Nama Kelompok:
1.) Nafira Mega Sapsuha (201083002).
2.) Priscilia Bella Angelina Malau (212083002).
DAFTAR ISI
Bab I.Pengantar………………………………………………………..
A.Rumusan Masalah…………………………………………….
B.Tujuan Penelitian……………………………………………...
C.Manfaat Penelitian…………………………………………….
Bab II.Bahasa Akta……………………………………………………
Bab III.Akta Pihak(Partij)&Akta Berita Acara(Relaas)……………….
Bab IV.Bentuk&Sifat Akta……………………………………………
A.Awal Akta atau Kepala Akta………………………………….
B.Badan Akta……………………………………………………
C.Akhir Akta atau Penutup Akta………………………………...
Bab V.Salinan,Kutipan,Grosse,dan Lain-Lain………………………..
Bab VI.Jenis Perjanjian Berdasarkan Pada Sifat dan Akibat Hukumnya
………………………………………………………………………….
Bab VII.Pembagian Perjanjian Obligatoir……………………………...
Bab VIII.Persekutuan Perdata(Maatschap) / Perseroan………………...
Bab IX.Yayasan…………………………………………………………
Bab X.Perkumpulan…………………………………………………….
Bab XI.Perwakilan,Kuasa,dan Perjanjian Pemberian Kuasa…………...
Bab XII.Perjanjian Pemberian Jaminan………………………………...
Bab XIII.Hapusnya Perikatan dan Cessie………………………………
Bab XIV.Penutup……………………………………………………….
A.Kesimpulan………………………………………………….
B.Saran……………………………………………………………
BAB I.PENGANTAR
Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar anggota
masyarakat.
Dengan bantuan bahasa dapat digambarkan hal yang sebenarnya (het beschrijven
van de werkelijkheid),yakni dikenal sebagai teori menggambarkan yang
menggunakan bahasa deskriptif,misalnya:
Pada hari ini,Senin,tanggal 20-10-2001 (dua puluh Oktober dua ribu satu).
Bahasa dapat pula menggambarkan bermacam-macam aktivitas,seperti:
Penghadap pihak pertama menerangkan telah menyetujui untuk menyewakan (…)
Contoh kesepakatan yang tercapai diantara para pihak dengan kalimat bersifat
performatif:
Para penghadap bersama ini menerangkan,bahwa penghadap pihak pertama
dengan ini telah menyewakan kepada penghadap pihak kedua yang dengan ini
menerangkan telah menerima menyewa dari pihak pertama: (…)
BAB III.AKTA PIHAK(PARTIJ) DAN AKTA BERITA
ACARA(RELAAS)
Akta pihak adalah Akta yang berisikan mengenai apa yang akan terjadi
berdasarkan keterangan yang diberikan oleh para penghadap kepada notaris dalam
arti mereka menerangkan dan menceritakan kepada notaris dan untuk keperluan
tersebut sengaja datang kepada notaris agar keterangan atau perbuatan tersebut
dinyatakan oleh notaris didalam suatu akta notaris dan para penghadap
menandatangani akta itu.
Sedangkan,Akta Relaas adalah Bentuk akta yang dibuat untuk bukti oleh para
penghadap,dimana didalam akta tersebut diuraikan secara otentik tindakan yang
dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan sendiri oleh notaris
dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris.
Pasal 38 Ayat 1 UU Jabatan Notaris menyebutkan bahwa setiap akta notaris terdiri
atas:
- Awal Akta atau Kepala Akta.
- Badan Akta.
- Akhir Akta atau Penutup Akta.
A. Awal Akta atau Kepala Akta
1.) Judul Akta
Judul Akta terdiri dari:
Risalah Rapat
Jual Beli Bangunan
Pendirian Perseroan Komanditer
Kuasa Menjual Tidak Diharuskan Dalam Peraturan Jabatan Notaris
Dimuat dari:
Reportorium
Klapper
UU mengenal adanya:
Perjanjian Bernama
Perjanjian Tidak Bernama
Perjanjian Kerja Sama memuat:
Pengaturan Pemasukan
Hak dan Kewajiban
Pembagian Untung-Rugi
Dsb.
2.)Nomor Akta
Fungsi Nomor Akta adalah Lebih pada urutan pembuatan akta serta
memberi manfaat akan kemudahan mencari akta didalam repertorium.
3.)Jam,Hari,Tanggal,Bulan,dan Tahun
Pasal 15 ayat 1 UUJN:”…menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,…”
4.)Nama Lengkap dan Tempat Kedudukan Notaris
Contoh akta Risalah Rapat:
Pada hari ini,Selasa,tanggal 25-2-2009 (dua puluh lima Februari dua ribu
Sembilan),pukul 12.30 (dua belas lewat tiga puluh menit) Waktu Indonesia
Barat.----------------------------------------------------
Saya,(…) Sarjana Hukum,Notaris di Kota Bandung,dengan dihadiri oleh
saksi-saksi yang saya,Notaris,kenal dan akan disebutkan pada bagian akhir
akta ini:----------------------------------
Atas permintaan dari Direksi perseroan terbatas yang akan disebutkan di
bawah ini,telah berada di kantor saya,pada Jalan (…),Kota Bandung,untuk
membuat suatu risalah rapat dari apa yang akan dibicarakan dan
diputuskan dalam rapat umum luar biasa para pemegang saham dalam
perseroan terbatas “PT (…)”:-------------------------------------------------------
------------------
Frasa untuk awal/kepala akta notaris pengganti (Pasal 27 UUJN) dan
pejabat sementara notaris (Pasal 35 UUJN):
Pada hari ini,Senin,tanggal 24-1-2009 (dua puluh empat Januari dua ribu
sembilan),pukul 11.30 (sebelas lewat tiga puluh menit) Waktu Indonesia
Barat.---------------------------------------------------
B. Badan Akta
Badan akta memuat:
1.Nama
Lengkap,TTL,Kewarganegaraan,Pekerjaan,Jabatan,Kedudukan,Tempat
Tinggal Para Penghadap,atau Orang Yang Mereka Wakili.
2.Keterangan Mengenai Kedudukan Bertindak Penghadap.
3.Isi Akta Yang Merupakan Kehendak dan Keinginan dari Pihak yang
Berkepentingan.
4.Nama Lengkap,Tempat dan Tanggal Lahir serta
Pekerjaan,Jabatan,Kedudukan,dan Tempat Tinggal dari Tiap-Tiap Saksi
Pengenal.
- Perjanjian Kebendaan
Pada umumnya untuk terbentuknya perjanjian dibidang kebendaan,baik
untuk benda bergerak maupun benda tetap dipersyaratkan selain kata sepakat
adanya penyerahan yang telah ditentukan oleh UU. Perjanjian kebendaan
bertujuan untuk menimbulkan,beralih,berubah,atau berakhirnya suatu hak
kebendaan.Pada umumnya perjanjian dibidang kebedaan terjadi berdasarkan
titel/alas hak khusus,yakni karena adanya jual beli,hibah,tukar menukar,atau
pemisahan/pembagian.
- Perjanjian Obligatoir
Perjanjian obligatoir disebutkan secara umum didalam ketentuan Pasal 1313
KUHPerdata adalah perjanjian yang timbul karena kesepakatan dua pihak
atau lebih dengan tujuan timbulnya perikatan untuk kepentingan yang satu
atas beban yang lain atau timbal balik.Semua perjanjian,baik bernama atau
tidak bernama adalah mendasarkan perjanjian obligatoir.
BAB VIII.PERSEKUTUAN
PERDATA(MAATSCHAP)/PERSEROAN
Persekutuan Perdata adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud
untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.
- Perseroan Firma
Firma merupakan badan usaha yang berbeda dengan badan usaha berbentuk
badan hukum seperti Perseroan Terbatas (“PT”). Harta kekayaan PT terpisah
dengan pengurusnya, sedangkan untuk harta kekayaan firma tidak terpisah
dengan pengurusnya. Sehingga pertanggungjawaban firma mencakup sampai
kepada harta kekayaan pribadi pengurusnya.
Berikut ini prosedur dan syarat pendirian firma yang kami rangkum untuk
mempermudah Anda.
Berakhirnya Firma
Menjawab pertanyaan Anda yang terakhir terkait berakhirnya firma, dapat terjadi
dengan pembubaran firma, dalam hal:
Alasan berakhirnya atau bubarnya firma juga dapat terjadi karena meninggalnya
salah seorang sekutu. Namun jika diperjanjikan atau disepakati lain oleh para
pengurusnya, maka firma dapat terus dilangsungkan dengan ahli waris atau sekutu
lain yang masih hidup.
Adapun berakhirnya atau bubarnya suatu firma dilakukan dengan mengajukan
permohonan kepada Menteri melalui Sistem Administrasi Badan Usaha, yang
dilengkapi dengan akta pembubaran, putusan pengadilan, atau dokumen lain yang
menyatakan bubar.
- Perseroan Komanditer
Perseroan Komanditer atau CV adalah badan usaha berjenis bukan badan hukum
yang mempunyai satu atau lebih sekutu komplementer dan sekutu komanditer.
Salah satu pihak dalam persekutuan komanditer bersedia memimpin, mengelola
perusahaan, dan bertanggung jawab atas utang-utang perusahaan.CV biasanya
didirikan dengan akta dan harus didaftarkan. Persekutuan ini bukan merupakan
badan hukum (sama dengan firma), sehingga tidak memiliki kekayaan sendiri.
Sementara itu, semua kemitraan harus memiliki kesepakatan yang menentukan
bagaimana membuat keputusan bisnis. Keputusan ini mencakup bagaimana
membagi keuntungan atau kerugian, menyelesaikan konflik, dan mengubah
struktur kepemilikan, dan bagaimana menutup bisnis, jika sudah tidak sesuai
kondisinya.Perseroan Komanditer biasanya merupakan jenis kemitraan investasi,
seringkali digunakan sebagai sarana investasi untuk berinvestasi dalam aset
seperti real estat. CV berbeda dari kemitraan lain di mana mitra lain hanya
memiliki kewajiban terbatas, yang berarti mereka tidak bertanggung jawab atas
hutang bisnis yang melebihi investasi awal mereka.
Persekutuan komanditer campuran umumnya berasal dari bentuk firma bila firma
membutuhkan tambahan modal. Sekutu firma menjadi sekutu komplementer
sedangkan sekutu lain atau sekutu tambahan menjadi sekutu komanditer.
3. Persekutuan komanditer bersaham
e. Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas (PT) yang dulunya disebut juga dengan Naamloze
Vennootschaap (NV) adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang
memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian
sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham
yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat
dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Perseroan Terbatas (PT)
merupakan perserikatan beberapa pengusaha swasta menjadi satu kesatuan
untuk mengelola usaha bersama, dimana perusahaan memberikan kesempatan
kepada masyarakat luas untuk menyertakan modalnya ke perusahaan dengan
cara membeli saham perusahaan.
Selain itu, Perseroan terbatas (PT) adalah badan hukum perusahaan
yang paling banyak digunakan dan diminati oleh para pengusaha. Undang –
Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mendefenisikan
perseroan terbatas (PT) sebagai berikut:
“Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
perjanjian yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”
Dari pengertian di atas dapat kita kemukakan hal-hal penting sebagai
berikut :
1. Bahwa Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum perusahaan
untuk melakukan suatu kegiatan.
2. Pendirian Perseroan Terbatas dilakukan atas dasar suatu perjanjian antara pihak-
pihak yang ikut terlibat di dalamnya.
3. Pendirian Perseroan Terbatas didasarkan atas kegiatan atau ada usaha
tertentu yang akan dijalankan.
4. Pendirian Perseroan Terbatas dengan modal yang terbagi dalam bentuk
saham.
5. Perseroan Terbatas harus mematuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam undang-undang serta peraturan pemerintah lainnya.
BAB IX YAYASAN
Pengertian Yayasan
Dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, bahwa
yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan,
dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Yayasan merupakan badan
usaha yang bergerak dalam bidang sosial, termasuk usaha-usaha kemanusiaan.
Yayasan didirikan dengan akta notaris dengan menunjukkan modal pendirian
yayasan, dan memperkenalkan para pengurusnya.
Dengan demikian sebagai konsekuensi Yayasan sebagai badan hukum,
maka ada pemisahan antara harta kekayaan yayasan dengan harta pribadi,
demikian pula hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya. Akta pendirian
Akta pendirian
yayasan yang telah memperoleh pengesahan sebagai badan hukum atau
perubahan anggaran dasar yang telah disetujui, wajib diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia atas permohonan yang diajukan
oleh pengurus yayasan.
Selama pengumuman belum dilakukan, pengurus yayasan bertanggung
jawab secara tanggung renteng atas seluruh kerugian yayasan dan kerugian
pihak ketiga. Yayasan sebagai badan hukum yang mandiri terlepas dari pribadi
perseorangan, sehingga ia dianggap seperti halnya manusia sebagai subjek
hukum, dapat mempunyai hak dan kewajiban sendiri, dapat melakukan
perbuatan hukum dapat dipertanggungjawabkan sendiri. Sedang yang
melaksanakan kepengurusan semua itu adalah pengurusnya. Sebagai subjek
hukum badan, yayasan tidak dapat menjalankan sendiri
apa yang harus dilakukan oleh badan tersebut. Maka demikian perlu alat
perlengkapan (yang dinamakan organ) yang berwujud manusia alamiah untuk
mengurus dan bertindak mewakili badan ini. Organ-organ dalam yayasan
adalah sebagai berikut.
Pertama, Pengurus adalah organ yang melakukan kepengurusan
yayasan baik untuk urusan ke dalam maupun keluar, serta berhak mewakili
yayasan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Pengurus tidak boleh
merangkap sebagai pembina atau pengawas, karena untuk menghindari
kemungkinan tumpang tindih kewenangan, tugas dan tanggung jawab antara
pembina, pengurus dan pengawas yang dapat merugikan kepentingan yayasan
atau pihak lain. Untuk pengecualian dari pengurus, bahwa pengurus dapat
menerima upah, gaji, atau honorarium apabila pengurus bukan pendiri dan
tidak terafiliasi oleh pendiri, pembina dan pengawas.
Kedua, Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan
pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan
kegiatan yayasan supaya tidak terjadi kerugian. Dalam Pasal 40 UndangUndang
Yayasan, pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan
pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan
kegiatan yayasan. Yayasan memiliki pengawas sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang pengawas atau lebih, dengan wewenang, tugas dan tanggungjawabnya
diatur dalam Anggaran Dasar. Pengawas tidak boleh merangkap sebagai
Pembina atau Pengurus.
BAB X. PERKUMPULAN
Kuasa Perantara
Pasal 1792 KUH Perdata dan Pasal 62 KUHD mengatur tentang Kuasa Perantara
yang dikenal sebagai agen perdagangan atau makelar. Dalam hal ini, pemberi
kuasa (principal) memberikan perintah kepada pihak kedua sebagai agen atau
perwakilan untuk melakukan tindakan hukum tertentu dengan pihak ketiga.
Tindakan yang dilakukan oleh agen secara langsung mengikat principal, selama
tidak bertentangan atau melampaui batas wewenang yang telah diberikan.
Berakhirnya Kuasa
Pasal 1813 KUH Perdata mengizinkan pengakhiran perjanjian kuasa secara
sepihak atau unilateral, yang berlawanan dengan Pasal 1338 KUH Perdata ayat (2)
yang menyatakan bahwa persetujuan tidak dapat dicabut atau dibatalkan secara
sepihak, melainkan harus melalui kesepakatan bilateral antara kedua belah pihak.
Menurut Pasal 1813 KUH Perdata, ada beberapa hal yang dapat mengakhiri
pemberian kuasa, di antaranya adalah pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasa
secara sepihak. Ketentuan penarikan atau pencabutan kembali kuasa oleh pemberi
kuasa diatur lebih lanjut dalam Pasal 1814 KUH Perdata dan seterusnya.
Pencabutan dapat dilakukan tanpa memerlukan persetujuan dari penerima kuasa,
dan dapat dilakukan secara tegas dalam bentuk tertulis atau lisan. Pencabutan
kuasa bisa dilakukan dengan cara yang tegas, yakni dengan:
mencabut secara tertulis, atau meminta kembali surat kuasa dari penerima kuasa.
Pasal 1816 KUH Perdata membolehkan pencabutan kuasa secara diam-diam
dengan cara mengangkat atau menunjuk kuasa baru untuk melaksanakan tugas
yang sama. Akibat dari tindakan ini adalah kuasa yang pertama ditarik kembali
secara diam-diam sejak tanggal pemberian kuasa kepada kuasa yang baru.
Namun, jika ingin melakukan pencabutan secara sepihak, sebaiknya dilakukan
secara terbuka dengan memberitahukan atau mengumumkannya. Hal ini
memberikan perlindungan hukum kepada pemberi kuasa dan pihak ketiga. Sejak
saat itu, setiap tindakan yang dilakukan oleh kuasa atas nama pemberi kuasa
dianggap tidak sah dan melanggar hukum sehingga tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemberi kuasa. Namun, jika pencabutan tidak
dilakukan secara terbuka, maka semua tindakan hukum yang dilakukan oleh kuasa
dengan pihak ketiga yang beritikad baik, tetap mengikat kepada pemberi kuasa
BAB XIV.PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembuatan akta Notaris tanpa kehadiran penghadap dan/atau saksi dalam
undang-undang tentang Jabatan Notaris tidak diperbolehkan, karena selain harus
menghadiri proses pembuatan akta, para penghadap maupun saksi-saksi juga harus
mendengarkan pembacaan akta serta menandatangani akta. Akta oleh tidak
dibacakan apabila penghadap telah membaca sendiri, serta memahami isi akta
tersebut, pada hal ini tetap harus diberikan keterangan pada akhir akta bahwa
penghadap telah membaca sendiri akta tersebut Pengecualian kehadiran penghadap
pada tempat pembuat akta juga terdapat pada pembuatan Berita Acara Rapat
Pemegang Saham bila dikaitkan dengan Pasal 77 ayat (1) UUPT, yang
menegaskan RUPS juga dapat dilakukan melalui media telekonferensi, video
kenferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua
peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi
dalam rapat. Ketentuan dalam Pasal 77 ayat (1) UUPT tersebut mengeliminasi
ketentuan mengenai kewajiban Notaris sebagaimana tersebut dalam Pasal 16 ayat
(1) huruf i UUJN, akan tetapi ruang lingkup kedua peraturan perundang-undangan
tersebut tidak sama. Dalam posisi seperti diatas, maka lex generalis-nya yaitu Pasal
16 ayat (1) huruf i UUJN dan lex specialis-nya yaitu Pasal 77 ayat (1) UUPT jo
penjelasan Pasal 77 ayat (4) UUPT. Dengan konstruksi hukum semacam ini maka
ketentuan sanksi yang terdapat dalam Pasal 84 UUJN jika Pasal 16 ayat (1) huruf i
UUJN hanya berlaku untuk akta-akta selain RUPS yang tersebut dalam Pasal 77
ayat (1) UUPT juncto Penjelasan Pasal 77 ayat (4) UUPT.
2. Berdasarkan Pasal 54 Undang-undang No.30 tahun 2004, Notaris hanya dapat
memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi akta, grosse akta, salinan
akta atau kutipan akta, kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli
waris, atau orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan. Serta dalam Pasal 16 angka (1) huruf a dinyatakan bahwa
Notaris dalam menjalankan jabatannya berkewajiban untuk bertindak jujur,
seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait
dalam perbuatan hukum.Berkaitan dengan memberikan salinan akta melalui fax
dalam Studi Kasus Putusan Nomor: 06/B/Mj.PPN/2009 kepada para penghadap
yaitu JOHANNES WIDJAYA dan INNEKE WIDJAYA maka terbukti bahwa
Notaris R.SJARIEF BUDIMAN,SH tidak bertindak secara seksama dan tidak
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum sesuai dengan
kewajiban Notaris yang tercantum dalam Pasal 16 angka (1) huruf a, karena
dengan pengiriman salinan akta melalui fax, Notaris tidak mengetahui siapa orang
yang menerima fax tersebut dan akta menjadi tidak terjaga kerahasiaannya sesuai
dengan isi sumpah jabatan Notaris yaitu tercantum pada Pasal 4 Undang-Undang
No.30 tahun 2004.
3. Majelis Pengawas Notaris secara umum mempunyai ruang lingkup kewenangan
menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik
Notaris atau pelanggaran pelaksanaan Jabatan Notaris (Pasal 70 huruf a, Pasal 73
ayat (1) huruf a dan b, Pasal 77 huruf a dan b UUJN). Berdasarkan substansi pasal
tersebut bahwa Majelis Pengawas Notaris berwenang melakukan sidang untuk
memeriksa:
a. Adanya dugaan pelanggaran Kode Etik;
b. Adanya dugaan pelanggaran pelaksanaan tugas jabatan Notaris;
c. Perilaku para Notaris yang di luar menjalankan tugas jabatannya sebagai
Notaris yang dapat mengganggu atau mempengaruhi pelaksanaan tugas
jabatan Notaris.
Khusus dalam kasus Putusan Nomor: 06/B/Mj.PPN/2009 Majelis Pengawas
telah melakukan tugas tersebut dengan memberikan sanksi:
a. Menerima permohonan banding Pembanding dahulu Pelapor maupun
permohonan banding Pembanding dahulu Terlapor;
b. Menyatakan batal putusan Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Jawa
Barat Nomor: 226/MPW-JABAR/2008 tanggal 27 Nopember 2008;
c. Menyatakan Majelis Pemeriksa Pusat memeriksa dan mengadili sendiri
permohonan bandin Pembanding dahulu Pelapor maupun permohonan
banding Pembanding dahulu Terlapor;
d. Menyatakan Terbanding dahulu Terlapor R.Sjarief Budiman, SH. Notarsi Koa
Depok, yang saat ini berkantor di Jl. Tole Iskandar Komplek Lembah Griya
Depok Blok B-1 No.1 Kota Depok, Jawa Barat, dalam menjalankan
jabatannya membuat akta Nomor 3 tanggal 22 Juni 2007 tentang Pendirian
PT. Golden Lobster; Akta Nomor 4 tanggal 22 Juni 2007 tentang Surat Kuasa,
dan Akta Nomor 5 tanggal 22 Juni 2007 tentang Surat Kuasa, bersalah
melanggar Pasal 16 ayat (1) huruf a dan huruf I, Pasal 16 ayat (1) huruf c dan
huruf d juncto Pasal 54; Pasal 16 ayat (8); Pasal 39 ayat (2) juncto Pasal 40;
Pasal 41; Pasal 44 ayat (1) dan Pasal 3 dan Pasal 4 Kode Etik Notaris.
e. Menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara selama 6 (enam) bulan
terhadap R.Sjarief Budiman, SH. Notaris Kota Depok.
f. Memerintahkan kepada R.Sjarief Budiman, SH. Untuk menyerahkan Protokol
Notaris yang akan diusulkan kepada Menteri.
B.Saran
1. Sebagai Pejabat Umum yang diangkat oleh penguasa, Notaris bertindak bukan
untuk kepentingan diri sendiri akan tetapi untuk kepentingan masyarakat yang
Pembuatan akta.dilayaninya. Untuk itu sebaiknya Notaris berpegang teguh pada
Kode Etik Notaris dan UUJN dalam melaksanakan jabatannya agar tidak
mencemarkan nama baik Notaris dan tetap menjaga kepercayaan masyarakat
sebagai pengguna jasa.
2. Sebaiknya Notaris memberikan salinan akta sesuai dengan ketentuan undang-
undang yaitu sesuai dengan Pasal 54 Undang-undang No.30 tahun 2004 dan
menjalankan kewajiban jabatannya sesuai apa yang telah ditentukan oleh undang-
undang.
3. Disarankan Majelis Pengawas didalam melaksanakan sidang terhadap Notaris,
Majelis Pengawas tidak hanya menjatuhkan sanksi tetapi juga melakukan
pembinaan terhadap Notaris tersebut, sehingga Notaris tersebut tidak melakukan
pelanggaran
lagi.