Anda di halaman 1dari 17

Kerjasama Perpustakaan: Lembaga Pendidikan

oleh Muhammad Ali Akbar


Jurusan: Ilmu Perpustakaan & Informasi
Fakultas: Adab & Budaya Islam UIN Raden Fatah Palembang
PENDAHULUAN
Suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah, dsb)
untuk mencapai tujuan bersama dalam bidang-bidang yang sama pula. Lebih jauh, Sulistyo
Basuki (1996), menyatakan bahwa ada istilah yang erat kaitannya dengan istilah kerjasama
perpustakaan (Library Cooperation atau Library Network), yaitu jaringan informasi (information
Network). Keduanya memilki segi sejarah yang berbeda. Kerjasama perpustakaan melibatkan
kerjasama antara 2 perpustakaan atau lebih tanpa melihat apakah kerjasama tersebut
menggunakan bantuan komputer atau fasilitas telekomunikasi atau tidak. Sedangkan jaringan
informasi selain pelaksanaan kerjasamanya menggunakan perangkat teknologi informasi, juga
para anggotanya tidak hanya terbatas pada perpustakaan saja melainkan juga unit informasi
lainnya, seperti Pusat Dokumentasi, Pusat Informasi, Pusat Analisa Informasi, Pusat Rujukan.[1]
KERJASAMA PERPUSTAKAAN
(Lembaga Pendidikan)

A. Pengertian Kerjasama Perpustakaan


Kerjasama perpustakaan adalah kerjasama yang melibatkan 2 perpustakaan atau lebih.
Kerjasma ini diperlukan karena tidak satu pun perpustakaan dapat berdiri sendiri dalam arti
koleksinya maupun memenuhi kebutuhan informasi pemakainya. Perpustakaan di dunia pun,
seperti Library Of Congress di amerika Serikat, dan The British Library di Inggris dengan
koleksinya lebih dari 100 juta materi perpustakaan pun masih mengandalkan pada kerjasma antar
perpustakaan untuk memenuhi informasi pemakainya. Dengan demikian, bagi perpustakaan yang
lebih sedikit koleksinya, Kerjasama antarperpustakaan merupakan syarat mutlak untuk
memenuhi kebutuhan informasi pemakainya. Kerjasama perpustakaan dilakukan berdasrkan
konsep bahwa kekuatan dan efektivitas kelompok perpustakaan akan lebih lebih besar di
bandingkan dengan kekuatan dan efektivitas perpustakaan masing-masing.[2]
Prinsip kerjasama antar perpustakaan dilakukan karena diasumsikan bahwa tidak ada satu
perpustakaan pun yang memilki koleksi lengkap, sehingga diperlukan kerjasama dengan
perpustakaan lain. Maka, yang dimaksud dengan kerjasama perpustakaan adalah kegiatan atau
usaha yang dilakukan oleh beberapa perpustakaan untuk mencapai tujuan perpustakaan dalam
menyediakan dan mendayagunakan koleksinya untuk kepentingan pemakai, pembaca dalam
berbagai kepentingan. Suprihati, (2004) berpendapat bahwa kerjasama perpustakaan memiliki
dua hal pokok yaitu mewujudkan visi dan misi perpustakaan, dan keduanya sama-sama
memperoleh nilai tambah atau manfaat atas terjalinnya kerjasama perpustakaan tersebut.

B. Syarat-Syarat Kerjasama Perpustakaan


1. Ada visi bersama yang dicapai dari kerjasama yang dibangun.
2. Ada kesepakatan bersama antara perpustakaan yang terlibat di dalam kerjasama, sebaiknya
dinyatakan dalam dokumen tertulis.
3. Ada komitmen bersama untuk mencapai tujuan lewat proses yang jelas dan terbuka.
4. Ada sikap menghormati dan menerima perbedaan dari seluruh perpustakaan yang terlibat dalam
kerjasama.
5. Tercipta alur komunikasi yang baik.
6. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antara perpustakaan yang terlibat.
7. Ada mekanisme pengambilan keputusan bersama dalam rangka mencapai tujuan bersama.
8. Terbangun manajemen organisasi yang efektif.
C. Alasan Kerjasama perpustakaan
Kerjasama perpustakaan terjadi karena dorongan berbagai hal. Adapun faktor-faktor yang
mendorong kerjasama antarperpustakaan ialah :
1. Adanya peningkatan luar biasa dalam pengetahuan dan membawa pengaruh semakin banyak
buku yang ditulis tentang pengetahuan tersebut. Sebagai contoh bila pada tahun 1965 di seluruh
dunia terbit 269 000 judul buku baru maka pada tahun 1974 terbit 571 000 judul baru. Sebagai
perbandingan di Indonesia dan Malaysia setiap tahun terbit rata-rata 5000 judul buku baru,
namun hendaknya diingat bahwa penduduk Indonesia hampir 10 kali lipat penduduk Malaysia.
Itu berarti bahwa secara umum produktivitas buku di Malaysia jauh lebih tinggi daripada
Indonesia. Dalam keadaan demikian maka tidak ada satupun perpustakaan yang mampu
melayani keperluan informasi pemakainya hanya mengandalkan koleksi perpustakaan tersebut.
Perpustakaan besar masih memerlukan bantuan perpustakaan lain.
2. Meluasnya kegiatan pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi mendorong
makin banyaknya permintaan serta semakin beranekanya permintaan pemakai yang semakin hari
semakin banyak memerlukan informasi. Pengetahuan yang berkembang pesat memaksa mereka
yang telah meninggalkan bangku sekolah untuk belajar kembali. Sekadar contoh bila pada tahun
1950an di Indonesia, Sekolah Menengah Umum (SMU) hanya terdapat di ibu kota eks
karesidenan, maka kini sudah tersebar sampai ke kecamatan. Hal serupa dengan universitas, kini
di Indonesia hampir setiap provinsi terdapat perguruan tinggi negeri padahal tahun 1950an
hanyalah beberapa gelintir saja.
3. Kemajuan dalam bidang teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap industri, perdagangan
dan perlunya pimpinan serta karyawan mengembangkan ketrampilan dan teknik baru.
Ketrampilan ini antara lain diperoleh dengan membaca dan materi perpustakaan tidak selalu
tersedia di perpustakaan di sekitar pembaca.
4. Berkembangnya kesempatan dan peluang bagi kerjasama internasional dan lalu lintas
internasional; kedua hal tersebut mendorong perlunya informasi mutakhir mengenai negara
asing.
5. Berkembangnya teknologi informasi, terutama dalam bidang komputer dan telekomunikasi,
memungkinkan pelaksanaan kerjasama berjalan lebih cepat. lebih mudah bahkan mungkin lebih

murah. Pengiriman informasi tidak harus berupa pengiriman dokumen asli melainkan dalam
bentuk reproduksi (fotokopi), bentuk mikro maupun menggunakan media elektronik seperti
disket.
6. Tuntutan masyarakat untuk memperoleh layanan informasi yang sama-sama. Selama ini
merupakan suatu kenyataan bahwa masyarakat pemakai informasi di kota besar memperoleh
layanan informasi lebih baik daripada pemakai yang tinggal di daerah terpencil. Maka adanya
kerjasama perpustakan memungkinkan pemberian jasa perpustakaan mencapai pemakai di
daerah terpencil.
7. Kerjasama memungkinkan penghematan fasilitas, biaya, tenaga manusia, waktu. Hal ini amat
mendesak bagi negara berkembang seperti Indonesia dengan keterbatasan dana bagi
pengembangan perpustakaan.
D. Tujuan Kerjasama Perpustakaan
1. Adanya perbaikan dalam aspek pelayanan teknis dan pengguna serta memaksimalkan sumber
daya perpustakaan;
2. Dapat memecahkan sejumlah masalah dengan berbagi reziko, manfaat, tanggung jawab, dan
pengalaman;
3. Meningkatkan hubungan yang pada awalnya sangat sederhana menjadi sistem jaringan yang
lebih kompleks yang melibatkan berbagai jenis organisasi baik dalam maupun luar negeri
E. Bentuk Kerjasama
Adapun bentuk kerjasama perpustakaan yang lazim dikenal akan diuraikan berikut ini.[3]
1. Kerjasama Pengadaan
Dalam bentuk ini berbagai perpustakaan bekerja sama dalam pengadaan buku. Ini
merupakan awal bentuk kerjasama. Dalam bentuk ini, masing-masing perpustakaan bertanggung
jawab atas kebutuhan informasi pemakainya. Maka perpustakaan akan memilih buku berdasarkan permintaan anggotanya atau berdasarkan dugaan pengetahuan pustakawan atas
keperluaan bacaan anggotanya.
Dorongan kerjasama ini berasal dari bertambah banyaknya buku yang diterbitkan dalam
berbagai lapangan ilmu pengetahuan, perluasan jenis terbitan mulai dari buku dan majalah
hingga ke laporan tak diterbitkan, kesemuanya berfungsi sebagai sumber informasi, hubungan
yang makin kompleks antara berbagai subjek dan keterbatasan dana perpustakaan. Hanya dengan
pengadaan gabungan atau pengadaan terkoordinasi maka perpustakaan mampu mengakses
semua bahan pustaka yang mungkin perlu dibeli dan menjamin bahwa semua sumber telah
dilacak. Di Indonesia perlunya kerjasama ini masih amat dirasakan karena sulitnya impor buku.
Berbagai importir yang ada lazimnya enggan mengimpor buku dalam jumlah terbatas baik
mengenai judul maupun kuantitasnya. Di segi lain perpustakaan berusaha membeli buku dalam
kuantitas terbatas namun dengan jumlah judul lebih banyak. Hal ini dapat diatasi bila perpustakaan bekerja sama dalam hal pengadaan.
2. Pemusatan pengadaan dan penyimpanan
Pada bentuk kerjasama nomor 1, sering kali terjadi keributan mengenai ruang simpan yang
terbatas serta ketidakjelasan batas subjek dan keterkaitan satu subjek dengan subjek lain serta
penyebaran berbagai perpustakaan dalam kawasan yang luas. Maka pendekatan yang digunakan

ialah menunjuk perpustakaan penyimpan yang melayani kelompok perpustakaan peserta. Pada
pendekatan ini, sebuah perpustakaan ditunjuk untuk menyimpan buku yang kurang digunakan
milik perpustakaan lain.
Biasanya bentuk kerjasama ini diikuti dengan pengadaan bersama. Perpustakaan pusat
penyimpan dapat mengurangi masalah ruang yang dihadapi perpustakaan anggota. Perpustakaan
pusat penyimpan ini menyimpan jenis buku sebagai berikut : (a) buku hadiah; (b) deposit tetap
yang menjadi milik perpustakaan deposit; (c) buku disimpan berdasarkan deposit per subjek.
Misalnya perpustakaan yang ditunjuk oleh badan induknya untuk menyimpan semua karya staf
badan induk dan (d) penyimpanan atas dasar sewa. Umumnya koleksi yang disimpan
berdasarkan kriteria a dan b.
3. Kerjasama pertukaran dan redistribusi
Tujuan kerjasama ini ialah meningkatkan dan memperluas sumber koleksi yang telah ada
dengan biaya sekecil mungkin. Tujuan ini tersirat dalam kerjasama pengadaan dan penyimpanan.
Dalam hal spesialisasi subjek, alasan penyimpanan koleksi untuk membentuk koleksi yang
komprehensif serta sekaligus menghindari penyiangan saliran (copy) terakhir membutuhkan
integrasi bdengan cara pertukaran bahan pustaka. Cara pertukaran maupun redistribusi dapat
digunakan sebagai cara untuk menambah koleksi perpustakaan dengan 2 cara. Cara pertama
ialah pertukaran publikasi badan induk dengan badan lain yang bergerak dalam bidang yang
sama tanpa perlu membeli dan juga untuk memperoleh publikasi yang tidak dijual untuk untuk
umum atau untuk memperoleh bahan pustaka yangsulit dilacak atau sulit dibeli melalui toko
buku. Yang paling akhir disebut ini terutama terjadi dengan karya yang sangat khusus dan buku
terbitan luar negeri.
Pertukaran dengan pihak luar negeri dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui
perpustakaan nasional. Pertukaran biasanya dilakukan berdasarkan prinsip satu lawan satu,
artinya satu terbitan ditukar dengan terbitan lain dengan tidak memandang tebal tipisnya terbitan.
Pertukaran terbitan banyak dilakukan dengan perpustakaan dari negara berkembang atau negara
blok sosialis; umumnya buku terbitan kedua kawasan itu sulit diperoleh di pasaran terbuka. Cara
kedua perpustakaan dapat menambah koleksinya ialah dengan cara menukar atau mendistribusi
kembali buku-buku yang sudah tidak dicetak lagi atau buku yang tidak lagi diperlukan oleh
perpustakaan lain. Cara tersebut membantu memecahkan masalah penyiangan buku dan
penyimpanan buku yang dihadapi banyak perpustakaan. Hanya saja mungkin ada peraturan yang
melarang penyiangan buku maupun pertukaran terbitan dengan lembaga lain. Terbitan
seperti Unesco journal on information science, librarianship and archives studies biasanya
memuat daftar terbitan yang dapat ditukarkan bahkan juga senarai terbitan yang dapat diminta
secara cuma-cuma.
4. Kerjasama pengolahan
Dalam bentuk kerjasama ini perpustakaan bekerja sama untuk mengolah bahan pustaka.
Biasanya pada perpustakaan universitas dengan berbagai cabang atau perpustakaan umum
dengan cabang- cabangnya, pengolahan bahan pustaka (pengkatalogan, pengklasifikasian,
pemberian label buku, kartu buku, kantong buku, penyampulan buku dengan lapis plastik)
dikerjakan oleh perpustakaan pusat. Perpustakaan cabang menerima buku dalam keadaan siap
digunakan.

