta untuk dibuatkan oleh para pihak, serta proses-

prosesnya di Badan Pertanahan Nasional (BPN). Diantara pelayanan-pelayanan

dan akta yang dibuat secara Notariil baik itu akta otentik maupun akta yang

dibuat dibawah tangan adalah:


8

a. Pendirian Perseroan Terbatas (PT);

b. Pendirian Yayasan;

c. Pendirian Koperasi;

d. Kuasa untuk menjual;

e. Perjanjian Sewa-Menyewa;

f. Perjanjian Jual-Beli;

g. Keterangan Hak Waris;

h. Pengoperan dan Penyerahan Hak;

i. Wasiat;

j. Pendirian CV termasuk perubahannya;

k. Pengakuan Hutang, Perjanjian Kredit, Pemberian hak tanggungan; 

l. Perjanjian Kerja Sama atau Kontrak Kerja;

m. Legalisasi maupun Waarmeking Akta;

Selama melakukan praktek lapangan di Kantor Notaris/PPAT Thamrin

Azwari, Sarjana Hukum beralamat di Jalan Kolonel Atmo Nomor 324 Palembang.

Kegiatan penulis diantaranya:

1). Pengamatan/Observasi

Pengamatan atau observasi adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan

oleh penulis dalam rangka untuk mengumpulkan bahan-bahan pembelajaran

mengenai Praktek Kerja Profesi pada dunia kerja nyata berdasarkan fakta-fakta

yang ada dilapangan baik itu kegiatan yang ada di dalam kantor Notaris/PPAT

maupun diluar kantor sehingga pada masa yang akan datang, penulis dapat
9

menerapkanya pada dunia kerja nyata sebagai seorang yang profesional

pada bidangnya.

2). Diskusi

Penulis melakukan diskusi-diskusi baik dengan Bapak Notaris berkaitan

dengan teori yang di dapat pada perkuliahan dan temuan di lapangan dan juga

penulis juga melakukan maupun diskusi dengan karyawan kantor sebagai

sumber informasi bagi penulis mengenai pekerjaan-pekerjaan kantor,

mengenai teori-teori yang berkaitan dengan dunia kerja yang belum penulis

dapatkan dalam kuliah-kuliah yang diikuti sebelumnya oleh penulis di bangku

perkuliahan. Selain itu penulis juga mendiskusikan mengenai informasi-

informasi yang mendukung penulisan Tugas Akhir ini.


10

BAB III

PRAKTEK PEMBUATAN AKTA PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT

DALAM RANGKA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERSEROAN

TERBATAS

A. Kasus Posisi

Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas. Perseroan terbatas yang selanjutnya disebut

sebagai perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar

yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

Menurut M. Yahya Harahap perseroan merupakan badan hukum buatan

(artificial legal person) yang membedakannya dengan manusia sebagai legal

person yang dilahirkan melalui proses alamiah dan melekat haknya sejak

dilahirkan sampai meninggal dunia. 8 Perseroan sebagai badan hukum diciptakan

dan dilahirkan melalui prosedur sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang

Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Anggaran Dasar perseroan memegang fungsi sangat penting karena

Anggaran Dasar merupakan landasan hukum bagi organ perseroan dalam hal

organ melakukan pengurusan, pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan usaha

perseroan. Setiap kegiatan perseroan yang dilakukan dibatasi selain oleh

peraturan perundang-undangan namun juga aturan internal yang ditentukan

8
M. Yahya Harahap. 2011. Hukum Perseroan Terbatas. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Sinar Grafika. hlm. 53.
11

dalam Anggaran Dasar. Ditentukan bahwa Anggaran Dasar perseroan sekurang-

kurangnya memuat:9

1) Nama dan tempat kedudukan Perseroan;

2) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

3) Jangka waktu berdirinya Perseroan;

4) Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;

5) Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk

tiap klasifikasi,hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal

setiap saham;

6) Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

7) Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

8) Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan

Dewan Komisaris;

9) Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.

Organ perseroan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi,

dan Dewan Komisaris.10 Setiap organ telah diatur hak dan kewajibannya masing-

masing dalam Anggaran Dasar perseroan sehingga apabila suatu perseroan

hendak merubah Anggaran Dasarnya maka diperlukan persetujuan dan atau

pemberitahuan kepada Menteri. Perubahan Anggaran Dasar harus mendapatkan

persetujuan dari RUPS. Hasil RUPS mengenai perubahan Anggaran Dasar

diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan

9
Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106 dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756.
10
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106 dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756.
12

Terbatas harus dimuat dan dinyatakan dalam akta notaris dengan bahasa

Indonesia.11

Kewenangan dalam membuat perubahan Anggaran Dasar perseroan tersebut

telah secara nyata juga disebutkan dalam ketentuan Undang-Undang Jabatan

Notaris. Pasal 15 ayat (1) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

menyebutkan bahwa:

Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,


perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundangundangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan
untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan
akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang.

Akta notaris merupakan akta otentik. Akta otentik yang dibuat notaris

sendiri digolongkan dalam dua (2) jenis akta yaitu:12

1) Akta yang dibuat oleh notaris (akta relaas atau akta pejabat);

Yaitu akta yang dibuat oleh notaris memuat uraian dari notaris suatu

tindakan yang dilakukan atas suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan

oleh notaris, misalnya akta berita acara/risalah rapat RUPS suatu perseroan

terbatas, akta pencatatan budel, dan lain-lain.

2) Akta yang dibuat di hadapan notaris (akta partij).

11
Pasal 19 ayat (1) Juncto Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 106 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756.
12
Hokum Online, Akta Notaris diakses dari www.hukumonline.com/ klinik/detail/
cl1996 / akta -notaris pada tanggal 5 Maret 2016 pukul 23.00 WIB
13

Yaitu akta yang dibuat di hadapan notaris memuat uraian dari apa yang

diterangkan atau diceritakan oleh para pihak yang menghadap kepada

notaris, misalnya perjanjian kredit, dan sebagainya.

Perseroan yang hendak melakukan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana

ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas mengharuskan notaris berperan serta dengan terlibat dalam proses

pembuatan akta dan penyampaian data perubahan kepada Menteri. Berdasarkan

pengamatan penulis di kantor Notaris Thamrin Azwari, S.H. lebih banyak notaris

yang menggunakan jenis partij acte dalam proses perubahan Anggaran Dasar

perseroan. Notaris mendasarkan aktanya dari surat di bawah tangan hasil

pernyataan para pemegang saham dalam RUPS yang kemudian dinyatakan

kembali oleh notaris dalam bentuk akta otentik. Berdasarkan berita acara tersebut

maka dapat terbit akta yang dikenal dengan istilah Akta Pernyataan Keputusan

Rapat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlu

dilakukan penelitian guna mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

Notaris khususnya mengenai “PRAKTEK PEMBUATAN AKTA

PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT DALAM RANGKA PERUBAHAN

ANGGARAN DASAR PERSEROAN TERBATAS”


14

B. Isu Hukum

Dalam laporan Praktek Kerja Profesi ini, terdapat permasalahan isu hukum

yang ditemukan adalah:

1. Bagaimana Prosedur pembuatan Pernyataan Keputusan Rapat dalam

perubahan Anggaran Dasar perseroan Terbatas?

