Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH

“Psikologi Perpustakaan”

KONSEP DASAR PSIKOLOGI PERPUSTAKAAN


Dosen : Sahidi, M.IP

Disusun Oleh

Desi Nuraulia

Dwi Nur Rizma

Indah Lestari

Khofifah Nurhidayah

PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah


SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya, makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Konsep Dasar
Psikologi Perpustakaan”. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam
pemahaman, serta memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perpustakaan. Terlebih
dahulu kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan
kemampuan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak, diharapkan dapat memperbaiki pembuatan makalah dilain waktu agar bisa
lebih baik lagi. Kami juga tidak menutup kemungkinan bahwa makalah ini juga
dapat terselesaikan berkat bantuan banyak pihak, maka dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada Yang Terhormat Bapak Sahidi, M.IP
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Psikologi Perpustakaan.

Pontianak, 13 Februari 2019

Penyusun

2
3

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................
3
A. Pembahasan
3
1. Definisi Psikologi
3
2. Sejarah Perkembangan Psikologi
5
3. Aliran-Aliran Psikologi
7
4. Psikologi Sebagai Ilmu
11
5. Metode Penelitian dalam Psikologi Arsip
12
BAB III PENUTUP .................................................................................................
15
A. Kesimpulan
15
B. Saran
15

3
4

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


16

4
1

BAB I

PENDAHALUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana kita ketahui bersama seiring perkembangan zaman,


informasi berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat,
mengikuti perkembangan cara berpikir manusia dan kebutuhan untuk
menemukan informasi. Perpustakaan dianggap sebagai sumber informasi
karena memuat berbagai macam informasi. Perpustakaan terus melakukan
perkembangan guna memenuhi kebutuhan pemustaka. Di perpustakaan
pemustaka adalah aset yang sangat berharga dalam pengembangan jasa
layanan karena pemustaka memiliki hak untuk memperoleh informasi.
Maka dari itu informasi sangat penting bagi umat manusia. Inilah yang
menyebabkan perpustakaan sangat berperan penting bagi masyarakat.
Dalam pengembangan jasa layanan perpustakaan kepuasan pengguna
sangat penting, namun yang perlu disadari ketika melayani pustakawan
harus menempatkan diri pada posisi pemustaka agar terjalin interaksi yang
positif antara pemustaka dan pustakawan. Untuk itu pustakawan harus
memiliki pengetahuan yang lebih tinggi tentang karakter manusia,
terutama yang berhubungan dengan tingkah laku manusia saat berinteraksi
dengan pengunjung, pustakawan sebagai pengelola perpustakaan harus
selalu meningkatkan kemampuaannya berinteraksi dengan pemustaka agar
mampu menarik perhatian pemustaka dan memberi kesan kepuasan.
Pustakawan dituntut untuk mampu memahami perilaku dan fungsi mental
pemustaka. Agar dapat memberikan kepuasan kepada pengguna jasa
layanan, sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya pendekatan
psikologi dengan pemustaka.

Seperti yang kita ketahui bahwasanya psikologi adalah ilmu yang


mempelajari tingkah laku manusia dan hubungan antar manusia, secara
2

singkat bisa diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku manusia. Namun
pada hakikatnya psikologi bisa diterapkan pada setiap bidang dan segi
kehidupan, termasuk bisa dikaitkan dengan ilmu perpustakaan. Psikologi
perpustakaan yang perlu dipahami adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang jiwa manusia baik sifat ataupun perilakunya sebagai pelaku utama
dalam kegiatan perpustakaan dan karakter bahan pustaka sebagai objek
pendukung. Tujuannya ke depan adalah agar orang yang berkecimpung di
dunia perpustakaan maupun pemustaka yang menggunakan perpustakaan
dapat memahami apa itu yang dinamakan dengan informasi. (Wiji
Suwarno 2009: 13).

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa definisi psikologi?


b. Bagaimana sejarah perkembangan psikologi?
c. Apa saja aliran yang terdapat dalam psikologi?
d. Apa yang dimaksud psikologi sebagai ilmu?
e. Apa saja metode penelitian dalam psikologi?