5.

6.

a.

b.

Ada 2 acara bentuk kerjasama ini. Cara pertama ialah memusatkan semua pengolahan
bahan pustaka ke perpustakaan yang ditunjuk, biasanya perpustakaan pusat, baik untuk perpustakaan universitas maupun perpustakaan umum. Dalam tingkat nasional, pengolahan dilakukan
oleh perpustakaan nasional dengan hasil pengolahan diterbitkan dalam bibliografi nasional
ataupun diwujudkan dalam bentuk katalog dalam terbitan (KDT). KDT dalam bahasa Inggris
disebut Cataloguing In Publication (CIP) perpustakaan nasional mengolah data bibliografi dari
buku yang akan diterbitkan. Keterangan ini dicantumkan di bagian balik halaman judul.
Umumnya data yang dicantumkan adalah pengarang, judul, nomor klasifikasi; kadang-kadang
pula ditambahkan nomor buku standar internasional atau lazim disebut ISBN (International
Standard Book Number).
Kerjasama penyediaan fasilitas
Bentuk kerjasama ini mungkin terasa janggal bagipustakawan negara maju karena
umumnya perpustakaan mereka selalu terbuka untuk umum. Dalam bentuk ini, perpustakaan
bersepakat bahwa koleksi mereka terbuka bagi anggota perpustakaan lain. Umumnya kerjasama
ini dilakukan oleh perpustakaan perguruan tinggi. Dalam ketentuannya, perpustakaan universitas
A menyatakan bahwa anggota perpustakaan universitas lain (katakanlah universitas B dan C)
boleh menggunakan fasilitas perpustakaan universitas A dalam batas ketentuan yang berlaku.
Biasanya penyediaan fasilitas berupa kesempatan menggunakan koleksi, menggunakan jasa lain
seperti penelusuran, informasi kilat, penggunaan mesin fotokopi; namun tidak terbuka
kesempatan untuk meminjam.
Biasanya peminjaman buku untuk bukan anggota perpustakaan dilakukan melalui jasa
peminjaman antar perpustakaan. Di Indonesia kerjasama semacam sudah terdapat. Misalnya
beberapa perpustakaan perguruan tinggi negeri mengeluarkan kartu pengenal, dikenal dengan
kartu sakti. Dengan kartu sakti ini mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri dapat
menggunakan fasilitas perpustakaan perguruan tinggi negeri lainnya selama kedua perpustakaan
tersebut tergabung dalam sebuah forum kerjasama. Di lingkungan beberapa perguruan tinggi
Katolik, kartu mahasiswa yang masih sahih dapat digunakan sebagai tanda pengenal bila
mahasiswa tersebut berkunjung ke perguruan tinggi Katolik yang tergabung dalam sebuah
asosiasi. Forum Perpustakaan Perguruan Tinggiprovinsi mengeluarkan bermacam-macam kartu
yang memungkinkan seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi menggunakan fasilitas
perpustakaan perguruan tinggi lainnya. Nama kartu tersebut bervariasi misalnya Kartu Sakti,
Kartu Super dll.
Kerjasama pinjam antarperpustakaan
Bagi banyak orang pinjam antar perpustakaan sama dengan pinjam antar perpustakaan
padahal pengertian kerjasama perpustakaan lebih luas daripada pinjam antar perpustakaan.
Kemampuan perpustakaan dalam memberikan jasa pada anggota perpustakaan terbatas dan
karena itu diperluas dengan cara meminjam dari perpustakaan lain mendorong formalisasi
pinjam antar perpustakaan dalam kategori berikut:
Lokal, regional atau nasional dengan katalog induk yang mencakup koleksi semua perpustakaan
peserta. Pada kategori ini perpustakaan peminjam mengajukan permintaan ke perpustakaan
koordinator yang bertugas juga menyusun katalog induk untuk menentukan lokasi sebuah buku.
Sebuah pusat penyimpanan buku, khusus didirikan guna melayani permintaan buku pada
perpustakaan lain. Contoh yang terkenal ialah The British Library Document Supply Centre yang

