KAJIAN TEORITIS
Oleh sebab itu peranan perpustakaan sangat penting sekali dalam suatu instansi/
lembaga baik pemerintah maupun swasta untuk mensukseskan pelaksanaan program kerja
instansi/lembaga tempat perpustakaan bernaung.
Sebagai unit pelayanan yang bernaung dibawah lembaga/ instansi induk,
perpustakaan harus menyesuaikan tujuan penyelenggaraannya dengan tujuan lembaga/
instansi induk yang membawahinya.
Menurut Pedoman perlengkapan perpustakaan khusus (1991: 3),
Perpustakaan khusus bertujuan sebagai berikut:
a. Tersedianya sarana dan prasarana perpustakaan serta koleksi dalam subyek
tertentu untuk memenuhi kebutuhan anggota staf organisasi tertentu akan
informasi meliputi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan.
b. Menciptakan kondisi dan mendorong masyarakat organisasi untuk
mengembangkan dan memanfaatkan jasa layanan perpustakaan organisasinya
untuk kemajuan anggota dan organisasi itu sendiri.
Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa tugas dan fungsi perpustakaan
khusus adalah melestarikan bahan pustaka yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
2. Cakupan Subyek
Cakupan subyek dari perpustakaan khusus adalah berkaitan dengan penggunaan
istilah “khusus” yang berkaitan dengan subyek tertentu dari berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Dengan demikian perpustakaan khusus sering menunjukkan pada bidang
ilmu pengetahuan yang menjadi ciri dari lembaga yang menaungi perpustakaan tersebut,
seperti perbankan, riset kelapa sawit, bidang pertanian dan sebagainya. Namun dalam
pengadaan koleksinya perpustakaan khusus tidak membatasi koleksinya pada bidang yang
menjadi cirinya saja tapi dapat mencakup beberapa bidang pengetahuan lainnya.
3. Pengguna
Sebagai unit pelayanan teknis yang bergerah dibawah naungan lembaga/ instansi
induknya maka perpustakaan khusus melayani pengguna khusus yang biasanya
berhubungan dengan badan atau organisasi induknya.
KEPALA PERPUSTAKAAN
Berdasarkan penjabaran di atas maka dapat dinyatakan bahwa ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan dalam pembentukan struktur organisasi perpustakaan khusus
yaitu perpustakaan khusus harus memiliki kepastian hukum dalam lembaga, memiliki unit
kerja, memiliki struktur organisasi fungsional, keharmonisan hubungan kerja antara
organisasi struktural dan fungsional, pembagian kewenangan dan tugas pokok masing-
masing unit harus jelas.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa jenis koleksi perpustakaan khusus
terdiri dari koleksi umum, koleksi referens, koleksi majalah dan koleksi khusus. Sedangkan
untuk jumlah koleksi dasar perpustakaan khusus minimal 70% dari jumlah koleksi pada
saat perpustakaan didirikan.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pencarian kembali bahan pustaka dapat
dilakukan dengan cara manual dan komputer. Pencarian dengan cara manual dapat
dikembangkan dalam bentuk kartu katalog, sedangkan bila menggunakan komputer dapat
dikembangkan dalam bentuk pangkalan data bibliografi.
2.7 Gedung
Perpustakaan sebagai unit pelayanan jasa, harus memiliki sarana kerja yang cukup
dan permanen untuk menampung semua koleksi, fasilitas, staf dan kegiatan perpustakaan
sebagai unit kerja. Sarana yang dimasud adalah sarana fisik dalam bentuk ruangan/gedung.
“Gedung atau ruangan untuk suatu perpustakaan secara mutlak perlu ada. Sebab
perpustakaan tidak mungkin digabungkan dengan unit-unit kerja yang lain di dalam satu
ruangan” (Sutarno 2006: 80).
