SKRIPSI
OLEH :
NIM : 110200208
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
TINDAKAN ABORSI TERHADAP KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN
DAN KAITANNYA DENGAN HAK ASASI MANUSIA
SKRIPSI
OLEH :
NIM : 110200208
Disetujui Oleh,
Ketua Departemen Hukum Pidana
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
ABSTRAK
Elvira Fransisca Bu’ulolo* 1
Liza Erwina**
Mohammad Ekaputra***
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Akibat Perkosaan dan Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia”, dengan lancar dan
tepat waktu sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum di
fisik, mental, dan sosial bagi korban, terlebih jika korbannya hamil akibat
perkosaan dan meminimalisir tindakan aborsi secara ilegal, namun disisi lain
aturan ini bertentangan dengan hak asasi janin sehingga menimbulkan dilema bagi
para praktisi dalam penerapannya. Oleh sebab itu, skripsi ini diharapkan dapat
tindakan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan dan kaitannya dengan hak
asasi manusia.
kelemahan. Untuk itu penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun
kasih, penghargaan dan rasa hormat kepada semua pihak yang turut baik secara
langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan kepada penulis sejak awal
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan
4. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III
9. Kedua orangtua penulis yang tercinta, terkasih dan tersayang, Papa Drs.
karena telah melimpahi penulis dengan cinta dan kasih sayang, dukungan
moril dan materil, serta doa yang tiada hentinya bagi penulis.
11. Bapak dr. Honazaro Marunduri, Sp.Og., selaku Dokter Spesialis Obstetri
dengan penulis.
12. Bapak Fatizaro Zai, S.H., selaku Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan
dengan penulis.
14. Segenap staf pengajar di Fakultas Hukum USU yang sangat berjasa dalam
ilmu hukum. Tanpa jasa Bapak dan Ibu Dosen, penulis tidak dapat
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang begitu berbaik hati dan
16. Sahabat-sahabat penulis, Innes Ruth Wahyuni Zega als Booty, Gabriel
David Sinurat dan Nurul Ayu Rezeki, terimakasih atas kebersamaan dan
17. Seluruh kader DPC Permahi Medan, seluruh kader GMKI FH USU, serta
18. Semua pihak yang telah membantu baik ketika menjalani masa
Akhir kata penulis ucapkan sekali lagi terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada semua pihak, kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati kita
semua. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap
pembacanya. Amin.
Penulis,
Abstrak ........................................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 10
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 11
D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 11
E. Keaslian Penulisan ..................................................................... 12
F. Tinjauan Kepustakaan ................................................................ 13
G. Metode Penelitian ....................................................................... 22
H. Sistematika Penulisan ................................................................. 25
Daftar Pustaka
Lampiran
A. Surat Permohonan Mengajukan Riset/Wawancara
B. Surat Keterangan Melakukan Riset/Wawancara
C. Hasil Wawancara
ABSTRAK
Elvira Fransisca Bu’ulolo* 1
Liza Erwina**
Mohammad Ekaputra***
A. Latar Belakang
Era yang semakin maju dan berkembang secara global seperti sekarang ini
menuntut manusia untuk semakin cerdas. Manusia baik sebagai makhluk individu
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam bidang hukum,
politik, ekonomi, dan sosial, serta sendi-sendi moral dan budaya dalam kehidupan
manusia, yang juga semakin bergeser. Sehingga pada era modernisasi dan
globalisasi seperti sekarang ini, hukum menjadi salah satu kebutuhan pokok untuk
Hukum dan aturan semakin banyak diciptakan seiring dan sejalan dengan
semakin beragamnya kejahatan yang terjadi. Salah satunya adalah tindak pidana
tindakan agresivitas seksual sebagai akibat lepasnya kontrol diri. 2 Oleh karena itu
2
Dadang Hawari, Aborsi Dimensi Psikoreligi, (Jakarta , Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : 2009), hlm 26-27.
provokasi pornografi dan pornoaksi yang terbuka terus-menerus dan melampaui
batas seperti keadaan dewasa ini dapat berdampak pada salah satunya adalah
kejahatan perkosaan.
teknologi dan komunikasi, penyebab lain mulai dari kesenjangan sosial dan
ekonomi, pendidikan moral dan seksual yang kurang, hingga perkosaan yang
terjadi lantaran berbagai hal, salah satunya karena dipicu oleh korban yang
kebanyakan wanita yang menggunakan busana yang minim, busana yang terlalu
ketat dan terbuka, tata rias tebal, pandangan menggoda dan lainnya menjadi
dan bukan suatu perbuatan seksual yang intim 3. Perkosaan meliputi pula suatu
perbuatan sanggama terhadap korban yang tidak menghendaki secara paksa dan
dengan kekerasan, juga sanggama melalui dubur dan felasio (dengan mulut) dapat
dilakukan dengan kekerasan dan paksaan sehingga dapat disebut perkosaan juga 4.
Sebagian besar dari pemerkosa adalah laki-laki, dan sebagian besar korban
berkisar pada umur 16 (enam belas) hingga 24 (dua puluh empat) tahun,
(lima belas) bulan hingga 82 (delapan puluh dua) tahun. Sejumlah sedikit lebih
dari sepertiga semua perkosaan dilakukan oleh pemerkosa yang dikenal oleh
3
Harold I. Kaplan, dan Benjamin J. Sadock, Pocket Handbook of Emergency Psychiatric
Medicine, terjemahan Wicaksono M. Roan, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, (Jakarta, Widya
Medika : 1998), hlm 399.
4
Ibid, hlm 398.
korbannya, 7 % (tujuh persen) oleh anggota keluarga dekat. Seperlima dari semua
perkosaan dilakukan oleh lebih dari satu pemerkosa yang disebut perkosaan
berkelompok (gang rape) 5. Ada juga perkosaan yang terjadi diantara dua orang
a. India
Dalam waktu 4 (empat) dekade perkosaan sudah meningkat 10 (sepuluh)
kali lipat. Di New Delhi sendiri setiap minggu ada satu kasus perkosaan
yang dilaporkan, dan diduga masih banyak kasus lain yang belum terlihat
dipermukaan. Hasil survey oleh kelompok Hak Asasi Amnesty
International mengatakan, dalam data 2013, dalam waktu 1 (satu) bulan
sekitar 3.760 kasus terjadi di seantero India. Ini artinya setiap 22 (dua
puluh dua) menit sekali ada perempuan tengah mendapat kekerasan seks.
b. Lesotho
Lesotho adalah sebuah negara kecil di wilayah Afrika Selatan, sekitar
88,6% perkosaan terjadi di tiap 100.000 (seratus ribu) penduduk pada
Tahun 2011 menurut laporan PBB. Korban kekerasan seksual dibungkam,
sekitar 37% laki-laki dewasa melakukan tindakan perkosaan dan sekitar 7
– 9 % melakukan perkosaan beramai-ramai.
c. Swedia
Sekitar 69% kasus terjadi dari 100.000 (seratus ribu) penduduk pada
Tahun 2012, angka ini naik dibandingkan tahun sebelumnya. Selama dua
dekade terakhir perkosaan meningkat 4 (empat) kali lipat dan korbannya
adalah sekitar 4.000 (empat ribu) orang remaja berusia 15 (lima belas)
tahun.
d. Selandia Baru
Sekitar 30% kasus perkosaan terjadi pada 2012, polisi mencatat sekitar
3.466 kasus di tahun yang sama.
e. Belgia
Menurut laporan PBB, dalam rentang Tahun 2009 hingga Tahun 2011
jumlah kasus kekerasan seksual meningkat sekitar 20%. Lebih parah lagi,
sekitar 11.170 kasus perkosaan dilaporkan dalam 2 (dua) tahun namun
5
Ibid, hlm 399.
6
Eva Ellya Sibagariang, dkk, Kesehatan Reproduksi Wanita, (Jakarta, Trans Info Media
: 2010), hlm 204.
7
http://www.pekanbaruexpress.com/kilas-dunia/kilas-dunia/10444-waspada-inilah-5-
negara-paling-banyak-kasus-pemerkosaan-di-dunia diakses tanggal 29 September 2014.
hanya sekitar 2.542 kasus yang ditangani oleh kepolisian Brussels. Dua
tahun lalu PBB juga mencatat 11 (sebelas) kasus perkosaan terjadi setiap
harinya.
adalah kasus kekerasan seksual, yakni 93.960 kasus. Total kasus kekerasan
seksual sebanyak 93.960 kasus, sejumlah 4.845 kasus diantaranya adalah kasus
perkosaan. 8 Lebih dari 3/4 dari total kasus kekerasan seksual, dilakukan oleh
orang-orang terdekat korban, seperti ayah, suami, kakak laki-laki, paman, kakek,
dan pacar. Sejumlah 70.115 kasus dari 93.960 kasus kekerasan seksual tersebut
2012 cukup banyak, pada umumnya adalah anak yang beranjak dewasa diusia 12
tahun ke atas. Pada tiga bulan pertama diawal Tahun 2012, Yayasan Pusaka
korban. Kasus perkosaan ini diibaratkan seperti gunung es, yang tampak seolah
8
http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/02/di-indonesia-perkosaan-terjadi-12-kali-
sehari-607081.html diakses tanggal 29 September 2014.
9
https://id.berita.yahoo.com/komnas-4-845-kasus-perkosaan-terjadi-di-indonesia-
053800795.html diakses tanggal 29 September 2014.
10
http://pusakaindonesia.or.id/news.php?default.0.180 diakses tanggal 29 September
2014.
yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa,
selama-lamanya dua belas tahun tersebut tidak membuat para pelaku perkosaan
menjadi takut dan jera. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus-kasus
Korban perkosaan didominasi oleh kaum wanita dan banyak diantaranya yang
perkosaan tersebut jarang dapat terjadi. Beberapa hal yang menjadi penyebab,
antara lain, yang pertama, wanita tidak sedang dalam masa suburnya. Kedua,
ovulasi ataupun pembuahan karena perkosaan tidak selalu berupa hubungan intim
yang komplit. Keempat, proses keluarnya sperma pemerkosa tidak terjadi, atau
karena pemerkosa tidak subur, tetapi hal-hal tersebut tidak menutup kemungkinan
Korban perkosaan tidak hanya terluka secara fisik, tetapi juga secara mental
11
Tuba Falopi adalah sepasang saluran yang berada pada rongga panggul, diantara rahim
dan indung telur, panjangnya sekitar 7,5-10 cm. Saluran ini berperan dalam pembuahan.