BAB II

PEMBAHASAN
3

A. Definisi Psikologi

Menurut Sarlito W. Sarwono (2010:1) secara umum psikologi


berasal dari bahasa Yunani psyche yang berarti jiwa dan logos berati ilmu.
Jadi secara harfiah berarti ilmu jiwa. Dalam perkembanganya definisi
psikologi masih menjadi perdebatan. Ada yang mengartikan psikologi ini
sebagai karakterologi, karena psikologi mempelajari tentang karakter atau
sifat kepribadian (Wiji Suwarno, 2009 : 2). Pada jaman Renaisans
psikologi lebih dikenal dengan ilmu tentang kesadaran. Ilmu ini terus
berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya sehingga para pemikir pun semakin banyak tertarik mempelajari
dan mengembangkannya (Wiji Suwarno, 2009 : 2). Beberapa definisi
psikologi menurut para ahli sebagai berikut :

1. Plato dan Aristoteles, berpendapat Psikologi adalah ilmu pengetahuan


yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
2. Dr. Singgih Dirgagunarsa
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
3. Wilhem Wundt, tokoh psikologi eksperimental, berpendapat bahwa
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-
pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti penggunaan panca
indera, pikiran, perasaan (feeling) dan kehendak.
4. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan
lingkungan.

Definisi yang dikemukakan di atas memang berbeda, tetapi


memiliki arah yang sama, yakni mengarah pada hakekat kejiwaan (Wiji
Suwarno, 2009 : 3). Dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan
individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari
lingkungannya. Unsur yang terkandung yaitu adanya ilmu pengetahuan,
4

manusia, respons atau tingkah laku, dan lingkungan (Drs. H. Ahmad


Fauzi, 2008: 13)

Ilmu pengetahuan, yaitu sekumpulan pengetahuan yang tersusun


secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu. Pendapat para
ilmuan, disamping sebagai ilmu pengetahuan, psikologi juga sebagai seni,
dengan maksud bahwa untuk menyampaikan dan berusaha mengerti orang
lain diperlukan suatu kreatifitas dan keterampilan. Sebagaimana kita
pahami bahwa seni merupakan hasil dari kreatifitas dan keterampilan itu
sendiri.

Manusia, manusia membutuhkan ilmu ini dalam berbagai segi


kehudupannya, disekolah, kantor, rumah tangga, dan sebagainya. Hewan
pun bisa menjadi objek studi psikologi, tetapi hanya sebagai perbandingan
saja atau untuk mencari fungsi-fungsi psikologis yang paling sederhana
yang sulit dipelajari pada manusia karena struktur psikologis manusia
terlalu rumit.

Respon atau tingkah laku, yaitu perbuatan atau perilaku yang


dikerjakan, baik oleh manusia maupun makhluk hidup lainnya. Tingkah
laku mempunyai arti lebih konkrit dari sekedari jiwa karena ke-konkritan
ini tingkah laku dipelajari. Misalnya, seseorang akan mudah mengingat
orang lain dari segi bagaimana orang itu berbuat, bersikap, dan bagaimana
orang itu merespon dari stimulus yang diberikan.

Lingkungan, yaitu tempat dimana makhluk hidup itu hidup dan


beradaptasi, serta mengembangkan dirinya. Tidak saja manusia yang
mampu berinterksi dengan lingkungan tetapi hewan pun memiliki naluri
untuk menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar yaitu lingkungan.

Dalam hal ini, psikologi sangat berguna dan dapat membantu


disiplin ilmu yang lain, terutama ilmu yang berkaitan langsung dengan
kehidupan manusia dalam hal ini ilmu sosial nampaknya lebih dominan
dipengaruhi oleh psikologi ini sebab ilmu sosial dekat hubungannya
5

dengan perilaku manusia sebagai individu maupun sebagai masyarakat


(Wiji Suwarno, 2009 : 5), seperti di perpustakaan psikologi membantu
para pustakawan mengembangkan konsep pelayanan yang nyaman dan
menyenangkan bagi pemustaka atau user ketika mengunjungi
perpustakaan, baik itu konsep, penataan ruang, maupun interaksinya
dengan user.