Pada tahapan perencanaan ada beberapa hal yang harus yang harus
dipertimbangkan, menurut Sulistyo-Basuki (1993: 305) yang dikutip oleh Harfano (2005:
19), perlu dipertimbangkan beberapa hal, antara lain:
a. Deskripsi badan induk dengan penekanan pada objek serta fungsinya.
b. Peranan perpustakaan dalam pemberian jasa melayani badan induk serta
karyawannya.
c. Deskripsi jasa perpustakaan yang direncanakan.
d. Penyediaan ruangan untuk hal berikut ini:
1. Koleksi perpustakaan
2. Staf perpustakaan.
3. Ruang lain yang diperlukan sebagai sarana penunjang perpustakaan seperti
ruang pameran, laboratorium, dan ruang konfrensi.
e. Bagan organisasi yang menunjukkan bagaimana perpustakaan menyusun
sumber, jasa, dan personalia untuk melaksanakan berbagai fungsi perpustakaan.
Dari beberapa pendapat pakar di atas dapat diketahui bahwa gedung atau ruang
perpustakaan mutlak harus ada. Dalam tahapan perencanaan gedung ada lima hal yang
harus diperhatikan yaitu: deskripsi objek dan fungsi dari badan induk, peranan
perpustakaan, deskripsi jasa perpustakaan, penyediaan ruangan, dan bagan organisasi. Jika
tahapan perencanaan tidak dilakukan dengan baik maka akan terjadi beberapa masalah
yang akan dihadapi seperti: pengguna merasa tidak nyaman, tata ruang yang tifak
menguntungkan usaha peningkatan efisiensi kerja, jika perpustakaan mengalami
perkembangan maka gedung/ ruang tidak memungkinkan dilakukan perluasan, pemilihan
letak gedung/ ruang perpustakaan yang salah dapat mengakibatkan perpustakaan tidak
mudah dijangkau oleh pengguna, timbulnya kadar lembab yang tinggi.
Dengan merumuskan hal – hal tersebut secara cermat maka bentuk gedung, jumlah
luas ruangan yang dibutuhkan, serta tata ruangnya dapat didesain secara baik sesuai
dengan kebutuhan dan tugas yang akan dilaksanakan.
Menurut Siregar (2008: 5-6) dinyatakan bahwa:
untuk dapat membangun sebuah gedung perpustakaan yang baik perencana harus
memperhatikan beberapa prinsip – prinsip desain gedung antara lain:
a. Harus memiliki desain fungsional (disain dibuat atas azas manfaat bukan atas
azas monumental), dengan demikian gedung perpustakaan diharapkan benar –
benar mampu menunjang pencapaian tujuan dan program – program kegiatan
perpustakaan tersebut serta lembaga yang menyelenggarakan.
b. Mudah melakukan pengontrolan.
c. Pintu dan jendela harus aman untuk menghindari kecurian lewat pintu dan
jendela.
d. Tinggi rak buku harus dalam batas normal misalnya di Indonesia 175 cm.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa ada 12 sifat utama dari gedung
seperti: kelenturan, perluasan, kesederhanaan desain, tempat dan tata letak yang tepat,
disain raut gedung, lokasi unsur mati, pengaturan hawa, lift, tinggi langit-langit, jumlah
lantai, persiapan otomasi, aliran kerja.
Gambar 1
Gambar 5: Ruang Baca dan ruang koleksi dengan meja untuk 8 orang
Sumber: http://www.asianafrican-museum.org/library.php?language=ind&page=library
Dari beberapa gambar di atas dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan bagi
perpustakaan dalam menentukan desain yang cocok untuk ruang perpustakaan yang akan
dirancang.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa pihak yang
dilibatkan dalam perencanaan gedung perpustakaan yaitu: Pustakawan senior yang kaya
pengalaman, Arsitek, Konsultan gedung perpustakaan, Pimpinan badan induk/ komisis
perpustakaan.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa ada beberapa persyaratan yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi gedung perpustakaan yaitu: berada di pusat
gedung atau pusat lalu lintas orang, berada di tempat yang tenang dan diatur sedemikian
rupa, jika kedua sifat tersebut tidak mungkin diperoleh secara bersamaan, maka tempat
yang mudah dicapai lebih penting daripada tempat yang tenang.
Total = n + n1 + n2 + n3
Selanjutnya menurut Sulistyo-Basuki (1991: 218) yang dikutip oleh Harfano (2005:
22), menguraikan bahwa “alokasi anggaran untuk perpustakaan adalah sebesar 40% untuk
pengadaan buku dan bahan pustaka lainnya, 50% untuk gaji pegawai, 4% untuk penjilidan,
1% asuransi, dan 5% untuk keperluan lainnya”.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sumber dana untuk perpustakaan
dapat diperhitungkan, sedangkan jumlah nominal yang dianggarkan untuk perpustakaan
khusus bergantung pada besarnya nominal dana yang diberikan oleh lembaga induk.
Sementara penggunaan dana yang masuk ke perpustakaan juga sudah ditetapkan sesuai
dengan anggaran pengeluaran yang telah ditentukan oleh perpustakaan.
KOLEKSI
PEMINJAMAN
PENGOLAHAN
KATALOG
KEPALA
PENGADAAN
Tempat yang disediakan untuk ruang perpustakaan harus terpisah – pisah dari
aktivitas lain, seperti penempatan ruang kepala, ruang rapat dan sebagainya. Harus mudah
dicapai secara langsung dan tidak melalui ruang kerja orang lain. Betapapun kecilnya
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa sepertiga dari ruangan digunakan untuk
ruang koleksi, ruang baca, ruang jasa dan ruang kerja. Hanya 30% untuk ruang lain
misalnya ruang untuk tangga, koridor, pintu masuk, lobi dan toilet.
Perhitungan perbandingan luas lantai, bangunan, luas lantai ruang koleksi, jumlah
buku, jumlah rak dan jumlah kursi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1: Contoh penghitungan perbandingan luas lantai bangunan, luas lantai koleksi,
jumlah buku, jumlah rak dan jumlah kursi.
Dari tabel di atas jelas terlihat perhitungan dalam setiap luas ruangan dan
perbandingan luas lantai bangunan yang diperlukan.
Gambar 10.b: Luas ruang gerak antara ruang baca dengan koleksi
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa ruang perpustakaan harus ditata agar
bersih, sejuk, tentram dan aman, karena apabila ruang perpustakaan tidak ditata, pengguna
perpustakaan tidak akan merasa nyaman dan mereka tidak betah berlama – lama di
perpustakaan.
Untuk kenyamanan pengguna, pihak perpustakaan perlu memperhatikan penataan
ruang koleksinya. Menurut Lasa (1996: 27) yang dikutip oleh Saria (2005: 9) ada tiga
sistem tata ruang perpustakaan yaitu:
a. Tata sekat
Yakni suatu cara penempatan koleksi yang terpisah dengan meja baca
pengunjung. Hanya petugas yang boleh masuk keruang itu jadi antara koleksi
dan pembaca terdapat sekat/batas. Sistem ini cocok untuk perpustakaan yang
menganut sistem pinjam tertutup/ closed acces.
b. Tata parak
Sistem ini hampir sama dengan sistem tata sekat antara koleksi dan meja baca
tidak dicampur. Dalam sistem ini pembaca dimungkinkan mengambil sendiri
koleksi yang terletak di ruangan lain kemudian dibon pinjam untuk dibaca di
ruangan yang disediakan.
c. Tata baur
Cara penempatan koleksi yang ditata baur yakni antara ruangan / meja baca dan
koleksi di campur, dengan demikian pembaca lebih mudah mengambil koleksi
sendiri. Cara ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menganut sistem terbuka/
open acces.