Pengerutan atau penyumbatan tuba falopi menyebabkan sel telur tidak dapat dibuahi sperma atau
embrio yang terbentuk tidak dapat masuk ke rahim untuk berkembang. Kondisi ini yang membuat
kehamilan sulit terjadi.
12
http://www.aborsi.org/artikel7.html diakses tanggal 29 September 2014.
Opini, sikap, penilaian, dan tekanan dari masyarakat juga menjadi hal yang
seringkali membuat korban sulit untuk memilih kemungkinan lain selain satu-
yang memilih untuk melahirkan dan membesarkan bayinya, tetapi sangat sedikit
jika dibandingkan dengan korban yang sebenarnya sangat ingin melakukan aborsi
setelah positif hamil akibat perkosaan. Banyak wanita yang ketika meneruskan
psikologis ibu, tapi juga janin dalam kandungan. Efek trauma berat akibat
perkosaan menjadi salah satu pemicu stres ganda atau bahkan depresi. Keadaan
mengandung, maupun janin, sangat besar, seperti kemungkinan bunuh diri dan
secara ilegal sebelum adanya perlindungan hukum dan aturan yang tegas
memperkirakan ada sekitar 2.000.000 (dua juta) kasus aborsi yang terjadi setiap
13
http://m.inilah.com/read/detail/2128957/banyak-wanita-hamil-akibat-perkosaan-ingin-
aborsi diakses tanggal 29 September 2014
14
http://www.aborsi.org/statistik.html diakses tanggal 29 September 2014.
kematian tertinggi di Asia Tenggara disaat melahirkan, dan dari 100.000 (seratus
tidak ada aturannya didalam KUHP. Pasal 346, 347, 348 dan 350 KUHP
menjelaskan dengan tegas bahwa setiap orang tidak dibenarkan melakukan aborsi
yang di atur di dalam Pasal 75, 76, dan 77. Pasal-Pasal tersebut menjelaskan
bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi, kecuali karena adanya indikasi
yang tidak boleh dilanggar, misalnya aborsi hanya dapat dilaksanakan terhadap
setelah hari pertama haid terakhir, serta upaya aborsi harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu, dan dilakukan
sesuai dengan tanggungjawab profesi serta pertimbangan dari tim ahli. Ketentuan
bahwa setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
15
http://news.detik.com/surabaya/read/2009/11/24/163720/1247989/466/angka-
kematian-akibat-aborsi-di-indonesia-tertinggi-se-asia-tenggara diakses tanggal 29 September
2014.
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
(yang selanjutnya disebut PP) disahkan dan ditandatangani oleh Presiden Susilo
dalam PP tersebut, antara lain, dalam BAB IV Pasal 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
dan 39.
Tindakan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan tersebut jika dilihat dari
sudut pandang hak asasi manusia, melanggar hak hidup janin, hak untuk
mempertahankan hidup, serta hak untuk tumbuh dan berkembang janin. Tetapi
disisi lain, wanita sebagai korban perkosaan juga memiliki hak asasi manusia
berupa hak atas kesehatan, termasuk didalamnya hak atas kesehatan reproduksi,
yaitu berupa keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi. Wanita juga berhak untuk mendapatkan keturunan,
termasuk juga hak untuk tidak mendapatkan keturunan, hak untuk hamil, hak
untuk tidak hamil, dan hak untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan.
16
Harian Analisa, Jumat, 22 Agustus 2014 hlm 27.
Aturan-aturan yang bertentangan dalam pelaksanaan aborsi terhadap korban
perkosaan ini antara lain terdapat didalam Sumpah Dokter butir (6), dikatakan:
“Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan”. Kode Etik
menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter”,
dirinya melindungi hidup makhluk insani”. 17 Hal ini menjadi sangat dilematis
terlaksananya aborsi yang legal secara hukum, tetapi kemudian aturan mengenai
aborsi itu sendiri bertentangan dengan KODEKI dan Sumpah Dokter itu sendiri.
atas tubuhnya dan hak reproduksinya, meskipun disaat yang bersamaan, disisi
lain, PP tersebut juga melanggar hak hidup bagi janin, dan bertentangan dengan
aturan agama tertentu yang melarang aborsi karena menghalangi hak hidup
manusia, namun jika aborsi tersebut dilakukan dengan alasan yang sesuai dengan
17
http://www.idionline.org/2014/08/ diskusi-dan- masukan- tentang- aborsi-di-pb-idi/
diakses tanggal 10 September 2014.
yang di atur dalam peraturan perundangan, dan pelaksanaannya sesuai dengan
mengenyampingkan hak anak, moral dan agama, meskipun dampak dari tindakan
yang merupakan kekerasan terhadap anak dan pelanggaran terhadap hak hidup
janin. Hal ini lah yang membuat penulis tertarik memilih judul dan membahas
B. Rumusan Masalah
Perkosaan ?
C. Tujuan Penulisan
akibat perkosaan.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dan diketahui dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
dan kaitannya ditinjau dari hak asasi manusia, dan dapat dijadikan sebagai
2. Manfaat praktis
perkosaan.
perkosaan.
E. Keaslian Penulisan
kehamilan akibat perkosaan dan kaitannya dengan hak asasi manusia secara
penulisan skripsi ini belum pernah diangkat oleh skripsi lain. Terdapat judul
skripsi yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu yang berjudul “Tinjauan
judul skripsi yang tertera di atas, utamanya karena penelitian ini dikaitkan dengan
serta media massa baik media cetak seperti surat kabar, maupun media elektronik
seperti televisi dan internet, sampai dengan bahan yang diperoleh dari hasil
wawancara, hingga kutipan yang dikutip disertai dengan sumber kutipannya dan
disebutkan dalam daftar pustaka. Penulisan skripsi ini asli dan dapat
dipertanggungjawabkan.
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Tindakan Aborsi
pada tanggal hari pertama haid normal terakhir. Defenisi lain yang sering
digunakan adalah keluarnya janin yang beratnya kurang dari 500 (lima ratus)
gram. 18
18
F. Gary Cunningham, Norman F. Gant dkk, Obstetri Williams Edisi 21, (Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran : 2006), hlm 951.
19
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta, Asdi Mahasatya : 2007), hlm 9.
Secara medis, abortus adalah penghentian dan pengeluaran hasil
kehamilan dari rahim sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. 20 Sebagai
batasan ialah kehamilan kurang dari 20 (dua puluh minggu) atau berat janin
kurang dari 500 (lima ratus) gram. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan
dapat dibagi kedalam dua macam, yaitu aborsi spontan dan aborsi buatan.
Aborsi buatan terbagi dua macam pula yaitu Aborsi Artificialis Therapicus
20
Mien Rukmini, dkk., Penelitian Tentang Aspek Hukum Pelaksanaan Aborsi Akibat
Perkosaan, (Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan HAM RI :
2002), hlm 18.
21
Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, (Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : 2008), hlm 72.
22
Yang dimaksud dengan Aborsi Artificialis Therapicus adalah penguguran yang
dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis sebagai penyelamatan terhadap nyawa ibu yang
terancam bila kelangsungan kehamilan dipertahankan oleh pemeriksaan medis yang menunjukkan
gejala itu. Sedangkan yang dimaksud Aborsi Provocatus Criminalis adalah pengguguran yang
dilakukan tanpa dasar indikasi medis, misalnya untuk meniadakan hasil hubungan seks diluar
perkawinan atau untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki. Lihat Saifullah dalam Mien
Rukmini, et.al., Op.Cit., hlm 21 – 22.
23
Dadang Hawari, op.cit., hlm 64.
24
Ibid, hlm 64.
dipertimbangkan, dapat dipertanggungjawabkan, dan dibenarkan oleh
hukum.
Secara umum dan singkat, dapat dirinci bahwa faktor yang mendorong
berbagai cara, diantaranya dengan cara menggunakan jasa ahli medis dirumah
sendiri dengan memakai alat-alat yang kasar. Penggunaan jasa dukun yang
bagian tertentu, perut atau pinggul misalnya, atau tubuh wanita yang akan
25
Mien Rukmini, dkk., Op.Cit., hlm 2.
a. Kuretasi dan Dilatasi 26
d. Operasi
Metode aborsi lain seperti penggunaan pil aborsi atau RU-486 ditemukan
di Perancis dan mulai dipakai disana sejak 1988. Selain di Perancis, pil aborsi
ini juga dipakai di 11 negara lain dan 15 negara UNI Eropa. Di Amerika,
setelah masa pertimbangan yang lama sekali, pil aborsi ini baru disetujui oleh
Melalui Internet pil aborsi ini dijual dengan sangat bebas. Nama kimia
dari pil aborsi ini adalah Mifepristone, namun lebih dikenal dengan nama Pil
Abortus, RU-486, Mifegyn, atau Mifeprex. Ada juga Misoprostol atau yang
Prostokos, atau Misotrol.28 Cara ini adalah cara yang paling aman bagi wanita
26
Kuretasi dan dilatasi adalah operasi rahim untuk wanita. Dilatasi adalah membuka leher
rahim, kuretasi adalah mengangkat isi rahim. Kuretasi dapat dilakukan dengan cara menggosokkan
alat pada dinding rahim (alat tersebut adalah kuret atau kuretase hisap/aspira vakum yang
berbentuk seperti vakum). Metode ini biasanya dilakukan untuk mengeluarkan jaringan yang
tertinggal didalam rahim.
27
Ibid, hlm 25.
28
http://www.womenonwaves.org/id/page/702/how-to-do-an-abortion-with-pills-
misoprostol-cytotec.html diakses tanggal 30 November 2014.
2. Pengertian Korban
fisik, mental maupun kerugian finansial yang merupakan akibat dari suatu
tindak pidana (sebagai akibat) atau merupakan sebagai salah satu faktor
yang telah menderita kerugian sebagai akibat tindak pidana dan rasa
Korban berarti objek yang menderita atau mati akibat suatu kejadian,
perlindungan fisik dan mental dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan
pihak manapun.”