2. Bagaimanakah peran dan tanggung jawab notaris terhadap kebenaran Akta

Pernyataan Keputusan Rapat dalam perubahan Anggaran Dasar perseroan

Terbatas?

C. Posedur Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Dalam Rangka

Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ perseroan

yang paling tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah dan tujuan

perseroan. RUPS memiliki segala kewenangan yang tidak diberikan kepada

direksi dan komisaris perseroan. RUPS mempunyai hak untuk memperoleh

segala macam keterangan yang diperlukan yang berkaitan dengan

kepentingan dan jalannya perseroan. Kewenangan tersebut merupakan

kewenangan eksklusif (exclusive authority) yang tidak dapat diserahkan

kepada organ lain yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40

tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar”. Wewenang

eksklusif yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas akan ada selama Undang-Undang Nomor 40

tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas belum diubah. Sedangkan wewenang

eksklusif dalam Anggaran Dasar yang disahkan atau disetujui Menteri


15

Kehakiman dapat diubah melalui perubahan Anggaran Dasar sepanjang

tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas.13

Wewenang RUPS tersebut terwujud dalam bentuk jumlah suara yang

dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat digunakan

untuk berbagai maksud dan tujuan diantaranya ialah menyetujui atau

menolak:

a. Rencana perubahan Anggaran Dasar;

b. Rencana penjualan asset dan pemberian jaminan hutang;

c. Pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi dan/atau komisaris;

d. Laporan keuangan yang disampaikan oleh direksi;

e. Pertanggungjawaban direksi;

f. Rencana penggabungan, peleburan dan pengambilalihan;

g. Rencana pembubaran perseroan.14

Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas memberikan pengertian apa yang disebut sebagai Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) yaitu :

Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS,


adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak
diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang
ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.

Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa hal.

Pertama, organ ini berupa rapat. Hal ini yang harus dicermati adalah forum

rapat berbeda dengan individu pemegang saham. Jadi sekalipun seseorang


13
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. 2003. Perseroan Terbatas.Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Hlm. 78.
14
Rachmadi Usman. 2004. Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas.Bandung:
Alumni. Hlm 132
16

misalnya menjadi pemegang saham mayoritas, secara individual tidak

memegang kekuasaan (tertinggi) dalam perseroan. Kekuasaan tertinggi baru

muncul apabila diselenggarakan rapat dan rapat tersebut harus memenuhi

persyaratan formalitas tertentu yang telah diatur dalam Undang-Undang

Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Kedua, kewenangan atau otoritas yang dimiliki oleh forum rapat ini adalah

kewenangan yang tersisa berdasarkan teori residual. Kewenangan ini pada

dasarnya lahir dari status kepemilikan Perseroan yang ada di tangan

pemegang saham. Pemegang saham adalah (bagian) pemilik perseroan.

Secara teoritis sebagai pemilik ia memegang hak untuk melakukan tindakan

apa saja terhadap benda yang dimilikinya. Dalam hal ini kepemilikan

tersebut berupa Perseroan Terbatas, maka pemilik secara bersama-sama

(dalam forum rapat) memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan apa

saja terhadap perseroan terbatas. Dari sinilah sebenarnya kewenangan itu

lahir.

Ketiga, kewenangan yang ada pada forum rapat ini (sebagian) dapat

didelegasikan kepada organ lain, yaitu Direksi atau Dewan Komisaris.

Keleluasaan kewenangan yang didelegasikan dapat diatur dalam Undang-

Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan atau

Anggaran Dasar PT atau melalui keputusan RUPS. Kewenangan yang

didelegasikan sejatinya ada yang bersifat sementara dan ada yang bersifat

tetap. Yang bersifat tetap misalnya, kepengurusan perusahaan (secara

umum) dan fungsi representasi (mewakili perseroan baik di depan


17

pengadilan maupun di luar pengadilan). Sedangkan pendelegasian

kewenangan yang bersifat sementara sewaktu-waktu dapat dicabut.15

2. Risalah Rapat/ Notulen Rapat

Risalah Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat secara di bawah

tangan ini disebut dengan Notulen Rapat atau Risalah Rapat. Cara ini

digunakan oleh direksi sebagai penerima kuasa dan/atau pemegang saham

perseroan, apabila di dalam agenda Rapat Umum Pemegang Saham, hanya

membahas dan memutuskan hal-hal yang terjadi di dalam lingkungan

perseroan sendiri, dan keputusan-keputusan dari Rapat Umum Pemegang

Saham itu tidak memerlukan persetujuan dari atau harus dilaporkan atau

diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia, sehingga menurut pertimbangan dari direksi dan/atau pemegang

saham perseroan terhadap notulen atau risalah rapat umum pemegang saham

tersebut, tidak harus berbentuk akta otentik. Jadi, keputusan rapat yang

diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, yang diselenggarakaan

tanpa kehadiran Notaris, dengan demkian, disebut dengan risalah rapat yang

dibuat di bawah tangan, karena pengambilan keputusan seperti ini dilakukan

tanpa diadakan Rapat Umum Pemegang Saham secara fisik, tetapi

keputusan diambil dengan cara mengirimkan secara tertulis tentang usul

yang akan diputuskan kepada pemegang saham, dan usul tersebut disetujui

secara tertulis oleh pemegang saham, yang dalam praktik, dikenal dengan

15
Tri Budiyono. 2011. Hukum Perusahaan Telaah Yuridis terhadap Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Salatiga: Griya Media. hlm. 148-149
18

usul keputusan yang diedarkan (circular resolution) atau disebut dengan cara

sirkuler.

Akta Risalah Rapat adalah merupakan partij akta, dan pada akta yang

demikian itu kebenaran atas keterangan-keterangan dari para pihak tersebut,

yang hanya pastinya di antara pihak-pihak itu sendiri, sedangkan dalam hal

terjadi sengketa, maka kebenaran tersebut terhadap pihak ketiga,

memerlukan pembuktian materiil yang diserahkan kepada pertimbangan dan

keputusan hakim.

Isi Notulen atau Risalah RUPS tersebut selain memuat tentang hal

yang disepakati dalam RUPS melalui media elektronik, dan juga

memberikan kuasa kepada Dewan Direksi atau Direktur Utama, selaku

pimpinan rapat, yang untuk selanjutnya mengaktekan Notulen atau Risalah

Rapat tersebut, apabila hal ini dianggap perlu. Tetapi, apabila tidak

diperlukan untuk membuat akta berdasarkan Notulen atau Risalah Rapat,

maka Notulen atau Risalah RUPS itu tetap merupakan arsip atau dokumen

perusahaan yang dapat dianggap sebagai alat bukti tentang pelaksanaan

rapat dalam perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997

tentang Dokumen Perusahaan, dikatakan bahwa :

Dokumen Perusahaan adalah data, catatan, dan/atau keterangan yang


dibuat dan/atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan
kegiatannya, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain, maupun
rekaman dalam bentuk corak apa pun yang dapat dilihat, dibaca, dan
didengar.