(E – D) + (D – C) + (C – B) + (B – A)
X=
n
Dan untuk mengetahui persentase pertambahan koleksi tiap tahunnya (x%) dengan
menggunakan rumus:
Setelah dapat mengetahui prediksi pertambahan koleksi buku pertahun, maka selanjutnya
untuk dapat mengetahui koleksi bukan buku (audio-visual) yang dibutuhkan perpustakaan,
dapat disesuaikan berdasarkan anjuran Hartford Connecticut State Library dalam Library
and Space Planning Guide (2002: 24) yang dikutip oleh Harfano (2005:24),
building program consultants are typically recomending that size of the nonprint
collection be 10% of the book collection”. Uraian tersebut dapat diartikan bahwa
konsultan gedung perpustakaan biasanya menyarankan besar koleksi bukan buku
Hartford Connecticut State Library dalam Library and Space Planning Guide
(2002: 4) yang dikutip oleh Harfano (2005: 25), juga menguraikan bahwa
untuk mendapatkan luas ruangan koleksi bukan buku yaitu: “formula for nonprint
materials (videos, books on tape, CD-ROM’s. Music CDs, audiocassettes, etc). To
estimate the square feet of space needed to house these library collections, divide the
total projected collection by 10”. Pengertian uraian tersebut adalah untuk
memperkirakan luas ruang koleksi bukan buku dapat dengan membagikan
banyaknya koleksi dengan 10.
Selanjutnya Hartford Connecticut State Library dalam Library and Space Planning
Guide (2002: 7), yang dikutip oleh Harfano (2005: 25) menyatakan bahwa:
ruangan yang diperlukan untuk perangkat elektronik seperti microfilm reader/printer
yaitu: “Formula for microfiche or microfilm reader/printer, to estimate the square
feet of space needed, multiply the number of microfiche and microfilm reader/printer
workstation by 35. Uraian tersebut menjelaskan bahwa untuk mengetahui luas
ruangan yang diperlukan untuk perangkat elektronik seperti microfilm reader/printer
yaitu dengan mengkalikannya dengan 35 kaki/ segi.
Setelah mengetahui jumlah koleksi yang seharusnya dimiliki maka dapat ditentukan
jumlah rak yang diperlukan sebagai tempat penyimpanan koleksi. Pemilihan penggunaan
rak juga menentukan luas ruangan yang diperlukan pada ruang koleksi. Sulistyo-Basuki
(1993: 309), menjabarkan bahwa “rak ganda memiliki ukuran tinggi 2.175 mm, panjang
1.840 mm, dan lebar 460 mm. Bagi rak tunggal artinya hanya dapat menyimpan satu sisi
saja, ukuran tingginya 2.175 mm, panjang 1.840 mm, dan lebar 230 mm”.
Selain pendapat di atas Frazer G. Poole (1981: 22-55), menyatakan bahwa:
Pada rak dua muka dengan kedalaman rak 500 mm, tinggi 2.280 mm, panjang
1.840 mm, dan memiliki 7 pagu (level pada rak) dengan pagu mati pada bagian
bawah, diperkirakan perpagu dapat menampung 25 eksemplar per meter untuk
buku dengan jilid biasa, sedang untuk koleksi acuan (referens) sebanyak 15
eksemplar per meter. Sebagai anjuran bahwa jarak antar rak sebaiknya 900 mm.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui luas ruangan yang dibutuhkan
untuk penjajaran koleksi perpustakaan. Penggunaan rak yang terbuat dari baja lebih
dianjurkan karena tahan lama dan fleksibel.
Untuk menghindari kerusakan koleksi akibat temperatur/hawa dan kelembapan,
“pada ruang koleksi perpustakaan sebaiknya batas pengaturan hawa antara 19°c – 23°c
dengan kelembapan 40% - 50% “. (Frazer G. Poole, 1981: 40).