B. Sejarah Perkembangan Psikologi

Menurut Drs. H. Ahmad Fauzi (2008: 14-15) sebelum tahun 1879,


jiwa dipelajari oleh para ahli filsafat dan para ahli ilmu Fasal (Phisologi),
sehingga psikologi dianggap sebagai bagian dari kedua ilmu tersebut. Para
ahli ilmu filsafat kuno, seperti Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322
SM) dan Socrates (469-399 SM), telah memikirkan hakikat jiwa dan
gejala-gejalanya. Filsafat sebagai individu ilmu pengetahuan adalah ilmu
yang mencari hakikat jiwa dan gejala-gejalanya. Filsafat sebagai individu
ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mencari hakikat sesuatu dengan
menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus-menerus sehingga
mencapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Pada waktu itu belum
ada pembuktia-pembuktian empiris, melainkan berbagai teori
dikemukakan berdasarkan argumentasi logika belaka. Psikologi benar-
benar masih merupakan bagian dari filsafat dalam arti semurni-murninya.

Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari


filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa dan metodenya menggunakan
argumentasi logika. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descartes (1596-
1650) yang terkenal dengan teori tentang kesadaran Gottfried Wilhelm
Leibniz (1646-1716) yang mengutarakan teori kesejahteraam psikofhisik
(psychophysical parallesim), John Locke (1623-1704) dengan teori tabula
rasa mengemukakan, bahwa jiwa anak yang baru lahir masih bersih
seperti papan licin atau kertas putih yang belum ditulisi. Pada masa
sebelumnya masalah kejiwaan dibahas pula oleh para ulama islam seperti
6

Imam Al Gazali (wafat 505 H), Imam Fachrudin Ar-Raazi (wafat 606 H),
Al Junaid Bagdadi (wafat 298 H), Al’Asyari (wafat 324 H). Pembahasan
masalah psikologis merupakan bagian dari ilmu usuluddin dan ilmu
tasawwuf.

Disamping para ahli filsafat yang menggunakan logika, para ahli


ilmu faal juga mulai menyelidiki gejala kejiwaan melalui eksperimen-
eksperimen. Walaupun mereka menggunakan metode ilmiah (empiris),
namun yang mereka selidiki terutama tentang urat syaraf penginderaan
(sensoris), syaraf motoris (penggerak), pusat sensoris dan motoris di otak,
serta hukum-hukum yang mengatur bekerjanya syaraf-syaraf tersebut.
Dengan demikian, gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya merupakan
bagian dari objek ilmu faal dengan metode yang lazim digunakannya.
Diantara para tokohnya adalah : C.Bell (1774-1842), F Magendie (1758-
1855), J.P.Muller (1801-1858), P. Broca (1824-1880), dan I.P. Pavlov
(1849-1936).

Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri


merupakan masa dimana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri
dengan metode ilmiah, terlepas dari filsafat dan ilmu faal. Gejalan
kejiwaan dipelajari secara lebih sistematis dan objektif. Selain metode
eksperimen digunakan pula metode introspeksi oleh W. Wundt. Gelar
kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan hukum. Ia dikenal
sebagai sosiolog dan filosof dan orang pertama yang mengaku dirinya
sebagai psikolog. Ia dianggap sebagai bapak psikologi. Sejak itu, psikologi
berkembang pesat dengan bertambahnya sarjana psikologi, penyusun
teori-teori psikologi dan keragaman pemikiran-pemikiran baru. Psikologi
mulai bercabang kedalam berbagai aliran-aliran.

