Disusun oleh :
DEA OKTA NOVELLA
Guru Pembimbing :
RATI NUSNALI,S.Pd
A. Tugas dan fungsi dari struktur kemasyarakatan dalam kebudayaan melayu riau
Beberapa tugas dan fungsi struktur kemasyarakatan masyarakat melayu di beberapa
daerah riau diantaranya adalah sebagai berikut. Kampar Dikabupaten kampar yang kita kenal
sekarang, memiliki bentuk struktur kemasyarakatan yang beragam, sehingga mewarnai tugas
dan fungsinya. Dikenal dengan istilah kenegrian, bentuk struktur kemasyrakatannya
merupakan gabungan dari persukuan. Tetapi sebaliknya ada juga yang dikenal dengan hanya
suku saja. Menurut Hendrik anak Abdulrahman (bahan-bahan untuk menyusun kitap khatam
kaji doktoral, 2012), sebagai sebuah kumpulan dari persukuan, maka yang duduk dalam
kenegerian tersebut adalah ketua-ketua suku. Sebagai contoh dalam masyrakat kecamatan
kampar alias kenegerian kampar, dapat diterangkan sebagai berikut: Pucuk tertinggi
kenegrian kampar: - Suku Domo ( domo tua ) bergelar datuk temenggung. Tugasnya
menggurus keluar dan kedalam persukuan. Bertanggung jawap penuh terhadap kesukuan
(pucuk tertinggi) - Suku Pitopang bergelar Dtuk Manjo Bosau. Tugasnya kedalam persukuan
(dalam sistem pemerintahan sekarang, sama dengan sekda) Mereka dibantu oleh: - Suku
Domo (mudo) bergelar Datuk Bijanso - Suku Melayu (tua) bergelar Datuk Baduku Tua -
Suku Melayu (muda) bergelar Datuk Marajo Bosau - Suku Piliang bergelar Datuk Tiawan -
Suku Kampai bergelar Datuk Paduko - Suku Bendang bergelar Datuk Somak Dirajo Catatan :
struktur adat dalam setiap kenegrian berbeda-beda, sesuai dengan suku yang ada dalam negri
tersebut suku: setiap suku memiliki struktur, yakini: - Penghulu : pucuk tertinggi dalam suku
- Tungkek : wakil penghulu - Tuo Kampung : yang mengurus sosial masyarakat - Malin
kebesaran : yang mengurus masalah agama - Dubalang : keamanan - Siompu : yang
mengurus masalah perempuan
Kuantan dan sengingi: Kawasan kuantan dan sengingi yang kini masuk dalam
admistrasi pemerintahan kabupaten kuantan sengingi semula merupakan kawasan kerajaan-
kerajaan kandis yang bentuk struktur sistem kemasyarakatannya sekaligus berkaitan dengan
fungsi maupun tugasnya, diperkirakan menggunakan sistem kerajaan pada abad ke-8. Pada
gilirannya sistem ini menurut susunan suku dan koto-koto. Negri ini kemudian dikenal
sebagai Negori Puluh Kurang Osu atau negeri terdiri atas 19 koto yang dipimpin oleh 19
Datuk dengan berkedudukan di koto-koto. Menurut Prof Suwardi MS (2010), koto-koto
dikuantan dibagi menurut aliran Batang Kuantan (Sungai Indragiri) dan kawasan daratan
sebagai beikut: - Empat koto yang berkedudukan di Lubuk Ambacang. Pemimpinya di sebut
Datuk Patih; - Limo koto di tongah berkedudukan di kari dengan pemimpin yang disebut
Datuk Lelo Budi; - Empat koto dihilir berkedudukan di inuman dipimpin oleh Datuk
Temenggung; - Empat koto digunung dipimpin oleh Datuk Bendaro; - Satu koto di Lubuk
Ramo, dipimpin oleh Datuk Timbang Tali; - Satu koto di Logas Tanah Darek berkedudukan
dilogas Tanah Darat yang dipimpin oleh Datuk Rajo Ruhum, dan - Satu koto di Pangean
berkedudukan di Desa Koto Tinggi Pengean yang dipimpin oleh Penghulu nan Barompek.
Koto-koto itu kemudian membentuk federasi yang masing-masing dipimpin oleh Urang
Godang ( orang besar ). Orang godang ini dipimpin salah seorang diantaranya, disbut Datuk
Bisai, berkedudukan di Teluk Kuantan. Lain lagi di Sengingi. Di kawasan ini dua datuk
dibedakan atas Raja Adat dari Pagaruyung dan Rajo Ibadat dari semanjung Melayu
( Malaysia sekarang ). Mereka disebut Datuk Nan Beduo, di sebut juga Urang Godang Antau.
Mereka bertugas dan berfungsi sebagai pelaksana pemerintahan, mengatur kehidupan
masyarakat sebagai pihak terkelola. Pekerjaan mereka untuk urusan adat dibantu oleh tujuh
datuk. Jadi, jumlah datuk yang menjalankan tugas maupun fungsi pemerintahan dan adat
berjumlah sembilan oarang, sehingga disebut Datuk yang Sembilan. Tujuh datuk
berkedudukan dikoto-koto Tanjung Pauh (utara) dan logas (selatan), yaitu: - Datuk Bendaro
Kali - Datuk Mangkuto Sinaro - Datuk Sinaro Nan Putiah - Datuk Besar - Datuk Maharajo
Garang - Datuk Nyato - Datuk Jalelo –
Siak sri indrapura Kerajaan siak sri indrapura memiliki kawasan lebih luas di banding
kerajaan-kerajaan yag pernah ada di kawasan melayu Riau. Secara harfiah dapat bermakna
pusat kota raja yang taaat beragama, siak dalam anggapan melayu sangat bertali erat dengan
agama islam. orang siak adalah orang-orang yang ahli agama islam. dalam bahasa sansekerta,
sri berarti''bercahaya'' dan indera bermakna ''raja''. sedangkan pura berarti ''kota atau
kerajaan''. Membandingkan dengan catatan Tome pires (1513-1515) belum mnyebutkan
adanya nama siak antara kawasan arcat dan indragiri yang disebutnya sebagai kawasan
pelabuhan raja minangkabau serta juga menyebutkan dari tiga raja minangkabau itu hanya
satu raja yang telah masuk islam sehingga jika dikaitkan dengan pepatah minangkabau yang
terkenal'' adat menurun syara' mendaki dapat bermakna masuknya islam ke dataran tinggi
pedalaman minangkabau dari siak sehingga orang-orang yang ahli dalam agama sejak dahulu
sampai sekarang masih tetap di sebut dengan orang siak. nama siak dapat merujuk pada
sebuah klan dikawasan antara pakistan dan india, sihag atau asiag yang bermakna pedang.
masyarakat ini di kaitkan dengan bangsa asli, masyarakat nomanden yang disebut oleh
masyarakat romawi dan diidentifikasikan sebagai sakai oleh strabo seorang penulis geografi
yunani. berkaitan dengan ini pada sehiliran sungai siak sampai hari ini masih dijumpai
masyarakat asing yang dinamakan sebagai orang sakai. kerajaan siak sri indrapura Pernah
menguasai daerah-daerah disumatra utara dan kalimanatan barat samapi pertengahan abad ke-
19, kerajaan ini meninggalkan pengaruh yang amat besar pada wilayah provinsi riau sekarang
seperti kota pekanbaru, kota dumai, kabupaten bengkalis, kabupaten meranti, kabupaten
rokan hilir dan kabupaten siak sendiri. Sebagian palalawan dan kampar, pernah berada dalam
kawasan kerajaan siak. Tidak diherankan apabila bentuk struktur dengan tugas dan fungsi
sistem kemasyarakatan didaerah-daerah tersebut mengacu pada apa yang terjadi secara umum
dalam kerajaan siak. awalnya kerajaan ini di dirikan di Buantan oleh raja kecik dari
Pagaruyung yang bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723,setelah sebelumnya tersingkir
atas tahta kesultanan johor. Disisi lain, harus diakaui sistem kemasyarakatan dikawasan ini
tidak terjadi secara otomatis begitu saja saat raja kecik membangun kekuatan baru di buantan
setelah tersingkir dari johor awal abad ke-18. Sebab sebelumnya juga, dikawasan tersebut
telah hidup suatu kerajaan yang cukup berpengaruh yakini gasip.
Dengan demikian, penataan pemerintahan dan kemasyarakatan yang dilakukan raja
kecik pada tahun-tahun awal berkuasa, besar kemungkinan modifikasi dari sistem
kemasyarakatan yang telah ada sebelumnya. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja kecik
membantu penasehat sultan atau disebut orang besar yakini: - Datuk Lima Puuh bergelar Sri
Bijuangsa - Datuk Tanah Datar bergelar Sri Pekerma Raja - Datuk pesisir bergelar Maharaja
Ketuangsa, dan - Datuk Laksmana Raja Dilaut Pembesar kerajaan lain yang membantu sultan
adalah: - Panglima perang - Datuk Himba Raja - Datuk Bentara Kiri - Datuk Bentara Kanan,
dan - Datuk Bendahara Untuk berhubungan langsung dengan masyarakat, di setiap daerah,
pemerintah dibagi-bagai menjadi kepala suku yang bergelar penghulu, orang kaya, dan batin.
Khusus penghulu, tidak memiliki tanah ulayat yang dalam pekerjaan dibantu oleh : - Sangko
panghulu atau wakil penghulu - Malin penghulu, pembantu urusan kepercayaan, atau agama -
Lelo penghulu, pembantu urusan adat sekaligus berfungsi sebagai hulubalang Adapun batin
dibantu oleh: - Tongkat, urusan yang menyangkut kewajiban-kewajiban terhadap sultan -
Monti, pembantu batin urusan adat - Antan-antan, pembantu batin yang sewaktu-waktu dapat
dapat mewakili tongkat atau monti kalau keduanya berhalangan. Sekurang-kurangnya
terdapat sepuluh perbatinan dan empat penghulu telah terwujud saat raja kecik
mengembangkan kawasan ini menjadi kerajaan siak. Perbatinan dan kepenghuluan itu adalah
sebagai berikut: - Perbatinan Gasip - Perbatinan Senapelan - Perbatinan Sejalen - Perbatinan
Perawang - Perbatinan Sakai - Perbatinan Petalang - Perbatinan Tebing Tinggi - Perbatianan
Senggoro - Perbatinan Merbau - Perbatinan Rangsang - Penghulu Siak Kecil - Perbatinan
Siak Besar sistem nilai kemasyarakatan melayu Riau bersumber pada
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah sejauh mana pengetahuan seseorang
terhadap kebudayaannya sendiri dipengaruhi oleh berberapa hal dan salah satunya adalah
dirinya sendiri. Besar atau kecilnya nya rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaannya itulah
yang nantinya mencerminkan bahwa sejauh mana seseorang mengenali budayanya sendiri.
Jika semakin kecil rasa kecintaannya maka jelaslah seseorang tersebut belum terlalu dekat
dengan budaya sukunya sendiri, begitu juga sebaliknya.
Mengenali budaya sendiri khususnya melayu merupakan sebuah keharusan baginya yang
mengaku melayu. Sedikit banyaknya pengetahuan kita mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan budaya melayu menjadikan kita secara tidak langsung mempelajari budaya
itu sendiri. Seperti yang dikatakan para pakar bahwa seseorang yang mengaku melayu jikalau
ia: 1. Berbahasa melayu, 2. Beradat-istiadat Melayu dan 3. Beragama Islam. Maka dari itu,
ketiga hal inilah menjadi patokan ataupun barometer sejauh mana kita sudah menjadi bagian
dari budaya itu sendiri khususnya budaya melayu.
B. SARAN