Sedangkan luas lantai untuk tempat kerja staf menurut Frazer G. Poole (1981: 57)
dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Setelah mengetahui luas ruang kerja yang dialokasikan untuk setiap bagian di
perpustakaan berdasarkan tabel 3, perhitungan selanjutnya adalah memperthitungkan
kuantitas staf perpustakaan yang diperlukan.
W + 37 1/2 X
T = [(------------------- x -------- ) + (n – 1) ] x 1 orang
2 x 37 ½ 150
Keterangan:
a. T = Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
b. W = Jumlah waktu pelayanan dalam 1 minggu (dalam satuan jam)
c. X = Jumlah pemakai aktif pelayanan informasi perpustakaan.
d. n = Jumlah titik pelayanan yang disediakan.
e. 37 ½ = Jumlah jam dinas pemerintah dalam seminggu.
f. 150 = Rasio t
W + 37 1/2 X
T = [(------------------- x -------- ) + (n – 1) ] x 1 orang
2 x 37 ½ 150
48 + 37 1/2 4.200
T = [(------------------- x --------- ) + (6 – 1) ] x 1 orang
2 x 37 ½ 150
85,5 4.200
T = [(------------------- x --------- ) + (5) ] x 1 orang
75 150
Dari contoh penggunaan rumus kuantitas staf perpustakaan diatas dapat diketahui
bahwa suatu perpustakaan yang memiliki 6 titik layanan dengan jumlah pengguna 4.150
orang dan jam pelayanan 8 jam per hari, jumlah staf yang diperlukan adalah sebanyak 37
orang.
Selain ruangan di atas dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: buku pedoman
(2004: 126) dinyatakan bahwa “untuk ruang seperti corridor (selasar), aula (hall), toilet
dan gudang diperlukan ruang seluas 10 – 15 % dari seluruh luas lantai yang telah
dihitung”.
Biblio Berkala/Serial
Indeks, abstrak
Perujukan
Pengolahan
Pengadaan, Penjilidan Gudang
Pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau baik langsung dari sumbernya maupun
dari permukaan meja tempat bekerja. Penggunaan lampu pijar tidak cocok diperpustakaan
karena panas yang dipancarkan dan lebih baik jika menggunakan lampu TL karena
memancarkan sinar yang lebih baik kualitasnya serta kurang memancarkan panas.
Penggunaan lampu TL (fluorecscent) yang terdiri dari “reflektor parabola dari cermin
aluminium dan bertutup jejalur aluminium merupakan salah satu lampu yang paling
efisien, karena tidak menyilaukan dan memberikan pencahayaan yang berkualitas tinggi”
(Frazer G. Poole, 1981:29). Penggunaan lampu TL/Fluorescent sebagai alat penerangan
sebaiknya dengan menggunakan komponen lampu TL (ballast, kondensator, starter) yang
baik sehingga dapat mengurangi getaran cahaya yang timbul dari sumber cahaya tersebut.
Dan untuk menghindari radiasi sinar ultraviolet yang berasal dari lampu TL dapat
digunakan penyaring Ultraviolet.
Jika ada sumber kebisingan yang berasal dari luar dan dalam perpustakaan, maka
perlu diperhatikan hal – hal yang mempengaruhi tingkat kebisingan pada saat
pembangunan perpustakaan. Berdasarkan buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: buku
pedoman (2004: 133), “hal yang perlu diperhatikan dalam aspek akustik perancangan
bangunan perpustakaan adalah sebagai berikut:
a. Pemenuhan tingkat intensitas suara (noise criteria) yang memadai pada setiap
fungsi ruang berikut:
Ruang baca NC 3035
Ruang buku NC 3035
Ruang kerja umum NC 3035
Ruang audio NC 2025
b. Mengurangi secara optimal gangguan suara dari luar dengan menerapkan
sistem pemilihan bangunan dan rancangan sisi luar bangunan, baik buruk
rancangan bentuk maupun bahan bangunan.