C. Aliran-aliran Psikologi

Menurut Drs. H. Ahmad Fauzi (2008: 25-26) sejak dahulu aliran-


aliran psikologi sangat penting artinya untuk membina semangat para ahli
7

dalam berkompetensi mendapatkan penemuan-penemuan baru dan saling


memberikan kritik dan koreksi terhadap aliran-aliran lainnya. Aliran-aliran
itu mengajukan teori-teori psikologis modern masa kini. Beberapa aliran
yang terkemuka dengan teorinya masing-masing akan dikemukakan
dibawah ini.

1. Aliran Strukturalisme

Pada tahun 1879, seorang fisiolog Jerman yang bernama Wilhelm


Wundt, menciptakan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri
sendiri dengan cara mengadakan ekperimen di laboratorium untuk
pertama kalinya dalam psikologi. Dalam awal-awal studinya, Wundt
meneliti gejala sensasi dan khayal. Setelah itu, bermunculan lah
laboratorium-laboratorium psikologi di Eropa dan Amerika.

Wundt beserta pengikutnya disebut strukturalisme karena merka


berpendapat bahwa pengalaman mental yang kompleks itu sebenarnya
adalah struktur yang terdiri keadaan mental yang sederhana, seperti
halnya persenyawaan kimiawi yang tersusun dari unsur-unsur kimiawi.
Mereka bekerja atas dasar prenise bahwa bidang usaha psikolog itu
terutama menyelidiki stuktur kesadaran dan mengembangkan hukum-
hukum pembentukannya. Pendekatan mereka yang terutama ialah
dengan analisis introspektif.

2. Aliran Fungsionalisme

Aliran ini merupakan reaksi terhadap strukturalisme, yang berusaha


menganalisis gejala kejiawaan untuk mengetahui strukturnya, mencari
isi kesadaran, dan menanyakan hakikat jiwa sehingga merumuskan
bahwa jiwa adalah sejumlah pengalaman kesadaran. Sebaliknya, aliran
fungsionalisme mempelajari aktivitas tingkah laku untuk mencari
fungsi dan kegunaannya dalam hubungan dengan lingkungan fisik
maupun sosial, sehingga merumuskan bahwa jiwa adalah pemelihara
kelangsungan hidup seseorang dalam penyesuaian diri dengan
8

lingkungan. Aliran ini mempelajari apa yang terjadi dalam suatu


aktivitas psikologis, tujuan dan fungsi dari suatu proses mental. Aliran
ini bersifat praktis dan pragmatis, sehingga memungkinkan
pengembangan psikologi terapan dalam berbagai bidang kehidupan.
Tokoh-tokoh nya antara lain William James (1842-1910), John Dewey
(1859-1952), James Mc Kenn Cattell (1866-1944), E.L. Thorndike
(1874-1949) dan R.S.Woodworth (1969-1962).

3. Aliran Behaviorisme

Aliran ini muncul di Amerika Serikat pada tahun 1913. Sebagai


peletak dasar aliran ini adalah John Broadus B.Watson (1878-1958). Ia
adalah seorang guru besar psikologi di Universitas John Hopkins.
Aliran Behaviorisme muncul untuk menentang teori-teori aliran
psikologisi sebelumnya yaitu strukturalisme di Jerman, dan
Fungsionalisme di Amerika Serikat. Tokoh-tokoh yang banyak
mengembangkan teori psikologi Behaviorisme antara lain Thondrike,
Pavlop dan Skinner.

Behaviorisme ini merupakan aliran dalam psikologi yang hanya


mempelajari tingkah laku yang nyata, yang terbuka, yang dapat diukur
secara objektif. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari
kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku
yang berdasarkan kenyataan, sedangkan pengalaman batin
dikesampingkannya (Ahmadi, 1992:33). Sehingga seringpula orang
menyebut aliran ini sebagai aliran psikologi tanpa jiwa. Pada dasarnya
aliran Behaviorisme lebih menekankan pada kekuatan-kekuatan luar
yang berasal dari lingkungan, mereka berpendapat bahwa manusia
adalah korban yang fleksibel, dapat dibentuk dan pasif dari
lingkungannya yang menentukan tingkah laku nya. Kaum ini yakin
kalau dalam waktu yang bersamaan, banyak bayi yang dapat dibentuk
tingkah lakunya sesuai dengan kehendak kita. Kemungkinan untuk
9

membentuk seseorang ke segala arah yang dikehendaki hampir-hampir


tidak ada batasnya. (Goble:1993:25).

Demikian juga dengan Freud, Darwin serta kaum


pendukungnnya memandang bahwa manusia merupakan salah satu
binatang tanpa adanya perbedaan yang esensia dengan binatang lainnya
dan memiliki kecenderungan merusak dan anti sosial yang sama. Hanya
menurut Watson, manusia berbeda dalam bentuk tingkah laku yang
ditampilkan nya (Goble,1993). (Wiji Suwarno, 2009 : 24)

4. Aliran Psikonalisa

Teori pendiri aliran Psikonalisa adalah Sigmun Freud. Ia


dilahirkan di kota Freiberg Jerman pada tanggal 6 Mei 1856 dan
meninggal di London tahun 1939. Istilah Psikonalisa diciptakan oleh
Freud sendiri dan untuk pertama kalinya muncul pada tahun 1896.
Sigmun Freud menjelaskan pengertian Psikonalisa ke dalam tiga arti,
yaitu pertama, istilah Psikonalisa dipakai untuk menunjukan satu
metode penelitian terhadap proses-proses psikis, seperti mimpi yang
sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua,
istilah ini menunjukan juga suatu teknik untuk mengobati gangguan-
gangguan psikis yang dialami pasien-pasien neurotis. Ketiga, istilah
yang sama dipakai pula dalam arti luas lagi untuk menunjukan seluruh
pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metode teknik tersebut
diatas. Dalam arti terakhir ini kata Psikonalisa menyatu pada suatu
ilmu. (Wiji Suwarno, 2009 : 28)

5. Aliran Humanistik
Istilah humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi
yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama dibawah kepemimpinan
10

Maslow. Abraham Maslow sendiri menyebut psikologi sebagai


kekuatan ketiga (the third force), (Koswara, 1991;112). Aliran psikologi
Humanistik timbul sebagai reaksi terhadap pandangan-pandangan
psikonalisa dan behaviorisme yang dianggap telah mereduksikan
hakekat dan sifat-sifat manusia dalam taraf non manusiawi, serta
menganggap bahwa unsur lingkungan penentu tunggal perilaku
manusia.
Koswara (1991) mengemukakan bahwa dari konsepsi inilah
kemudian para ahli humanistik menekankan bahwa individu adalah
penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah
agen sadar, bebas memilih atau menentukan setiap tindakan nya.
Selanjutnya, psiologi humanistik memusatkan perhatiannya untuk
menelaah kualitas kualitas insani, yakni sifat-sifat kemampuan khusus
manusia yang terpatri pada eksistensi manusia, seperti kemampuan
abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreativitas, kebebasan
berkehendak, tanggung jawab, aktualisasi diri, dan lain sebagainya.
Gejala kejiawaan ini bukan merupakan pengejawantahan kualitas
keilahian yang sakral dan ideal. Gejala-gejala itu adalah hal yang
tercakup dalam cita, rasa, karsa dan karya serta karakteristik manusia
lainnya. (Wiji Suwarno, 2009 : 30)

6. Aliran Gestalt
Istilah Gestalt sukar diterjemahkan ke dalam bahasa lain.
Dalam bahasa Inggris bearti form, shape, configuration, whole dan
dalam bahasa Indonesia bearti bentuk, keseluruhan, esensi, totalitas,
hal, peristiwa dan hakikat. Aliran ini merupakan protes terhadap
pandangan elementaristis dan metode kerjanya menganalisis unsur-
unsur kejiawaan. menurut aliran Gestalt, yang utama bukanlah elemen
tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin
dianalisis kedalam elemen-elemen. Gejala kejiawaan harus dipelajari
sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih dari
sekedar penjumlahan unsur-unsurya. Keseluruham itu lebih dari sekedar
11

penjumlahan unsur-unsurnya. Keseluruhan itu lebih ditanggapi dari


bagian-bagiannya dan bagian itu harus memperoleh makna dalam
keseluruhan. Arti atau makna gestalt bergantung pada unsur-unsurnya
sebaliknya arti unsur-unsur itu bergantung pula pada gestalt lingkungan
(Drs. H. Ahmad Fauzi, 2008: 26)

D. Psikologi Sebagai Ilmu

Psikologi sebagai suatu ilmu merupakan pengetahuan ilmiah,


suatu science yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, kajian-kajian
ilmiah yang dijalankan secara terencana, sistematis, terkontrol
berdasarkan data empiris. Psikologi sebagai ilmu mengenai aktivitas
individual digunakan secara luas, tidak hanya mencakup aktivitas
motorik, tetapi juga mencakup aktivitas kognitif, dan emosional.
(Nurusakkinah Daulay, 2015)

Psikologi sebagai ilmu dalam bidang perpustakaan adalah suatu


ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia, yaitu pustakawan dan
pemustaka atau user baik sifat maupun perilakunnya sebagai pelaku
utama dalam kegiatan perpustakaan dan karakter bahan pustaka sebagai
objek pendukung. Tujuannya agar pustakawan maupun pemustaka yang
dapat memahami informasi dengan baik.

E. Metode Penelitian dalam Psikologi

Menurut Martini, Nina. A. dan Ida Farida (2014: 1.22-1.24) dalam


usahanya untuk mempelajari tingkah laku manusia, psikologi
menggunakan beberapa metode sebagai berikut.

A. Metode Eksperimen
Eksperimen merupakan metode psikologi yang paling umum.
Biasanya digunakan untuk mencari hubungan antar variabel. Ciri utama
dari metode ini adalah peneliti bisa mengubah-ubah situasi sesuai dengan
12

tujuan penelitian. Jadi situasi dalam eksperimen sengaja dibuat. Metode ini
biasanya digunakan untuk mencari hukum-hukum saja mengenai berbagai
tingkah laku dan kurang memperhatikan perbedaan individual. Misalnya
perbandingan Perpustakaan A dan Perpustakaan B, Perpustakaan A
memiliki koleksi yang memadai begitu juga dengan layanannya sedangkan
Perpustakaan B memiliki koleksi yang memadai tetapi tidak memiliki
layanan yang baik. Ternyata pemustaka lebih senang berkunjung ke
Perpustakaan A yang mempunyai mutu pelayanan yang baik.

B. Observasi
Dalam observasi, situasi tidak ditimbulkan secara sengaja. Di
sini hanya dilakukan pengamatan terhadap situasi yang sudah ada.
Observasi merupakan metode pengumpulan informasi tentang tingkah
laku manusia secara langsung. Observasi difokuskan pada suatu aspek
tingkah laku saja, bukan pada keseluruhan tingkah laku. Perlu diingat, bila
menggunakan metode ini , kita harus berusaha untuk mengurangi unsur
subjektivitas dengan menjauhkan kepentingan dan minat pribadi.
Misalnya kita ingin mengetahui apakah pengunjung lebih
menyukai mencari buku melalui katalog atau mencari langsung di rak.
Kita akan mengamati tingkah laku pengunjung secara langsung bagaimana
mereka mencari buku di perpustakaan. Kita akan mencatat setiap setiap
pengunjung yang menggunakan katalog sebelum mencari di rak dan setiap
pengunjung yang langsung mencari buku di rak.

C. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara si pemeriksa dan orang
yang diperiksa dengan tujuan orang tersebut mau mengungkapkan
pendapat, pandangan, dan isi hatinya. Misalnya ingin mengetahui pola
asuh orang tua di Jakarta. Pertanyaan diajukan kepada orang tua secara
langsung. Isi pertanyaan adalah yang berkaitan dengan pola pengasuhan
anak, seperti cara mendisiplinkan anak, apakah penerapan hukuman fisik
masih dilakukan, siapa yang lebih berperan dalam mengasuh anak.
Adapun contoh penerapan metode wawancara di perpustakaan, misalnya
13

Perpustakaan X ingin mengetahui bagaimana motivasi pemakai untuk


menjadi anggota perpustakaan. Perpustakaan membuat beberapa
pertanyaan untuk ditanyakan secara langsung kepada yang kebetulan
berkunjung ke perpustakaan.

D. Kuesioner
Kuesioner pada hakikatnya sama dengan wawancara, namun
pertanyaan serta jawabannya tertulis. Ada jenis kuesioner yaitu yang
sifatnya terbuka di mana orang yang ditanya dapat memberikan jawaban
secara bebas dan yang sifatnya tertutup, di mana orang hanya memilih dari
alternatif yang tersedia. Pada contoh penelitian tentang pola pengasuhan
anak, pertanyaan yang sama diajukan secara tertulis. Sama seperti
wawancara, metode ini juga dapat dipergunakan di perpustakaan.
Misalnya Perpustakaan X ingin mengetahui bagaimana pemanfaatan
internet di perpustakaan tersebut. Mereka membuat pertanyaan antara lain
mengenai berapa kali dalam seminggu pemakai menggunakan internet,
berapa lama waktu yang digunakan, informasi apa yang biasanya dicari di
internet. Daftar pertanyaan diberikan kepada para pengunjung
perpustakaan untuk mereka isi.

E. Pemeriksaan Psikologis (Psikotes)


Menggunakan alat yang disebut alat psikodiagnostik yang hanya
dapat digunakan oleh orang-orang tertentu yang terlatih. Digunakan untuk
mengukur hal-hal yang tidak dapat diukur metode lain atau melengkapi
metode lain, seperti tingkat kecerdasan, kepribadian, tingkat kecemasan.
Pemeriksaan psikologis ini biasa digunakan di perpustakaan untuk seleksi
masuk pegawai perpustakaan. Tujuannya adalah untuk mencari orang yang
mempunyai kemampuan, kepribadian dan sikap kerja yang sesuai dengan
posisi yang tersedia. Atau lebih dikenal dengan istilah "the right man on
the right place".
14
15

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua


tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat
dilepaskan dari lingkungannya. Menurut Faridah Hanum (2017) dalam
mengembangkan perpustakaan, perlu adanya dukungan dari ilmu-ilmu
lainya, salah satunya adalah ilmu psikologi. Ilmu psikologi dapat
meningkatkan profesionalisme pustakawan. Dengan profesionalisme yang
tinggi, pustakawan dapat memuaskan kebutuhan informasi pemustaka.
Dengan demikian dapat tercipta adanya suatu interaksi aktif antara
pemustaka dan pustakawan. Faktor penting lain yang menentukan
terjadinya interaksi sosial di perpustakaan adalah persepsi positif
pemustaka terhadap layanan perpustakaan dan pustakawanya.

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya ilmu psikologi dalam bidang


perpustakaan ini dapat memberi manfaat pada pustakawan dalam
meningkatkan mutu pelayanan kepada pemustaka sehingga pemustaka
senang berkunjung ke perpustakaan.
16

Daftar Pustaka

Suwarno, Wiji.2009.Psikologi Perpustakaan.Jakarta: CV Agung Seto.

Sarwono, Sarlito Wirawan.2009.Pengantar Psikologi Umum.Jakarta:


RajaGrafindo Persada

Martini, Nina. A. dan Ida Farida.2014.Psikologi Perpustakaan.Tanggerang


Selatan: Universitas Terbuka.

Fauzi, Ahmad.2008.Psikologi Umum.Pustaka Setia

Faridah Hanum.2017.Psikologi Layanan Terhadap Pemustaka dan Kualitas


Layanan Prima. Jurnal Iqra’.11(01)

Nurusakkinah Daulay.2015.Penerapan Ilmu Psikologi Pada Perpustakan. Jurnal


Iqra’. 09(01)

Anda mungkin juga menyukai