Dokumen Perusahaan itu terdiri dari dokumen keuangan dan

dokumen lainnya. Dokumen lainnya ini adalah hal-hal lain yang tidak terkait
19

langsung dengan dokumen keuangan yang terdiri dari data atau setiap

tulisan yang berisi keterangan yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan,

dan di dalam penjelasan dari ketentuan tersebut adalah RUPS, Akta

Pendirian, dan Akta Otentik lainnya yang mengandung kepentingan hukum

tertentu.16

Notulen atau Risalah Aturan mengenai Notulen/Risalah RUPS ditegaskan

dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, yakni:

a. Setiap penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan


ditandatangani oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang
pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.
b. Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak disyaratkan
apabila risalah RUPS tersebut dibuat dengan Akta Notaris.

Berpedoman pada Pasal 9 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas tersebut di atas, Risalah RUPS dapat dibuat

dengan 2 cara, yaitu:17

a) Secara di bawah tangan (underhand) yang dibuat dan disusun sendiri

oleh direksi perseroan.

b) Secara akta notaris (akta otentik) yang dibuat dan disusun oleh notaris.

a) Secara di bawah tangan (underhand)

Dalam prakteknya risalah RUPS yang dibuat secara di bawah

tangan bisa disebut notulen atau risalah. Cara ini dipilih oleh direksi

dan/atau pemegang saham perseroan apabila agenda RUPS tahunan

16
Nindyo Pramono.2006. Bunga Rampai Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
2006, hlm. 107-108.
17
Ibid. Hlm. 40
20

hanya membahas dan memutuskan hal-hal yang dianggap hanya

berlaku di dalam lingkungan perseroan sendiri, dan keputusan-

keputusan dari RUPS tersebut tidak memerlukan persetujuan dari atau

harus dilaporkan atau diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonseia, sehingga menurut pertimbangan

Direksi dan/atau para pemegang saham Perseroan Notulen/Risalah

RUPS tersebut tidak harus berbentuk akta otentik.18

b) Penandatangan dengan Akta Notaris

Notulen/Risalah yang dibuat Notaris disebut berita acara. Cara ini

dipilih oleh direksi dan/atau pemegang saham perseroan apabila agenda

RUPS Tahunan tidak hanya membahas dan memutuskan hal-hal yang

hanya berlaku di dalam lingkungan Perseroan sendiri, tetapi juga

memutuskan hal-hal yang harus dimintakan persetujuan dari atau harus

dilaporkan dan diberitahukan kepada Menteri sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 21 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas.

1) Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan

Menteri.

2) Perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi:

a. nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan;

b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

c. jangka waktu berdirinya Perseroan;

d. besarnya modal dasar;


18
ibid.
21

e. pengurangan modal

f. ditempatkan dan disetor; dan/atau

g. status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau

sebaliknya.

3) Perubahan anggaran dasar selain sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) cukup diberitahukan kepada Menteri.

Notulen Rapat yang terlampir dalam Laporan Magang Praktik Kerja Profesi

ini merupakan Notulen Rapat RUPS Luar Biasa yang dibuat di bawah

tangan. Karena agenda yang dilaksanakan dalam rapat tersebut yaitu terkait

tentang mengalihan saham dan pergantian Direksi serta Komisaris dalam

Perseroan.

3. Prosedur Pembuatan Risalah Rapat/ Notulen Rapat Rapat Umum

Pemegang Saham Luar Biasa di Bawah Tangan

Dalam prakteknya risalah RUPS yang dibuat secara dibawah tangan

biasa disebut Notulen atau Risalah. Cara ini dipilih oleh direksi dan/atau

pemegang saham perseroan apabila agenda RUPS tahunan hanya membahas

dan memutuskan hal-hal yang dianggap hanya berlaku di dalam lingkungan

perseroan sendiri, dan keputusankeputusan dari RUPS tersebut tidak

memerlukan persetujuan dari tetapi hanya dilaporkan atau diberitahukan

kepada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sehingga menurut

pertimbangan Direksi dan/atau para pemegang saham Perseroan

Notulen/Risalah RUPS tersebut tidak harus berbentuk akta otentik. Karena

pertimbangan itu pula direksi dan/atau pemegang saham perseroan tidak


22

perlu mengundang atau menghadap kepada seorang notaris pada saat RUPS

dilaksanakan.

Dalam Pelaksanaan RUPS dibawah tangan tahapan yang dilaksanakan

yaitu sebagai berikut:

1. Menyusun Bahan Yang Akan Dibicarakan Dalam RUPS Luar

Biasa Oleh Direksi

Persiapan yang harus dilakukan oleh Direksi Perseroan adalah dimulai

dari menyusun bahan yang akan dibicarakan dalam RUPSLB, dimana

Direksi harus mempersiapkan bahanbahan yang akan dibicarakan dalam

RUPSLB dan menyediakan di kantor Perseroan sejak tanggal

pemanggilan RUPS sampai dengan diadakannya RUPSLB. Setelah

Direksi menyusun bahan yang akan dibicarakan dalam RUPSLB,

2. Melakukan Pemanggilan Kepada Para Pemegang Saham

Pemaggilan RUPS kepada para pemegang saham Perseroan harus

sesuai dengan ketentuan Pasal 79 ayat (1) jo Pasal 81 ayat (1) dan (2)

UUPT Nomor 40 tahun 2007. Pemaggilan harus dilakukan oleh Direksi

kepada para pemegang saham perseroan paling lambat 14 (empat belas)

hari sebelum RUPS diselenggarakan, yang dapat dilakukan dengan surat

tercatat dan/atau dengan mengumumkan dalam surat kabar.

Pemanggilan RUPS mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan

mata acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan

dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor perseroan sejak tanggal

dilakukan pemanggilan RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan,

dan direksi wajib memberikan salinan bahan yang akan dibicarakan


23

dalam RUPS tersebut kepada pemegang saham secara cuma-cuma jika

diminta.

Dalam Risalah Rapat/ Notulen Rapat yang terlampir dalam

Laporan Magang Praktek Kerja Profesi ini tidak diadakan pemanggialan

terlebih dahulu melalui surat tercatat. Namun, dalam rapat tersebut hadir

1000 (seribu) saham yang merupakan seluruh jumlah saham yang telah

diambil dan disetor penuh kedalam Perseroan dan dengan demikian

berdasarkan ketentuan pasal 9 ayat 4 rapat yang dilaksanakan sah dan

dapat pengambilan keputusan yang mengikat.

3. Pelaksanaan RUPS Luar Biasa serta Pembuatan Dan

Penandatanganan Notulen/Risalah RUPS Luar Biasa

Pelaksanaan RUPS Luar Biasa pada hari, tanggal, jam dan tempat

yang telah ditentukan sesuai panggilan, dipimpin oleh salah seorang

Anggota Direksi perseroan. Sebelum RUPS dibuka dan dimulai, ketua

RUPS berhak untuk memeriksa jumlah saham perseroan sesuai buku

daftar saham yang diadakan oleh direksi, yang hadir atau diwakili dalam

RUPS, termasuk memeriksa keabsahan surat kuasa yang dibawa oleh

masing-masing wakil pemegang saham yang menguasakan kehadirannya

dalam RUPS.

