id
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Oleh :
Putri Purbasari Raharningtyas Marditia
NIM. E 0008412
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
2012
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Kehidupan adalah suatu pilihan. Apakah kita mau hidup kaya atau miskin,
tergantung atas keputusan dan tindakan kita sepenuhnya.
dan
Kebahagiaan akan timbul dalam diri kita apabila kita melakukan sesuatu yang
benar-benar kita sukai.” (Walter Elias Disney)
Jangan pernah berhenti menjadi pemimpi, karena menjadi pemimpi adalah awal
dari seorang pemimpin (penulis)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang serta diiringi rasa syukur penulis panjatkan, sehingga penulisan hukum
(skripsi) dengan judul“ANALISIS IMPLIKASI HUKUM SUKSESI NEGARA
REPUBLIK SUDAN SELATAN DITINJAU DARI HUKUM
INTERNASIONAL.” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam setiap proses penyelesaian penulisan
hukum (skripsi) ini tidak akan terlaksana dengan lancar tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dengan segala
kerendahan hati, dan semoga kebaikan pihak-pihak yang telah membantu akan
dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Terima kasih saya haturkan terutama
kepada:
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………….............. ix
DAFTAR ISI………………………………………………………… xi
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………… 1
A. Latar Belakang………..………………………………….. 1
B. Rumusan masalah………………………………………... 4
C. Tujuan Penelitian………………………………………… 4
D. Manfaat Penelitian……………………………………….. 5
E. Metode Penelitian………………………………………… 5
A. Kerangka Teori………..…………………………………... 11
B. Kerangka Pemikiran………..……………………………… 34
A. Hasil Penelitian……………………..................................... 36
B. Pembahasan……………………............................................. 83
BAB IV. PENUTUP……………………………………………………. 111
A. Simpulan……………………………………………………. 111
B. Saran………………………………………………………… 112
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I.
PENDAHULUAN
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang Penulis paparkan dan agar
permasalahan yang diteliti menjadi lebih jelas dan mencapai tujuan yang Penulis
harapkan, maka perlu adanya perumusan masalah. Adapun perumusan masalah
penelitian ini yaitu :
“Bagaimana implikasi hukum suksesi negara Republik Sudan Selatan dari
Republik Sudan ditinjau dari Hukum Internasional?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang dikenal dalam suatu penelitian ada dua macam, yaitu: tujuan
obyektif dan tujuan subyektif. Tujuan obyektif merupakan tujuan penelitian itu
sendiri, sedangkan tujuan subyektif berasal dari peneliti. Tujuan obyektif dan
subyektif dalam penelitian ini adalah :
1. Tujuan obyektif
Tujuan obyektif penelitian hukum ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
implikasi hukum suksesi negara Republik Sudan Selatan ditinjau dari Hukum
Internasional.
2. Tujuan subjektif
a. Memenuhi persyaratan akademis guna menyelesaikan program studi ilmu
hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Penulisan hukum ini Penulis harapkan mampu memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan
Hukum Internasional pada khususnya.
b. Memberi sumbangan pemikiran mengenai prosedur dan akibat hukum yang
timbul dari suksesi negara untuk predecessor state dan successor state.
c. Memberi sumbangan pemikiran dalam ranah Hukum Internasional.
2. Manfaat praktis
a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
b. Untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir dinamis
sekaligus mengetahui kemampuan Penulis dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya.
Metode penelitian merupakan suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam
penelitian dan penilaian. Metode penelitian penulisan hukum ini adalah sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam Penulisan hukum ini adalah
penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder
commit
yang terdiri dari bahan hukum to user
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
Bab ini menjelaskan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang
diperoleh dari analisis yang bersumber pada hukum internasional maupun konsep
dalam hukum internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi berbagai sumber pustaka yang dikutip dalam
Penulisan hukum ini.
commit to user
xxii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan umum negara
a. Pengertian dan unsur-unsur negara
Negara adalah salah satu subjek hukum internasional dan merupakan
subjek hukum yang pertama dan utama, baik ditinjau secara historis
maupun secara faktual. Dalam United Nations Convention on
Jurisdictional Immunities of States and Their Property tahun 2004 yang
mengatur mengenai hilangnya imunitas negara ketika terjadi pelanggaran
HAM yang berat dalam Pasal 2 paragraf 1 (b) memberikan definisi
mengenai negara, (Gerhard Hafner, 2006: 2) yaitu:
“i. the State and its various organs of government;
ii. constituent units of a federal State or political
subdivisions of the State, which are entitled to perform
acts in the exercise of sovereign authority,and are acting
in that capacity;
iii. agencies or instrumentalities of the State or other
entities, to the extent that they are entitled to perform and
are actually performing acts in the exercise of sovereign
authority of the State;
iv. representatives of the State acting in that capacity;”
xxiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
AlemTekle. http://www.Sudantribune.com/Sudanese-presidency-
recognizes, 39471. [Diakses tanggal 28 Desember 2011]).
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Republik Sudan
Selatan dapat diklasifikasikan sebagai subyek hukum internasional karena
Republik Sudan Selatan yang memenuhi unsur-unsur seperti yang telah
disebutkan dalam Pasal 1 Montevideo (Pan American) Convention on
Rights and Duties of State on 1933, yakni; Pertama, adalah penduduk
tetap, terdapat 11,000,000–13,000,000 diSudan Selatan (Sudan Tribune,
http://www.sudantribune.com/Sudan-census-committee-say,31005
[Diakses tanggal 28 Desember 2011]). Kedua, adalah wilayah yang tetap,
ditunjukan dengan adanya peta resmi dari Sudan Selatan (Sudan Tribune.
http://www.sudantribune.com/South-Sudan-s-new-official-map,42492. [
Diakses tanggal 5 Mei 2012]) . Ketiga, adalah Pemerintah yang sah dan
berdaulat karena Pemerintah yang sah adalah pemerintah yang dapat
menjalankan kedaulatannya baik di dalam negeri atau diluar batas-batas
negaranya adalah negara yang merdeka bebas dari penguasaan negara lain.
Keempat, adalah Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan
negara lain, dibuktikan dengan pengakuan oleh 60 negara termasuk 6
negara non-anggota PBB dan pengakuan dari Republik Sudan pada
tanggal 9 Juli 2011. Pengakuan tersebut tidak dapat ditarik kembali,
karena pengakuan tersebut dinyatakan secara resmi (Tesfa-AlemTekle.
http://www.Sudantribune.com/Sudanese-presidency-recognizes, 39471.
[Diakses tanggal 28 Desember 2011]).
b. The right to self determination (Hak bangsa untuk menentukan nasibnya
sendiri).
Negara dibentuk berdasarkan suatu hak yang dikenal dengan hak
bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri (self determination). Ungkapan
self determination atau the right to self determination sering dipahami
sebagai hak sebuah kelompok atau bangsa untuk menentukan nasib sendiri
yang pada titik ekstrim sering dikaitkan pada konteks memperjuangkan
commit
kemerdekaan atau kelahiran to user
negara baru dan pemisahan diri dalam hal
xxx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan hak-hak dalam kelompok atau grup, namun dalam poin e ini
adalah hak untuk memisahkan diri dari predecessor state.
Mengenai realisasi atas the right of self determination ini secara
garis besar terbagi dalam dua kelompok. Pertama, adalah aspek eksternal
yang artinya self-determination secara eksternal terealisasi dalam suatu
bangsa dalam pelaksanaan kekuasaan yang mandiri tanpa adanya campur
tangan bangsa lain atau asing(undue interference). Sebagai contoh adalah
terbebasnya negara dari sistem pemerintah kolonial. Kedua, aspek internal
artinya suatu bangsa atau negara tidak bisa serta-merta mengklaim telah
merealisasi self-determination hanya karena terbebas dari kolonialisme
namun, dituntut pula untuk memberikan sebuah sistem politik yang
menciptakan partisipasi politik yang bebas bagi para warga negaranya.
Sebagai contoh adalah sistem pemerintah yang demokrasi (Jawahir
Thontowi, 2006: 120).
Pelaksanaan self determination tidak boleh bertentangan dengan
prinsip Integritas teritorial artinya adanya pembatasan pelaksanaan self
determination dengan tujuan menjaga persatuan suatu negara dengan
mensyaratkan bahawa pelaksanaan self determination harus disertain
kesepakatan atau persetujuan dari negara yang bersangkutan mengenai
pemberian dan pelaksanaan self determination di negara tersebut (Marc
Weller, 2008: 101).
Kesimpulan dari teori self determination adalah hak yang sangat
fundamental sebagai perwujudan dari hak asasi manusia sehingga
dimungkinkan dilakukan perluasan pengertian yang tidak hanya terbatas
pada individu namun juga kelompok masyarakat dan lingkup negara.
Namun perlu ditegaskan pelaksanaan self determination yang sesuai
dengan prinsip Integritas teritorial adalah apabila negara memberikan
kesempatan bagi warga negaranya untuk pelaksanaan self determination
melalui suksesi negara (Marc Weller, 2008: 101). Seperti dalam kasus
suksesi Republik Sudan Selatan yang diatur dan disepakati dalam
Machakos Protocol bahwacommit to user
Republik Sudan memberikan kesempatan bagi
xxxiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
negara tidak dipenuhi atau terlepas dari pengaruh negara lain. Namun ada
juga yang berpendapat bahwa doktrin ini berdasar aliran hukum alam
(natural law doctrine) yang menyatakan bahwa hubungan negara sama
halnya dengan hubungan antar manusia. sehingga aliran ini berpendapat
bahwa hak-hak yang berlaku pada hubungan manusia seperti saling
menghormati, persamaan hak dan kemerdekaan berlaku juga pada
hubungan antara negara (Mohammed Bedjaoui, 1991: 44).
Menurut Schwarzenberger sebagaimana dikutip oleh J.M Ruda
menyatakan hak dan kewajiban adalah dasar atau fundamental apabila
memenuhi 3 syarat (J.M Ruda, 1987: 467) :
1) Hak dan kewajiban tersebut harus benar-benar memiliki arti yang
penting dalam hukum internasional.
2) Hak dan kewajiban tersebut mengalahkan hal-hal lainnya; dan
3) Hak dan kewajiban tersebut membentuk atau menjadi bagian penting
dari sistem yang diketahui atau yang ada sehingga apabila diabaikan
maka akan berakibat pada hilangnya karakteristik hukum
internasional.
Menurut J.G Starke yang termasuk dalam hak-hak dasar negara
adalah sebagai berikut (J.G Starke, 1989: 67) :
1) Kekuasaan untuk mengatur masalah dalam negaranya.
2) Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang lain.
3) Memiliki kekebalan dan hak diplomatik luar negeri;
4) Memiliki yuridiksi terhadap tindakan kriminal dan dilakukan didalam
wilayah negaranya.
Upaya masyarakat internasional dalam membahas hak (dasar)
negara terlihat dari beberapa kesepakatan-kesepakatan internasional yang
muncul (S.Tasrif, 1987: 10) :
1) American Institute of International Law (AIIL) pada tahun 1916
berhasil mengeluarkan „Declaration of The Rights And Duties Of
Nations‟.
commit to user
xxxv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xl
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xliii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xliv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Suksesi Negara
Implikasi
commit toHukum
user
xlvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keterangan :
Suksesi negara merupakan salah satu cara terbentuknya suatu negara. Proses
suksesi negara merupakan perpindahan suatu tanggung jawab dari satu negara ke
negara lain dalam kaitannya dengan praktek hubungan internasional dari wilayah
tersebut. Sehingga yang berhubungan dengan suksesi dapat berupa penggabungan,
pemisahan, atau pembentukan negara baru dengan konsekuensinya adalah
perubahan kedaulatan.
Dalam hukum internasional pengaturan mengenai suksesi diatur dalam
sumber-sumber hukum internasional, meliputi; Montenvideo Convention on
Rights and Duties of States of 1933 Konvensi mengenai hak-hak dan kewajiban-
kewajiban Negara, The Vienna Convention on Succession of State in Respect of
Treaties on 1978 Konvensi mengenai Suksesi Negara dalam Hubungan dengan
Perjanjian Internasional dan The Vienna Convention on Succession of State in
Respect of State Property, Archive and Debst on 1983 Konvensi mengenai
Suksesi Negara dalam tanggung jawab terhadap kekayaan negara, arsip negara
dan hutang negara.
Pada tanggal 9 Juli tahun 2011 telah resmi terbentuknya negara baru yakni
Republik Sudan Selatan yang melalui suksesi negara terhadap Republik Sudan
dimana hal ini didasarkan dari hasil referendum. Republik Sudan Selatan pada
saat ini merupakan negara termuda di dunia dan anggota termuda di PBB pada
tanggal 14 Juli tahun 2011.
Republik Sudan Selatan merupakan contoh nyata pembentukan negara
melalui suksesi. Penulis tertarik melakukan penelitian terhadap implikasi hukum
internasional pada Republik Sudan Selatan sebagai sucessor state dan Republik
Sudan sebagai predecessor state sebagai akibat suksesi negara.
Berdasarkan analisis dan pengkajian tersebut bertujuan mengetahui
mengenai implikasi hukum yang ditimbulkan dari suatu proses suksesi negara
antara predecessor state dan sucessor state menurut ketentuan dalam hukum
internasional terhadap perjanjian internasional, hutang negara, kewarganegaraan,
arsip negara, public property, privat property, keanggotaan organisasi
internasional, dan tanggung jawabcommit to claims
terhadap user in tort & delict.
xlvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum Republik Sudan
Sudan, atau yang memiliki nama resmi Republik Sudan, adalah salah
satu negara yang terletak di Afrika Utara (Afrika Timur Laut). Republik Sudan
merdeka dari Inggris pada tanggal 1 Januari tahun 1956 (LB Lokosang, 2010:
17).
Data mengenai Republik Sudan dari segi geografisnya (Kementrian Luar
Negeri, http://www.kemlu.go.id/khartoum/ Pages/ Country Profile.aspx?
IDP=2&l =id. [Diakses tanggal 12 Agustus 2011]) adalah sebagai berikut :
letak dan luas wilayah Sudan terletak di bagian timur laut benua Afrika,
terbentang antara 4º dan 23º lintang utara, serta 22º dan 38º bujur timur. Sudan
merupakan negara terluas di benua Afrika atau sekitar 1,25% lebih besar dari
wilayah Amerika Serikat. Total wilayah Sudan mencakup 2.505.810 km² ( + 1
juta mil²) dan merupakan 8,3% dari seluruh luas benua Afrika. Luas wilayah
laut dan sungai 129,810 km² dan luas daratan 2.376.000 km². Aliran sungai Nil
Putih dan sungai Nil Biru yang bertemu di kota Khartoum dan melintasi
wilayah Sudan menyediakan sumber air yang tiada henti sepanjang tahun, baik
untuk keperluan air minum, pertanian maupun pembangkit listrik. Ibukota
Republik Sudan terletak di Khartoum. Total Perbatasan Republik Sudan adalah
7,687 km termasuk garis pantai Laut Merah 853 km. Republik Sudan
berbatasan langsung dengan 9 negara, yaitu: Mesir (1.273 km), Libya (383
km), Chad (1.360 km), Republik Afrika Tengah (1.165 km), Republik
Demokrasi Congo (628 km), Uganda (435 km), Kenya (232 Km), Ethiopia
(1.606 km) dan Eritrea (605 km). Dari 9 negara tersebut terdapat 5 negara
land-lock, yaitu Chad, Afrika Tengah, Congo, Uganda, dan Ethiopia.
Data mengenai populasi penduduk, dan sistem pemerintahan Republik
Sudan (CIA The World Fact Book,
commit to user
http://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/su.html.
xlviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
[Diakses tanggal 5 Juni 2011]) sebagai berikut: Pada Juli 2008 diperkirakan
sebesar 40.218.455 jiwa Jumlah penduduk Republik Sudan pada tahun 2009
berjumlah 41,381,72141,2 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan populasi rata-
rata 2,14%, tingkat kelahiran 34,53 per 1.000 populasi dan tingkat kematian
8,97 per 1.000 penduduk. Penduduk negara bagian Khartoum sekitar 7 juta
jiwa sedangkan ibukota Khartoum saja sekitar 2,5 juta jiwa. Penduduk
Republik Sudan terdiri atas berbagai kelompok/etnis yaitu etnis Afrika kulit
hitam 52%, Arab 39%, Beja dan Nubian 6%, orang asing 2% dan lain-lain 1%.
Mayoritas penduduk menganut agama Islam aliran Sunni khususnya di wilayah
utara, sedangkan di wilayah Selatan mayoritas menganut Anismisme 25% dan
5% memeluk agama Kristen.
Presiden Republik Sudan adalah pemegang otoritas sistem pemerintahan
eksekutif, yang juga merupakan perdana menteri, kepala pemerintahan, dan
panglima angkatan bersenjata. Badan legislatif Sudan adalah The National
Assembly merupakan majelis rendah yang memiliki 450 anggota. Selain itu
juga ada majelis tinggi, yaitu Council of State, yang terdiri dari dua wakil yang
ditunjuk dari setiap 26 provinsi. Pada bidang peradilan, Republik Sudan
memiliki pengadilan tinggi, Menteri Kehakiman, pengacara umum, dan
pengadilan umum atau khusus. Di bidang divisi sub administratif, tiap provinsi
dikepalai oleh seorang gubernur yang ditunjuk oleh presiden bersama dengan
kabinet negara dan majelis legislatif Negara.
Data mengenai Bahasa Resmi dan Struktur pemerintahan Republik
Sudan untuk periode 2005 – 2011 (Kementrian Luar Negeri,
http://www.kemlu.go.id/khartoum/ Pages/ Country Profile.aspx? IDP=2&l =id.
[Diakses tanggal 12 Agustus 2011]) sebagai berikut: Bahasa resmi yang
digunakan adalah bahasa Arab, dan juga menggunakan bahasa suku mereka
seperti Nubian, Beja, Ta Bedawie, Fur, Nuban, dan juga dialek Nilotic dan
Nilo-Hamitic, disamping itu Bahasa Inggris juga digunakan secara luas di
kalangan pejabat pemerintah, dunia usaha dan akademik, serta di wilayah
Sudan Selatan.
commit to user
xlix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
l
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
li
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Presiden Jafaar Muhammad An-Numeiry dan Joseph Lagu dari Anya Nya,
yang pada akhirnya membawa akhir dari perang sipil pertama di Sudan
(1955-1972). Bargaining power dalam perjanjan ini adalah memberikan
Sudan Selatan otonomi daerah, yaitu otoritas untuk menjalankan
pemerintahan di daerah tersebut. Namun, pada kenyataanya Addis Ababa
Agreement hanya merupakan solusi jangka pendek dari konflik yang telah
berlangsung puluhan tahun.
Banyak pelanggaran Addis Ababa Agreement oleh pemerintah pusat
Sudan karena Intergrasi yang dipaksakan. Pertama mengenai Integrasi unit
militer nasional yang menghasilkan banyak kecurigaan. Dalam Addis
Ababa Agreement, pasukan militer menjadi topik pembahasan utama yaitu
tentara Sudan Utara, Sudan Selatan, serta tentara nasional (yang terdiri dari
pasukan kedua pihak). Diusulkan untuk tetap menjaga keamanan Sudan
Selatan, dari kemungkinan serangan dari Sudan Utara. Usulan tersebut
tidak disepakati oleh kedua belah pihak, maka diterapkanlah suatu
integrasi militer, di kedua wilayah (Sudan Utara dan Sudan Selatan), yang
terdiri dari jumlah pasukan yang seimbang jumlahnya, antara pasukan
Sudan Utara dan Selatan (Alistair Boddy-Evans,
http://africanhistory.about.com/od/glossarya2/g/1972-Addis-Ababa
Agreement.htm. [Diakses tanggal 29 desember 2011]).
Dalam Addis Ababa Agreement, proses integrasi militer ini
berlangsung selama 5 tahun. Setelah 5 tahun, integrasi militer tidak juga
ditemukan. Bisa dilihat bagaimana masih banyak mantan pemberontak
yang tidak diterima ataupun tidak mau menjadi bagian dari pasukan militer
nasional, sehingga mengasingkan diri ke tempat yang tersembunyi.
Kenyataan bahwa beberapa petinggi-petinggi pasukan gerilya mendapat
jabatan yang rendah dalam pasukan militer nasional yang baru saja
terbentuk juga telah mengurangi insentif para gerilya tersebut untuk ikut
serta menjadi bagian dari militer. sehingga sangat jelas bahwa Addis
Ababa Agreement dari segi integrasi militer telah gagal menyelesaikan
masalah. commit to user
liii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
liv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pada Juni 1989, yang menjatuhkan Sadiq dari posisi perdana menteri yang
dipimpin Omar Al-bashiir. Kudeta berakhir dengan Omar Al-bashiir
menjadi presiden Republik Sudan (New World
Encyclopedia,http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Sudanesecivil
war. [Diakses tanggal 26 September 2011]).
Masa kepemimpinan Omar Al-Bashiir tergolong keras. Omar, tidak
ingin melakukan rekonsiliasi dengan pihak pemberontak tersebut.
SPLA/M dihadapkan dengan serangan kekuatan militer yang terus
menerus dan razia di berbagai daerah Sudan Selatan. Sejak tahun 1989
sampai 1990, 2000 wanita dan anak-anak diculik saat razia, demi
kepentingan bisnis perbudakan di Sudan Utara (Shamanta Power,
http://www.learntoquestion.com/seevak/groups/2006/sites/Power/SP%28A
frica%29/Sudan/Time%20Line/Africa_Sudan_T/imeline.htm. [Diakses
tanggal 26 september 2011]).
Disisi lain,muncul permasalahan internal dalam SPLA/M bersumber
pada John Garang. John Garang banyak dianggap sebagian seorang
diktator dan melakukan kebijakan yang kontroversial. Ditahun 1990-1991,
mulai mucul gerakan yang mendukung kudeta John Garang yang diketuai
oleh komandan senior Riek Machar, dan lam Akol serata Rencana
menjatuhkan pemimpin SPLA/M saat itu dinamai sebagai the Nasir
Command/ Nasir Faction. Tujuan mereka adalah menjatuhkan John
Garang, sebab organisasi tersebut membutuhkan prosesi akuntabilitas
lebih, serta demokrasi dalam sistem pembuatan kebijakan dalam organisasi
SPLA/M (Korium Tong, http://www.Sudantribune.com/Min ority -tribes-
in-South-Sudan-and,7698. [Diakses tanggal 26 september 2011]).
Tahun 1990-1954, Nasir Faction ini banyak mendapatkan dukungan
dari sesama anggota SPLA/M. Nasir Faction ini bahkan melakukan
peperangan dengan pasukan SPLA/M yang diketuai oleh John Garang.
Terjadi degradasi kekuatan militer SPLA/M dari segi jumlah pasukan,
serta penguasaan wilayah (jatuh di tangan Nasir Faction pada saat
commit
peperangan terjadi). Melihat to user
potensi kekuatan Nasir Faction, yang mampu
lvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Hutang negara
Republik Sudan adalah negara yang harus berurusan dengan konflik
sosial, perang sipil, dan pada juli 2011 terjadi pemisahan diri dari Republik
Sudan Selatan. Suksesi negara ini berdampak hilangnya tiga perempat
wilayah Republik Sudan yang berpotensi sumber daya miyak yang selama
ini menjadi penompang ekonomi Republik Sudan.
Republik Sudan ekonomi berkembang pesat dikarenakan peningkatan
produksi minyak, harga minyak tinggi, dan arus masuk besar investasi
asing langsung. Pertumbuhan PDB terdaftar lebih dari 10% per tahun pada
2006 dan 2007. Dari tahun 1997 sampai saat ini, Republik Sudan telah
bekerja sama dengan IMF untuk melaksanakan reformasi ekonomi makro,
termasuk pelampung dikelola nilai tukar. Republik Sudan mulai
mengekspor minyak mentah pada kuartal terakhir tahun 1999. Produksi
pertanian tetap penting, karena mempekerjakan 80% tenaga kerja dan
memberikan kontribusi sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB)
(The world factbook : Republik Sudan.
https://www.cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/geos/ su.html
[Diakses tanggal 5 september 2011]). Konflik Darfur, setelah dua dekade
perang sipil di selatan, kurangnya infrastruktur dasar di daerah yang luas,
dan ketergantungan oleh sebagiann besar penduduk pada pertanian
subsisten memastikan sebagiann besar penduduk akan tetap pada atau di
bawah garis kemiskinan untuk tahun meskipun kenaikan yang cepat dalam
rata-rata pendapatan per kapita. .
Republik Sudan yang mengalami perang saudara, ketidakstabilan
politik, cuaca buruk, harga dunia komoditas lemah, penurunan pengiriman
uang dari luar negeri, dan kebijakan ekonomi kontraproduktif. Pendapatan
utama negara adalah kegiatan pertanian dan perdagangan. Pertanian yang
mempekerjakan 80% tenaga kerja, menjadi Industri utama. Kinerja
ekonomi lesu selama dekade terakhir, sebagian besar disebabkan curah
hujan tahunan menurun, yang menyebabkan pendapatan per kapita pada
tingkat rendah. commit to user
lxxx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
internasional seperti IMF dan Bank Dunia (Donald Rutherford, 2002: 216).
Menurut IMF memproyeksikan pertumbuhan PDB negatif nyata
bagi Republik Sudan; -0,2% di 2011 dan -0,4% di 2012. Sejak wilayah
yang kaya minyak, yaitu Republik Sudan bagian Selatan memisahkan diri
di bulan Juli 2011 lalu, Republik Sudan kehilangan mata uang utama
sumber asing menyebabkan penurunan tajam pada nilai tukar pound
Republik Sudan terhadap mata uang utama. Pada satu titik dolar
diperdagangkan untuk £ 5,2 Republik Sudan yang hampir dua kali tingkat
resmi £ 2,7 Republik Sudan (Sudan tribune, http://www.Sudantribune.
com/spip.php?iframe&page=imprimable&id_article=41691 [Diakses
tanggal 23 Februari 2012]).
Republik Sudan memiliki beberapa hutang internasional yang
tersebar di berbagai negara baik di negara-negara di Afrika, di Eropa dan di
Amerika, yang udah berlangsung sejak tahun 1985. Republik Sudan
berhutang dengan Amerika sebesar $ 38 miliar dan berhutang dengan
Inggris sebesar $ 1,2 miliar dan dengan negara-negara di bagian Teluk
Arab Serikat Arab Saudi dan Kuwait sebesar $ 9 miliar pada tahun 1985
yang berkembang $ 38 miliar (Sudan tribune, http://www.Sudantribune.
com/Sudan-s-finance-minister-says-debt,41192. [ Diakses tanggal 5 Januari
2012] ).
Presiden AS Barack Obama mengajukan proposal anggaran 2013
kepada Kongres AS yang didalamnya termasuk alokasi untuk pembebasan
utang pada Republik Sudan sebesar $ 2,4 miliar, jika Republik Sudan
dapat memenuhi kondisi termasuk implementasi penuh 2005 Perjanjian
Damai Komprehensif (CPA) dan mengikuti persyaratan hukum hak asasi
manusia dalam menyelesaikan konflik terpisah di Darfur , Blue Nile
Selatan dan Kordofan dan memerangi terorisme. Dan pada tahun 2014
Inggris juga akan untuk membatalkan semua hutang Republik Republik
Sudan sebesar $ 1,2 miliar dengan persyaratan yang sama seperti yang
diajukan oleh Amerika kepada Republik Sudan. (Sudan tribune.
commit to user
http://www.Sudan tribune.com/RepublikSudan-rejects-US-conditions-
lxxxii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
setelah memisahkan diri dari Republik Sudan yang berarti bahwa negara
ini tidak mewarisi sanksi ekonomi Amerika Serikat atas Republik
Sudan karena tuduhan mensponsori terorisme dan untuk pelaksanaan
angkatan bersenjata dan paramiliter dalam menanggapi pemberontakan di
Darfur yang dimulai pada 2003 dan bebas dari hutang negara Republik
Sudan.
Namun, Republik Sudan Selatan tetap memintakan keringanan hutang
untuk Republik Sudan Serta meminta penghapusan sanksi ekonomi
Amerika Serikat terhadap Republik Sudan karena menyadari bahwa kondisi
kekurangan uang negara tetangganya dapat mempengaruhi dalam usaha
mengakhiri perang dengan pemberontak di wilayah Darfur dan negara-
negara yang berada di perbatasan yang pernah bersekutu dengan tentara
pembebasan selatan., sehingga akan memberikan kontribusi untuk
menciptakan lingkungan investasi yang menguntungkan bagi Republik
Sudan yang kiranya akan memudahkan dalam mencari pinjamansumber
permodalan lainnya.
Amerika dan Inggris setuju dengan permohonan Republik Sudan
Selatan dengan mengusulkan untuk melakukan penghapusan hutang
terhadap Republik Sudan pada tahun 2013 dan 2014 dengan ketentuan
bahwa Republik Sudan harus dapat memenuhi kondisi termasuk
implementasi penuh 2005 Perjanjian Damai Komprehensif (CPA) dan
mengikuti persyaratan hukum hak asasi manusia dalam menyelesaikan
konflik terpisah di Darfur , Blue Nile Selatan dan Kordofan dan memerangi
terorisme. Namun, tawaran tersebut ditolak oleh pemerintah Republik
Sudan, dengan alasan bahwa pencabutan Sanksi ekonomi dan penghapusan
hutang tersebut hanya dilakukan Amerika agar Republik Sudan menjadi
salah satu negara pendukung Amerika dalam memerangi terorisme (Sudan
tribune, http://www. Sudan tribune.com/Republik Sudan-rejects-US-
conditions-for,41664 [ Diakses tanggal 21 Februari 2012]).
Untuk menyiasati keadaan ekonomi tersebut dan tanggapan dari
Republik Sudan Tersebut, commit to user
Pemerintah Republik Sudan telah secara sepihak
lxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Manby, http://blog.soros.org/2011/12/citizenship-and-state-succession-in-
the-Sudans/. [Diakses tanggal 25 Agustus 2011]) hal tersebut meliputi :
1) Aplikasi kartu kartu identitas biometrik baru yang diberlakukan
pemerintah Sudan ditujukan untuk menghalangi warga Sudan selatan
di utara untuk mendapat akses pelayanan sosial.
2) Maraknya pemecatan terhadap warga Sudan selatan di utara dengan
dasar tidak memiliki kartu identitas biometrik baru yang menyatakan
sebagai warga Sudan utara walaupun orang tersebut telah dilengkapi
dengan surat izin tinggal seperti yang diatur dalam amandemen
Undang-Undang Kewarganegaraan Sudan.
3) Banyak terjadi pencabutan kewarganegaraan secara sewenang-
wenang, sehingga terjadi deportasi masal dan paksa oleh pemerintah
Sudan terhadap warga Sudan selatan yang sedang mengurus perijinan
di Sudan Utara.
Di lain pihak Republik Sudan Selatan dalam konstitusinya mengatur
mengenai ketentuan Penentuan kewarganegaraan Sudan Selatan yang
diatur dalam Pasal 45 mengenai Kewarganegaraan dan Hak dan Pasal 46
mengenai Tugas Warga Negara. Di dalamnya menyatakan bahwa seorang
individu akan dianggap sebagai warga negara Sudan Selatan jika
memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut:
1) Setiap orang tua, kakek atau nenek buyut pada garis laki-laki atau
perempuan lahir di Sudan Selatan,
2) Orang tersebut milik salah satu komunitas suku asli Sudan Selatan,
3) Orang tersebut, pada saat RUU ini diberlakukan, telah berdomisili di
Sudan Selatan sejak 1 Januari 1956 [tanggal kemerdekaan], atau
4) Orang tersebut telah mengakuisisi dan mempertahankan status Sudan
Selatan nasional.
Selain itu di Sudan Selatan, seseorang diperbolehkan untuk memiliki
kewarganegaraan ganda untuk menghindari seseorang kehilangan
kewarganegaraannya karena suksesi negara. Tujuan kebijakan Sudan
commit to
Selatan adalah menyeimbangkan user
kebajikan kohesi etnis dan keragaman
lxxxviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xc
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xci
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xcii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xciii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xciv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan
Istilah suksesi negara selalu terkait akan adanya suatu perpindahan
kekuasaan dari kelompok pertama kepada yang kedua. Sehingga suksesi negara
selalu berhubungan dengan implikasi-implikasi hukum yang timbul akibat
perubahan kedaulatan atas suatu wilayah (Peter Malanczuk, 1997: 157).
Implikasi hukum yang ditimbulkan dari suksesi negara sangat bergantung pada
jenis suksesi apa yang terjadi disuatu negara tersebut. Hal ini dikarena dalam
proses suksesi negara dapat diartikan dalam beberapa bentuk meliputi
penggabungan, pemisahan atau pembentukan sebuah negara baru, yang selalu
terkait dengan perubahan kedaulatan (Malcolm Shaw, 2009: 675).
commit to user
xcv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xcvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xcvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xcviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
prinsip “pacta tertiis nec nocunt nec procent” yang artinya perjanjian tidak
menimbulkan hak dan kewajiban kepada pihak ketiga tanpa
persetujuannya. Dimana dalam keadaan ini Republik Sudan Selatan adalah
pihak ketiga, sehingga dalam melakukan kebijakan yang menyangkutkan
hak dan kewajiban pihak ketiga maka perlu dilakukan perundingan dan
kesepakatan para pihak dalam bertindak. Ketentuan pasal ini juga di
perkuat dengan pengaturan Pasal 17 dan Pasal 24 The Vienna Convention
on Succession of State in Respect of Treaties on 1978 yang menetapkan
bahwa perjanjian tidak beralih pada Successor state kecuali ditentukan lain
dalam perjanjian penyerahan kedaulatan antara Predecessor state terhadap
Successor state atau disebut dengan devolution agreement. Sehingga jelas
diatur bahwa apabila terjadi peralihan penanggungan tanggung jawab dari
Republik Sudan kepada Republik Sudan Selatan mengenai pemenuhan
kewajiban perjanjian terdahulu sebelum terjadi suksesi negara, perlu
dituangkan dalam suatu perjanjian internasional baru yang disepakati oleh
para pihak.
Sebagai contoh mengenai penerapan implikasi hukum suksesi negara
terhadap perjanjian internasional, adalah suksesi negara di Singapura pada
tahun 1965 mengenai perjanjian ekstradisi. yang dalam kasus ini, meskipun
Pemerintah Hindia Belanda dengan Pemerintah Inggris yang menguasai
Singapura waktu itu sudah membuat perjanjian bilateral mengenai
ekstradisi, namun perjanjian ini tidak bisa digunakan untuk meminta
diekstradisinya Kapten Westerling yang diketahui bersembunyi di
Singapura. Hal ini dikarenakan perjanjian ekstradisi termasuk kategori
perjanjian yang tidak beralih secara otomatis pada Successor state kecuali
ditentukan dengan kesepakatan tersendiri antara Predecessor state terhadap
Successor state.
Kesimpulan yang dapat diambil oleh Penulis mengenai implikasi
hukum suksesi negara antara Republik Sudan Selatan dengan Republik
Sudan adalah bahwa telah memenuhi ketentuan Pasal 34 Vienna
commit toonuser
Convention on the Law of Treaties 1969 dan Pasal 17 dan Pasal 24 The
xcix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ci
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ciii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
civ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
negaranya dan atau warga negara asing yang berada di wilayah negaranya
(Ian brownlie, 2009: 657). Nationalitas termasuk dalam hal yang
diutamakan dalam proses suksesi negara. Hal ini dikarenakan nasionalitas
seseorang, menunjukan negara mana yang akan berkewajiban menjamin
perlindungan atas orang tersebut. Penyelesaian yang sering digunakan
permasalahan nasionalitas antara Predecessor state dan Successor state
adalah melalui kesepakatan pada sebuah perjanjian atau cukup melalui
instrumen hukum nasional negara masing-masing.
Pendapat ini diperkuat dalam perjanjian Versailess 1919. perjanjian
Versailess 1919 adalah perjanjian damai yang mengakhiri Perang Dunia
I antara Sekutu danKekaisaran Jerman, perjanjian ini menyatakan bahwa
kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasar tempat kelahiran dan atau
tempat tinggal sehari-hari, kecuali ada penolakan untuk itu. Dengan
demikian, warga dari Predecessor state yang tinggal di wilayah successor
dapat memperoleh kewarganegaraan dari Successor state sepanjang tidak
ada pernyataan penolakan dari kedua belah pihak. Artinya dimungkinkan
bagi Predecessor state untuk membuat aturan hukum nasional bagi
warganya yang berada di wilayah Successor state tetap berhak atas
nasionalitas dari predecessor state. Predecessor state dan Successor state
harus memberi kebebasan bagi warganya untuk memilih nasionalitas dan
memberi jaminan pada setiap warganya untuk mendapatkan nasionalitas.
Sesuai prinsip dalam Deklarasi HAM Universal 1948 yang menyatakan
bahwa setiap orang behak atas nasionalitas. Serta dalam Pasal 1ayat (2)
convention on the reduction of the statelessness on 1961 yang menetapkan
bahwa setiap negara berkewajiban untuk menjamin tidak ada penduduk
yang menjadi stateless sebagai akibat adanya suksesi negara. Karena
pengaturannya mengenai penentuan kewarganegaraan yang berubah
karena proses suksesi negara, dilakukan dengan mengutamakan HAM.
Dengan menghindari tindakan-tindakan yang menimbulkan seorang
kehilangan kewarganegaraannya yang menyebabkan orang tersebut
commit to user
cvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
acara special session, dalam kasus lain, East Timor pernah dijadikan
agenda di tahun 1999) (Henry Simarmata, 2007: 112).
Dari kondisi tersebut maka, kegagalan penyelesaian konflik ini bukan
menjadikan alasan untuk membiarkan Republik Sudan terus dalam situasi
seperti ini, sehingga selain aktor internasional dan pihak-pihak
berwewenang untuk menyelesaikan konflik di Republik Sudan,
diharapkan partisipasi semua pihak yaitu aktor nasional seperti pejabat-
pejabat pemerintah Republik Sudan untuk dapat mendukung partisipasi
penyelesaian konflik di Republik Sudan.
Implikasi hukum mengenai pertanggung jawaban Claims in Tort &
Delict terhadap Republik Sudan selatan sesuai dengan prinsip umum yang
berlaku bahwa succesor state tidak berkewajiban untuk menerima
tanggung jawab akibat tort atau delik yang dilakuan oleh predecessor state
karena tort atau delik sifatnya kesalahan personal. (Sefiani, 2010: 315).
commit to user
cxxii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Implikasi hukum suksesi negara antara Republik Sudan dari Republik Sudan
Selatan ditinjau dari Hukum internasional :
1. Implikasi hukum suksesi negara terhadap perjanjian internasional antara
Republik Sudan dengan Republik Sudan Selatan belum terdapat
perkembangan yang signifikan. Para pihak masih menggunakan perjanjian
terdahulu dimasa transisi yaitu CPA (Comprehensive Peace Agreement ).
2. Implikasi hukum suksesi negara terhadap hutang negara adalah masih dalam
tahap perundingan untuk menyelesaikan pemenuhan hutang antara Republik
Sudan dan Republik Sudan Selatan.
3. Implikasi hukum suksesi negara terhadap kewarganegaraan adalah Republik
Sudan dan Republik Sudan Selatan mencapai kesepakatan mengenai prinsip
'Empat Kebebasan' yang meliputi kebebasan tempat tinggal, kebebasan
bergerak, kebebasan untuk melakukan kegiatan ekonomi dan kebebasan
untuk memperoleh dan mewariskan properti”.
4. Implikasi hukum suksesi negara terhadap arsip negara adalah berjalan sesuai
dengan prinsip-prinsip The Vienna Convention on Succession of State in
Respect of State Property, Archive and Debst on 1983, dimana arsip negara
Republik Sudan Selatan yang berhubungan dengan wilayah mengikuti
kepemilikan wilayah, yang perpindahan kepemilikan arsip mengikuti pihak
yang meguasainya yaitu Republik Sudan Selatan dan tanpa disertai
pembayaran ganti rugi kepada Republik Sudan.
5. Implikasi hukum suksesi negara terhadap penguasaan public property
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip The Vienna Convention on
Succession of State in Respect of State Property, Archive and Debst on 1983
yang menyatakan bahwa penguasaan terhadap public property mengikuti
wilayahnya sehingga untuk penguasaan terhadap public property yang
commit to user
cxxiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Saran
Menyarankan bagi negara-negara yang mengalami suksesi negara dalam
pelaksanaan implikasi suksesi negara kiranya disesuaikan pada ketentuan dan
prinsip-prinsip internasional. Kesadaran bersama dari kedua belah pihak suksesi
negara dalam membuat kesepakatan mengenai pembagian hak dan kewajiban
sebagai warisan dari negara sebelumnya merupakan hal yang paling penting.
Sehingga, dalam implikasi suksesi negara dapat terselenggara tanpa ada tindakan-
tindakan kekerasan atau kebijakan-kebijakan yang saling merugikan pihak lain,
yang bertentangan dengan ketentuan dan prinsip-prinsip Hukum Internasional.
commit to user
cxxiv