Anda di halaman 1dari 7

AKIBAT HUKUM TERHADAP NOTARIS YANG

MELAKUKAN PERIKLANAN DITINJAU DARI


PRINSIP ETIKA PROFESI NOTARIS
Nama , Fakultas Hukum ...........,
e-mail: .........................

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis hukum adat terhadap perkawinan di bawah umur dalam konteks
budaya dan tradisi lokal. Perkawinan di bawah umur adalah fenomena yang masih terjadi di
berbagai negara, termasuk Indonesia. Meskipun Undang-Undang Perkawinan telah
menetapkan batas usia minimum untuk perkawinan, praktik ini masih berlanjut di banyak
masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor budaya
dan tradisi lokal yang mempengaruhi praktik tersebut, serta mengidentifikasi cara-cara yang
dapat memperkuat perlindungan hukum terhadap anak-anak yang terlibat. Dengan
menggunakan pendekatan hukum adat, penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam
tentang konteks budaya dan tradisi lokal yang memengaruhi perkawinan di bawah umur.
Kata Kunci: Perkawinan di bawah umur, Hukum adat, Budaya dan tradisi lokal

ABSTRACT
This research analyzes customary law regarding underage marriage in the context of local culture and
traditions. Underage marriage is a phenomenon that still occurs in various countries, including
Indonesia. Although the Marriage Law has established a minimum age limit for marriage, this practice
continues in many communities. Therefore, this study aims to understand the cultural and local
traditional factors that influence this practice, as well as identify ways to strengthen legal protection for
children involved. By employing a customary law approach, this research provides in-depth insights into
the cultural and local traditional contexts that influence underage marriage.
Keywords: Underage marriage, Customary law, Local culture and traditions

I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang Masalah
Setiap pekerjaan memiliki aturan kode etik yang khas, termasuk dalam profesi
Notaris yang memainkan peran penting dalam menegakkan kepastian hukum dan
mendukung masyarakat dalam urusan hukum keperdataan. Sebagai seorang
profesional hukum, Notaris bertanggung jawab untuk memastikan kepastian hukum
dengan membuat akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian yang tak
terbantahkan, menjadi bukti kuat dalam penyelesaian sengketa di masa mendatang
serta mencegah konflik hukum dengan menerbitkan dokumen-dokumen yang sah.
Profesi Notaris, disebut juga sebagai officium nobile, mengharuskan pelakunya, yang
telah menjalani pendidikan hukum dan memiliki kewenangan resmi dari pemerintah,
untuk bertindak sebagai penjaga keadilan dengan menetapkan hak dan kewajiban
E-ISSN: Nomor xxxx
ISSN: 1978-1520

yang sah atas harta benda pribadi. Kesalahan dalam praktik Notaris dapat berakibat
serius, seperti kehilangan hak atau beban yang berat bagi individu1.
Jabatan Notaris diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
(UUJN). UU ini mengatur tentang kualifikasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab
Notaris di Indonesia2. Sebagai pejabat umum, Notaris diberikan kewenangan oleh
negara untuk melayani kepentingan masyarakat dalam hal hukum keperdataan.
Mereka diharapkan bekerja secara mandiri, netral, dan memiliki kebebasan dalam
menjalankan tugas mereka, sesuai dengan prinsip "unpartiality and independency."
Notaris memiliki peran penting dalam sistem hukum Indonesia, membantu
masyarakat dan pemerintah dalam berbagai transaksi dan urusan hukum, serta
berkontribusi dalam menjaga kepastian hukum dan mencegah sengketa. Kode Etik
Notaris, yang diatur dalam Bab I Pasal (2) Ketentuan Umum, menjelaskan bahwa Kode
Etik adalah seperangkat aturan moral yang ditetapkan oleh Perkumpulan Ikatan
Notaris Indonesia, yang berlaku bagi semua anggota perkumpulan dan semua
individu yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk Pejabat Sementara
Notaris, Notaris Pengganti, dan Notaris Pengganti Khusus, sesuai dengan keputusan
Kongres Perkumpulan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kode etik profesi hukum di Indonesia adalah kumpulan norma atau aturan yang
mengatur etika dalam menjalankan profesi tersebut. Kode etik ini harus diikuti,
dihormati, dan dijadikan pedoman bagi semua yang terlibat, termasuk fungsi,
wewenang, tugas, dan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai norma etik profesi, kode
etik mengatur bagaimana anggota profesi tersebut melakukan tugas dan fungsi
mereka sesuai dengan nilai-nilai etik, moral, hukum, dan keadilan yang ada, guna
menjadi profesional yang sesungguhnya3. Kode Etik Notaris, dalam Bab I Pasal (3),
menekankan pentingnya disiplin organisasi yang melibatkan ketaatan terhadap
peraturan dan keputusan perkumpulan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi
seorang Notaris untuk patuh terhadap peraturan Kode Etik Notaris dan UUJN dalam
menjalankan tugasnya. Kode Etik Notaris merupakan seperangkat aturan moral yang
ditetapkan oleh Perkumpulan Organisasi Ikatan Notaris Indonesia (INI) yang wajib
ditaati oleh semua anggota perkumpulan dan orang lain yang menjalankan jabatan
Notaris, baik dalam pelaksanaan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Notaris
perlu memahami kode etik ini untuk mengetahui perbuatan apa yang dianggap
sebagai pelanggaran dan sanksi apa yang akan diterima jika melanggar. Dengan
demikian, keberadaan kode etik Notaris merupakan konsekuensi logis dari profesi
Notaris itu sendiri4.
Pembatasan yang diberlakukan terhadap Notaris menetapkan batasan-batasan
dalam menjalankan profesinya. Oleh karena itu, seorang Notaris harus sangat berhati-
hati dalam melaksanakan tugasnya, menghindari kelalaian, dan memastikan
bertanggung jawab terhadap setiap kontrak yang dibuat. Sebelum membuat kontrak,
Notaris harus mematuhi tata cara yang diatur baik dalam Undang-undang Notaris
maupun Kode Etik Notaris. Seorang Notaris juga diharapkan memiliki sikap yang
sesuai dengan prinsip-prinsip Kode Etik Notaris, termasuk dalam Bab III tentang
1
Renaldi, F., & Allagan, T. M. P. (2024). Perbandingan Publikasi dan Promosi Diri Oleh Notaris
di Indonesia dan di Belanda. UNES Journal of Swara Justisia, 8(1), 52–68.
2
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
3
Wenerda, Indah. 2020, “Proses Komunikasi Pada Pengguna Aplikasi WhatssApp yang Menonaktifkan
Read Reciepts”, Channel Jurnal Komunikasi, Vol; 8, No. 1
4
Dwitriani, A. A., & Santoso, B. (2023). Pengaruh Perkembangan Teknologi Terhadap Etika
Profesionalisme Notaris. Unes Law Review, 6(2), 4718–4730.
https://review-unes.com/https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

July
kewajiban Pasal 3 ayat (4) yang menegaskan pentingnya perilaku yang jujur, mandiri,
tidak memihak, amanah, seksama, penuh tanggung jawab, serta sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan sumpah jabatan Notaris. Sikap-sikap yang
bertentangan dengan nilai kemandirian dan kejujuran, seperti menjadi kantor cabang
atau melakukan promosi melalui media massa, dianggap sebagai pelanggaran
terhadap Kode Etik Notaris.
Menurut Notaris Franz Magnis Suseno, penerapan etika profesi membutuhkan
tiga ciri moralitas utama: keberanian bertindak sesuai tuntutan profesi, kesadaran akan
kewajiban, dan memiliki idealisme tinggi. Namun, pengembangan etika profesi
hukum di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala. Pelanggaran terhadap kode
etik seringkali tidak ditangani dengan baik, menyebabkan kurangnya penegakan
aturan dan ketidakwibawaan lembaga atau dewan yang bertugas menyelesaikan
pelanggaran tersebut. Tantangan dalam menghadapi ajaran-ajaran moral saat ini,
khususnya dalam konteks profesi hukum, mencerminkan perubahan dinamis dalam
masyarakat, termasuk keragaman orientasi moral dan persaingan antar ideologi. Hal
ini menuntut pemahaman mendalam tentang dasar-dasar moral dan etika, serta
menantang praktisi hukum untuk menjaga konsistensi antara prinsip-prinsip moral
dalam etika profesi dan perilaku sehari-hari dalam praktik hukum5.
Pasal Kode Etik Notaris tidak secara tegas menjelaskan definisi dari tindakan yang
dianggap sebagai iklan diri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), iklan
dapat diartikan sebagai pengumuman atau penerbitan, sementara promosi, menurut
Boyd, adalah upaya membujuk orang untuk menerima produk, konsep, atau gagasan.
Dalam konteks promosi, hal ini mencakup kegiatan komunikasi pemasaran yang
bertujuan untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, atau
mengingatkan pasar sasaran atas produk atau layanan tertentu agar bersedia membeli
atau menjadi loyal terhadapnya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen mendefinisikan promosi sebagai kegiatan pengenalan atau
penyebarluasan informasi suatu barang atau jasa untuk menarik minat beli
konsumen6.
Pengawasan perilaku Notaris diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris, dengan pembentukan Majelis Pengawas Notaris. Dewan
Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia (INI) memiliki peran kunci dalam pengawasan,
penindakan, dan pembelaan terhadap Kode Etik Profesi Notaris. Struktur pengawasan
ini meliputi Dewan Kehormatan Pusat, Wilayah, dan Daerah, yang diharapkan dapat
menjalankan tugas dan kewenangannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
termasuk aturan yang terkait dengan organisasi INI dan UUJN. Melalui sistem
pengawasan dan Dewan Kehormatan ini, diharapkan Notaris di Indonesia dapat
mematuhi standar etika profesi dan mempertahankan integritas mereka sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku7.
Dalam konteks prinsip etika profesi Notaris, penting untuk mempertimbangkan
bahwa periklanan yang tidak mematuhi standar etika dapat mengakibatkan
konsekuensi hukum serius bagi Notaris, termasuk pelanggaran terhadap kewajiban
profesional dan kemungkinan pencabutan izin praktik.

5
Marlo, M., Irhanka, R., Akrabi, S., & Laksmana Bonaparta, G. (2023). Pemanfaatan Sosial Media oleh
Notaris Sebagai Sarana Pelaksanaan Penyuluhan Hukum. UNES LAW REVIEW, 6(2), 4789–4802.
https://review-unes.com/https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
6
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
7
Atmaja, S. S. (2021). Publikasi Jabatan Notaris Pada Akun Pribadi Media Sosial Ditinjau Dari Undang –
Undang No. 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris Dan Kode Etik Notaris. [TESIS HUKUM 2021],
7(3), 6.
E-ISSN: Nomor xxxx
ISSN: 1978-1520

Pelanggaran terhadap kode etik profesi, terutama terkait dengan periklanan yang
tidak etis, dapat mengakibatkan sanksi disiplin seperti teguran, larangan praktik
sementara, atau bahkan pencabutan izin praktik, sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Dalam kasus di mana Notaris melakukan periklanan yang melanggar prinsip-
prinsip etika profesi, Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris
Indonesia memiliki kewenangan untuk menyelidiki pelanggaran tersebut dan
menerapkan sanksi yang sesuai, termasuk tindakan hukum yang dapat
mengakibatkan kerugian reputasi dan kerugian finansial bagi Notaris yang
bersangkutan.

I.2. Rumusan Masalah


Permasalahan diatas menjelaskan beberapa masalah yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsekuensi hukum bagi seorang Notaris yang melakukan
periklanan yang melanggar prinsip-prinsip etika profesi, termasuk sanksi
disiplin yang mungkin diterapkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris?
2. Apa kewenangan Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan Ikatan
Notaris Indonesia dalam menangani pelanggaran etika profesi Notaris terkait
dengan periklanan yang tidak etis, serta bagaimana implementasi sanksi yang
dapat diterapkan dalam kasus-kasus seperti itu?

I.3. Tujuan Penulisan


1. Menganalisis konsekuensi hukum yang dihadapi oleh seorang Notaris yang
terlibat dalam periklanan yang melanggar prinsip-prinsip etika profesi,
termasuk jenis-jenis sanksi disiplin yang mungkin diterapkan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
2. Meneliti kewenangan dan proses penegakan hukum oleh Majelis Pengawas
Notaris dan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia terkait dengan
pelanggaran etika profesi Notaris terkait dengan periklanan yang tidak etis,
serta dampaknya terhadap reputasi dan keberlanjutan praktik Notaris yang
bersangkutan.

II. Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan studi yuridis normatif, yang merupakan sebuah
pendekatan dalam penelitian hukum di mana bahan pustaka atau data sekunder
menjadi fokus utama. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-
undangan (statute approach), yang melibatkan analisis mendalam terhadap semua
regulasi dan undang-undang yang terkait dengan isu hukum yang sedang dibahas.
Selain itu, pendekatan kasus (case approach) juga digunakan untuk mengkaji situasi
konkret yang relevan dengan topik penelitian ini. Penelitian ini dilakukan melalui
metode kepustakaan (Library Research), di mana Peneliti melakukan pencarian,

July
mempelajari, menelaah, dan menganalisis literatur yang relevan dengan topik yang
sedang diteliti. Sumber literatur meliputi buku-buku, jurnal-jurnal, undang-undang,
dan putusan yang terkait. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan
disajikan secara deskriptif dalam konteks normatif.

III. Hasil dan Pembahasan


3.1 Konsekuensi Hukum Bagi Seorang Notaris Yang Melakukan Periklanan
Konsekuensi hukum bagi seorang notaris yang melakukan periklanan yang
melanggar prinsip-prinsip etika profesi dapat berupa sanksi disiplin sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Konsekuensi-konsekuensi yang
mungkin diterapkan meliputi89:
1. Sanksi Disiplin: Seorang notaris yang melanggar prinsip-prinsip etika profesi
dapat menerima sanksi disiplin sesuai dengan Undang-Undang. Sanksi disiplin
dapat berupa penghapusan nama atau hukum notaris, pemberian surat
peringatan, atau pemberian surat peringatan.
2. Denda: Seorang notaris yang melanggar prinsip-prinsip etika profesi dapat
menerima denda sesuai dengan Undang-Undang. Denda dapat berupa denda
bersamaan dengan harga jual notaris atau denda berupa puluhan atau ribuan
rupiah.
3. Pidana: Seorang notaris yang melanggar prinsip-prinsip etika profesi dapat
menerima pidana sesuai dengan Undang-Undang. Pidana dapat berupa
tinggalan, penjara, atau kasus yang diletakkan di pengadilan.
4. Pemberian Surat Peringatan: Seorang notaris yang melanggar prinsip-prinsip
etika profesi dapat menerima surat peringatan dari BPK. Surat peringatan dapat
berupa surat peringatan atau surat peringatan yang lebih serius.
Dissuasional: Konsekuensi hukum dapat berupa disuasional, seperti keterangan
yang diberikan kepada masyarakat bahwa seorang notaris yang melanggar prinsip-
prinsip etika profesi dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan transaksi
notaris.
Perubahan Perilaku: Konsekuensi hukum dapat berupa perubahan perilaku.
Seorang notaris yang melanggar prinsip-prinsip etika profesi dapat menjadi lebih
berhati-hati dalam melakukan transaksi notaris10.
Sebagai contoh, seorang notaris yang melanggar prinsip-prinsip etika profesi
dapat menerima sanksi disiplin seperti penghapusan nama atau hukum notaris, denda
bersamaan dengan harga jual notaris, atau pidana seperti tinggalan atau penjara.
Selain itu, konsekuensi hukum dapat berupa disuasional, seperti keterangan yang
diberikan kepada masyarakat bahwa seorang notaris yang melanggar prinsip-prinsip
etika profesi dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan transaksi notaris.

8
Tifanny, Anna. 2022, “Sanksi Terhadap Notaris yang Melakukan Promosi dan Publikasi pada Media
Tiktok”, Unes Law Review, Vol. 5 Issue 2.
9
Rachmawati, S., & Fadli, M. (2019). Pemuatan Foto dan Papan Nama Notaris di Instagram sebagai
Bentuk Pelanggaran Kode Etik Notaris di Kota Malang. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, 4(1), 162. https://doi.org/10.17977/um019v4i1p162-168
10
Setyarini, A. D., & L, K. K. (2023). Pentingnya Penerapan Kode Etik Atas Etika Profesi Hukum Pada
Profesi Notaris. Socius: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosia, 1(December), 63–70.
E-ISSN: Nomor xxxx
ISSN: 1978-1520

3.2 Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris
Indonesia
Majelis Pengawas Notaris (MPN) dan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris
Indonesia (INI) memiliki tanggung jawab yang terpisah dalam menangani
pelanggaran etika profesi Notaris terkait dengan periklanan yang tidak etis. MPN,
sebagai lembaga pengawas yang bertugas mengawasi pelaksanaan tugas jabatan
Notaris, diharapkan dapat melakukan pengawasan sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam UUJN. Di sisi lain, Dewan Kehormatan Notaris memiliki kewenangan
untuk menegakkan ketentuan Kode Etik Jabatan Notaris, sebagaimana yang
diamanatkan dalam Pasal 83 ayat (1) UUJN11.
Dalam menjalankan fungsi pengawasannya, MPN memiliki kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan terhadap Notaris, menyelenggarakan sidang untuk
memeriksa dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris, serta mengambil keputusan
hingga memberikan sanksi kepada Notaris yang terbukti melanggar UUJN dan Kode
Etik Notaris. Kewenangan ini adalah implementasi dari amanat UU Jabatan Notaris
yang mengatur pengawasan terhadap profesi Notaris.
Sementara itu, implementasi sanksi terhadap pelanggaran etika profesi Notaris,
termasuk terkait periklanan yang tidak etis, dapat berupa pemberhentian jabatan,
pemberhentian sementara, pemberhentian dengan tidak hormat, dan sanksi lain yang
sesuai dengan ketentuan Kode Etik Jabatan Notaris. Namun, dalam beberapa kasus
seperti di Kabupaten Bungo, Dewan Kehormatan Daerah mungkin tidak
memberlakukan sanksi tegas, yang mengindikasikan adanya tantangan dalam
konsistensi penegakan aturan etika profesi Notaris di berbagai daerah.
Pengawasan terhadap Notaris selalu terkait dengan pelaksanaan tugas dan
jabatannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal ini menegaskan pentingnya
menjaga kepatuhan terhadap peraturan dasar yang mengatur profesi Notaris demi
menjaga integritas dan kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut.

IV. Kesimpulan
Notaris yang melakukan periklanan yang melanggar etika profesi dapat
menghadapi sanksi disiplin, denda, atau bahkan pidana sesuai Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris. Majelis Pengawas Notaris (MPN) dan Dewan Kehormatan
Ikatan Notaris Indonesia (INI) memiliki peran berbeda dalam menegakkan aturan
tersebut. MPN bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan tugas notaris dan
memberikan sanksi sesuai ketentuan, sementara INI memiliki kewenangan untuk
menegakkan Kode Etik Jabatan Notaris. Penting untuk menjaga kepatuhan terhadap
aturan profesi notaris demi mempertahankan integritas dan kepercayaan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Anand, Ghansham, 2018. Karakteristik Jabatan Notaris di Indonesia. Penerbit Prenada Media
Group, Jakarta
Agustan, Leny dan Khairulnas. 2018. Panduan Notaris/PPAT dalam Menghadapi Gugatan
11
Anand, Ghansham, 2018. Karakteristik Jabatan Notaris di Indonesia. Penerbit Prenada Media Group,
Jakarta

July
Perdata. Penerbit UII Press, Yogyakarta

Jurnal:
Atmaja, S. S. (2021). Publikasi Jabatan Notaris Pada Akun Pribadi Media Sosial Ditinjau
Dari Undang – Undang No. 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris Dan Kode Etik
Notaris. [TESIS HUKUM 2021], 7(3), 6.
Dwitriani, A. A., & Santoso, B. (2023). Pengaruh Perkembangan Teknologi Terhadap
Etika Profesionalisme Notaris. Unes Law Review, 6(2), 4718–4730. https://review-
unes.com/https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
Hermawan, A., & Sugiarto, A. (2023). Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon
Pendahuluan Notaris adalah istilah profesi bagi seseorang yang telah mengenyam
pendidikan hukum , yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk melakukan
urusan hukum , oleh karena itu profesi Notaris adalah officium nobil. Jurnal
Penelitian Bidang Hukum Universitas Gresik, 12, 494–509.
Marlo, M., Irhanka, R., Akrabi, S., & Laksmana Bonaparta, G. (2023). Pemanfaatan
Sosial Media oleh Notaris Sebagai Sarana Pelaksanaan Penyuluhan Hukum.
UNES LAW REVIEW, 6(2), 4789–4802.
https://review-unes.com/https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
Rachmawati, S., & Fadli, M. (2019). Pemuatan Foto dan Papan Nama Notaris di
Instagram sebagai Bentuk Pelanggaran Kode Etik Notaris di Kota Malang. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 4(1), 162.
https://doi.org/10.17977/um019v4i1p162-168
Renaldi, F., & Allagan, T. M. P. (2024). Perbandingan Publikasi dan Promosi Diri Oleh
Notaris di Indonesia dan di Belanda. UNES Journal of Swara Justisia, 8(1), 52–68.
Setyarini, A. D., & L, K. K. (2023). Pentingnya Penerapan Kode Etik Atas Etika Profesi
Hukum Pada Profesi Notaris. Socius: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosia,
1(December), 63–70.
Tifanny, Anna. 2022, “Sanksi Terhadap Notaris yang Melakukan Promosi dan
Publikasi pada Media Tiktok”, Unes Law Review, Vol. 5 Issue 2.
Wenerda, Indah. 2020, “Proses Komunikasi Pada Pengguna Aplikasi WhatssApp yang
Menonaktifkan Read Reciepts”, Channel Jurnal Komunikasi, Vol; 8, No. 1.

Peraturan Perundang-Undang:
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN)

Anda mungkin juga menyukai