menyediakan buku untuk perpustakaan serta jasa fotokopi artikel untuk perpustakaan lain
termasuk perpustakaan dari luar negeri.
c. Pinjam langsung antar perpustakaan dalam arti perpustakaan saling meminjamkan bukunya
langsung ke perpustakaan tanpa perlu melalui koordinator regional atau nasional.
Dalam bentuk pinjam antar perpustakaan ini, perpustakaan boleh meminjam dan
meminjamkan koleksinya ke perpustakaan lain. Bentuk ini merupakan bentuk kerjasama
perpustakaan yang paling dikenal masyarakat. Dalam hal ini peminjaman dilakukan oleh
perpustakaan serta atas nama perpustakaan. Dengan demikian maka anggota perpustakaan A bila
ingin meminjam buku dari perpustakaan B maka anggota tersebut harus melakukannya melalui
perpustakaan A. Jadi anggota tidak boleh berhubungan langsung dengan perpustakaan lain.
Kerjasama semacam ini belum berkembang di Indonesia, terbatas pada sebuah kota saja
(misalnya Jakarta, Semarang) atau terbatas pada institusi atau lembaga yang bergerak di bidang
yang sama (misalnya perpustakaan yang bergerak dalam bidang managemen).
7. Kerjasama antarpustakawan
Sebenarnya kerjasama jenis ini lebih merupakan kerjasama antara pustakawan untuk
menerbitkan berbagai masalah yang dihadapi pustakawan. Bentuk kerjasama ini dapat berupa
penerbitan buku panduan untuk pustakawan, pertemuan antar pustakawan, kursus penyegaran
untuk pustakawan. Pendeknya bentuk kerjasama ini lebih mengarah ke bentuk kerjasama profesi.
Bentuk lain kerjasama antara 2 asosiasi perpustakaan atau antara komisi atau kelompok khusus
pada sebuah organisasi pustakawan. Contoh ialah kerjasama antara Art Libraries
Society (ARLIS) dan British and Irish Association of Law Librarians dalam pendayagunaan
sumber daya perpustakaan melalui kerjasama antar perpustakaan.

8.

Kerjasama penyusunan katalog induk


Katalog induk merupakan katalog dari 2 perpustakaan atau lebih. Karena melibatkan paling
sedikit 2 perpustakaan maka dua perpustakaan harus bersama-sama menyusun katalog induk.
Katalog induk ini berisi keterangan tentang buku yang dimiliki perpustakaan peserta disertai
keterangan lokasi buku. Kerjasama sejenis ini bukanlah hal baru bagi Indonesia. Pada tahun
1847 Perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschap telah menyusun
katalog induk dari koleksi perpustakaan yang ada di Jakarta. Sesudah Indonesia merdeka,
kegiatan itu dilakukan lagi pada tahun 1952 dengan pembentukan diterbitkan oleh Unesco Union
catalogue of periodical holdings of the main science libraries in Indonesia Science Co-operation
Office of Southeast Asia di Jakarta pada tahun 1952. Katalog induk tersebut mendaftar majalah
yang dimiliki 6 perpustakaan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di Jakarta, Bogor dan
Bandung masing-masing lema (entri) ditandai dengan lokasi perpustakaan. Untuk pertama
kalinya kode lokasi menggunakan kode mobil.
Pembaharuan dan pemutakhiran data dilakukan oleh Biro Perpustakaan Dep. Pendidikan
Dasar dan Kebudayaan pada tahun 1962 dengan penerbitan Checklist of serials in Indonesian
libraries = Katalogus induk sementara madjalah2 pada perpustakaan2 Indonesia. Tahun 1971,
PDIN-LIPI menerbitkan Katalog induk madjalah pada perpustakaan chusus di Indonesia. Revisi
dan perbaikan dilakukan pada tahun 1974 dan 1980. Terbit pula Katalog induk buku 7
perpustakaan, Katalog induk buku 8 perpustakaan, Katalog induk makalah kongres, lokakarya,

seminar terbitan PDIN-LIPI maupun Proyek Jaringan Dokumentasi dan Informasi Ilmu-Ilmu
Sosial dan Kemanusiaan.
Katalog induk lain yang pernah terbit mencakup Katalog induk disertasi Indonesia terbitan
PDII-LIPI, Katalog induk majalah yang disusun oleh Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri
se Indonesia Barat (BKS PTN IB), serta berbagai Katalog induk skripsi terbitan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Indonesia serta beberapa
IKIP Negeri.
9. Kerjasama pemberian jasa informasi
Banyak pustakawan Indonesia salah kaprah dalam penggunaan istilah silang layan. Menurut
anggapan mereka silang layan sinonim dengan peminjaman antar perpustakaan (interlibrary
loan). Hal ini nampak pada berbagai tulisan maupun ucapan sehari-hari. Sebenarnya istilah
silang layan berlainan dengan peminjaman antar perpustakaan. Silang layan merupakan
kerjasama antara 2 perpustakaan atau lebih dalam pemberian jasa informasi. Salah satu hasil jasa
informasi ini akan muncul dalam pinjam antar perpustakaan. Pemberian jasa informasi dapat
berupa jasa penelusuran, jasa referal maupun jasa referens. Kerjasama ini melibatkan semua
sumber daya yang ada di perpustakaan jadi tidak terbatas pada pinjam antar perpustakaan saja.
10. Perangkat kerja sama
Keberhasilan kerja sama antarperpustakaan tergantung seberapa jauh organisasi
dan administrasi perpustakaan mampu menggunakan fasilitas yang ada dengan biaya yang
sekecil mungkin, dalam arti tenaga, waktu, dan peralatan. Peralatan yang diperlukan untuk kerja
sama antarperpustakaan adalah bibliografi, katalog induk, indeks, abstrak, dan direktori.
F. Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Se-Indonesia[4]
a). Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Se-Indonesia Bagian Timur
kerjasama ini dirintis di Ujung Pandang tahun 1975 tatkala kepala perpustakaan beserta
Pembantu Rektor I masing-masing PTN bertemudi Ujung Pandang. Dalam seminar tersebut
diputuskan kesepakatan untuk bekerjasama, menyususl pembentukan BKS PTN INTIM tahun
1976 melibatkan beberapa lembaga pendidikan berikut:
No
1.
2.
3.
4.
5.

Nama Lembaga
IKIP Manado
Universitas Sam Ratulangi
IKIP Ujung Pandang
Universitas Hasanuddin
Universitas Haluoleo

Lokasi
Manado
Manado
Ujung Pandang
Ujung Pandang
Kendari

6.
7.
8.
9.

Universitas Tadulako
Universitas Pattimura
Universitas Cendrawasih
Universitas Lambung Mangkurat

Palu
Ambon
Jayapura
Banjarmasin

10
.

