dan memelihara keamanan serta ketertiban. Peran ini berkembang sesuai dengan
sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang seiring
meningkatnya kebutuhan masyarakat itu sendiri atas adanya suatu pelayanan jasa.
Jabatan Notaris staatsblad 1860-3 (untuk selanjutnya disebut sebagai PJN). Pasal
undang undang nomor 2 tahun 2014 tentang jabatan Notaris (selanjutnya disebut
UUJN) memberi kewenangan pada Notaris untuk membuat akta otentik untuk
tidak seperti pada akta dibawah tangan. Akta dibawah tangan adalah akta yang
umum2. Akta otentik merupakan produk Notaris yang memuat perjanjian tertulis
bidang bisnis. Akta otentik sebagai alat bukti yang terkuat dan terpenuh memiliki
peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam masyarakat, tidak hanya
undang Nomor 30 tahun 2004 yang kemudian diubah dengan undang undang
Nomor 2 tahun 2014, organisasi Notaris ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan
Pasal 82 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU Jabatan Notaris Nomor 2 tahun
Notaris. (2) Wadah Organisasi Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada ayat (1) merupakan satu-satunya wadah profesi Notaris yang bebas dan
mandiri yang dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas
profesi Notaris”.
Indonesia, organisasi yang mewadahi para Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia
Notaris yang didirikan sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, sebagai wadah
berbadan hukum.
hanya sebagai wadah silaturahmi antar Notaris, tetapi juga mengawasi praktik
kerja Notaris sekaligus mengatur kode etik yang di dalamnya berisi kaidah moral
sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan, memberikan teguran dan sanksi
kepada Notaris jika terjadi pelanggaran terhadap kode etik, berwenang memecat
Notaris.
dengan UUJN disamping juga Kode Etik Notaris yang selanjutnya disebut sebagai
Kode Etik yang dibuat oleh organisasi profesi Notaris dalam hal ini adalah Ikatan
“Kode Etik adalah kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan
tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan
Kode Etik yang ditetapkan di Banten, pada tanggal 30 Mei 2015 tersebut
penegakan kode etik bagi Notaris dalam Pelaksanaan Jabatannya. Notaris dapat
3
Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia, Hasil Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris
Indonesia, Banten, 30 Mei 2015.
5
ketentuan yang dimuat dalam Kode Etik. Penerapan sanksi atas pelanggaran Kode
Etik perlu mendapatkan kajian lebih lanjut mengingat, sanksi tersebut dijatuhkan
oleh Organisasi Profesi Notaris dan berbeda dengan sanksi yang diberikan oleh
Notaris Indonesia. Kita ketahui bahwa Ikatan Notaris Indonesia (INI) adalah satu-
dan resmi. Pasal 82 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU Jabatan Notaris
menyebutkan, “(1) Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi Notaris. (2)
Wadah Organisasi Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Ikatan
Notaris Indonesia. (3) Organisasi Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan satu-satunya wadah profesi Notaris yang bebas dan mandiri yang
Notaris”.
memiliki anggota aktif. Sebagian notaris secara sadar memilih organisasi itu tanpa
sistem demokrasi. Pasalnya, ketentuan Pasal 82 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU
Jabatan Notaris Nomor 2 tahun 2014 itu secara nyata membatasi hanya boleh ada
satu Organisasi Notaris, dalam hal ini Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai satu-
satunya wadah profesi Notaris. Sementara disisi lain kita ingat dan ketahui hak
6
tertulis dalam UUD 1945 pasal 28 E ayat 3. Dalam ayat tersebut, dikatakan bahwa
pendapat”.
Kita masih ingat jauh sebelum UU Jabatan Notaris Nomor 2 tahun 2014
Ketentuan Pasal 82 ayat (1) UUJN tahun 2004, Pasal 82 ayat (1) yang
bertentangan dengan Pasal 22A, Pasal 28E ayat (3) dan Pasal 28 G ayat (1).
Pasal 22A UUD 1945 berbunyi: "Ketentuan lebih lanjut tentang tatacara
mengeluarkan pendapat";
Tentang ada atau tidak adanya pertentangan antara UU JN, termasuk Pasal
82 ayat (1), dengan Pasal 22A UUD 1945, telah dipertimbangkan dalam bagian
pertentangan antara Pasal 82 ayat (1) UU JN dengan Pasal 28E ayat (3) dan Pasal
a. Bahwa Pasal 82 ayat (1) UU JN tidak melarang bagi setiap orang yang
menjalankan profesi Jabatan Notaris untuk berkumpul, berserikat dan
mengeluarkan pendapat. Namun dalam hal melaksanakan hak berserikat,
mereka harus berhimpun dalam satu wadah organisasi notaris, karena
Notaris adalah pejabat umum yang diangkat oleh negara, diberi tugas dan
wewenang tertentu oleh negara dalam rangka melayani kepentingan
masyarakat, yaitu membuat akta otentik.
c Menimbang bahwa kaitan antara Pasal 82 ayat (1) dengan Pasal 1 angka 5
UU JN mengenai keharusan organisasi notaris berbentuk badan hukum,
seperti telah dikemukakan di atas, Mahkamah berpendapat bahwa status
badan hukum organisasi notaris sebagai wadah bagi Notaris yang
berfungsi sebagai pejabat umum, memang dibentuk agar organisasi itu
bersifat mandiri. Dengan demikian, konflik antara kepentingan organisasi
dan kepentingan pengurus serta anggota organisasi tersebut dapat
diminimalisasi, sehingga kinerjanya akan lebih objektif, berwibawa, dan
terpercaya;
e Jika para Pemohon tidak puas terhadap keputusan atau pengaturan lebih
lanjut sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut, maka para Pemohon
dapat melakukan upaya hukum, namun bukan kepada Mahkamah
Konstitusi. Karena, sesuai dengan Pasal 10 UU MK, Mahkamah tidak
berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara demikian-,
9
Namun hingga beberapa tahun berlalu hingga saat ini, masih ada beberapa
Indonesia (HNI) dan Persatuan Notaris Indonesia (PERNORI) yang juga memiliki
demokrasi, maka berharap pemerintah mengizinkan lebih dari satu wadah tunggal.
serta yang lainnya pada intinya adalah karena mereka sebenarnya sudah memiliki
beberapa anggota tetap akan tetapi satu persatu dari organisasi tersebut mundur
teratur bahkan mulai meninggalkan organisasi tersebut dan mau tidak mau
hal yang terkuat dalam hal ini. Bagaimana tidak, fakta saat ini menunjukkan
untuk menjadi seorang Notaris, Calon Notaris sudah harus wajib mendaftar
Anggota Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia (INI) terlebih dahulu, kemudian
mengikuti Ujian untuk menjadi Anggota Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia
Daerah/Wilayah Ikatan Notaris Indonesia (INI). Tidak hanya itu, tetapi sampai hal
ingin pindah wilayah kerja) wajib mengumpulkan poin demi poin minimal sampai
30-50 poin, dengan rata-rata poin per seminar adalah 2 poin (biaya rata-rata per
seminar kegiatan Notaris (yang biasanya masih terpusat di Ibukota Negara), yang
mana belum tentu terjangkau bagi mereka yang jauh di luar Ibukota. Padahal
apabila ada terdapat beberapa Wadah/Organisasi Notaris itu masing masing akan
anggota pun dapat bersaing, karena beragam kegiatan dan dapat pula dari berbagai
Hukum dan HAM (Dirjen AHU) di situs resminya sejak awal Januari 2018
menjadi notaris. Melengkapi Ujian Kode Etik Notaris (UKEN), ujian pra Anggota
Luar Biasa (ALB) sebagai syarat untuk mengikuti UKEN, serta ujian magang
bersama, lengkap sudah ada 4 ujian khusus untuk menjadi notaris yang mana
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata
Memang, sebenarnya aturan itu sudah dibuat sedemikian rupa dan wajib
ditaati. Tetapi kebijakan ini menurut Penulis kurang popular, artinya hak
seseorang untuk menjadi Notaris pun (dengan hitung-hitungan biaya diatas, belum
11
terjangkau dari kalangan menengah ke atas. Jika kita kembali ke pokok diatas,
intinya dalam hal ini Pemerintah melalui Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Indonesia (INI) baik dalam pembinaan Notaris dan Pengangkatan Notaris itu
Wadah”.
C. PERUMUSAN MASALAH
penulisan tesis ini, Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
2 Implikasi diberlakukannya Pasal 82 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-
Indonesia (INI)?
12
D. KEASLIAN PENELITIAN
kewajiban para notaris untuk berhimpun dalam satu wadah organisasi yang telah
adalah:
Notaris.
Perumusan Masalah:
Notaris?
Hasil Penelitian:
a. Peran INI dalam hal menjaga Kode Etik Notaris dan melindungi
4
Syarifa, Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas
Indonesia, lulus tahun 2011.
13
Notaris. INI melakukan ujian kode etik dua kali dalam setahun yang
Perumusan Masalah:
Nomor : 009-014/PUU-III/2005?
Nomor : 009-014/PUU-III/2005?
Hasil Penelitian:
5
Angela Delena P, Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan
Universitas Diponegoro, lulus tahun 2009.
15
latin (civil law notary), yang juga hanya mengenal satu wadah
bersangkutan.
tidak bertentangan dengan Pasal 28E ayat (3) dan Pasal 28G ayat (1)
28E ayat (3) dan Pasal 28G ayat (1) UUD 1945, tidak bisa dilakukan
yang tidak tegas dan jelas isinya yang kemudian diajukan ke MKRI,
dalam kenyataannya selama ini, bahwa INI yang sudah ada sebagai
MKRI organisasi Jabatan Notaris selain INI diakui, karena hal ini
notaris untuk bergabung dengan memilih wadah yang diakui sah oleh pemerintah
diberlakukannya Pasal 82 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang tentang
yang terkait dengan penelitian ini tetaplah digunakan sebagai bahan analisa dalam
diberlakukannya Pasal 82 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang
kepastian hukum.
F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kewenangan Notaris
18
tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang diundangkan tanggal 6 Oktober 2004
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 117 dan
Dari pasal tersebut terlihat sebuah perbedaan dengan pada masa awal notaris di
Indonesia, pada saat ini notaris bukan lagi pegawai pemerintah melainkan
pejabat umum yang mandiri yang memiliki kewenangan dalam membuat akta
pejabat lain.
dan diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani publik dalam dalam hal-
hal tertentu. Karena itu notaris sebagai pejabat umum ikut serta melaksanakan
19
Etik Profesi Notaris yang harus senantiasa dipatuhi dan dijunjung tinggi. Salah
(dua) orang saksi dan ditanda tangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi
dan notaris. Berdasarkan ketentuan tersebut jelas bahwa pada saat pembacaan
akta notaril harus dihadiri oleh paling sedikit dua orang saksi, begitu juga pada
saat penandatanganan akta, saksi tersebut juga harus turut membubuhkan tanda
tangannya.
undang ini mengatur segala kewenangan, hak dan kewajiban serta larangan
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
adalah seorang pejabat umum yang diberi wewenang oleh hukum untuk
6
Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Persepektif Hukum dan
Etika, Yogyakarta: UII Press, hlm 16
20
jabatannya.
Kewenangan lain notaris diatur dalam Pasal 15 ayat (1), (2), dan (3)
sebagai berikut:
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur peraturan perundang-
undangan.
Surat atau akta yang dibuat oleh notaris dalam perkara perdata
dalam suatu surat atau akta sebagai maksud untuk menjadi alat bukti transaksi
atau peristiwa hubungan hukum yang terjadi apabila suatu ketika timbul
Agar akta yang dibuat oleh seorang notaris dapat berlaku sebagai
pihak lain untuk digugurkan sebagai alat bukti autentik, maka akta tersebut
terhadapnya.
Autentik tidaknya suatu akta tidaklah cukup apabila akta itu dibuat
oleh dan di hadapan pejabat saja. Di samping itu caranya membuat akta
Sutau akta yang dibuat oleh seorang pejabat tanpa ada wewenang dan tanpa
dapat dianggap sebagai akta otentik, tetapi mempunyai kekuatan sebagai akta
Hal ini juga dapat dilihat pada Pasal 1 angka (7) Undang-Undang Nomor 2
selanjutnya disebut Akta adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan
Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang
ini”. Dengan demikian apabila suatu akta dibuat oleh atau dihadapan notaris
tapi tidak mengikuti bentuk dan tata cara yang ditetapkan undang undang
Dalam Pasal 1868 KUH Perdata juga dapat diartikan bahwa akta
notaris adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
undang, dibuat oleh atau dihadapan seorang pegawai umum yang berkuasa
7
Habib Adjie, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik, Bandung: PT. Refika Aditama, hlm 47-48
23
kepentingan umum kalau organisasi notaris ini tidak dalam satu wadah
Misalnya seorang notaris yang dikenai sanksi kode etik oleh satu
sedunia, pada negara-negara yang menggunakan sistim hukum Civil Law atau
sistem Notaris Latin hanya ada satu organisasi Notaris dan hanya mempunyai
satu Kode etik pula, sebab apabila ada lebih dari satu organisasi akan
khususnya dalam bidang hukum privat,8 oleh karena itu profesi Jabatan
Selain itu terdapat pula fungsi yang melekat atas keberadaan wadah
negara dalam arti luas, yaitu untuk melindungi kepentingan masyarakat dan
dalam arti luas dan wadah atau organisasi lain yang menggunakan nama
Notaris
berbadan hukum.
a. Anggaran Dasar;
wajib mempunyai :
a. Anggaran Dasar;
terjadwal dan berjenjang yang sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga organisasi, disamping itu juga adanya pertemuan ilmiah dan pembinaan
untuk para anggota yang terstruktur dan terjadwal. Kesemuanya itu telah dipenuhi
oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI), oleh karena itu INI sebagai satu-satunya
sebagai Notaris.
adalah satu-satunya wadah organisasi profesi jabatan Notaris bagi segenap Notaris
di seluruh Indonesia.
Ikatan Notaris Indonesia juga terdapat dalam Anggaran Rumah Tangga Ikatan
Notaris Indonesia hasil Keputusan Rapat Pleno Ikatan Notaris Indonesia di Medan
pada tanggal 29 Maret 2007, yaitu dalam Bab I Status Perkumpulan Pasal 1 yang
satunya wadah organisasi profesi jabatan Notaris bagi segenap Notaris di seluruh
Indonesia.
Terakhir, Kode Etik yang ditetapkan di Banten, pada tanggal 30 Mei 2015
tatacara penegakan kode etik bagi Notaris dalam Pelaksanaan Jabatannya. Notaris
pelanggaran Kode Etik perlu mendapatkan kajian lebih lanjut mengingat, sanksi
tersebut dijatuhkan oleh Organisasi Profesi Notaris dan berbeda dengan sanksi
yang diberikan oleh Majelis Pengawas Notaris yang telah diatur dalam UUJN.
oleh Menteri Hukum dan HAM sebagaimana ternyata antara lain Surat
28
HAM tanggal 4 Juli 2002 yang ditujukan kepada Ketua Umum PERNORI No.C2-
ketentuan Pasal 82 dan 83 UUJN yaitu:Kode Etik Jabatan dan Mempunyai Buku
Pengawas. Hal inilah yang membedakan antara Organisasi INI dan non-INI.
Selain itu eksistensi dari organisasi profesi notaris lain diatas seperti
PERNORI, HNI dan ANI, tidak diakui keberadaannya sebagaimana ternyata dari
memberikan jaminan yang sangat tegas dalam Pasal 28E ayat (3) bahwa
pendapat.” Pengaturan seperti ini mengandung substansi yang jauh lebih tegas
maka tidak ada jaminan bahwa kebebasan berserikat dapat dilakukan oleh
setiap warga negara. Oleh karena itu, sebenarnya ketentuan asli Pasal 28 UUD
1945 itu bukanlah rumusan HAM seperti umumnya dipahami. Namun dengan
Pasal 28J memberikan pembatasan dalam menjalankan hak dan kebebasan agar
setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk memenuhi
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapan juga.
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
kala juga tidak terlepas dari pelanggaran terhadap hak-hak orang lain yang
patut juga dihormati secara hukum. Mereka yang menjadi anggota suatu
11
Abdul Hakim G. Nusantara, “Lindungi Kebebasan Berserikat”, Opini, Harian Kompas,
Senin, 6 September 2010, hal. 7.
31
organisasi tetapi tidak terlibat dan terbukti tidak mengambil bagian dalam
yang melanggar hukum itu tentu tidak menjadi ancaman, baik sebagai pribadi
kemudian dianggap tidak sah, tetapi hal itu tanpa didasari oleh niat yang
khusus (specific intent) untuk mewujudkan tujuan yang tidak sah maka orang
tersebut secara tidak perlu dapat dikatakan telah melanggar kebebasan yang
sendiri kehendak bebasnya, tidak karena dipaksa ataupun digiring orang lain
merupakan salah satu wujud dari hak asasi manusia yang dapat di
Pasal 28 maupun Pasal 28E ayat (3) menggandengkan hak berserikat dan
berkumpul merupakan salah satu ekspresi pendapat dan aspirasi atas idée yang
disalurkan dengan cara bekerja sama dengan orang lain yang memiliki idée dan
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
dengan cara meneliti dan menggunakan bahan hukum yaitu bahan hukum primer,
33
bahan hukum sekunder bahan hukum tersier yang didapat dari penelitian
2. Tipe Penelitian
yaitu aturan dari peraturan perundang-undangan satu dengan yang lainnya saling
Pasal 82 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU Jabatan Notaris menyebutkan, “(1)
Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi Notaris. (2) Wadah Organisasi
Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Ikatan Notaris Indonesia. (3)
wadah profesi Notaris yang bebas dan mandiri yang dibentuk dengan maksud dan
tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi Notaris”, karena ketiga ayat tesebut
untuk berhimpun dalam hanya satu wadah organisasi notaris, kemudian dikaitkan
3. Sifat Penelitian
secara ilmiah dengan suatu metode yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
12
Soerjono Soekanto, 1995, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT.
RajaGrafindo, hlm. 13
34
tersebut.
4. Pendekatan Penelitian
telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang
telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap. 13
hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu
yang dihadapi. 14
13
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media, hlm. 93
14
Ibid, hlm. 95
35
hukum tersebut secara kualitatif dengan pendekatan kasus (the case approach),
telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang
36
telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap.
H. Sistematika Penulisan
mengenai isi dan materi dalam penyusunan tesis ini, maka masing-masing isi dan
babnya terdiri atas beberapa sub bab, yang pada prinsipnya dapat digambarkan
sebagai berikut:
yaitu yang berkaitan dengan Kewajiban Berhimpun Satu Wadah Notaris kaitannya
Bab III merupakan elaborasi dari masalah kedua dalam penelitian tesis
ini yang berkaitan dengan Implikasi diberlakukannya Pasal 82 ayat (1), ayat (2)
(INI).
terhadap apa yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya dan Saran terhadap
I. JADWAL KEGIATAN
No
Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan IV
.
1 Pembimbingan dan Konsultasi Usulan Penelitian dan Penulisan Tesis
Pembimbingan dan
1.a
Konsultasi Rencana Tesis
Penyusunan Usulan
1.b
Penelitian Tesis
Penilaian Usulan Penilaian
1.c
Tesis (Proposal Tesis)
2 Pelaksanaan Penelitian Tesis
Perbaikan Usulan
2.a
Penelitian Tesis
Pembimbingan dan
Konsultasi Usulan
2.b
Penelitian
dan Penulisan Tesis
Pengumpulan Bahan
2.c
Hukum
2.d Analisis Bahan Hukum
3 Ujian Tesis
4.a Perbaikan
Penggandaan, Penjilidan
5
dan Pendistribusian
38
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku/Literatur:
Adjie, Habib 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai
Pejabat Publik, Bandung: PT. Refika Aditama
Makarao, Taufik 2004, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata, PT. Rineka Cipta,
Jakarta;
Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji. 1994. Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
B. Peraturan Perundang-undangan: