Anda di halaman 1dari 6

RESUME

BUDAYA ALAM MINANGKABAU

Tentang

”kepemimpinan minangkabau”

Di susun oleh :

NAMA : M IRAWAN GHAIR

BP : 1820093

LOCAL : 5D

DOSEN PEMBIBIMBING :

ZATURRAHMI, S.Si, M.Pd.

Hasri Fendi, S.S., M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

ADZKIA PADANG

2020
KEPEMIMPINAN DI MINANGKABAU

A. BEBERAPA KONSEPSI TENTANG TEORI KEPEMIMPINAN


Sistem kepemimpinan di Minangkabau adalah posisi seorang pemimpin di
Minangkabau itu “didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting”. Maknanya tidaklah
jauh jarak antara pemimpin dan orang yang dipimpin atau pemimpin itu dekat dengan kaum
yang dipimpinnya. Pada masyarakat Minangkabau bentuk kepemimpinan tradisional dapat
dilihat dalam institusi-institusi adat yang ada. Berbeda dengan adat lainnya. di Minangkabau
pemimpin tertinggi tidak terletak di tangan raja melainkan di tangan penghulu, sekalipun di
daerah Minangkabau pernah terdapat suatu kerajaan di masa lalu.
Kepemimpinan tradisional ini adalah berdasarkan stelsel matrilinial menurut
tingkatannya masing-masing. Pada umumnya pemimpin rumah tangga disebut tungganai,
pemimpin kaum disebut mamak kaum, pemimpin suku adalah penghulu.
Di sisi lain, dalam konsepsi kepemimpinan Minangkabau dikenal apa yang disebut
dengan Tungku Tigo Sajarangan, yang erat kaitannya dengan pengelompokan sistem
kepemimpinan masyarakat Minangkabau, yaitu kepemimpinan ninik mamak, kepemimpinan
alim ulama, dan kepemimpinan cadiak pandai. (Siti Fatimah )

B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU


Kepemimpinan dalam Struktur sosial Minangkabau tradisional dapat dibagi dalam
dua sistem yang berbeda, yaitu: The Royal Family System (Sistem keluarga penguasa
kerajaan/bangsawan) dan The Commoners (rakyat biasa). Bentuk pertama adalah sistem
patrilinial yang tak dapat dipisahkan dari alam Minangkabau. Ini juga dapat dianggap sebagai
perwakilan dari The male principle.
Pada abad ke-16, setelah pemerintahan Adityawarman, terdapat tiga raja di
Minangkabau, yaitu raja Alam, raja Ibadat, dan Raja Adat. Ketiga raja tersebut disebut Rajo
Tigo Selo. Menurut Yosselin De Jong menyebutkan dua raja yaitu :
1. raja adat adalah simbol kewanitaan, oleh karena itu kadang-kadang disebut
dengan Tuan Gadis 10. Raja ini boleh laki-laki dengan syarat harus
memanjangkan rambutnya.
2. raja ibadat adalah simbol kaum laki-laki. Keduanya disebut Rajo Duo Selo.
Namun kekuasaan raja tidak pernah berfungsi sebagai kepala pemerintahan di
Minangkabau.
Sistem kepemimpinan di Minangkabau secara struktural dalam adat dikatakan Bila
kekuasaan terbagi dalam bidang urusan agama dan adat di bawah koordinasi Raja Alam,
maka di tingkat nagari terbagi dalam apa yang disebut dengan urang ampek jinih (orang yang
empat jenis), yaitu : penghulu (pemimpin adat), manti (juru tulis adat), dubalang ("polisi"),
dan malin (pegawai-pegawai agama) (Taufik Abdullah, dalam, Claire Holt, 1972: 198).

C. MACAM-MACAM KEPEMIMPINAN MINANGKABAU


Kepemimpinan dalam masyarakat minang kabau terbagi menjadi 3 yaitu kepemimpinan
penghulu, kepemimpinan mamak, Kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan (Tali Tigo
Sapilin) yaitu sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Penghulu
Penghulu sejak era Datuak Perpatih Nan Sabatang dan Datuak Ketumanggungan,
berfungsi sebagai pemimpin dalam kaum sukunya. Diminangkabau terdapat dua
kelarasan yaitu kelarasan “koto piliang” dan “bodi caniago”.
a. Kelarasan koto piliang sistemnya “bajanjang naik batanggo turun” atau dalam
kata adat: “titiak dari ateh” (titik dari atas), artinya keputusan terletak di
tangan penghulu pucuk.
b. Kalarasan bodi caniago menganut prinsip dalam kepemimpinannya yaitu
“duduk samo randah tagak samo tinggi”. Dengan aturannya “mambasuik dari
bumi” (membesut dari bumi) yang artinya keputusan itu timbul dari bawah.
Bodi Caniago berarti “budi nan baharago” (budi yang berharga) sehingga
setiap keputusan diambil dengan cara musyawarah untuk mencari kata
mufakat. Mufakat dalam konsepsi Minangkabau adalah : Bulek nan buliah
digolekkan, picak nan buliah dilayangkan (Bulat yang boleh digulirkan, pipih
yang boleh di layangkan). Bulat berarti konsensus penuh, sedangkan pipih
berarti suara mayoritas, tapi seizin yang tidak sependapat (Naim, 1986: 46-
47).

Sistem kepemimpinan di Minangkabau secara struktural dalam adat dikatakan Bila


kekuasaan terbagi dalam bidang urusan agama dan adat di bawah koordinasi Raja Alam,
maka di tingkat nagari terbagi dalam apa yang disebut dengan urang ampek jinih (orang yang
empat jenis), yaitu : penghulu (pemimpin adat), manti (juru tulis adat), dubalang ("polisi"),
dan malin (pegawai-pegawai agama) (Taufik Abdullah, dalam, Claire Holt, 1972: 198).

2. Kepemimpinan Mamak
Mamak adalah saudara laki-laki dari pihak ibu. Semua saudara laki-laki ibu
baik adik maupun kakaknya yang sudah dewasa/ menikah disebut mamak. Secara
khusus mamak bukanlah sekedar saudara laki-laki ibu akan tetapi mamak adalah
seseorang yang dituakan dan dianggap cakap dan bertanggung jawab terhadap
kelangsungan sistim matrilineal di Minangkabau.
Di dalam kehidupan masyarakat Minangkabau laki-laki memiliki dua fungsi,
yaitu sebagai kepala keluarga/ rumah tangga (tunganai) dan sebagai mamak. Artinya
laki-laki itu juga menjadi pemimpin dari adik-adik dan kapanakannya. Sebagai
seorang mamak ia diharapkan mengawasi adik dan kemenakannya yang perempuan
serta mengurus dalam hal-hal yang berhubungan dengan tata cara bernagari atau
bermasyarakat, hal ini menjadi tanggung jawab mamak, seperti mamang adat berikut:
“ Pucuak paku kacang balimbiang, Ambieak tampuruang lenggang-lenggokkan,
Bawo manurun ka saruaso ,Tanamlah siriah di ureknyo, Anak dipangku kemanakan
dibimbiang, Urang kampuang dipatenggangkan, Tenggang nagari jan binaso,
Tenggang sarato jo adatnyo”
Artinya jadi seorang mamak itu di samping memelihara anak-anaknya
(sebagai ayah di rumah anaknya) juga harus membimbing kemenakan (di dalam kaum
sukunya), memelihara kampung jan binaso

3. Kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan (Tali Tigo Sapilin).


Tungku tigo sajarangan” alam yang sesungguhnya adalah 3 tungku disusun di
atasnya dijarangkan periuk/ belanga/ kuali dijarangkan dan di dalamnya ada makanan/
minuman yang mau dimasak. “Tali tigo sapilin” adalah 3 jurai tali yang dijalin
menjadi satu tali dan kuat. Tungku itu panas, di situ kayu bersilang, api dihidupkan
dengan bahan bakar kayu, di saat itu pula nasi menjadi masak. Fakta empiris kekuatan
susunan 3 tungku sajarangan itu bersinergi dengan energi panas api yang dihidup
karena kayu disilang-silangkan di dalamnya.
“Basilang kayu dalam tungku, Di situ makonyo api hiduik”
Filosofinya, ketiga unsur kepemimpinan Minang itu bila bermusyawarah dapat
menghasilkan keputusan yang bulat dan punya kekuatan menghadapi persoalan yang
dihadapi. Sistim tungku tigo sajarangan dan tali tigo sapilin adalah (1) anggo tanggo
(AD/ART), (2) raso jo pareso (UU) dan (3) alua jo patuik (hukum). Leadernya
merupakan kepemimpinan kolektif 3 unsur fungsionaris (1) ninik mamak, (2) alim
ulama, dan (3) cadiak pandai.
Jadi dapat di Tarik kesimpulan bahwa kepemimpinan di minangkabau ada 3 yaitu
kepemimpinan penghulu, niniak mamak, dan tungku tiko sajarangan. Pada masa sebelum
masuknya pengaruh Islam, kepemimpinan minangkabau dapat dikatakan identik dengan
kepemimpinan penghulu yang berakar dari datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak
Katumanggungan dengan system kelarasan koto piliang dan bodi caniago. Namun, setelah
masuknya pengaruh Islam dan pengaruh Barat, konsep ideal kepemimpinan tradisional
Minang-kabau mulai bergeser menjadi Tungku Tigo Sajarangan yang terdiri dari;
kepemimpinan Alim Ulama, Cerdik Pandai, dan Penghulu. Pepatah adat meng-ungkapkan :
"Kamanakan barajo ka Mamak, Mamak barajo ka Pangulu, Pangulu barajo ka Mufakat,
Mufakat barajo ka nan Bana. Bana badiri sandirinyo" (kemenakan dipimpin oleh mamak,
mamak dipimpin oleh penghulu, penghulu dipimpin oleh mufakat, mufakat dipimpin oleh
kebenaran, kebenaran adalah berdiri sendiri).
DAFTAR RUJUKAN

Siti Fatimah.2011. Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Minangkabau pada Masa


Pendudukan Jepang .Vol. VII No. 1 Th. 2011
sespamardi. sutan http://www.tambominangkabau.com/sistem-kepemimpinan-di-
minangkabau/
Irhash A. Shamad on 09 Mei 2009 http://www.irhash.com/2009/05/kepemimpinan-
tradisional-minangkabau.html
Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo. 2009. Sistim Kepemimpinan Minangkabau.
https://wawasanislam.wordpress.com/2009/03/06/sistim-kepemimpinan-
minangkabau/

Anda mungkin juga menyukai