Pada dasarnya setiap keputusan RUPS seyogyanya diambil

berdasarkan musyawarah mufakat. Apabila keputusan musyawarah untuk

mufakat tidak tercapai, keputusan yang diambil akan menjadi sah jika

disetujui lebih dari 1/2 (seperdua) bagian dari jumlah suara yang

dikeluarkan kecuali Undang-undang dan/atau AD menentukan bahwa


24

keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih

besar.

Pengambilan keputusan RUPS Luar Biasa seperti yang diuraikan

diatas dalam prakteknya biasanya tidak ada kesulitan yang berarti, tidak

banyak perdebatan diantara pemegang saham yang hadir sehingga tidak

memerlukan waktu lama untuk memutuskan segala sesuatu yang

dibicarakan dalam RUPS sesuai kuorum yang dibutuhkan. Hal ini bisa

terjadi karena semua dokumen dan bahan yang dibahas dalam RUPS

telah disediakan sebelumnya oleh direksi sejak tanggal panggilan sampai

dengan hari pelaksanaan RUPS, sehingga memungkinkan peserta RUPS

dapat menelaah sebelumnya secara seksama segala sesuatu yang akan

dibicarakan yang akan dibicarakan dan diputuskan dalam RUPS tahunan

tersebut.

Draft Notulen/Risalah RUPS yang telah disiapkan oleh direksi

yang ternyata sama dengan keputusan yang diambil dalam RUPS maka

ketua rapat dan para pemegang saham yang hadir dapat langsung

menandatangani risalah RUPS tersebut.

4. Akta Pernyataan Keputusan Rapat dalam Perubahan Anggaran Dasar

Perseroan

Notaris yang tidak hadir dalam penyelenggaraan Rapat Umum

Pemegang Saham, sebaiknya dituangkan ke dalam bentuk Akta Otentik

yaitu Akta Penyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. Isi dari

Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, itu pada


25

intinya berisi tentang segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam

Rapat Umum Pemegang Saham yang diikuti, disaksikan, dan didengar yang

secara langsung oleh penandatanganan pada Akta Pernyataan Keputusan

Rapat Umum Pemegang Saham, yang dalam hal ini biasanya ketua atau

pimpinan Rapat Umum Pemegang Saham itu sendiri, yang juga merangkap

selaku salah seorang anggota direksi perseroan.

Ketua Rapat Umum Pemegang Saham atau penerima kuasa dari

Rapat Umum Pemegang Saham itu menyerahkan dokumen Notulen atau

Risalah Rapat Umum Pemegang Saham yang dituangkan ke dalam Akta

Otentik, sehingga pada hakikatnya yang menyatakan adanya keputusan-

keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tersebut adalah penerima kuasa

Rapat Umum Pemegang Saham atau penandatangan Akta Pernyataan

Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, yang sesuai dengan yang

termuat dalam Risalah Rapat Umum Pemegang Saham.

Dalam penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham itu, bahwa

dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, harus

bisa menggambarkan jalannya acara pelaksanaan Rapat Umum Pemegang

Saham. Hal ini dikarenakan akta tersebut merupakan jenis akta yang dibuat

di hadapan Notaris, yang berisi gambaran mengenai kejadian maupun

peristiwa yang terjadi pada acara atau rapat, yang disaksikan tanpa

kehadiran Notaris, maupun juga mengenai hal-hal yang diputuskan oleh

Rapat Umum Pemegang Saham.

Perubahan Anggaran Dasar yang dibuat di bawah tangan, yang

kemudian dinyatakan dalam akta Notaris, disebut dengan “Pernyataan


26

Keputusan Rapat”, yang merupakan “partij akta”, yaitu: akta yang dibuat “di

hadapan” Notaris. Pernyataan Keputusan Rapat tersirat dalam Pasal 21 ayat

(5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ini,

dikatakan bahwa:

“perubahan Anggaran Dasar yang tidak dimuat dalam berita acara rapat
yang dibuat Notaris harus dinyatakan dalam akta Notaris paling lambat
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham.”

Perubahan Anggaran Dasar pada perseroan, yang dilakukan melalui

bentuk yang dikenal dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum

Pemegang Saham ini yang secara umum dilakukan dengan prosedur yang

dimulai dengan pemanggilan rapat semua pemegang saham dari suatu

perseroan. Notaris yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang

akan diselenggarakan tersebut, berdasarkan permintaan dari Direksi atau

Komisaris perseroan. Dengan demikian, pembuatan Akta Pernyataan

Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham dalam perseroan ini, merupakan

akta yang dibuat “di hadapan” Notaris, yang biasa disebut dengan istilah

“partij” akta atau akta pihak.

Isi dari partij akta ini adalah catatan Notaris yang bersifat otentik

mengenai keterangan-keterangan dari para penghadap yang bertindak

sebagai pihak dalam akta yang bersangkutan. Yang termasuk contoh dalam

partij akta, adalah : akta jual beli, akta sewa menyewa, akta perjanjian

kredit, akta perjanjian kawin, akta perjanjian kerja sama, akta hibah, akta

pendirian perseroan terbatas, akta pernyataan keputusan rapat, akta surat

kuasa, akta kemauan terakhir (wasiat), akta perjanjian-perjanjian, dan lain-

lain.
27

Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tersebut,

para pihak yang menjadi komparan dalam akta, dapat mempunyai 3 (tiga)

kedudukan, yaitu :

1. Sebagai anggota Direksi atau Komisaris perseroan;

2. Sebagai pemegang saham perseroan;

3. Sebagai wakil atau kuasa dari orang atau perseroan lain yang merupakan

pemegang saham.

Pembuatan Pernyataan dalam Keputusan Rapat Umum Pemegang

Saham, Notaris harus menyaksikan, mendengar, dan mencatat segala yang

dibicarakan dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham tersebut,

serta untuk itulah, Notaris diminta untuk hadir dalam Rapat Umum

Pemegang Saham tersebut. Hasil dari pencatatan itu akan berbentuk risalah

rapat dalam bentuk akta yang disebut dengan Akta Pernyataan Keputusan

Rapat Umum Pemegang Saham.

Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham yang dilakukan

tanpa kehadiran Notaris, yaitu dengan membuat risalah (notulen rapat) di

bawah tangan yang memuat tentang keputusan rapat yang diputuskan dalam

Rapat Umum Pemegang Saham, dan kemudian dibawa oleh seseorang dari

Perseroan Terbatas yang bersangkutan, berdasarkan kuasa yang diberikan

oleh Rapat Umum Pemegang Saham kehadapan Notaris, untuk selanjutnya

dituangkan kedalam bentuk akta notaris. Dalam cara ini, keputusan Rapat

Umum Pemegang Saham dapat dilakukan dengan cara lain dari rapat, yaitu:

dengan cara mengirimkan secara tertulis usul yang diputuskan kepada

semua pemegang saham, di mana keputusan hanya sah apabila semua


28

pemegang saham menyetujui secara tertulis cara pengambilan keputusan dan

usul tersebut. Cara demikian ini, dikenal dengan cara “sirkuler”, di mana

cara ini tidak dapat dilakukan bagi perseroan yang mengeluarkan saham

yang ditunjuk.