c. Menerapkan sistem kompartemenisasi sumber suara, yaitu dengan pendaerahan
ruang – ruang yang merupakan sumber suara pada lokasi /daerah yang
terisolasi; dan
d. Penggunaan bahan bangunan yang dapat mereduksi suara untuk lantai / langit –
langit / dinding pada ruang – ruang yang dianggap dapat menjadi sumber suara
dan pada ruang yang memerlukan intensitas suara yang rendah
.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa tingkat kebisingan tersebut dapat
dikurangi dengan meningkatkan kedisiplinan staf perpustakaan untuk tidak banyak
Sehubungan dengan hal di atas menurut Siregar (2008: 18), mengemukakan yang
dimaksud dengan perabot adalah :
“Barang – barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang fungsi
perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku, dan lain – lain”. Sedangkan
perlengkapan adalah “barang – barang yang merupakan perlengkapan dari suatu
komponen atau kegiatan perpustakaan antara lain mesin tik, komputer, layar
proyektor, dan lain – lain”.
Memilih bahan logam akan memberi keuntungan karena tahan lama dan mudah
dibongkar pasang. Sedangkan kekurangan bahan ini adalah pemesanan tidak dapat
dilakukan disemua tempat, hanya dapat dipesan di tempat tertentu saja dan mudah
berkarat.
Disain perabot sebaiknya dibuat sederhana dan mudah diberihkan. Selain itu perlu
diperhatikan faktor ergonomi dan fungsionalnya. Bentuk dan konstruksi perabot sebaiknya,
dibuat sedemikian rupa sehingga kuat dengan kualitas bahan yang baik dan enak
dipandang, serta bentuk tepi dan ujung perabot harus tumpul.
1. Rak Buku
Rak buku dapat terbuat dari baja atau kayu, sebaiknya rak dibuat terbuka dari
belakang dan tidak berpintu. Menurut Pamuntjak (2000: 22): “Ukuran yang memuaskan
untuk rak buku adalah sebagai berikut: tinggi 200 cm, lebar 100 cm, dalam 21 cm untuk
rak buku biasa, 25 cm untuk rak buku referensi dan 30 cm untuk rak majalah papan yang
paling bawah 10 cm dari lantai. Tebal papan 2 ½ cm”.
Selain pendapat di atas menurut Sulistyo-Basuki (1993: 307) yang dikutip oleh
Saria (2005: 19) menyatakan bahwa:
Untuk rak koleksi lebih baik menggunakan baja dari pada kayu karena dalam
jangka panjang baja lebih tahan lama, lebih fleksibel artinya lebih mudah dicopot
serta dipasang kembali. Rak ganda memiliki ukuran tinggi 2.175 mm, panjang
1.840 mm dan lebar 460 mm, bagi rak tunggal hanya dapat menyimpan satu sisi
saja ukuran tinggi ialah 2.175 mm, panjang 1.840 mm dan lebar 230 mm.
Sedangkan menurut Thompson dalam Depdikbud (1994: 112) “rak satu muka, lima
pagu dengan lebar 100 cm dapat memuat 115.165 eksemplar buku, 1 m2 luas lantai dapat
memuat 150.220 eksepmlar buku.
Gambar 14: Penjajaran Rak buku kayu dua sisi dengan 7 pagu
http://www.cedargroveacademy.com/facilities/library/
Berikut adalah contoh meja dan kursi baca yang dapat digunakan:
Gambar meja sirkulasi di atas adalah multi-guna, meja tersebut dapat difungsikan untuk:
− Tempat meletakkan buku (book drop-off.
− Pemeriksaan buku (checking book/ material out).
− Kartu Perpustakaan (Library Card).
− Membayar denda (Paying Fine)s
EAS EM Library adalah alat yang digunakan untuk mengaktifkan kembali alarm
buku yang dikembalikan oleh pengguna buku perpustakaan.
7. Rak Display
Book Revolver Display Rack dapat menampung 30 buku. rak display seperti ini
biasanya digunakan untuk memajang koleksi terbitan terbaru.