29
http://yuyantilalata.blogspot.com/2012/10/korban-victim.html diakses tanggal 12
September 2014.
30
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Korban/ diakses tanggal 11 September 2014.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga Pasal 1 ayat (3), menyebutkan, “Korban adalah orang
rumah tangga”
and Abuse of Power), sebagai berikut, korban adalah orang yang secara
yang nyata terhadap hak-hak dasarnya, baik karena tindakan (by act) maupun
yang dikutip di atas tidak hanya tertuju secara ekslusif kepada perorangan
atau kelompok yang secara langsung menjadi korban tetapi juga mencakup
menjadi korban. Jenis penderitaan yang mungkin dialami oleh korban tidak
hanya terbatas pada kerugian ekonomi, cedera fisik maupun mental semata,
melainkan mencakup pula derita yang dialami secara emosional oleh para
31
Theo Van Boven, Mereka Yang Menjadi Korban, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Yogyakarta : 2002), hlm xii-xiv.
3. Tindak Pidana Perkosaan
hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina atau anus dengan penis,
Menurut Frans Maramis 33, dalam bukunya Hukum Pidana Umum dan
32
http://id.m.wikipedia.org/wiki/perkosaan diakses tanggal 12 September 2014.
33
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta , Rajawali
Press : 2013), hlm 305-306.
34
Ibid.
tangga dapat dituntut pidana berdasarkan Undang-Undang Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (UU No. 23 Tahun 2004)
35
http://yuyantilalata.blogspot.com/2012/10/pemerkosaan.html diakses tanggal 12
September 2014.
4. Hak Asasi Manusia
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu didalam Bab X A, Pasal 28A
Pasal 1 ayat (1) menyatakan, “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak tersebut manusia tidak dapat
orang itu diciptakan sama dan memiliki hak-hak alamiah yang tak dapat
Dalam hukum, hak selalu dikaitkan dengan orang dan tertuju kepada orang.
Hak ada yang bersifat relatif dan absolut. Pada awalnya, sebagai pribadi,
orang per orang memiliki hak asasi (personal rights) dan berubah menjadi
36
http://pengertianahli.com/2013/05/pengertian-hak-asasi-manusia-ham.html diakses
tanggal 12 September 2014.
kehidupan bersama. Hal ini sesuai dengan fitrah keberadaan manusia sendiri
G. Metode Penelitian
untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
1 Jenis Penelitian
datanya hanyalah data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan
37
Masyhur Effendi, dkk, HAM Dalam Dinamika/Dimensi Hukum, Politik, Ekonomi, dan
Sosial, (Bogor, Ghalia Indonesia : 2010), hlm 280.
38
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada :
2007), hlm 38.
39
Amiruddin,dkk., Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada : 2004), hlm 134.
2. Sifat Penelitian
bersifat deskripstif menguraikan sifat dan fakta yang sebenarnya dari suatu
keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada tidaknya
3. Sumber Data
Data adalah keterangan yang benar dan nyata, atau bahan yang dapat
skripsi ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang
buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Jenis data
40
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika : 2010), hlm 105-
106.
41
Op.Cit., hlm 25.
42
http://www.kbbi.web.id/data diakses tanggal 28 Februari 2015.
terkait dengan objek penelitian, berupa undang-undang, peraturan
yang relevan dengan topik yang dibahas dalam skripsi ini. Wawancara adalah
5. Analisa Data
Analisa data kualitatif adalah suatu proses untuk menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari dari data tersebut serta mencari dan
H. Sistematika Penulisan
penulisan skripsi dan mempermudah pembaca untuk memahami dan mengerti isi
skripsi ini. Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 (lima) bab yang secara garis besar
BAB I : PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
43
Lihat Fred N. Kerlinger dalam Amiruddin, dkk., Op.Cit., hlm 82.
BAB II
etika, moral, ilmiah, dan hukum. Aborsi dilakukan karena alasan yang berbeda
dan dengan metode yang beragam. Ada yang dilakukan karena alasan sosial,
program keluarga berencana yang gagal, hamil diluar nikah, kemampuan finansial
yang kurang, kehamilan akibat perkosaan, wanita yang akan melahirkan anak
yang cacat, hingga alasan seorang wanita takut kehilangan bentuk tubuhnya.
Metode dalam melakukan aborsi juga dilakukan dengan berbagai macam cara,
mulai dari meminum atau mengoles ramuan obat-obatan tradisional, pil, suntik,
China kuno, yakni zaman Kaisar Shan Nung, sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi
(SM). 44
Undang-undang tertulis tentang aborsi paling tua hingga saat ini adalah
Undang-Undang Hammurabi 45 yang terdiri atas 282 ayat. Dalam ayat 209 dan 210
44
CB. Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi, (Jakarta , Gramedia Widiasarana Indonesia :
2002), hlm 19.
45
Hammurabi adalah Raja Babilonia (sekarang Irak) yang berkuasa dari Tahun 1792 –
1750 SM. Undang-Undang Hammurabi tersebut berisikan aturan yang mengatur kehidupan
bermasyarakat dan berpolitik waktu itu.
membayar denda 10 shekels perak oleh karena kematian fetus itu. Jika wanita itu
meninggal, anak perempuan yang memukul itu juga harus dibunuh.” Undang-
undang tersebut dibuat pertama-tama bukan untuk melindungi hak hidup janin
tetapi untuk melindungi hak ayah yang merasa dirugikan oleh karena kematian
janin itu. 46
Assiria yang memberikan hukuman pada pelaku aborsi. Wanita yang melakukan
aborsi dihukum dengan hukum cambuk dan mayatnya tidak boleh dikubur. 47
Aborsi dizaman Yunani Kuno berlangsung sangat luas. Orang Yunani tak
pembunuhan. Pada zaman ini dikenal pula secara luas metode pengguguran
artemisia, rue, dan silpihium 50. Naskah paling kuno mengenai aborsi yang
tersimpan dari kebudayaan Yunani Kuno berasal dari abad 5 SM, yang
kedapatan bersalah karena melakukan aborsi. 51 Sejumlah filsuf Yunani Kuno pun,
46
CB. Kusmaryanto, Ibid, hlm 20.
47
Ibid, hlm 20.
48
Terdapat pada bagian akhir buku “Buku Asaph, Dokter” yang ditulis oleh Asaph
Judaeus, seorang dokter Yahudi yang berasal dari Syria atau Mesopotamia yang hidup kira-kira
pada abad 6 SM.
49
Mien Rukmini, dkk, Op.Cit., hlm 26.
50
http://iraapriliani.wordpress.com/2014/08/19/aborsi-sejarah-dan-kontroversinya diakses
tgl 19 Oktober 2014.
51
CB. Kusmaryanto, Op.Cit, hlm 21.
seperti Plato dan Sokrates pada umumnya cukup toleran terhadap perilaku aborsi.
Berbeda hal nya dengan seorang Filsuf bernama Phytagoras yang diyakini
akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun meskipun diminta, atau
menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang sama saya tidak
adalah protes terhadap situasi waktu itu banyak terjadi perbuatan aborsi. Sumpah
keseluruh penjuru dunia, sampai dewasa ini. Sumpah ini diucapkan ketika
dokter di Indonesia juga memakai sumpah ini sebagai sumpah resmi ketika
dipakai sebagai sarana untuk mengontrol jumlah kelahiran, tetapi hanya dapat
Hukum sipil yang pertama mengenai aborsi ditulis oleh Henry de Bracton. Ia
tanda-tanda pergerakan janin. Tentu saja aturan ini sangat longgar karena pada
52
M. Jusuf Hanafiah, Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, (Jakarta,
Buku Kedokteran EGC : 2009), hlm 8.
53
CB. Kusmaryanto, Op.Cit, hlm 23.
54
Mien Rukmini, dkk., Op.Cit., hlm 27.
Undang-undang yang dikenal dengan sebutan Lord Ellenborough’s Act pada
tahun 1803 di Inggris yang menyatakan bahwa pelaku aborsi dapat dihukum
mati. 55
tidak satu negara bagian pun di Amerika yang memiliki peraturan yang melarang
aborsi. 56 Sejak sekitar tahun 1900 mulailah diberlakukan larangan aborsi. Hal ini
dikecualikan untuk menyelamatkan hidup ibu atas persetujuan dua dokter atau
lebih. 57 Pada tahun 1952, diadakan suatu konferensi untuk mengganti persyaratan
keselamatan nyawa ibu dan kemudian diperluas agar aborsi boleh dilakukan demi
kesehatan jiwa si ibu. Pada tahun 1967 aborsi diperbolehkan demi kesehatan
mental ibu. 58 Tahun 1973 langkah bersejarah lain dalam kasus aborsi di Amerika
aborsi sampai dengan trisemester pertama (3 bulan) dapat dilakukan bebas tanpa
harus ada alasan tertentu. Aborsi pada trisemester kedua dan tiga (lebih dari tiga
bulan) hanya dapat dilakukan jika demi kesehatan ibu si janin. 60 Hal ini kemudian
mendapat reaksi yang hebat dari berbagai pihak. Pada tahun yang sama, mencuat
polarisasi keras dan bengis mengenai legalisasi aborsi yang berdampak cukup
besar terhadap perkembangan politik di negara tersebut. 61 Muncul gerakan pro life
55
CB. Kusmaryanto, Op.Cit, hlm 23.
56
Mien Rukmini, dkk., Op.Cit., hlm 28.
57
Dadang Hawari, Op.Cit., hlm 60.
58
CB. Kusmaryanto, Op.Cit, hlm 23.
59
Jane Roe adalah nama samaran dari Norma McCorvey, seorang penduduk Dallas
(Texas) , menggugat Negara Bagian Texas yang diwakili oleh pengacara Henry Wade.
60
CB. Kusmaryanto, Ibid, hlm 35.