Ada 2 (dua) tata cara pembuatan risalah tersebut di atas, apabila

dikaitkan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, di mana hal ini diatur Pasal 90 Undang–Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang berbunyi sebagai

berikut :

1) “Setiap penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham, risalah


Rapat Umum Pemegang Saham wajib dibuat dan ditandatangani oleh
ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang
ditunjuk dari dan oleh peserta Rapat Umum Pemegang Saham.
2) Tanda tangan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tidak
disyaratkan apabila risalah Rapat Umum Pemegang Saham tersebut
dibuat dengan akta notaris.”

Maka dari pernyataan tersebut di atas, dapat ditafsirkan bahwa adanya

Penjelasan yang terdapat pada Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang memberikan tempat bagi

kedua bentuk akta notaris tersebut, dengan ketentuan penandatanganan oleh

ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk

dari dan oleh peserta Rapat Umum Pemegang Saham yang dimaksud untuk

menjamin kepastian dan kebenaran isi risalah Rapat Umum Pemegang

Saham tersebut.

Jika ada perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang dilakukan,

maka perubahan anggaran dasar itu harus mendapat persetujuan Menteri,


29

sebagaimana hal ini diatur secara tegas dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang berbunyi:

“Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan


Menteri.”

Cara demikian, maka akta notaris yang dihasilkan merupakan akta

dari golongan partij akta atau akta pihak, sebab adanya kedatangan kuasa

dari Perseroan Terbatas tersebut yang datang ke hadapan Notaris yang

menghendaki dibuatnya risalah (notulen rapat atau sirkuler) dalam akta

Notaris. Kemudian dalam praktik, juga terdapat pula Notaris yang untuk

keadaan demikian, tetap meminta penandatanganan akta tersebut, paling

sedikit oleh pemimpin atau ketua rapat tersebut untuk lebih menjamin

kepastian keotentikan akta dan keamanan, khususnya bagi Notaris yang

bersangkutan dalam pembuatan akta.

Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran

Dasar perseroan itu merupakan akta notariil, namun isi dari akta tersebut

tetap merupakan risalah yang dibuat di bawah tangan, seperti halnya akta

penyimpanan (akta depot). Menurut Tan Thong Kie, dalam akta

penyimpanan (akta depot), jika akta yang disimpan adalah akta di bawah

tangan, maka akta itu setelah disimpan tetap sebagai akta di bawah tangan,

sedangkan akta penyimpanannya adalah akta otentik. 19

Kemudian, dalam tata cara tanpa kehadiran Notaris, seperti yang

tersebut di atas, maka akta notaris yang dihasilkan merupakan akta dari

golongan partij akta atau akta pihak, sebab adanya kedatangan kuasa dari

19
Tan Thong Kie. 2000.Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris.Buku
1.Cetakan ke-2.Ichtiar Baru Van Hoeve.Jakarta. hlm. 268.
30

Perseroan Terbatas tersebut ke hadapan Notaris yang menghendaki

dibuatnya risalah (notulen rapat) dalam akta notaris, yaitu: akta yang dikenal

sebagai Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai Perubahan Dasar

Perseroan Terbatas.

Perubahan Anggaran Dasar perseroan yang dilakukan melalui Akta

Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran Dasar

perseroan yang didasarkan atas risalah rapat yang dibuat di bawah tangan,

yang berdasarkan pada Pasal 91 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, yang berbunyi sebagai berikut:

“Pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di


luar Rapat Umum Pemegang Saham dengan syarat semua pemegang
saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan
menandatangani usul yang bersangkutan.”

Cara demikian dikenal dengan cara “sirkuler”, di mana cara ini

berdasarkan Penjelasan Pasal 91 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

“pengambilan keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham”, yang

dalam praktik, dikenal dengan usul keputusan yang diedarkan. Kemudian,

pengambilan keputusan seperti ini dilakukan tanpa diadakan Rapat Umum

Pemegang Saham secara fisik, tetapi keputusan diambil dengan cara

mengirimkan secara tertulis usul yang akan diputuskan kepada semua

pemegang saham dan usul tersebut disetujui secara tertulis oleh seluruh

pemegang saham. Sedangkan, yang dimaksud dengan “keputusan yang

mengikat” adalah keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang sama

dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.


31

Kedua tata cara pengambilan keputusan Rapat Umum Pemegang

Saham tersebut di atas, baik yang berdasarkan Rapat Umum Pemegang

Saham di bawah tangan maupun cara “sirkuler”, Notaris hanya menerima

risalah (notulen rapat atau sirkuler) yang memuat tentang keputusan rapat

yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (yang dilakukan

dengan 2 (dua) cara tersebut), yang telah diselenggarakan tanpa kehadiran

Notaris.

Risalah (notulen rapat atau sirkuler) yang demikian, disebut sebagai

risalah rapat yang dibuat di bawah tangan. Risalah rapat yang dibuat di

bawah tangan tersebut, kemudian dibawa oleh seseorang dari perseroan

yang bersangkutan yang bertindak berdasarkan kuasa yang diberikan oleh

Rapat Umum Pemegang Saham ke hadapan Notaris. Pada umumnya, selain

risalah rapat dan surat kuasa tersebut, maka Notaris harus meminta

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perseroan, terutama akta

pendirian dan akta-akta perubahan Anggaran Dasar perseroan di samping

Daftar Hadir dari Pemegang Saham yang hadir dalam Rapat Umum

Pemegang Saham yang menghasilkan risalah rapat tersebut. Apabila Notaris

telah merasa yakin mengenai keabsahan dokumen-dokumen formalitas,

penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham yang sesuai dengan

ketentuan Anggaran Dasar dan kuasa yang diberikan (jika ada), maka untuk

selanjutnya risalah rapat yang dibuat di bawah tangan tersebut dapat

dituangkan ke dalam bentuk akta notaris yang disebut dengan Akta

Pernyataan Keputusan Rapat mengenai Perubahan Anggaran Dasar

perseroan.
32

Cara demikian, risalah rapat yang dibuat di bawah tangan, lalu

dituangkan dalam bentuk akta notaris, maka akta notaris yang dihasilkan

merupakan akta dari golongan partij akta atau akta pihak, sebab adanya

kedatangan kuasa dari Perseroan Terbatas tersebut yang datang ke hadapan

Notaris yang menghendaki dibuatnya risalah (notulen rapat atau sirkuler)

dalam akta Notaris.

5. Prosedur Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat dalam

Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran

Dasar perseroan itu merupakan akta notariil, namun isi dari akta tersebut tetap

merupakan risalah yang dibuat di bawah tangan, seperti halnya akta

penyimpanan (akta depot). Menurut Tan Thong Kie, dalam akta penyimpanan

(akta depot), jika akta yang disimpan adalah akta di bawah tangan, maka akta

itu setelah disimpan tetap sebagai akta di bawah tangan, sedangkan akta

penyimpanannya adalah akta otentik.20

Adapun proses pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perseroan

ditempuh melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahapan RUPS oleh Perseroan Terbatas

Seperti yang telah diuraikan di paragraf terdahulu, bahwa Rapat Umum

Pemegang Saham Luar Biasa yang tidak dihadiri oleh Notaris maka

semua hasil keputusan rapat di masukkan kedalam Notulen Rapat/

Risalah Rapat yang kemudian di tandatangani oleh para pemegang

saham yang hadir pada pada rapat, atau ditandatangi oleh seluruh

20
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Buku 1, Cetakan ke-2,
?

Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2000, hal. 268.


33

pemegang saham jika Rapat Umum Pemegang Saha Luar Biasa

Tersebut dilakukan secara Sirkuler.

2. Tahapan Pembuatan Akta Pernyataan di Hadapan Notaris

Perubahan Anggaran Dasar perseroan yang dilakukan melalui Akta

Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran Dasar

perseroan yang didasarkan atas risalah rapat yang dibuat di bawah

tangan. Risalah rapat yang dibuat di bawah tangan tersebut, kemudian

dibawa oleh seseorang dari perseroan yang bersangkutan yang bertindak

berdasarkan kuasa yang diberikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham

ke hadapan Notaris. Pada umumnya, selain risalah rapat dan surat kuasa

tersebut, maka Notaris harus meminta dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan perseroan, terutama akta pendirian dan akta-akta perubahan

Anggaran Dasar perseroan di samping Daftar Hadir dari Pemegang

Saham yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang

menghasilkan risalah rapat tersebut serta Akta Pernyataan pengalihan

saham (Penjualan, hibah dan sebagainya) jika dalam rapat tersebut

terdapat agenda pengalihan saham. Apabila Notaris telah merasa yakin

mengenai keabsahan dokumen-dokumen formalitas, penyelenggaraan

Rapat Umum Pemegang Saham yang sesuai dengan ketentuan Anggaran

Dasar dan kuasa yang diberikan (jika ada), maka untuk selanjutnya

risalah rapat yang dibuat di bawah tangan tersebut dapat dituangkan ke

dalam bentuk akta notaris yang disebut dengan Akta Pernyataan

Keputusan Rapat mengenai Perubahan Anggaran Dasar perseroan.


34

3. Tahap Publikasi

Tahap Publikasi dilakukan jika dalam suatu Perseroan Terbatas

melakukan Pengurangan Saham terhadap Perseroannya. Hal ini untuk

melindungi kepentingan pihak yang melakukan kerja sama terhadap

Perseroan Terbatas tersebut.

4. Tahapan Pelaporan atau Permohonan Persetujuan Perubahan Anggaran

Dasar di Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Permohonan persetujuan perubahan AD tertentu diajukan kepada

Menteri, paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal pembuatan akta

notaris yang memuat perubahan AD tersebut, Pemberitahuan Perubahan

AD di luar perubahan AD tertentu, harus disampaikan kepada Menteri,

paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal pembuatan Akta Notaris

yang memuat perubahan AD dimaksud.

Perubahan anggaran dasar Perseroan yang harus mendapatkan

persetujuan Menteri mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya

Keputusan Menteri mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar

Perseroan. Sedangkan perubahan anggaran dasar Perseroan yang

diberitahukan kepada Menteri mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya

surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri.


35

D. Peran Dan Tanggung Jawab Notaris Terhadap Kebenaran Akta

Pernyataan Keputusan Rapat Dalam Perubahan Anggaran Dasar

Perseroan

1. Kekuatan Pembuktian Dari Akta Pernyataan Keputusan Rapat

Mengenai Perubahan Anggaran Dasar Suatu Perseroan Terbatas.

Menurut R. Subekti, yang dimaksud dengan membuktikan ialah

meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang

dikemukakan dalam suatu persengketaan.21

Dalam membuktikan suatu perkara perdata, yang dicari adalah

kebenaran formil, yaitu kebenaran yang didasarkan (sebatas) pada bukti-

bukti yang diajukan oleh para pihak yang berperkara. Oleh karena itu,

umumnya suatu bukti tertulis (surat) atau dokumen memang sengaja dibuat

oleh para pihak untuk kepentingan pembuktian nanti (apabila sampai ada

sengketa).22

Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, menyebutkan alat-

alat bukti terdiri atas :

a. Bukti tulisan;

b. Bukti dengan saksi-saksi;

c. Persangkaan;

d. Pengakuan;

e. Sumpah.

21
Alfaruq. Proses Pembktian di Pengadilan. Diakses https://berbeda14alfaruq.
wordpress.com/ 2011/05/25/ proses-pembuktian-di-pengadilan/ pada tanggal 19 Maret 2016,
pukul 23.00 WIB
22
Hukum Online, Perjanjian Pengikatan Jual Beli sebagai Alat Bukti diakses dari
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53d8fec20b060/perjanjian-pengikatan-jual-beli-
sebagai-alat-bukti pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 23.15 WIB
36

Dari urutan alat bukti di atas, jelas sekali dikatakan bahwa bukti tulisan

merupakan bukti yang utama. Bukti tulisan dapat dibagi dalam dua

golongan, yaitu : akta dan tulisan-tulisan lain.

Sebagai dasar hukum pembedaan macam atau jenis suatu akta, dapat

diketahui dari ketentuan Pasal 1867 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang menentukan bahwa ada dua macam akta, yakni akta otentik dan akta di

bawah tangan. Diantara surat-surat atau tulisan-tulisan yang dinamakan akta,

ada suatu golongan lagi yang mempunyai suatu kekuatan pembuktian

sempurna, yaitu akta otentik. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1870 Kitab

UndangUndang Hukum Perdata, yang berbunyi :

“Suatu akta otentik memberikan diantara para pihak beserta ahliwaris-


ahliwarisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari pada mereka,
suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya.”

Suatu akta dapat dikatakan otentik dan memenuhi kekuatan

pembuktian yang sempurna apabila akta tersebut sah secara formalitas pada

saat pembuatannya, bentuknya maupun materiil isi dari akta tersebut, jika

tidak dipenuhinya hal-hal tersebut maka dapat menyebabkan suatu akta

kehilangan otentisitasnya dan menjadi akta yang dibuat di bawah tangan.

Perbedaan terbesar antara akta otentik dengan akta yang dibuat di bawah

tangan.

Akta PKR mengenai perubahan anggaran dasar merupakan akta

notariil, tetapi isi dari akta tersebut merupakan risalah rapat di bawah

tangan. Untuk akta PKR-nya sendiri dapat dikatakan mempunyai

pembuktian yang mengikat dan sempurna, seperti akta notaris yang bersifat

akta partij.
37

2. Peran dan Tanggung Jawab Notaris Terhadap Kebenaran Akta

Pernyataan Keputusan Rapat Dalam Perubahan Anggaran Dasar

Perseroan

Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan

Anggaran Dasar perseroan yang keberadaannya itu telah memberikan peran

penting bagi eksistensi suatu Perseroan Terbatas sebagai pelaku ekonomi

yang menunjang perkembangan perekonomian di Indonesia. Sebagai

penegasan keberadaannya, Departemen Kehakiman Republik Indonesia

Nomor: C-UM, 01.10-2, tertanggal 12 April 1996, yang ditujukan kepada

seluruh Notaris di Indonesia dalam perihal perubahan Anggaran Dasar

Perseroan Terbatas.

Berdasarkan surat dari Departemen Kehakiman Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-Undangan Nomor: C-UM,

01.10-2, tertanggal 12 April 1996, dikenal 2 (dua) macam Akta Pernyataan

Keputusan Rapat, yaitu :

1) Akta Pernyataan Keputusan Rapat (PKR), yang dibuat berdasarkan


Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) notariil,
dan
2) Akta Pernyataan Keputusan Rapat (PKR), yang dibuat berdasarkan
Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di bawah
tangan.23

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, dikatakan bahwa akta pendirian dan perubahan Anggaran Dasar

ini bisa dibuat secara notariil maupun di bawah tangan, yang diatur sesuai

23
Bambang Rianggono. 2007. Kekuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat (PKR).
Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Hlm.48
38

dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi:

Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat
yang dibuat notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS.

Dalam Surat Petunjuk tersebut pada paragraf terdahulu, dinyatakan agar

perubahan Anggaran Dasar atas Akta Pendirian atau Akta Perubahan

Anggaran Dasar, apabila risalah rapat dibuat secara di bawah tangan, maka

perubahan tersebut dilangsungkan melalui 2 (dua) akta, yaitu :

1) Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran

Dasar perseroan yang harus disetujui oleh Menteri Kehakiman, dan

2) Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran

Dasar perseroan yang cukup dilaporkan.

Berdasarkan Surat Petunjuk tersebut, dapat disimpulkan bahwa

Menteri telah mengeluarkan kebijakan yang memperjelas kedudukan akta

perubahan Anggaran Dasar dalam bentuk Akta Pernyataan Keputusan

Rapat. Hal tersebut dipertegas pula dengan Keputusan Menteri Kehakiman

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tentang M-01-HT.01-10 Tahun

2007 tentang tata cara pengajuan permohonan pengesahan badan hukum dan

persetujuan perubahan anggaran dasar, penyampaian pemberitahuan

perubahan anggaran dasar dan perubahan data perseroan dengan Rahmat

Tuhan Yang Maha Esa Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia, juncto Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum

Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor

: C-01.HT.01.01. Tahun 2003 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan


39

Pengesahan Akta Pendirian dan Persetujuan Akta Perubahan Anggaran

Dasar perseroan, juncto Nomor : C-01.HT.01.04 Tahun 2003 tentang Tata

Cara Penyampaian Laporan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Terbatas juncto Nomor : C-03.HT.01.04 Tahun 2003 tentang Tata Cara

Penyampaian Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Terbatas.

Dalam Pasal 1 angka (2) Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum

Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indobesia

Nomor : C-01.HT.01.01. Tahun 2011, terdapat pernyataan: “Akta perubahan

Anggaran Dasar adalah akta perubahan yang dibuat oleh atau dihadapan

Notaris berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham …,” dan

pada Pasal 1 dari Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum

Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor

: C-01.HT.01.04. Tahun 2003, dan Keputusan Direktur Jenderal

Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor : C-03.HT.01.04. Tahun 2003, terdapat

pernyataan : “Akta perubahan Anggaran Dasar adalah akta perubahan yang

dibuat dihadapan Notaris berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang

Saham ….” Setelah pembuatan akta perubahan, baik dalam bentuk Akta

Risalah Rapat maupun Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai

perubahan Anggaran Dasar perseroan, seperti halnya dalam pengajuan

permohonan pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas kepada Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, serta selanjutnya

permohonan persetujuan dan/atau pelaporan atas perubahan Anggaran Dasar


40

Perseroan Terbatas tersebut, dilakukan pula melalui proses jasa teknologi

informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada

Menteri dengan mengisi format isian, yang harus didahului dengan

pengajuan nama Perseroan, yang diatur dalam Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 9

ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

serta sebaiknya juga didaftarkan pula ke dalam Daftar Perusahaan, sesuai

dengan prosedur ataupun tata cara yang diatur dalam Pasal 9 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.24

Tanggung jawab yang melekat pada notaris lahir dari undang-undang.

Sehubungan dengan kedudukan notaris sebagai pejabat umum yang

melaksanakan tugas publik. Artinya, memberikan pelayanan kepada

masyarakat umum dalam bidang hukum perdata dan notaris juga

memberikan nasehat hukum dan penjelasan mengenai undang-undang serta

akibat hukum kepada pihak-pihak yang akan membuat akta atau meminta

bantuan Oleh karena itu perlu dipahami oleh para notaris dengan sebaik-

baiknya dalam upaya peningkatan profesionalisme, ialah mengenai

tanggung jawab notaris. Hal ini sangat penting, karena adanya pemahaman

yang mendalam mengenai tanggung jawab diharapkan seorang notaris akan

menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Sedangkan menurut Hermien Hadiati Koeswadji, tanggung jawab seorang

notaris dapat dilihat dari segi yuridis dan dari segi etis. Tanggung jawab dari

segi yuridis dapat dibagi dari segi hukum perdata dan hukum pidana. 25

24
Ibid. Hlm. 50.
25
Ibid. Hlm. 58.
41

Masalah tanggung jawab dari segi hukum perdata ini timbul, karena

adanya perjanjian pekerjaan antara notaris dan klien, seperti disebutkan

dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbuyi:

suatu akta otentik ialah suatu akta yg dibuat dlm bentuk yg ditentukan
UU oleh/dihadapan pejabat umum yg berwenang untuk itu di tempat
akta itu dibuat.

Yang secara khusus pelaksanaannya diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang

berbunyi:

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta


autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya

dan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

Tentang Jabatan Notaris yang berbunyi:

Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan,


perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin kepastian tanggal
pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang.

serta Pasal 1909 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

berbunyi:

segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaan atau jabatannya


menurut undang-undang, diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun
hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang pengetahuannya
dipercayahkan kepadanya sebagai demikian.    
42

Dalam kaitannya tanggung jawab pidana, pelanggaran secara formil

peraturan hukum pidana saja tidak cukup untuk dijadikan alasan

menjatuhkan pidana. Pelanggar tersebut juga harus dalam keadaan mampu

bertanggung jawab atau mempunyai kesalahan. Sedangkan tanggung jawab

notaris dari segi etis meliputi ketaatan terhadap sumpah jabatan notaris dan

hal ini merupakan landasan bagi Kode Etik Profesi.

Seorang notaris dapat dimintai pertanggungjawaban atas akta yang

dibuatnya, yaitu pertanggungjawaban secara perdata dan pidana. Secara

perdata, apabila dalam pembuatan akta menimbulkan kerugian bagi para

pihak yang termuat di dalam akta maupun pihak ketiga yang berkepentingan

dengan akta tersebut. Secara pidana, apabila akta yang dibuatnya dinyatakan

palsu atau dinyatakan bahwa apa yang diterangkan dalam akta tersebut

adalah tidak benar. Namun dalam kasus tersebut perlu dipertanyakan apakah

di dalam perbuatan yang dapat dihukum itu notaris mempunyai peran serta,

jika ada sampai seberapa jauh keterlibatan notaris dalam hal tersebut.

Adanya peran serta dari notaris yang bersangkutan di dalam perbuatan yang

dapat dihukum itu harus dibuktikan, maka terhadap notaris yang

bersangkutan hanya dapat diperlakukan ketentuan-ketentuan dalam UUJN.

Sanksi dalam UUJN itu sendiri berlaku dalam hal terjadinya pelanggaran-

pelanggaran terhadap ketentuanketentuan dalam pasal-pasal yang

bersangkutan. Namun demikian tidak berarti bahwa dalam hal terjadinya

pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam pasalpasal lainnya yang

tidak memuat sanksi notaris tidak akan dihukum karena pelanggaran itu.

Pada hakekatnya seluruh pasal-pasal yang ada dalam Undang-Undang


43

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris mengandung sanksi

dengan adanya ketentuan dalam Pasal 84 dan Pasal 85 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang menyatakan

bagi para pihak yang menderita kerugian dapat untuk menuntut penggantian

biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris49 dan selanjutnya notaris yang

bersangkutan dapat dikenai sanksi berupa :

a. Teguran lisan ;

b. Teguran tertulis ;

c. Pemberhentian sementara ;

d. Pemberhentian dengan hormat atau ;

e. Pemberhentian dengan tidak hormat.

Apabila akta yang dibuat oleh notaris telah memenuhi ketentuan-

ketentuan tentang pembuatan akta, dimana syarat formalitas terpenuhi,

isinya tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku, tidak

bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum serta dapat memenuhi

rasa keadilan para pihak atau mereka yang memperoleh hak daripadanya,

maka notaris tidak dapat diminta pertanggungjawabannya terhadap akta

yang telah dibuatnya. Notaris hanya bertanggung jawab terhadap bentuk

akta yang dibuatnya.

Untuk akta notaris mengenai perubahan anggaran dasar suatu

perseroan terbatas, maka kebenaran atas perubahan anggaran dasar

sepenuhnya menjadi tanggung jawab notaris. Hal ini dapat dilihat dalam
44

Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : C-

01.Ht.01.04 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Akta

Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Pasal 8, yang berbunyi :

“Kebenaran akta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas yang


disampaikan baik melalui Sisminbakum maupun sistem manual
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 sepenuhnya menjadi tanggung
jawab notaris”.

Sehubungan dengan Akta PKR mengenai perubahan anggaran dasar

yang dibuat oleh notaris berdasarkan risalah rapat yang dibuat di bawah

tangan, maka notaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas isi dari

akta tersebut. Karena notaris tidak menghadiri rapat umum pemegang saham

yang diadakan untuk mengubah anggaran dasar. Notaris hanya bertanggung

jawab atas pernyataan dan dokumen yang disampaikan oleh penghadap yang

akan membuat akta PKR dengan berdasarkan pada kuasa yang diberikan

kepadanya.

Seorang notaris sebelum membuat Akta PKR harus

memeriksa/meneliti identitas yang dilampirkan, daftar hadir dari para

pemegang saham atau kuasanya yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS), isi risalah rapat yang dibuat di bawah tangan dan bentuk

atau keaslian tanda tangan para peserta rapat, meskipun kebenaran dokumen

dan tanda tangan tersebut menjadi tanggung jawab penghadap sendiri.

Dengan demikian, dari apa yang telah dibahas di atas, dapat ditarik

suatu pengertian bahwa notaris tidak bertanggung jawab atas Akta PKR

yang dibuat olehnya karena isi akta PKR tersebut berdasarkan pada risalah

rapat di bawah tangan dan isi dari risalah rapat tersebut menjadi tanggung
45

jawab para peserta yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS). Notaris hanya bertanggung jawab terhadap bentuk dari akta PKR.
46

BAB. IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab – bab sebelumnya,

maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan dari berbagai jawaban atas

permasalahan yang dibahas oleh penulis dalam laporan parktek kerja lapangan

berikut ini :

1. Prosedur Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perseroan Terbatas

yaitu sebagai berikut:

a. Tahapan RUPS Luar Biasa oleh Perseroan Terbatas yang dilakukan tanpa

dihadiri oleh Notaris maka semua hasil keputusan rapat di masukkan

kedalam Notulen Rapat/ Risalah Rapat yang kemudian di tandatangani

oleh para pemegang saham yang hadir pada pada rapat, atau ditandatangi

oleh seluruh pemegang saham jika Rapat Umum Pemegang Saha Luar

Biasa Tersebut dilakukan secara Sirkuler.

b. Tahapan Pembuatan Akta Pernyataan di Hadapan Notaris dilakukan

melalui Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan

Anggaran Dasar perseroan yang didasarkan atas risalah rapat yang

dibuat di bawah tangan. Risalah rapat yang dibuat di bawah tangan

tersebut, kemudian dibawa oleh seseorang dari perseroan yang

bersangkutan yang bertindak berdasarkan kuasa yang diberikan oleh

Rapat Umum Pemegang Saham ke hadapan Notaris.

c. Tahap Publikasi, Tahap Publikasi dilakukan jika dalam suatu Perseroan

Terbatas melakukan Pengurangan Saham terhadap Perseroannya.


47

d. Tahapan Pelaporan atau Permohonan Persetujuan Perubahan Anggaran

Dasar di Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia.

2. Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran

Dasar perseroan yang keberadaannya itu telah memberikan peran penting bagi

eksistensi suatu Perseroan Terbatas sebagai pelaku ekonomi yang menunjang

perkembangan perekonomian di Indonesia. Sehubungan dengan Akta PKR

mengenai perubahan anggaran dasar yang dibuat oleh notaris berdasarkan

risalah rapat yang dibuat di bawah tangan, maka notaris tidak dapat dimintai

pertanggungjawaban atas isi dari akta tersebut. Karena notaris tidak

menghadiri rapat umum pemegang saham yang diadakan untuk mengubah

anggaran dasar. Notaris hanya bertanggung jawab atas pernyataan dan

dokumen yang disampaikan oleh penghadap yang akan membuat akta

Pernyataan Keputusan Rapat (PKR) dengan berdasarkan pada kuasa yang

diberikan kepadanya.

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang sekiranya dapat dilaksanakan oleh Notaris dalam

pembuatan sebuah akta wasiat yaitu:

1. Pada saat pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat (PKR), Berdasarkan

hasil dari pengamatan, maka penulis mengharapkan seorang Notaris dalam

melaksanakan tugas khususnya dalam hal pembuatan Akta Pernyataan

Keputusan Rapat (PKR) lebih memperhatikan syarat-syarat yang harus


48

dipenuhi sehingga akta Akta Pernyataan Keputusan Rapat (PKR) dapat

berlaku sah sebagai akta otentik.

2. Selain itu, seorang Notaris harus lebih mampu memahami kewajiban-

kewajiban dan tanggungjawabnya dalam membuat Akta Pernyataan

Keputusan Rapat (PKR) yang dibuat dihadapannya sehingga hal tersebut

tidak merugikan si pembuat Pernyataan Keputusan Rapat (PKR) maupun

Notaris itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai