Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu bentuk Emplementasi secara sistematis dan sinkron
antara program pendidikan di perkuliahan dengan program penguasaan keahlian yang
diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung didunia kerja untuk mencapai tingkat
keahlian tertentu.

Disamping dunia usaha, Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) Dapat memberikan keuntungan
pada pelaksanaan itu sendiri yaitu UNIVERSITAS, karena keahlian yang tidak diajarkan di
universitas biasa didapat didunia usaha , sehingga dengan adanya Praktek Kerja Lapangan
( PKL ) dapat meningkatkan mutu yang dapat diarahkan untuk mengembangkan suatu sistem
yang mantap antara dunia pendidikan dan dunia usaha.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Maksud dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) yang diwujudkan dalam kerja
disuatu perusahaan. Selain sebagai salah satu syarat tugas akhir Praktek Kerja Lapangan
( PKL ),Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) juga sebagai kegiatan Mahasiswa untuk mencari
pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya, yang tercermin dalam
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila yang bertujuan meningkatkan kecerdasan,
kreativitas, dan ketrampilan agar dapat menumbuhkan manusia yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas Pembangunan Bangsa dan Negara dalam
pencapaian perekonomian meningkat dan kehidupan yang makmur. Karena pertumbuhan
perekonomian yang meningkat, didukung pula oleh tumbuhnya persaingan dibidang industri
dan teknologi yang memaksa kita untuk ikut terjun kedalam dunia industri, bisnis, dan
perdagangan .

Adapun tujuan diadakan pelaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) antara lain :

1. Untuk memperkenalkan Mahasiswa pada dunia usaha,


2. Menumbuhkan & meningkatkan sikap profosional yang diperlukan Mahasiswa untuk
memasuki dunia usaha,
3. Meningkatkan daya kreasi dan produktifitas tehadap Mahasiswa sebagai persiapan
dalam menghadapi atau memasuki dunia usaha yang sesungguhnya,

1
4. Meluaskan wawasan dan Pandangan Mahaiswa terhadap jenis-jenis pekerjaan pada
tempat dimana Mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ).

1.3 Tujuan dan Kegunaan Laporan Praktek Kerja Lapangan ( PKL )

Laporan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) adalah hasil penulisan Mahasiswa setelah
menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) berdasarkan data yang di peroleh dan
dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah

Adapun tujuan pembuatan laporan ilmiah antara lain:

1. Mendorong Mahasiswa agar mampu mengembangkan atau mengemukakan pikiran


dan pendapatnya serta mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan yang sistematis,
logis, dan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Meningkatkan kreativitas Mahasiswa dalam penulisan yang bersikap objektif dan
ilmiah.
3. Sebagai pertanggung jawaban Mahasiswa yang telah melaksanakan Tugas Praktek
Kerja Lapangan ( PKL ) yang berkaitan dengan program keahliannya masing- masing.
4. Sebagai salah satu bukti bahwa Mahasiswa yang bersangkutan telah melakukan
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1. Pengertian Notaris

Istilah notaris diambil dari nama pengabdinya, notarius, yang kemudian menjadi
istilah/title bagi golongan orang penulis cepat atau stenografer. Notaris adalah salah satu
cabang dari profesi hukum yang tertua di dunia. Jabatan notaris ini tidak ditempatkan di
lembaga eksekutif, legislatif, ataupun yudikatif. Notaris diharapkan memiliki posisi netral,
sehingga apabila ditempatkan di salah satu dari ketiga badan negara tersebut maka notaris
tidak lagi dapat dianggap netral. Dengan posisi netral tersebut, notaris diharapkan untuk
memberikan penyuluhan hukum untuk dan atas tindakan hukum yang dilakukan notaris atas
permintaan kliennya. Dalan hal melakukan tindakan hukum untuk kliennya, notaris juga tidak
boleh memihak kliennya, karena tugas notaris ialah untuk mencegah terjadinya masalah.

2.2. Sejarah Perkumpulan Notaris dan Dasar Hukum Perkumpulan Notaris di Indonesia

Jaman Hindia Belanda sampai Sekarang:

1. Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) yang merupakan wadah perkumpulan/organisasi bagi


para notaris, berdiri semenjak tanggal 01 Juli 1908, diakui sebagai badan hukum
(rechtpersoon) berdasarkan Gouvernements Besluit (Penetapan Pemerintah) tanggal
05 September 1908 Nomor 9, merupakan satu-satunya wadah pemersatu bagi semua
dan setiap orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatannya sebagai Pejabat
Umum. Sebagai Tindak Lanjut dari Sejarah Perkumpulan Notaris. Maka Terbitlah
Aturan Peraturan Perundang-undangan, yakni:
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang telah disahkan
dan diundangkan serta mulai berlaku pada tanggal 6 Oktober 2004;
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Notaris;
4. Berdasarkan ketentuan Anggaran Perkumpulan Notaris yang terakhir telah disahkan
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2-
10221.HT.01.06 Tahun 1995 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia tanggal 7 April 1995 Nomor 28 Tambahan No.1/P-1995, Ikatan Notaris
Indonesia (INI) merupakan satu-satunya wadah organisasi bagi segenap Notaris di
seluruh Indonesia yang berbentuk Perkumpulan yang berbadan Hukum dari Peraturan
Perundang-undangan Hindia Belanda yakni Gouvernements Besluit (Penetapan
Pemerintah) tanggal 05 September 1908 Nomor 9 Tentang Keberadaan Ikatan Notaris
Indonesia (I.N.I) yang merupakan wadah perkumpulan/organisasi bagi para notaris.

2.3 Bagian-bagian Akta

3
Setiap akta di Notaris terdiri dari :

 Awal akta atau Kepala Akta

Awal akta atau Kepala Akta memuat :

a. Judul akta;

b. Nomor akta;

c. Jam, Hari, Tanggal, Bulan dan Tahun;

d. Nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris;

 Badan akta

Badan akta memuat :

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan,


kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan atau orang yang mewakili;

b. Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari penghadap yang
berkepentingan;

c. Nama lengkap tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan jabatan, kedudukan, dan
tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal;

d. Akhiran atau Penutup Akta;

 Penutup Akta

Penutup akta memuat :

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan dan tempat
tinggal dari tiap-tiap saksi akta;

b. Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian
tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan pencoretan atau gantian;

2.4 Menggaris Akta

Tujuan dari Menggaris Akta adalah :


a. Untuk menghindari penambahan huruf serta angka pada Akta;

4
b. Untuk member tanda apabila adanya perubahan yang dapat berupa penambahan,
pencoretan, atau gentian pada Akta.

2.5 Menjahit Akta

Tujuan dari menjahit akta adalah :


a. Agar akta tersusun rapi dari halaman perhalaman;
b. Untuk mempermudah ketika membedakan antara salinan dan Minuta Akta;
c. Untuk mempermudah Menteri Kehakiman ketika melakukan pengawasan terhadap
Notaris.

BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

3.1. Tinjauan umum tentang tugas Notaris

5
Menurut pasal 1 sub 1 disebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta autentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang NO 30 TAHUN 2004 tentang Jabatan Notaris. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Republik
Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian, ketertiban,-dan
perlindungan hukum menuntut, antara lain, bahwa lalu lintas hukum dalam kehidupan
masyarakat memerlukan adanya alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban
seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat.

Akta autentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting
dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam berbagai hubungan
bisnis, kegiatan di bidang perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, dan lain-lain, kebutuhan
akan pembuktian tertulis berupa akta autentik makin meningkat sejalan dengan
berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai hubungan ekonomi dan
sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global.

Melalui akta autentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin
kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa.
Walaupun sengketa tersebut tidak dapat dihindari, dalam proses penyelesaian sengketa
tersebut, akta autentik yang merupakan alat bukti tertulis terkuat dan terpenuh memberi
sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara secara murah dan cepat. Notaris adalah pejabat
umum yang berwenang antuk membuat akta autentik sejauh pembuatan akta autentik tertentu
tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Pembuatan akta autentik ada yang diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum. Selain akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan
saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki
oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus,
bagi masyarakat secara keseluruhan.

Akta autentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang
diberitahukan para pihak kepada Notaris. Namun, Notaris mempunyai kewajiban untuk
memasukkan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris sungguh-sungguh telah dimengerti
dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara membacakannya sehingga menjadi

6
jelas isi Akta Notaris, serta memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap
peraturan perundang-undangan yang terkait bagi para pihak penanda tangan akta. Dengan
demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak
menyetujui isi Akta Notaris yang akan ditandatanganinya.

3.2 Kewenangan, Kewajiban, dan larangan jabatan Notaris

Pasal 15 Undang-undang No 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris mengatur tentang


wewenang notaris sebagai pejabat umum didalam pasal tersebut dinyatakan bahwa Notaris
berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya
itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat
lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. selain itu Notaris berwenang pula:

1. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan
dengan mendaftar dalam buku khusus (waarmerking)
2. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
3. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat
uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
4. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
5. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
6. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
7. membuat akta risalah lelang.

Didalam pasal Pasal 16 Undang-undang No 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris diatur
tentang kewajiban Notaris sebagai berikut :

1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban:


a. bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak
yang terkait dalam perbuatan hukum;
b. membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari
Protokol Notaris;
c. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta
Akta;
d. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini,
kecuali ada alasan untuk menolaknya;

7
e. merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan
yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali
undang-undang menentukan lain;
f. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat
tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah akta tidak dapat dimuat
dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan
mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap
buku;
g. membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya
surat berharga;
h. membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu
pembuatan akta setiap bulan;
i. mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau daftar nihil
yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 (lima) had pada minggu
pertama setiap bulan berikutnya;
j. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir
bulan;
k. mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara Republik Indonesia dan
pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan
yang bersangkutan;
l. membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2
(dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan
Notaris;
m. menerima magang calon Notaris.

Didalam Pasal 17 Undang-undang No 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris diatur tentang
larangan notaris sebagai berikut :

2) Notaris dilarang:
a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya;
b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dan 7 (tujuh) hari kerja berturut-turut
tanpa alasan yang sah;
c. merangkap sebagai pegawai negeri;
d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara;
e. merangkap jabatan sebagai advokat;
f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan Usaha milik negara,
badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta;

8
g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar wilayah jabatan
Notaris;
h. menjadi Notaris Pengganti; atau
i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan,
atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan
Notaris.

3.3 Perbedaan Notaris dan PPAT

Masih adanya persepsi yang belum tepat di masyarakat kita tentang Notaris dan PPAT
( Pejabat Pembuat Akta Tanah ), yang menurut mereka bahwa Notaris dan PPAT adalah dua
jabatan yang sama. Pada dasarnya Notaris dan PPAT adalah jabatan yang berbeda. Seorang
yang menjadi Notaris belum tentu seorang PPAT, begitu pula sebaliknya.

Setiap Akta Notaris dan PPAT terdiri dari dua bagian yaitu :

 Minuta Akta

Minuta Akta adalah asli akta Notaris. Minuta Akta dibuat untuk disimpan sebagai
Protokol Notaris. Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen merupakan Arsip Negara yang
harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris.

 Salinan Akta

Salinan Akta adalah salinan kata demi kata dari seluruh akta dan pada bagian bawah
salinan akta tercantum frasa “diberikannya sebagai salinan yang sama bunyinya”.

Mari sama-sama kita lihat beberapa perbedaan antara Notaris dan PPAT.

1) Dasar Hukum :

Notaris: Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 : tentang Jabatan Notaris (UUJN)

PPAT : Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 : tentang Peraturan Jabatan PPAT
(PJPPAT)

2) Pengangkatan :

Notaris: oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

PPAT : oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional

9
3) Definisi :

Notaris : Pasal 1 UUJN : Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

PPAT : Pasal 1 PJPPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah
pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan
hukum tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.

4) Wewenang :

Notaris : Pasal 15 UUJN : Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan,perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan
dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan
dan kutipan akta.

Selain itu Notaris berwenang pula :

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan
dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian
sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. membuat akta risalah lelang.

PPAT : Pasal 2 PJPPAT : PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran
tanah dengan membuat Akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan
dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan
hukum itu.

Akta yang dapat dibuat PPAT adalah sebagai berikut :

a. jual beli;
b. tukar menukar;

10
c. hibah;
d. pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);
e. pembagian hak bersama;
f. pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik;
g. pemberian Hak Tanggungan;
h. pemberian Kuasa membebankan Hak Tanggungan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas jelas terdapat perbedaan kewenangan antara Notaris
dengan PPAT. Seorang Notaris memiliki kewenangan lebih luas dibanding seorang PPAT.

3.4 Pengertian Akta Notaris

Akta Notaris adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh notaris menurut KUH
Perdata pasal 1870 dan HIR pasal 165 (Rbg 285) yang mempunyai kekuatan pembuktian
mutlak dan mengikat. Akta Notaris merupakan bukti yang sempurna sehingga tidak perlu lagi
dibuktikan dengan pembuktian lain selama ketidakbenarannya tidak dapat dibuktikan.
Berdasarkan KUH Perdata pasal 1866 dan HIR 165, akta notaris merupakan alat bukti tulisan
atau surat pembuktian yang utama sehingga dokumen ini merupakan alat bukti persidangan
yang memiliki kedudukan yang sangat penting. Yang dimaksud Akta Notaris ialahAkta yang
dibuat dihadapan atau oleh Notaris. Akta ini memiliki kekuatan pembuktian di hadapan
pengadilan yang paling kuat dibandingkan alat bukti surat lainnya. Perbedaan utama
dibanding akta lainnya adalah kesaksian Notaris terhadap kapan dan dimana serta siapa yang
melakukan perbuatan hukum yang tecntum dalam akta tersebut

Surat yang digunakan sebagai alat bukti tertulis dapat dibedakan dalam Akta dan
Surat bukan akta. Akta juga dibedakan yaitu Akta Otentik dan Akta Di bawah tangan. Suatu
surat dapat dikatakan sebagai akta bila telah ditandatangai, dibuat dengan sengaja dan
dipergunakan oleh orang untuk keperluan surat tersebut dibuat.

Di dalam KUHPerdata ketentuan mengenai akta diatur dalam Pasal 1867 sampai pasal
1880. Perbedaan antara akta otentik dan akta di bawah tangan ialah cara pembuatannya atau
kapan akta tersebut dibuat. Akta otentik cara pembuatannya dilakukan oleh dan atau
dihadapan pejabat pegawai umum (Pegawai Pencatat Sipil , Notaris, Panitera, Hakim, Juru
Sita) sedangkan akta di bawah tangan cara pembuatannya tidak dilakukan oleh dan atau
dihadapan pejabat pegawai umum, tapi hanya oleh pihak yang berkepentingan saja. Contoh
dari suatu akta otentik ialah akta notaris, surat berita acara sidang, vonis, proses perbal
penyitaan, kelahiran, surat perkawinan, kematian, dll, akta di bawah tangan termasuk juga
surat surat perjanjian jual beli, perjanjian sewa menyewa rumah dll.

11
Fungsi utama dari akta adalah sebagai alat bukti. Akta Notaris merupakan alat bukti
yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat
hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut. Akta Notaris merupakan bukti
yang mengikat yang berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus
diakui oleh hakim, yatiu akta tersebut dianggap sebagai benar selama kebenarannya itu tidak
ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Menurut Pasal 1857 KHUPerdata, jika
akta dibawah tangan tanda tangannya diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak
dipakai, maka akta tersebut dapat merupakan alat pembuktian yang sempurna terhadap orang
yang menandatangani serta para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapatkan hak
darinya.

Dalam Undang-undang No.13 tahun 1985 tentang Bea Meterai dinyatakankan bahwa
untuk surat perjanjian dan surat-surat lainnya dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai kenyataan, perbuatan atau keadaandi bidang keperdataan maka
dikenakan untuk itu dokumen tersebut dikenakan bea meterai. Dengan tidak adanya materai
tersbut tidak berarti perbuatan hukumnya menjadi tidak sah, melainkan cuma kurang
memenuhi syarat sebagai alat bukti. Sedangkan untuk perbuatan hukumnya tetap sah karena
sah atau tidaknya suatu perjanjian itu bukan ada tidaknya materai, tetapi ditentukan oleh
Pasal 1320 KUHPerdata. Jikalau surat tersebut tidak diberi meterai dan akan digunakan
sebagai alat pembuktian di pengadilan maka pemasangan meterai dapat dilakukan belakangan
di kantor pos terdekat.

Syarat formil akta notaris:

Diatur dalam ketentuan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris

1) Setiap Akta Notaris terdiri atas:


a. awal akta atau kepala akta;
b. badan akta; dan
c. akhir atau penutup akta.
2) Awal akta atau kepala akta memuat :
a. judul akta;
b. nomor akta;
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
3) Badan akta memuat:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan,
kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili;

12
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
c. isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan;
dan nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan,
dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
4) Akhir atau penutup akta memuat:
a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1)
huruf l atau Pasal 16 ayat (7);
b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan
akta apabila ada
c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan
tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan
d. uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau
uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan,
atau penggantian.
5) Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris,
selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4),
juga memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan, serta pejabat yang
mengangkatnya.

Akta notaris yang tidak memenuhi syarat formil dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, maka akta tersebut menjadi akta di bawah tangan.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang dilakukan selama penulis melaksanakan praktek kerja


lapangan dengan data-data yang ada, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan
Praktek lapangan kerja merupakan suatu pembelajaran bagi setiap mahasiswa untuk bisa
belajar mandiri dalam melakukan pekerjaan.

4.2. Saran

Setelah melakukan analisa dan perancangan baik dari teori maupun praktek kerja
lapangan, penulis mencoba memberikan beberapa saran yang mungkin dapat berguna pihak
instansi agar dapat mempertahankan rasa tanggung jawab dalam menjalankan setiap
pekerjaan yang dibebankan. Serta bagi pembimbing mata kuliah agar memberikan
pengetahuan secara umum mengenai instansi yang ditempatinya.

4.3 Kata Penutup

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas segala rahmat yang telah diberikan
oleh Allah SWT, bahwa penulisan Laporan PKL telah mendapat dukungan dari instansi
Notaris dan PPAT AKHRIANI,S.H, M.Kn dengan baik tanpa mengalami hambatan. Sehingga

14
Laporan PKL ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi seluruh Mahasiswa Fakultas Syariah
Hukum khususnya Universtas Islam Negeri Sultan Syarif Qasim Riau .

15

Anda mungkin juga menyukai