61
Mien Rukmini, dkk., Op.Cit., hlm 29.
yang menekankan hak janin untuk hidup dan gerakan pro choice yang
mengakhirinya dengan aborsi. Pandangan dari kedua gerakan ini sangat ekstrem,
penuh unjuk rasa dan kekerasan dan tidak jarang terjadi benturan dan penyerangan
yang dilakukan oleh anggota gerakan yang satu terhadap gerakan yang lain. 62
Negara Jepang melegalkan aborsi setelah Perang Dunia II dan disusul banyak
negara komunis lainnya beberapa tahun kemudian, antara lain Uni Sovyet dan
63
Republik Rakyat China. Catatan tertua tentang praktik aborsi di Asia Tenggara
Melayu (Tahun 1612). 65 Aborsi bukanlah hal yang baru lagi karena telah
dilakukan sejak lama. Pada masa itu praktik aborsi itu dianggap kejadian biasa,
dengan pijat tradisional. Aborsi pada dasarnya adalah fenomena yang hidup dalam
ditutupi oleh pelaku ataupun masyarakat bahkan negara. Ketertutupan ini antara
lain dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya, sosial dan agama yang hidup dalam
masyarakat. 66
62
K. Bertens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, (Jakarta , Grasindo : 2003), hlm 30.
63
Ibid, hlm 8-9.
64
http://iraapriliani.wordpress.com/2014/08/19/aborsi-sejarah-dan-kontroversinya/
diakses tgl 19 Oktober 2014.
65
Ibid.
66
Masrudi Muchtar, Bidan dan Dinamika Hukum Kesehatan Reproduksi, (Yogyakarta,
Aswaja Pressindo : 2015), hlm 83.
Memasuki abad ke-19 ketika bangsa Eropa menjajah Asia Tenggara termasuk
KUHP yang merupakan warisan dari jajahan Belanda dan yang hingga saat ini
masih berlaku di Indonesia mengatur beberapa Pasal yang melarang dengan tegas
tindakan aborsi dengan alasan apapun, yaitu terdapat didalam Pasal 299, 346, 347,
348, dan 349 KUHP. Tindakan aborsi tersebut menurut KUHP dikategorikan
paradigma bahwa anak yang masih didalam kandungan merupakan subjek hukum
segi hak asasi manusia yang mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup
Paradigma yang digunakan mengutamakan hak hidup anak. Oleh karena itu
nyawa. 67
angka (1), menyebutkan, “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
67
http://www.tubasmedia.com/berita/tentang-aborsi-kuhp-dengan-uu-kesehatan-berbeda/
diakses tanggal 26 Februari 2015
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Meskipun telah
Pasal 76C
Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap Anak
Pasal 80 ayat (1),
Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam)
bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
rupiah).
Pasal 80 ayat (3),
Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pengguguran anak atau janin mengakibatkan kematian bagi anak atau janin
anak terlebih jika kekerasan tersebut menyebabkan anak itu mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda
tetapi kebutuhan untuk dilakukannya praktik aborsi tetap tinggi sehingga praktik
aborsi tetap dilakukan secara ilegal atau diam-diam. Jasa pengguguran kandungan
secara ilegal dapat dengan mudah dijumpai diperoleh di kota-kota besar maupun
di dunia maya sehingga membuat tingginya angka kematian ibu hamil akibat
(tujuh ratus lima puluh ribu) hingga 1.000.000 (satu juta) pertahun dilakukan
unsafe abortion (aborsi tidak aman), 2.500 (dua ribu lima ratus) diantaranya
pelayanan aborsi yang aman sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu.
yang mengatur tentang praktik aborsi selain yang terdapat dalam KUHP yaitu
undang ini dinyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan perbuatan aborsi,
mengenai aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan yang tidak di atur dalam
de rogat legi generali, yaitu salah satu asas hukum yang mengandung makna
bahwa aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang
umum.
68
Ibid.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam asas Lex specialis de rogat
specialis dari aturan-aturan umum yang di atur dalam KUHP yang melarang
yakni mengatur beberapa Pasal yang lebih rinci sehubungan dengan aborsi
terhadap wanita korban perkosaan dimulai dari Pasal 31 hingga Pasal 39. Mencuat
ini.
69
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt509fb7e13bd25/mengenai-asas-lex-
specialis-derogat-legi-generalis diakses tanggal 1 Maret 2015
Berdasarkan hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan inilah persoalan boleh
masa Pemerintahan Hindia Belanda. Kitab ini pertama sekali diundangkan dalam
pencabutan, dan namanya diubah menjadi Wetboek van Strafrecht atau KUHP.71
yang dilarang atau delik. Topik mengenai aborsi terhadap wanita korban
perkosaan belum di atur didalam kitab ini sehingga tidak terdapat dalam KUHP,
yang di atur hanya mengenai aborsi secara umum yaitu dalam Buku Kedua KUHP
tentang kejahatan terhadap jiwa manusia Pasal 299, 346, 347, 348, dan 349. Pasal
70
Bachtiar agus salim, Kebebasan Perbuatan Medis dan KUHP, (Medan , Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara : 1979), hlm 11.
71
Frans Maramis, Op.Cit., (Jakarta , Rajawali Press : 2013), hlm 43.
itu dapat gugur kandungannya, dihukum penjara selama-lamanya
empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya empat puluh lima ribu
rupiah.
(2) Kalau sitersalah mengerjakan itu karena mengharapkan keuntungan,
dari pekerjaannya atau kebiasaannya dalam melakukan kejahatan itu,
atau kalau ia seorang tabib, dukun beranak (bidan) atau tukang
membuat obat, hukuman itu, dapat ditambah dengan sepertiganya.
(3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya,
maka dapat dicabut haknya melakukan pekerjaan itu.
Unsur objektif
1. - Perbuatannya mengobati,
- Menyuruh supaya diobati;
2. Objeknya seorang perempuan,
3. - Diberitahukan hamilnya dapat digugurkan.
- Ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan;
Unsur subjektif
1. Dengan sengaja
72
Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada
: 2005), hlm 124.
73
Ibid, hlm 124.
Bachtiar Agus Salim menegaskan dalam pidato beliau pada hari ulang
ini menjadi selesai, segera sesudah dimulai dengan obat itu telah diberikan,
pemijatan telah dilakukan, jika hal itu telah diberitahukan atau telah
Pasal 299 KUHP menjelaskan, bahwa dalam Pasal ini yang juga perlu
mengenai masih hidup atau telah matinya si anak sebelum digugurkan. Jika
dalam hal itu salah dikira, bahwa perempuan itu hamil, maka orang yang
mengerjakannya itu tidak dapat dihukum, oleh karena tidak ada kandungan
yang diganggu (obyek yang tidak sempurna sama sekali). Tetapi apabila
vitamin yang justru berfungsi untuk memberi nutrisi pada kandungan wanita
itu, dalam hal ini dokter tersebut memenuhi unsur-unsur dalam Pasal ini akan
tetapi tidak dapat dihukum, oleh karena sifat melawan hukum yang
diperlukan bagi tiap-tiap peristiwa pidana disini tidak ada. Karena maksud
74
Bachtiar agus salim, Op.Cit., hlm 7.
Unsur objektif kedua yaitu menyuruh supaya diobati. Pada perbuatan
lakukan pada Pasal 55 ayat (1) terdapat syarat bahwa orang yang disuruh
tidak boleh dipidana, tetapi orang yang disuruh mengobati dalam pengertian
rupa sehingga orang yang disuruh mengobati itu menjadi tidak berdaya
apakah dengan cara demikian, masuk akal atau tidak, apakah benar hamilnya
harapannya bahwa dengan pengobatan cara itu hamilnya perempuan itu dapat
75
Adami Chazawi, Op.Cit., hlm 124.
76
Ibid, hlm 125.
dengan cara demikian tidak dapat dikenakan Pasal 299 KUHP, melainkan
menimbulkan harapan padanya itu bahwa dengan cara pengobatan dukun tadi
hamilnya dapat digugurkan, juga dia telah melakukan kejahatan itu sebagai
namun dia telah membawa perempuan itu ke pihak ketiga dengan telah
melakukan pengobatan itu (299 juncto 55 ayat (1) butir 2), sedangkan pihak
permulaan rumusan dengan mendahului semua unsur dari Pasal 299 tersebut.
Oleh karena itu, kesengajaan itu harus ditujukan pada semua unsur di
77
Ibid, hlm 125-126.
78
Ibid, hlm 126-127.
79
Ibid, hlm 128.
1. Si pembuat menghendaki untuk melakukan perbuatan mengobati atau
menyuruh mengobati;
2. Diketahuinya bahwa yang diobatinya itu atau yang disuruh diobatinya itu
adalah seorang perempuan hamil, atau menurut keyakinannya dia hamil;
3. Disadarinya bahwa dengan pengobatan demikian si pembuat telah
memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa hamilnya dapat
digugurkan .
Kesengajaan seperti itulah yang harus dibuktikan oleh jaksa penuntut
Pasal 299 KUHP mengatakan, menurut ayat (2) maka ancaman hukumannya
Tindak pidana ini sangat luas. Tidak perlu ada kandungan yang hidup.
Bahkan, tidak perlu bahwa benar-benar ada seorang perempuan yang hamil.
Dengan demikian Pasal 299 ini sangat bersifat preventif untuk dapat lebih
Menurut Alfred C. Satyo 83 yang diancam hukuman dalam Pasal ini adalah
1. Wanita yang menyebabkan kandungannya menjadi gugur atau mati ;
2. Wanita yang dengan sengaja menyuruh orang lain menyebabkan
kandungannya menjadi gugur atau mati
80
Adami Chazawi, Op.Cit., hlm 127.
81
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung, Refika
Aditama: 2003), hlm 76.
82
H. A. K. Mochtar Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), (Bandung ,
Alumni : 1980), hlm 98.
83
Alfred. C. Satyo, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan dan Profesi Dokter,
(Medan, USU Press : 2004), hlm 55.
Menurut H.A.K. Mochtar, unsur obyektif pertama terletak dalam
kandungannya gugur atau mati atas permintaannya sendiri atau atas izinnya.
kandungan hanya dapat dipidana apabila pada waktu perbuatan itu dilakukan
hukum, dapat disimpulkan bahwa ada kehidupan atau kepekaan hidup. 86 Oleh
sebab itu para sarjana hukum berpendapat bahwa untuk pengertian abortus itu
masih hidup. 87 Apabila kandungan itu keluar dan ternyata masih hidup lalu
Pasal 346 KUHP, Pasal ini dikenakan bagi perempuan yang dengan sengaja
84
Bachtiar agus salim, Op.Cit., hlm 6.
85
Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delichten) didalam KUHP, (Jakarta ,
Sinar Grafika: 2009), hlm 63.
86
Lihat Hoge Raad 1 November 1897 dalam Alfred C. Satyo, Kumpulan Peraturan
Perundang-Undangan dan Profesi Dokter, (Medan, USU Press : 2004), hlm 57.
87
Bachtiar agus salim, Op.Cit., hlm 6.
88
Andi Hamzah,Op.Cit., hlm 62.
menggugurkan atau membunuh kandungannya atau suruhan orang lain untuk
perempuan itu dengan tidak izin perempuan itu dihukum menurut Pasal 347
KUHP., dan apabila dilakukan dengan izin perempuan itu dikenakan Pasal
348 KUHP.
perbuatan itu dilakukan tanpa izin dari perempuan yang hamil itu. Dan dalam
itu.
wanita menjadi gugur atau mati, tanpa izin dari wanita yang bersangkutan.
89
H. A. K. Mochtar Anwar, Op.Cit., hlm 99.
Sedangkan ayat (2) menetapkan hukuman yang lebih berat, apabila perbuatan
Menurut Andi Hamzah, bagian inti delik (delicts bestanddelen) Pasal 348
KUHP ayat (1) adalah 91 :
1. Sengaja,
2. Menggugurkan kandungan seorang perempuan
3. Dengan persetujuan
Unsur-unsur dalam Pasal 348 hampir sama dengan Pasal 347, yang
kandungan dalam Pasal 348 dilakukan dengan seizin perempuan itu. Pada
adalah bahwa Pasal 347 dan 348 sama-sama memiliki keadaan memperberat
pidana yang tercantum dalam ayat (2) nya, yaitu jika perempuan itu mati.
(1) Bila seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam
kejahatan yang tersebut dalam Pasal 346, atau bersalah atau membantu
90
Alfred C. Satyo, Op.Cit., hlm 56.
91
Andi Hamzah, Op.Cit., hlm 65.
92
H. A. K. Mochtar Anwar, Op.Cit., hlm 100.
93
Andi Hamzah, Op.Cit., hlm 65.
dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 347 dan 348,
maka hukuman yang ditentukan dalam Pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiganya dan dapat ia dipecat dari jabatannya yang
digunakan untuk melakukan kejahatan itu.
Pasal 349 KUHP tidak memuat rumusan delik tersendiri. Menurut Pasal
349 KUHP jika seorang dokter, bidan atau tukang obat, membantu kejahatan
dari Pasal 346 atau bersalah melakukan atau membantu salah satu kejahatan
dari Pasal 347 dan 348, maka hukuman yang ditentukan dalam Pasal itu boleh
orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif dan
sebagai pengecualian atas larangan aborsi, upaya kesehatan ibu, dan kehamilan
diluar cara alamiah yang di atur didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
95
tentang Kesehatan.
94
Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit., hlm 75.
95
Masrudi Muchtar, Op.Cit., hlm 62.
kesehatan reproduksi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia menjadi
pada wanita, maka akan berdampak terhadap tingginya angka kematian bayi dan
perkosaan akan menderita secara fisik, mental dan sosial, dan kehamilan akibat
mengalami trauma berat akibat peritiwa perkosaan tersebut. Oleh sebab itu dalam
tataran bahwa negara harus melindungi warganya dalam hal ini perempuan yang
lagi.
adalah terkait dengan tindakan aborsi terhadap indikasi kedaruratan medis yang
96
Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, (Jakarta, Rineka Cipta : 2010),
hlm 135.
97
Op.Cit., hlm 63.
mengancam nyawa ibu dan bayi lahir cacat sedangkan didalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang baru, selain mengatur mengenai
aborsi terhadap indikasi kedaruratan medis juga di atur suatu ketentuan mengenai
aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan yang tidak di atur dalam KUHP dan
akibat perkosaan karena telah dianggap cukup jelas oleh para pembuat undang-
undang.
Upaya Memulihkan Trauma Akibat Konflik dan Kekerasan 98, gangguan stress
ciri antara lain merupakan pengalaman mental yang luar biasa menyakitkan,
seseorang. 99
gangguan kecemasan antara lain gangguan stress akut, gangguan stress pasca
trauma, gangguan depresi, gangguan panik, gangguan fobia, dan gangguan tidur.
Gangguan trauma cenderung lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-
laki. 100
semua korban mengalami trauma psikologis yang sama. Beberapa hal yang bisa
korban), traumanya mudah hilang dikarenakan sifat dari anak-anak yang masih
polos, tetapi tidak tertutup kemungkinan pula ada anak yang trauma dengan
kondisi demikian. Trauma lebih besar justru dialami oleh orang tua korban
daripada korban itu sendiri. Jika korbannya berumur 10 tahun ke atas dengan
tingkat kekerasan seksual yang parah seperti perkosaan hingga menimbulkan luka
fisik, bentuk trauma dapat berupa rasa takut saat menemui pelaku, histeris dan
menjerit-jerit. 101
99
Ibid, hlm 28
100
Ibid, hlm 29
101
Hasil Wawancara dengan Elisabeth Juniarty, Koordinator Bidang Litigasi Yayasan
Pusaka Indonesia, Selasa, 03 Maret 2015.
Dampak yang dirasakan orang-orang yang mengalami problem psikologis
setelah terjadinya peristiwa traumatik bervasiasi tergantung pada sifat, berat dan
bencana alam biasanya akan dapat di atasi dalam jangka waktu sekitar dua tahun,
sementara trauma yang diakibatkan oleh peran manusia akan berlangsung lebih
lama karena dalam peristiwa traumatik akibat kejahatan manusia terdapat faktor
bagi orang yang mengalami trauma psikologis akibat kejahatan manusia. 102
Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
adalah setiap orang yang telah memiliki sertifikat sebagai konselor melalui
pendidikan dan pelatihan. Konselor yang dimaksud adalah dokter, psikolog, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan setiap orang yang mempunyai minat dan memiliki
aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan dalam Pasal 76 adalah bahwa aborsi
dilakukan :
102
Op.Cit., hlm 32-33
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Menteri.
Pasal 77 :
Praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab
adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan
yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak profesional,
tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau
menteri. Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
lembaga pendidikan dan terkait erat dengan hak dan kewajiban tenaga kesehatan
profesional yang baku dan merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan
tersebut.
tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesinya dan
perlu digaris bawahi bahwa tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya
kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan itu memiliki izin dari
Menteri.
bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) maka dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Sanksi terkait dengan hukum, oleh karena itu hukum dan sanksi saling
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 194 adalah sanksi bagi setiap
orang yang sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan dalam Pasal
75 ayat (2). Merujuk pada Pasal 75 ayat (2), disebutkan setiap orang dilarang
sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
psikologis bagi korban perkosaan. Setiap orang yang melakukan tindakan aborsi
diluar dari yang di atur dalam Pasal 75 ayat (2) tersebut dipidana dengan pidana
2009 tentang Kesehatan Pasal 194 dengan ketentuan pidana yang mengatur
larangan aborsi provocatus criminalis didalam KUHP (Pasal 299, 346, 347, 348,
dan 349), maka ketentuan pidana dalam UU Kesehatan jauh lebih berat.
beratnya. Hal tersebut dinilai manusiawi apabila korban meminta pelaku untuk
dihukum berat atau dihukum mati dikarenakan oleh kebanyakan korban perkosaan
103
Hasil Wawancara dengan Elisabeth Juniarty, Koordinator Bidang Litigasi Yayasan
Pusaka Indonesia, Selasa, 03 Maret 2015.
dan tidak mengulangi perbuatannya, dalam dunia hukum hal ini disebut sebagai
prevensi khusus, yaitu usaha pencegahannya agar pelaku abortus criminalis tidak
bukan yang terutama. Pidana yang dijatuhkan bagi setiap orang yang bersalah
merupakan sifat derita yang harus dijalaninya. 105 Pemberian nestapa atau
104
Masrudi Muchtar, Op.Cit., hlm.107.
105
Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan,
(Jakarta , Sinar Grafika: 2007), hlm 2.
106
Ibid, hlm 12.
107
Ibid, hlm 3.
alamiah agar berjalan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat
Indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa baik dari segi agama, moral, etika,
Kesehatan Reproduksi, secara khusus mengatur mengenai Aborsi yaitu pada Bab
Pengecualian Atas Larangan Aborsi. Bab ini terdiri dari 4 Bagian dan dibagi lagi
akibat perkosaan hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama
berusia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir. Jika
kehamilan akibat perkosaan dalam UU tersebut yaitu bahwa aborsi hanya dapat
pertama haid terakhir. Yang dimaksud dengan 6 (enam) minggu sama hal nya
dengan 42 (empat puluh dua) hari. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang
Reproduksi.
Salah satu sub bahasan yang dirumuskan dalam PP ini adalah mengenai
hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini yaitu pada frasa : “hubungan seksual
tanpa persetujuan dari perempuan”, dan frasa “sesuai dengan ketentuan peraturan
perempuan” tidak dibatasi lebih lanjut dalam peraturan pemerintah ini. Hal ini
berarti bahwa selain perkosaan yang di atur secara umum dalam Pasal 299, 346,
347, 348, dan 349 KUHP, maka hubungan seksual dalam lingkup rumah tangga
yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya (kekerasan seksual dalam rumah
tangga) juga termasuk dalam pengertian ayat ini yaitu merujuk kepada Undang-
Tangga pada Pasal 8 dan Pasal 46. Frasa selanjutnya yaitu frasa “sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”, hal ini setiap berarti merujuk kepada
dengan surat keterangan dari dokter dan keterangan dari penyidik, psikolog dan
atau ahli lain. Ahli lain yang dimaksud antara lain dokter spesialis psikiatri, dokter
ayat ini berbeda. Dokter yang dimaksud pada huruf a, berwenang mengeluarkan
Yang dimaksud dalam huruf b yaitu penyidik, psikolog dan atau ahli lain,
dijelaskan lebih rinci dalam ayat ini apakah dokter wajib mensyaratkan korban
membuat laporan pengaduan pidana telah benar terjadi perkosaan terlebih dahulu
baru dapat mengeluarkan visum et repertum, atau hal tersebut dapat dilakukan
secara seiring sejalan, atau bahkan visum et repertum dapat dikeluarkan terlebih
dahulu baru kemudian laporan pengaduan pidana menyusul. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam ayat ini adalah kata “dan” yang artinya bahwa baik surat
keterangan dari dokter maupun keterangan dari penyidik, psikolog dan atau ahli
lain, keduanya wajib ada dan tidak dipilih salah satu. Berdasarkan hal tersebut
tampak koneksitas antara penegak hukum dengan tenaga medis. Keakuratan hasil
Pasal 36 :
Pasal 35 berlaku tidak hanya bagi aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan
tetapi juga terhadap indikasi medis. Peraturan Pemerintah ini tidak menjabarkan
lebih lanjut defenisi mengenai apa yang dimaksud dengan pelaksanaan aborsi
mengutamakan imbalan materi” dalam Pasal 35 ayat (2) huruf f adalah biaya
Pasal 36 ayat (1) menyatakan yang dimaksud dengan dokter dalam Pasal 35
ayat (2) huruf a adalah dokter yang telah mengikuti pelatihan oleh penyelenggara
merupakan anggota tim kelayakan aborsi atau dokter yang memberikan surat
yang tidak memiliki dokter yang jumlahnya mencukupi sehingga dapat dilakukan
dimaksud adalah meliputi konseling pra tindakan dan diakhiri dengan konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor. Konselor adalah setiap orang yang
Konseling pra tindakan antara lain untuk menjajaki kebutuhan dari perempuan
yang ingin melakukan aborsi, untuk mengetahui aborsi dapat atau tidak dapat
mendapatkan informasi mengenai aborsi, dan untuk menilai kesiapan pasien untuk
menjalani aborsi. Konseling pasca tindakan antara lain untuk mengobservasi dan
memahami keadaan atau kondisi fisik setelah menjalani aborsi, untuk menjelaskan
mengenai aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3) huruf d atau
dilahirkan dari ibu korban perkosaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 ayat
(1) dapat diasuh oleh keluarga. Keluarga yang dimaksud adalah orang tua
kandung atau anggota keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah
sampai dengan derajat ketiga. Apabila keluarga menolak untuk mengasuh anak
yang dilahirkan dari korban perkosaan, anak tersebut menjadi anak asuh yang
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga untuk
rinci mengenai indikasi trauma psikologis bagi korban perkosaan yang timbul dari
psikologis bagi korban perkosaan merupakan syarat penting yang harus dipenuhi
akibat perkosaan.
atau simptom-simptom yang ditunjukkan dalam empat aspek yakni aspek fisik,
108
emosi, kognitif, dan hubungan interpersonal sebagai berikut :
1. Dampak dalam aspek fisik meliputi rasa lelah, letih, sulit tidur, mudah
terkejut, terlalu waspada, badan merasa sakit, gangguan pencernaan,
menurunnya nafsu makan dan nafsu seksual, serta rentan terhadap
penyakit.
2. Dampak dalam bidang emosi seperti misalnya rasa shock, ketakutan,
mudah marah, merasa bersalah, kesedihan, emosi mati rasa, merasa tidak
berdaya, kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari, sulit merasa
bahagia, dan sulit mengalami perasaan cinta.
108
Wiwik Sulistyaningsih, Op.Cit., hlm 30-31
3. Dampak dalam aspek kognitif dari orang yang mengalami trauma
psikologis menunjukkan gejala kurang konsentrasi, kurang mampu
mengambil keputusan, gangguan ingatan, ketidakpercayaan, kebingungan,
mimpi buruk, penurunan harga diri, merasa kurang mampu, menyalahkan
diri sendiri, terbayang-bayang, dan khawatir.
4. Dampak dalam aspek hubungan interpersonal ditandai dengan adanya
konflik hubungan yang meningkat, menarik diri dari pergaulan, kedekatan
hubungan yang menurun, merasa terasing, prestasi kerja menurun, prestasi
sekolah menurun, merasa tidak puas, ketidakpercayaan diri, pelampiasan
rasa bersalah, merasa ditolak, dan sikap terlalu melindungi.
angsur membaik dan tidak berlanjut menjadi masalah kronis. Lamanya waktu
yang diperlukan oleh seseorang untuk pulih kembali dari trauma tergantung pada
karakteristik individu dan sifat peristiwa traumatik yang dialami. Pada sebagian
lainnya sesuai dengan KUHP (KUHP) 110 Pemerintah telah mengatur sedemikian
undangan, namun tidak dapat dipungkiri hingga saat ini belum ada sistem yang
dapat berjalan dengan sempurna, karena pasti masih ada celah yang dapat
109
Ibid, hlm 32
110
Harian Analisa, Sabtu, 9 Agustus 2014, hlm 11.
aborsi secara ilegal. Oleh karena itu apabila aturan ini tetap diberlakukan,
perlu untuk diundangkan. 111 Aturan lain tersebut sebagaimana yang disampaikan
oleh Nafsiah Mboi yang kala itu masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan saat
yang mengatur pelatihan untuk tenaga kesehatan, dan juga sanksi terhadap tenaga
kesehatan dan fasilitas kesehatan yang melanggar aturan terkait, serta aturan
teknis lainnya.
111
Hasil Wawancara dengan Elisabeth Juniarty, Koordinator Bidang Litigasi Yayasan
Pusaka Indonesia, Selasa, 03 Maret 2015.
BAB III
tersebut telah sesuai dengan aturan-aturan didalam hak asasi manusia. Dua entitas
yang dipertaruhkan dalam kondisi ini baik ibu maupun janin sama-sama memiliki
sedangkan disisi yang lain para pendukung hak wanita yang didominasi oleh
kaum feminis menyatakan bahwa wanita juga memiliki hak dan kemerdekaan
yaitu rahim yang dapat mengandung, oleh sebab itu ia dapat memilih untuk
tubuhnya, sehingga ia berhak untuk menentukan apa yang terjadi pada tubuhnya.
Indonesia Tahun 1945 dalam Bab XA Hak Asasi Manusia, dimulai dari Pasal 28A
1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 1 ayat (1) dinyatakan yang dimaksud
dengan, “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.” Pada Pasal 9 hingga Pasal 66,
terdapat beberapa bagian dari hak asasi manusia antara lain hak untuk hidup, hak
memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas
kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak.
Pengertian Hak Asasi Manusia secara umum adalah hak-hak yang melekat
dalam diri manusia, dan tanpa hak tersebut manusia tidak dapat hidup layak
sebagaimana mestinya. John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah
hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai hak yang
kodrati. Semua orang itu diciptakan sama dan memiliki hak-hak alamiah yang tak
dapat dilepaskan. Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan
kehidupan manusia. Oleh karenanya tidak ada kekuasaan apapun didunia ini yang
dapat mencabutnya. Hak-hak tersebut meliputi hak atas hidup, hak kemerdekaan,
Kesimpulan dari beberapa pengertian tersebut di atas yaitu bahwa hakekat dari
hak asasi manusia itu bersifat kodrat atau mutlak sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa serta bukan pemberian dari penguasa atau pemimpin. Hak asasi
manusia tidak diberi atau diwarisi melainkan berlaku bagi semua orang tanpa
memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, politik, atau asal usul bangsa dan
atau melanggar hak orang lain. Dalam upaya menghormati, melindungi dan
menuntut hak asasi manusia, tidak terlepas dari pemenuhan kewajiban yang harus
Tindakan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan tersebut jika dilihat dari
sudut pandang hak asasi manusia, melanggar hak hidup janin, hak untuk
mempertahankan hidup, serta hak untuk tumbuh dan berkembang janin. Tetapi
disisi lain, wanita sebagai korban perkosaan juga memiliki hak asasi manusia
berupa hak atas kesehatan, termasuk didalamnya hak atas kesehatan reproduksi,
yaitu berupa keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi. Wanita juga berhak untuk mendapatkan keturunan,
termasuk juga hak untuk tidak mendapatkan keturunan, hak untuk hamil, hak
untuk tidak hamil, dan hak untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan.
manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sejalan dengan amanat
tubuhnya sendiri, menentukan sendiri apa yang baik dan buruk untuk
tubuhnya, apa yang boleh dan tidak boleh bagi tubuhnya. 112 Sebagian orang
juga sering lupa, sebab bukan saja hanya perempuan yang mempunyai hak,
janin dalam kandunganpun juga mempunyai hak, yaitu hak untuk hidup. 113
Maha Esa yang harus dihormati oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan
kepada setiap manusia merupakan Hak Asasi Manusia yang hanya boleh
Hak untuk hidup adalah salah satu Hak Asasi Manusia yang
Tahun 1945, Pasal 28A, “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak untuk
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Pasal 28I, “Hak untuk hidup,
hak untuk disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.”.
112
CB. Kusmaryanto, Op.Cit., hlm 164.
113
K. Bertens, Op.Cit., hlm 28.
114
Masrudi Muchtar, Op.Cit., hlm 81.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dalam Pasal 1 angka (5), menyebutkan, “Anak adalah setiap manusia yang
berada dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak
kesimpulan bahwa anak yang didalam kandungan (janin) secara hukum sudah
di atur hak nya, sehingga setiap ketentuan yang menyangkut hak anak maka
hal tersebut juga menyangkut hak janin yang ada didalam kandungan.
Pasal 52 ayat (2) menyatakan, “Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk
kepentingannya, hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak
adalah kematian bagi janin, hak hidup janin tetap dikesampingkan dan tidak
itu sendiri.
Kebijakan hukum di Indonesia mengatur hukuman bagi penghilangan hak
ada pula ancaman pidana bagi pembunuhan terhadap bayi yang baru
tidak dapat menjadi alasan yang cukup untuk membalas dendam dan
sendiri berupa penghilangan hak hidup janin tersebut karena hal ini
merupakan ketidakadilan. 116 Janin tidak ambil bagian dalam kejahatan yang
dahulu pernah dilakukan oleh ayah biologisnya yang telah memperkosa ibu si
janin tersebut. Janin juga tidak bisa memilih dengan cara apa ia hadir didunia
ini karena jika ia dapat memilih tentu ia tidak akan mau lahir sebagai hasil
dari kejahatan perkosaan. Oleh karena itu ia tidak dapat dituntut untuk ikut
115
Ibid, hlm 81.
116
CB. Kusmaryanto, Op.Cit., hlm 166.
117
Ibid, hlm 170.
Pasal 6 ayat (5) Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik,
dilakukan oleh seseorang dibawah usia delapan belas tahun, dan tidak dapat
kita pahami bahwa anak didalam kandungan merupakan suatu entitas diluar
hukuman mati, bayi yang ada didalam kandungan tidak turut serta bersalah,
dan oleh karenanya pelaksanaan hukuman mati atas ibunya tersebut dapat
Pasal 52 ayat (1) menyebutkan, “Setiap anak berhak atas perlindungan oleh
118
Masyhur Effendi, dkk, Op.Cit., hlm 280.
tentang hak asasi manusia. Oleh sebab itu pelanggaran baik langsung maupun
tidak langsung atas hak asasi manusia dikenakan sanksi pidana, perdata, atau
119
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51b887f23d74a/apakah-undang-undang-
harus-memuat-sanksi diakses pada tanggal 12 Februari 2015.
120
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan
Hukum Pidana, (Bandung, Citra Aditya Bakti : 2005), hlm 82.
semula, maka harus ditempuh berbagai upaya pemulihan, seperti pemulihan
yang diderita oleh korban. Untuk kerugian yang bersifat mental/psikis bentuk
ganti rugi dalam bentuk materi/uang tidaklah memadai apabila tidak disertai
1. Ganti rugi
Delik pada umumnya tidak mengenal ganti rugi yang bersifat pidana.
Hal ini terlihat dalam aturan umum KUHP yang tidak mengenal jenis
pidana ganti rugi. Adanya kemungkinan ganti rugi dalam Pasal 14c
lain pemberian ganti rugi kepada korban dalam perkara pidana dalam
121
Dikdik M. Arief Mansur, dkk, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan Antara
Norma dan Realita, (Jakarta, Grafindo Persada : 2007), hlm 160-161.
122
Ibid, hlm 165-166.
123
Barda Nawawi Arief, Op.Cit., hlm 89.
dalam perkara pidana. Dalam putusannya hakim berwenang menetapkan
material dan segala biaya yang telah dikeluarkan, dan kedua merupakan
pidana yang dijatuhkan dan dirasakan sebagai sesuatu yang konkrit dan
2. Restitusi
kepada korban atau keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga, dapat
124
Ibid, hlm 86.
125
Chaerudin dan Syarif Fadillah, Korban Kejahatan dalam Perspektif Viktimologi dan
Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Grahadika Press : 2004), hlm 65.
kehilangan atau penderitaan, atau penggantian biaya untuk tindakan
tertentu.”
3. Kompensasi
dana untuk itu diperoleh dari pemerintah atau dana umum. 127
126
Rena Yulia, Victimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,
(Yogyakarta, Graha Ilmu : 2010), hlm 60.
127
Ibid.
Kompensasi hanya diberikan bagi korban pelanggaran HAM yang
sebagai akibat munculnya dampak negatif yang sifatnya psikis dari suatu
kasus pidana umum termasuk kasus kekerasan seksual dalam sistem hukum
kita masih sangat jarang pelaksanaannya. Ini dikarenakan aturan itu tidak
secara fisik, tetapi juga mental, dan sosial. Selain itu korban juga mengalami
128
Ibid, hlm 119-120.
129
Dikdik M. Arief Mansur, dkk, Op.Cit., hlm 169.
130
Hasil Wawancara dengan Elisabeth Juniarty, Koordinator Bidang Litigasi Yayasan
Pusaka Indonesia, Selasa, 03 Maret 2015.
tekanan batin karena merasa dirinya kotor, berdosa dan tidak punya masa
depan lagi, pengucilan dari masyarakat karena dianggap membawa aib bagi
ternyata hamil akibat kejahatan perkosaan yang menimpanya itu. Tidak adil
yang telah dialaminya. Oleh sebab itu negara memberi pengecualian larangan
terabaikan.
adalah menyelamatkan ibu, dan kematian janin hanyalah efek dari perbuatan
131
Op.Cit.
termasuk hak untuk memutuskan atau memberi persetujuan apakah aborsi
kesehatan fisik, mental, dan seksual”. Hal ini berarti korban perkosaan berhak
Pasal 29 ayat (2) dan ayat (3) berupa upaya perlindungan dan penyelamatan
psikososial.
kepada korban yang menderita trauma atau masalah kejiwaan lainnya untuk
Hak lain yang juga dimiliki oleh wanita korban perkosaan yang
Reproduksi diluar dari hal-hal yang berkaitan dengan aborsi adalah hak untuk
132
Bambang Waluyo, Viktimologi Perlindungan Saksi dan Korban, (Jakarta, Sinar
Grafika : 2014), hlm 42.
Pasal 35 mengatakan, apabila wanita korban perkosaan memutuskan
pra tindakan aborsi dan konseling pasca tindakan aborsi yang dilakukan oleh
hak-hak wanita korban perkosaan yang akan melakukan aborsi antara lain
adalah hak untuk mendapatkan kejelasan apakah tindakan aborsi dapat atau
tidak dapat dilakukan, hak untuk mendapatkan tahapan tindakan aborsi dan
133
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53e83426ce020/legalitas-aborsi-dan-
hak-korban-pemerkosaan diakses tanggal 1 Maret 2015
Apabila wanita korban perkosaan ingin melakukan aborsi terhadap
yang bersangkutan.
134
Hasil Wawancara dengan Elisabeth Juniarty, Koordinator Bidang Litigasi Yayasan
Pusaka Indonesia, Selasa, 03 Maret 2015.
6. Setelah semua syarat untuk dilakukannya aborsi dipenuhi, perempuan
tindakan aborsi yang akan dilakukan dan kemungkinan efek samping atau
apakah tindakan aborsi dapat atau tidak dapat dilakukan. Apabila korban
kehamilan.
11. Penyelenggaraan aborsi dilakukan oleh dokter sesuai dengan standart, dan
akibat perkosaan.
135
Hasil Wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri, Kamis 19 Februari 2015.
bila diperlukan, dan menjelaskan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi
kesehatan.
BAB IV
PANDANGAN PRAKTISI TERHADAP TINDAKAN ABORSI TERHADAP
KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN
tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai
tujuannya. Arti kata efektif berasal dari bahasa Inggris yakni effective yaitu baik
hasilnya, mempan, tepat, benar, sedangkan arti kata efektif menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah ada efeknya, ada akibat atau pengaruhnya, manjur atau
diartikan sebagai tingkat tercapainya tujuan yang ingin dicapai dengan adanya
terhadap kehamilan akibat perkosaan itu dikatakan efektif apabila tujuan yang
bab sebelumnya adalah untuk menyediakan payung hukum bagi para korban
oleh wanita. Tidak sedikit dari kasus kejahatan perkosaan tersebut yang
menyebabkan kehamilan bagi wanita itu, dan jika kehamilan tersebut benar
terjadi, maka korban perkosaan tidak hanya terluka secara fisik, tetapi juga secara
mental dan sosial. Kehamilan akibat perkosaan hanya akan memperparah kondisi
mental korban yang sebelumnya telah mengalami trauma berat akibat peristiwa
perkosaan tersebut.
Perkosaan adalah kejahatan seksual, jika wanita diharuskan untuk hamil dan
memelihara anak tersebut hingga dewasa, hak perempuan itu dilanggar. Oleh
karena itu wanita tidak boleh dikorbankan dua kali, yaitu diperkosa dan
diharuskan untuk memelihara bayi hasil perkosaan itu hingga dewasa. Opini, dan
dan cemoohan serta mengucilkannya dari lingkungan sosialnya serta biaya yang
harus dipersiapkan bagi masa depan bayi tersebut juga menjadi beban bagi wanita
tersebut.
aman bagi setiap korban perkosaan. Kesehatan bukan hanya terbatas pada keadaan
sehat secara fisik, melainkan juga sehat secara mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
tetapi, justru kesehatan reproduksi lah yang acap kali luput dari perhatian
pemerintah. Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental,
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi, tetapi juga berkaitan
dengan hak setiap orang untuk mendapatkan keturunan, termasuk juga hak untuk
tidak mendapatkan keturunan, hak untuk hamil, hak untuk tidak hamil, dan hak
Layanan kesehatan yang aman bagi setiap korban perkosaan yang dimaksud
adalah tidak hanya terbatas pada layanan persalinan yang aman dan bermutu,
kesiapan pasien untuk aborsi, untuk mengetahui dapat tidaknya aborsi dilakukan
aborsi yang akan dilakukan sehingga mereka memahami akan efek samping serta
mengenai aborsi tersebut. Konseling pasca aborsi dilakukan antara lain guna
efektif, terjangkau dan bermutu khususnya bagi setiap korban perkosaan yang
sehingga praktik-praktik aborsi ilegal yang tidak aman yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak berkompeten untuk itu dapat diminimalisir keberadaannya juga dapat
upaya khusus dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) yang
akibat perkosaan, tidak dapat dikaitkan dengan suatu pemikiran bahwa kriteria
tersebut diukur dari berhasil atau tidaknya janin didalam kandungan digugurkan,
dibunuh atau disingkirkan. Apabila pola pikir demikian yang dijadikan ukuran,
maka efektifitas tindakan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan juga akan
diukur dari sisi usaha penguguran janinnya saja dan bukan dari tercapainya tujuan
Oleh sebab itu diutarakan bahwa dengan dikeluarkannya aturan tersebut tidak
demikian kenyataannya janin tersebut harus mati oleh karena perbuatan itu.
perkosaan ini terdiri dari beberapa langkah-langkah dasar yang harus diperhatikan
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Namun, besar harapan pemerintah
untuk tidak terjadinya pengguguran janin yang ada akibat perkosaan. Tindakan
kelak menjadi anak asuh negara apabila keluarga korban menolak untuk
hak-hak perempuan yang kerap menerima beban ganda, yakni sebagai korban
Akibat Perkosaan
Dari hasil beberapa wawancara yang penulis lakukan, ada beberapa hal yang
disampaikan oleh para informan yang terkait dengan tindakan aborsi terhadap
maka tidak ada suatu perbuatan pun yang dapat dihukum apabila tidak ada
dalam Pasal 1 angka (1) dikatakan bahwa yang dikategorikan anak dalam
terdapat dalam Pasal 80 ayat (3) yaitu pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak
136
Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015.
Pada kasus aborsi sebagian praktisi hukum mempergunakan Pasal-
dilindungi. Jadi apabila ada tindakan yang memaksa anak tersebut lahir
belum didapat kepastian tentang tindak pidana mana yang paling tepat
dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa
harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti maka
dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam bentuk
surat dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya menggunakan
perkosaan itu dapat didasarkan pada cara pelaku melakukan, akibat yang
fisik, maka kepada dokter dapat dimintai visum kekerasan dibadan selain
139
Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015.
140
Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015.
Dalam hal demikian maka salah satu cara untuk mengukur korban benar-
saat kejadian atau beberapa saat pasca kejadian, maka penuntut umum
lebih fokus melihat kepada kekerasan fisiknya saja. Jadi, misalnya, apabila
maka pelaku dapat dituntut 2 (dua) tahun pidana penjara. Jika pelaku
gangguan psikologis, atau hal-hal lain, maka oleh karena ada hal yang
pidana dalam tuntutan tidak boleh melebihi ancaman maksimal dari yang
141
Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015.
Aborsi merupakan delik biasa, maksudnya adalah pihak manapun yang
kepada penyidik.
142
Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015.
pemeriksaan dan pengumpulan barang bukti yang lengkap. Salah satu
unsur perkosaan dalam Pasal 285 KUHP adalah persetubuhan. Jadi harus
tidak dapat dibuktikan, maka janggal hal tersebut dapat dikatakan suatu
perkosaan. 143
144
2. Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi
konsepsi itu tidak mampu hidup diluar kandungan. Pada dasarnya yang
disebut dengan abortus ada dua, ada yang disebut dengan abortus spontan,
ada yang disebut dengan abortus provocatus. Abortus provocatus ada dua,
143
Abdussalam, Forensik, (Jakarta, Restu Agung : 2006), hlm57.
144
Obstetri dan Ginekologi menyangkut cabang ilmu kedokteran yang mempelajari dan
menangani kesehatan wanita. Peran dokter spesialis Obstetri Ginekologi adalah memberikan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi seorang wanita yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksinya saat tidak hamil ataupun dimasa hamil, bersalin, atau nifas. Baik yang bersifat
preventif (pencegahan terhadap penyakit) maupun rehabilitatif (perbaikan kelainan yang timbul)
pada alat reproduksinya. Lihat http://drprima.com/kehamilan/pengertian-obstetri-dan- ginekologi
diakses pada tanggal 08 Februari 2015.
145
Hasil wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri Kamis, 19 Februari 2015.
diluar pernikahan atau orang-orang yang tidak menginginkan
dukun atau oknum tenaga kesehatan yang tidak profesional untuk itu,
aborsi.
disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cidera organ panggul atau
usus, kedua, sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap
ketakutan. 146
disertai rujukan dari penyidik terlebih dahulu, kemudian pihak rumah sakit
146
Masrudi Muchtar, Op.Cit., hlm 88-89.
adalah suatu organisasi dirumah sakit dimana setiap tindakan yang
rapat komite medik agar tindakan medik tersebut sesuai dengan aturan
hukum. Komite medik terdiri dari seluruh dokter yang ada dirumah sakit
147
Hasil wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri Kamis, 19 Februari 2015.
148
Abdussalam, Op.Cit., hlm 27-29.
f. Surat permintaan ditandatangani oleh petugas penyidik yang berhak,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Ditujukan kepada dokter dengan prioritas dokter pemerintah ditempat
dinasnya, bukan ditempat praktik.
h. Pada tempat yang terdapat fasilitas Rumah Sakit Umum atau Fakultas
Kedokteran, permintaan ditujukan pada bagian yang sesuai, yaitu :
1) Untuk korban hidup;
a) Terluka dan kecelakaan lalu lintas ke Bagian Bedah;
b) Kejahatan susila/perkosaan ke Bagian Kebidanan;
2) Untuk korban mati ke Bagian Kedokteran Kehakiman.
i. Pada tempat yang tidak memiliki fasilitas tersebut, permintaan
ditujukan pada dokter pemerintah (puskesmas atau dokter Polri). Bila
hal ini tidak memungkinkan dapat ditujukan ke dokter swasta.
j. Korban baik hidup ataupun mati harus diantar sendiri oleh petugas
Polri disertai surat permintaannya.
k. Sebaliknya petugas yang meminta visum et repertum mengikuti
jalannya pemeriksaan bedah jenazah agar memperoleh gambaran
mengenai luka dan penyebab kematian. Dengan demikian dapat
memperoleh petunjuk yang berharga dalam pencarian barang bukti
material.
Sanksi bagi oknum dokter yang secara ilegal melakukan aborsi, selain
karena pemerintah memikirkan masa depan ibu dan anak. Seperti dampak
langsung hamil, rasa malu menjadi bahan pergunjingan, juga dari segi
149
Hasil wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri Kamis, 19 Februari 2015.
menyadari bahwa ia sebenarnya tidak menginginkan untuk dilahirkan
150
sebagai anak dari korban perkosaan.
sudah terjadi pembuahan itu sudah terjadi proses kehidupan. Karena secara
“Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan”.
Salah satu alasan dan tujuan IDI meminta pemerintah mengkaji ulang
dengan memanipulasi aturan itu, dan alhasil janin yang sudah ada dan
150
Hasil wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri Kamis, 19 Februari 2015.
ketatnya, dan harus merupakan bayi yang benar-benar hasil dari korban
perkosaan. 151
Bantuan Hukum)
korban untuk mengambil visum dirumah sakit yang dituju. Pada teorinya
proses visum. Hasil visum hanya boleh diambil oleh polisi. Langkah
151
Hasil wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri Kamis, 19 Februari 2015.
pada tahap ini, tugas lembaga bantuan hukum hanya memonitor saja
dilakukan secara cermat dan tegas. Jika aturan tersebut dirasa kurang
Perkosaan
Pemerintah (PP) tersebut secara umum dikenal dengan ‘PP Aborsi’, padahal
melainkan juga meliputi pelayanan kesehatan ibu serta reproduksi dengan bantuan
Di Indonesia, undang-undang mengenai aborsi sudah ada sejak tahun 1918 yang
152
Hasil Wawancara dengan Elisabeth Juniarty, Koordinator Bidang Litigasi Yayasan
Pusaka Indonesia, Selasa, 03 Maret 2015.
153
Hasil Wawancara dengan Elisabeth Juniarty, Koordinator Bidang Litigasi Yayasan
Pusaka Indonesia, Selasa, 03 Maret 2015.
melihat bahwa praktik-praktik aborsi yang dilakukan tersebut dapat
tradisional.
Pemerintah Indonesia melarang praktik aborsi meskipun acap kali praktik aborsi
oknum.
aborsi berkembang sangat pesat. Ada yang menilai praktik aborsi tidak boleh
dilakukan karena dianggap sebagai pembunuhan manusia, ada pula yang menilai
boleh dilakukan dengan syarat dan ketentuan yang ketat karena menyangkut
Seperti yang telah dipaparkan penulis dalam bab-bab sebelumnya, maka banyak
sekali sisi negatif dan positif untuk dilakukannya tindakan aborsi bagi korban
pembunuhan dan penghilangan hak hidup anak. Janin berhak untuk hidup.
anak adalah yang belum berusia 18 (delapan belas tahun) serta anak yang
tersebut sudah dilindungi oleh negara dari segala macam bentuk tindakan
menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan”, dan Kode
tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah dan atau janjinya”. Hal ini
melibatkan dokter, ahli, atau tenaga medis sebagai eksekutor. Disatu sisi
pelaku seks bebas dan hasil hubungan gelap yang ingin memanfaatkan
mendiskriminasi perempuan.
hebat bagi perempuan itu baik fisik maupun psikologis pasca aborsi.
tersebut akhirnya menyadari perbuatan aborsi yang tidak lain hal nya
yang hamil akibat perkosaan juga tidak menjamin korban untuk tidak
hanya sebagai jalan pintas yang ditawarkan oleh pemerintah bagi korban
perkosaan. Aborsi tidak merupakan solusi yang baik bagi kehamilan akibat
Disamping sisi negatif di atas, disisi lain tindakan aborsi terhadap kehamilan
mencapai hidup sehat dan mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas.
perkosaan dari rasa malu dan rasa trauma yang dapat berdampak bagi
janinnya.
anak tersebut sudah di cap sebagai anak haram yang tidak boleh bergaul
lainnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kehamilan Akibat Perkosaan dan Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia, maka
dalam KUHP Pasal 299, 346, 347, 348, dan 349 yang melarang segala bentuk
Kesehatan Reproduksi Pasal 31, 34, 35, 36, 37, 38, dan Pasal 39 sebagai
Kesehatan.
dikategorikan sebagai anak sehingga setiap ketentuan dalam UUD 1945 Pasal
28A, 28B ayat (2), dan 28I, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia Pasal 1, 52, 53 ayat (1), Kovenan Internasional tentang
Hak-Hak Sipil dan Politik Pasal 6 ayat (5) yang menyangkut hak anak maka
hak tersebut juga menyangkut hak janin yang ada didalam kandungan. Wanita
korban kejahatan perkosaan menderita secara fisik, mental, dan sosial oleh
Kesehatan Reproduksi.
yang hamil akibat perkosaan, tetapi disisi lain hak anak dikesampingkan.
pembuahan itu sudah terjadi proses kehidupan, karena secara biologis, sejak
B. Saran
benar-benar hasil dari korban perkosaan. Dengan demikian, hak hidup janin
banyak dampak negatif bila dibandingkan dengan dampak positif yang timbul
dari aturan ini, selain itu juga dibutuhkan aturan lebih lanjut dan teknis
BUKU
INTERNET