Universitas Mulawarman

Samarinda

Provinsi
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi
Tenggara
Sulawesi Tengah
Maluku
Irian Jaya
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur

11. Universitas Mataram

Mataram

12
.

Kupang

Universitas Nusa Cendana

Nusa
Barat
Nusa
Timur

Tenggara
Tenggara

Kegiatan yang dilakukan antar PTN INTIM tidak banyak walaupun tersedia beberapa
fasilitas modern seperti sistem komunikasi jarak jauh di UNHAS yang memungkinkan
pustakawan se Indonesia Timur berkomunikasi, namun fasiitas tersebut jarang digunakan karena
komunikasi tidak selalu suara terdengar jelas.
b). Kerjasama Perpustakaan PT Se-Indonesia Barat.
Pada tahun 1985, sebelas perguruan tinggi yang berada di Indonesia Barat memutuskan
pembentukan kerjasama dengan nama Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia
Barat, lazim dikenal dengan nama BKS PTN B, dengan pusat di Palembang, bukannya di
Medan. Pembentukan BKS ini seiring dengan proyek kerjasama perguruan tinggi se-Indonesia
Barat yang dibantu oleh United States Agency for International Development (USAID)
bekerjasama dengan Ditjen Pendidikan Tinggi dalam proyek bernama wester Universitas
Agrecultural Education Project (WUEA).
Kegiatan yang dilakukan oleh BKS PTN B ialah penyelenggaraan kursus perangkat lunak Micro
CDS/ ISIS di Palembang tahun 1988, penyusunan katalog induk majalah yang mencakup sekitar
600 judul (jumlah ini tidak terlalu banyak, karena dari penelitian semula jumlahnya sekitar 2000
judul, namun karena adanya tumpang tindih maka turun menjadi 600 judul), serta pertemuan
berkala para kepala perpustakaan. Keanggotaan terbatas pada 11 perguruan tinggi, tidak
menyertakan Universitas Palangka Raya di Kalimantan Tengah. Berikut anggota BKS PTN B:
No Nama Lembaga
Lokasi
Provinsi
1
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
Aceh
2
Universitas Sumatra Utara
Medan
Sumatra Utara
3
IKIP Medan
Medan
Sumatra Utara
4
Universitas Riau
Pekanbaru
Riau
5
Universitas Jambi
Jambi
Jambi
6
Universitas Andalas
Padang
Sumatra Barat
7
IKIP Padang
Padang
Sumatra Barat
8
UNSRI
Palembang
Sumatra Selatan
9
Universitas Lampung
Bandar Lampung Lampung
10 Universitas Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
11 Universitas Tanjungpura
Pontianak
Kalimantan
Barat
Jariangan ini kurang berhasil karena terlalu menekankan pada penggunaan komputer
namun kurang pada unsur manusia, selalu membahas masalah yang dihadapi namun kurang
usaha untuk mengatasinya.
b). Kerjasama Perpustakaan PTN di Jawa

Perpustakaan PTN di jawa tidak perna membentuk badan kerjasama serupa dengan rekannya di
kawasan lain. Bentuk kerjasama disini lebih banyak kerjasama informal berupa penyediaan
fasilitas perpustakaan untuk mahasiswa dari PTN lain (misalnya perpustakaan Institut Pertanian
Bogor menyediakan fasilitasnya untuk mahasiswa dari peguruan tinggi negri maupun swasta,
terutama untuk bidang petanian), sementara pinjam antar perpustakaan praktis tidak berjalan
karena tidak ada jaminan bahwa buku yang dipinjamkan akan dikembalikan atau kembali dalam
keadaan utuh, tidak tersedia dana untuk pengiriman buku. Kerjasama lain ialah pertemuan
informal antara kepala perpustakaan, lazimnya dalam rapat atau lokakarya yang diadakan dalam
kawasan tertentu, seperti untuk kawasan Jawa Timur, ikut serta Universitas Udayana.
c). Kerjasama antar Perpustakaan IAIN
kerjasama antar perpustakaan IAIN berupa pertukaran daftar buku baru, senarai majalah yang
dilanggan, indeks majalah islam, rapat tahunan kepada perpustakaan IAIN yang telah
berlangsung selama tiga kali serta penyelenggaraan penataran tenaga pustakawan dengan
penyelenggaraan IAIN Syarif Hidayatullah.
Kerjasama lain ialah jaringan komunikasi dan informasi penelitian antar IAIN se-Indonesia yang
bertujuan mengumpulkan laporan penelitian dan informasi penelitian yang sedang berlangsung
yang dilakukan oleh staf IAIN serta pertukaran publikasi. Jaringan ini dibentuk tahun 1989
namun belum banyak hasilnya. Berikut beberapa IAIN yang bekerjasama:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama Lembaga
IAIN Sunan Kalijaga
IAIN Syarif Hidayatullah
IAIN Raden Fatah
IAIN Alauddin
IAIN Sunan Ampel
IAIN Sultan Thaha Saifuddin
IAIN Imam Bonjol
IAIN Ar-Raniry
IAIN Antasari

Lokasi
Yogyakarta
Jakarta
Palembang
Ujung Pandang
Surabaya
Jambi
Padang
Aceh
Banjarmasin

10
11
12
13

IAIN Sunan Gunung Jati


IAIN Raden Intan
IAIN Wali Songo
IAIN Sultan Syarif Kasim

Bandung
Tanjung Karang
Semarang
Pekanbaru

Provinsi
Yogyakarta
Jakarta
Sumatra Selatan
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
Jambi
Sumatra Barat
Aceh
Kalimantan
Selatan
Jawa Barat
Lampung
Jawa Tengah
Riau

d). Kerjasama antar Perpustakaan Perguruan Tinggi Swasta (PTS)


Pada kerjasama ini membentuk jaringan kerjasama dengan nama APTIK Library Network
(disingkat ALN), dalam kegiatan kerjasama, ALN telah melakukan pembentukan pangkalan data
bibliografi yang dikelola oleh Unika Widya Mandala (Surabaya) dengan menggunakan program
Micro CDS/ ISIS.
No Nama Lembaga
Lokasi
Provinsi

1
2
3
4
5

Unika Atma Jaya


Unika Parahiangan
Unika Atma Jaya Yogyakarta
Unika Santo Thomas
Unika Widya Mandira

Jakarta
Bandung
Yogyakarta
Medan
Kupang

6
7

Unika Widya Karya


Unika Widya Mandala

Malang
Madiun

Jakarta
Jawa Barat
Yogyakarta
Sumatra Utara
Nusa Tenggara
Timur
Jawa Timur
Jawa Timur

Dalam kegiatan kerjasama perpustakaan perguruan tinggi selama ini, maka beberapa hal
telah dicapai antara lain: 1. Pembentukan katalog induk, 2. Kerjasama penyediaan fasilitas, 3.
Pinjam antar perpustakaan, 4. Jasa penelusuran, 5. Pengembangan pangkalan data bibliografi, 6.
Usaha ke arah standarisasi, terutama dalam pembakuan deskripsi bibliografi pada pangkalan data
serta penggunaan perangkat lunak Micro CDS/ ISIS, dan 7. Pemusatan pengadaan.

G. Kerjasama Perpustakaan Sekolah


Arwendria[5] seorang Dosen menjelaskan kerjasama perpustkaan sekolah, dalam
artikelnya menjelaskan kerjasama perpustakaan sekolah, dan berikut penjelasannya:
kondisi perpustakaan sekolah pada umumnya masih sangat memprihatinkan.
Minimnya koleksi, kurangnya Sumber Daya Manusia yang handal, terbatasnya
anggaran dan penentu kebijakan merupakan kendala untuk meningkatkan mutu
layanan perpustakaan. Salah satu upaya untuk mengatasi kendala tersebut ialah
dengan membangun kerjasama antar perpustakaan. Hal ini sangat diperlukan dalam
rangka untuk pengembangan layanan perpustakaan. Perpustakaan sebagai pusat
informasi dan dokumentasi tidak hanya mampu mengadakan dan menyediakan
informasi tetapi yang terpenting ialah bagaimana informasi yang tersedia dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna.
Pentingnya Jaringan Kerjasama antar Perpustakaan. Jaringan perpustakaan
(library networking) adalah kumpulan perpustakaan yang melayani sejumlah badan,
instansi atau lembaga atau melayani berbagai instansi yang berada di bawah wilayah
hukum tertentu (yurisdiksi) dan memberikan sejumlah jasa sesuai dengan rencana
terpadu untuk mencapai tujuan bersama. Berarti jaringan perpustakaan merupakan
suatu sistem hubungan antar perpustakaan, yang diatur dan disusun menurut berbagai
bentuk persetujuan, yang memungkinkan komunikasi dan pengiriman secara terus
menerus informasi bibliografis maupun informasi-informasi lainnya, baik berupa bahan
dokumentasi maupun ilmiah. Selain itu, jaringan perpustakaan juga menyangkut
pertukaran keahlian, menurut jenis dan tingkat yang telah disepakati. Jaringan ini
biasanya berbentuk organisasi formal, terdiri atas dua perpustakaan atau lebih, dengan
tujuan yang sama. Untuk mencapai tujuan tersebut, disyaratkan untuk menggunakan
teknologi telekomunikasi dan komputer atau TI.
Kerjasama perpustakaan dalam bentuk jaringan ini penting agar semua informasi
yang tersedia dapat dimanfaatkan bersama secara maksimal bagi pemakai. Manfaat

jaringan tersebut antara lain: menyediakan akses yang cepat dan mudah meskipun
melalui jarak jauh; menyediakan akses pada informasi yang tak terbatas dari berbagai
jenis sumber; menyediakan informasi yang lebih mutakhir yang dapat digunakan secara
fleksibel bagi pemakai sesuai kebutuhannya; serta memudahkan format ulang dan
kombinasi data dari berbagai sumber.
Pengertian kerjasama perpustakaan sekolah artinya kerjasama yang melibatkan 2
perpustakaan sekolah atau lebih. Kerjasama ini diperlukan karena tidak satu pun
perpustakaan sekolah dapat berdiri sendiri dalam arti koleksinya mampu memenuhi
kebutuhan informasi pemakainya. Perpustakaan sebesar Library of Congress pun
dengan butir koleksi sebesar 95 000 000 pun masih mengandalkan pada kerjasama
antarperpustakaan untuk memenuhi informasi pemakainya. Dengan demikian bagi
perpustakaan sekolah yang lebih kecil koleksinya, kerjasama antarperpustakaan
sekolah merupakan syarat mutlak untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakainya.
Kerjasama perpustakaan sekolah dilakukan berdasarkan konsep bahwa kekuatan
dan efektivitas kelompok perpustakaan sekolah akan lebih besar dibandingkan dengan
kekuatan dan efektivitas perpustakaan sekolah masing-masing. Prinsip ini dikenal
dengan sinergi artinya gabungan beberapa kekuatan akan lebih besar daripada
kekuatan masing-masing. Misalnya ada 4 pustakawan (A,B,C dan D), masing-masing
hanya kuat memanggul beras seberat 50 kilogram jadi jumlahnya 200 kg. Namun bila A,
B, C dan D bersama-sama mengangkat beras, maka jumlah beras yang dipanggulnya
lebih dari 200 kg katakanlah 220 kg. Demikian pula dengan konsep kerjasama
perpustakaan sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut: K (P1 + P2 + ... + Pn> K P1 +
KP2 + ... +K Pn dengan pengertian bahwa K adalah kekuatan dan efektivitas, P1 + P2 +
... + Pn adalah masing-masing kekuatan dan efektivitas masing- masing perpustakaan
sekolah. Bila kekuatan dan efektivitas kelompok lebih besar daripada kekuatan dan
efektivitas masing- masing perpustakaan sekolah maka kerjasama perlu dilakukan.
Bilamana efektivitas dan kekuatan gabungan perpustakaan sekolah sama dengan
kekuatan dan efektivitas masing-masing perpustakaan sekolah, maka kerjasama
perpustakaan sekolah perlu ditanyakan. Situasi itu dirumuskan sebagai berikut: K (P1 +
P2 + ... + Pn) = K P1 + KP2 + ... +K Pn. Dalam hal kekuatan dan efektivitas gabungan
perpustakaan sekolah lebih kecil daripada kekuatan dan efektivitas masing-masing
perpustakaan sekolah, maka kerjasama tidak perlu dilakukan. Situasi tersebut
dirumuskan sebagai K (P1 + P2 + ... + Pn) < K P1 + KP2 + ... +K Pn 2. Jaringan adalah
kerjasama antara perpustakaan dengan badan lain di luar perpustakaan untuk
menyediakan data dan informasi bagi pemakai dengan tidak memandang asal data dan
informasi tersebut. Jaringan ini dapat bersifat formal maupun informal. Jaringan
informasi informal terdapat pada berbagai jaringan dokumentasi dan informasi di
Indonesia, yang bekerja sama tanpa ada pernyataan tertulis di antara peserta.
Gagasan Jaringan Kerjasama Perpustakaan Sekolah Berdasarkan pernyataan di
atas, dapat disimpulkan bahwa jaringan perpustakaan diisyaratkan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi. Tetapi, apakah mungkin membentuk jaringan
kerjasama perpustakaan tanpa memerlukan perangkat tenologi informasi?
Kenyataannya hanya beberapa perpustakaan sekolah saja yang baru memulai

memanfaatkan teknologi informasi untuk kegiatan perpustakaannya. Bahkan,


berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Sumatera Barat tahun 2004/2005 seperti
terlihat pada tabel di bawah ini, dari 4.819 sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK) yang
berada di Sumatera Barat, hanya 1.352 sekolah yang memiliki perpustakaan.
Pertanyaan selanjutnya, sudah perlukah jaringan kerjasama tersebut? Jawabannya
bisa sangat beragam. Tergantung dari sudut pandang dan kepentingan pada saat itu.
Bila sepakat bahwa keberadaan perpustakaan sangat membantu peningkatan mutu
pendidikan, maka jaringan kerjasama tersebut sangat diperlukan. Sebaliknya, bila mutu
pendidikan dapat ditingkatkan tanpa perpustakaan, maka jaringan kerjasama tidak akan
ada manfaatnya.
Bila mutu pendidikan diukur dari keberhasilan siswa dalam Ujian Nasional (UN),
maka mutu pendidikan di Sumatera Barat tertinggal dari provinsi lain. Berdasarkan data
Balitbang Depdiknas, peringkat lulus Ujian Nasional SMP/MTs, SMA/MA dan SMK
Sumatera Barat belum juga mampu berada di peringkat sepuluh besar. Pada table 2
dapat kita lihat posisi Sumatera Barat untuk tingkat nasional dan pada Tabel 3 posisi
Sumatera Barat untuk Wilayah Sumatera. Beberapa sekolah sudah mulai berinisiatif
membentuk jaringan kerjasama. Pada tahun 2006, sebanyak 75 orang pekerja
Informasi sekolah membentuk Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) di
Hotel Sahira, Bogor pada Sabtu. Pertemuan sehari pengelola perpustakaan sekolah,
umumnya berasal dari perpustakaan sekolah swasta di Indonesia.
Di Sumatera Barat, gagasan untuk melakukan kerjasama sejenis belum pernah
terealisasi. Masalah utama adalah ketidakpahaman pengguna perpustakaan terhadap
manfaat dari kerjasama tersebut. Selain itu, kurang berperan aktifnya Ikatan
Pustakawan Indonesia (IPI) untuk mendorong terbentuknya jaringan kerjasama
antarperpustakaan sekolah. Jaringan kerjasama tidak selalu memerlukan teknologi
informasi, seperti internet. Secara sederhana, masing-masing perpustakaan
menghimpun koleksi unik yang mungkin tidak dimiliki oleh perpustakaan lainnya.
Misalkan saja setiap perpustakaan dapat menghimpun setiap karya ilmiah yang ditulis
oleh guru-guru sekolah tersebut ke dalam bentuk media digital (compact disc), maka
koleksi tersebut dapat ditukarkan dengan koleksi perpustakaan lainnya.
Tetapi dengan semakin banyaknya pengetahuan yang tersebar dalam file-file flat
tersebut, ditambah lagi tersedianya berbagai macam format dokumen elektronik,
masalah kembali muncul yaitu sulitnya pengorganisasian, membuat pertanyaan,
membuat dokumen ebook, kecepatan pencarian ulang, dan mengatur pengetahuan
dalam file-file flat yang berbeda format dalam jumlah banyak ke dalam satu wadah yang
sederhana. Ide untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan dari sumber-sumber yang
berbeda ke dalam satu wadah adalah aplikasi database manajemen pengetahuan
dalam bentuk relational database yang dapat digunakan untuk belajar di rumah, di
sekolah dan di perusahaan.
Keuntungan menyimpan pengetahuan dalam suatu database adalah: Hemat
uang: Satu keping DVD mampu menyimpan kumpulan soal setara dengan 555 kg
kertas sehingga menghemat kertas dan tinta untuk mencetak. Hemat waktu: Guruguru dapat menggunakan waktunya lebih produktif dengan meringkas mata pelajaran.

Ringkasan mata pelajaran bisa digunakan ulang untuk tahun ajaran berikutnya
sehingga tidak perlu membuat ulang dari awal kecuali melakukan revisi, yang bisa
dilakukan dengan cepat dan mudah karena pengetahuan disimpan dalam satu tempat
yaitu database. Belajar Cepat: Mempelajari ilmu pengetahuan langsung dari
pertanyaan-pertanyaan dan pembahasannya adalah salah satu teknik belajar cepat
yang dapat diterapkan dan dapat meningkatkan keingintahuan peserta didik.
Kembangkan keingintahuan dan dapatkan pengetahuan dengan cepat. Perpustakaan:
Kumpulan pengetahuan disimpan di laboratorium komputer sekolah yang bisa diakses
oleh siswa untuk bahan belajar. Jika telah tersedia kumpulan pengetahuan dalam
bentuk database, maka sekolah telah mempunyai perpustakaan elektronik yang jauh
lebih menyenangkan bagi murid untuk belajar. Kerjasama dan Kecepatan: Jika
sekolah-sekolah dapat saling bertukar database, maka perpustakaan elektronik akan
tumbuh besar dan lengkap dalam waktu yang cepat. Skenario yang pernah digagas
oleh BOCSoft eQuestion adalah menghimpun pengetahuan yang menjadi kekuatan di
masing-masing sekolah. Jika terdapat 100 sekolah yang masing-masing memiliki
kumpulan database pengetahuan dan saling bertukar database, maka dalam tempo
singkat mereka telah membangun perpustakaan elektronik yang besar.
Fleksibilitas
yang
ada
dalam
relational
database
memungkinkan
menggabungkan isi dari satu database dengan database lainnya. Hal ini tidak mungkin
dilakukan pada format elektronik seperti .txt, .pdf atau format dokumen lainnya, apalagi
menggunakan kertas seperti pada buku. Untuk kepentingan yang jauh lebih besar,
mudah-mudahan institusi pendidikan tidak hanya bisa berkompetisi tetapi juga bisa
berkolaborasi untuk saling berbagi sehingga mereka yang mempunyai keunggulan
SDM dalam bidang ilmu tertentu dapat menularkannya kepada SDM sekolah-sekolah
yang lain. Bayangkan dampaknya bila kumpulan-kumpulan pengetahuan tersebut
ditempatkan dalam suatu situs internet dan bisa diakses oleh masyarakat luas. Akan
tersedia kumpulan pengetahuan yang besar, lebih menyenangkan untuk belajar dan
lebih murah didapat. Ini akan membantu sekali untuk percepatan belajar dan mengajar.
Simpulan Tujuan dari jaringan kerjasama antarperpustakaan sekolah adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Namun, usaha ke arah tersebut masih belum
optimal dilakukan, baik oleh Perpustakaan Daerah yang bertindak sebagai pembina
perpustakaan, Pemerintah Daerah, maupun oleh Ikatan Pustakawan Indonesia.
Padahal sangat disadari bahwa hampir semua perpustakaan memiliki masalah yang
sama, yaitu keterbatasan, koleksi, anggaran dan SDM. Menoptimalkan jaringan
kerjasama merupakan salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Kalau
ada niat, sesuatu yang dianggap tak mungkin, bisa saja terwujudkan.
H. Standar Kerjasama Perpustakaan
Berikut standar kerjasama perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah:[6]
a. Kerjasama Perpustakaan Sekolah
1. Kerjasama perpustakaan sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.
Perpustakaan melakukan pengembangan perpustakaan dengan cara mengadakankerjasama
dengan:

a). perpustakaan sekolah lain;


b). perpustakaan umum;
c). komite sekolah;
2. Perpustakaan sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah
Perpustakaan melakukan pengembangan perpustakaan dengan cara mengadakan kerjasama
dengan:
a). perpustakaan sekolah lain;
b). perpustakaan umum;
c). komite sekolah;
3. Standar Nasional Perpustakaan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Perpustakaan
melakukan pengembangan perpustakaan dengan cara mengadakan kerjasama dengan:
a). perpustakaan sekolah lain;
b). perpustakaan umum;
c). komite sekolah;
d). lembaga yang berkaitan dengan pendidikan.
Menurut BNS,[7] Kerjasama perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi yaitu:
a. Perpustakaan sekolah
Perpustakaan menyelenggarakan kerjasama dengan pendidik serta kerjasama dengan
perpustakaan dan atau badan lain untuk meningkatkan mutu pendidikan.
b. Perpustakaan perguruan tinggi
Perpustakaan bekerjasama dengan unit lain di perguruan tinggi dan perpustakaan lain di luar
lingkungan perguruan tinggi.
I. Jaringan Kerjasama Perpustakaan
Menurut Ibu Herlina[8] dalam bukunya mengatakan, kerjasama perpustakaan dalam
bentuk jaringan ini penting agar semua informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan secara
maksimal bagi pemakai. Henderson (1998: 98) mengatakan, manfaatnya yaitu: menyediakan
akses yang cepat dan mudah meskipun mealui jarak jauh, lalu menyediakan akses pada informasi
yang tak terbatas dari berbagai jenis sumber, menyediakan informasi yang mutakhir yang dapat
digunakan secara fleksibel bagi pemakai pemakai sesuai kebutuhannya, serta memudahkan
format ulang dan kombinasi data dari berbagai sumber.
Menurut Sulistyo Basuki yang dikutip Ibu Herlina, Jaringan Informasi adalah suatu sistem
terpadu dari badan-badan yang bergerak dalam bidang pengolahan informasi, seperti
perpustakaan, pusat dokumentasi, pusat analisis informasi, dan pusat informasi dengan tujuan
menyediakan pemasukan data relevan tanpa memperhatikan bentuk maupun asal data untuk
keperluan masyarakat penggunanya secara umum, jaringan informasi dapat dibagi atas jaringan
informasi yang berorientasi pada satu atau beberapa bidang, yang berorientasi pada tugas atua
misi, dan berorientasi pada bidang khusus, misalnya ilmu alam, teknologi, ilmu-ilmu sosial, dan
lintas bidang. Jaringan yang berorientasi pada jasa seperti perpustakaan dan arsip, pusat
informasi, dan bank data.
Konsep jaringan informasi di Indonesia tela tercetus sejak tahun 1971 pada workshop
sistem jaringan dokumentasi dan informasi untuk Indonesia di Bandung. Pada saat itu workshop
menyepakati empat jaringan informasi nasional termasuk lembaga kordinasinya:

a. Jaringan informasi bidang ilmu dan teknologi, dengan PDIN-LIPI sebagai pusat jaringan;
b. Jaringan informasi bidang pertanian dan biologi, dengan pusat Perpustakaan Pertanian dan
Biologi, Departemen Pertanian, sebagai pusat jaringan;
c. Jaringan informasi kesehatan dan kedokteran, dengan Departemen Kesehatan sebagai pusat
jaringan;
d. Jaringan ilmu sosial dan humaniora, dengan Perpustakaan Nasional sebagai pusat jaringan.
Semenjak kesepakatan tersebut, selanjutnya, banyak jaringan-jaringan informasi yang
tumbuh dan berkembang untuk memenuhi tuntutan. Namun pada umumnya, mekanisme
kordinasi dan perkembangan jaringan informasi tersebtu masih banyak menjumpai berbagai
kendala dan terlihat adanya kelemahan yang salah satunya adalah kurangnya pembinaan yang
berkesinambungan yang mampu meningkatkan kemampuan, baik secara individu para anggota
maupun secara integral pola atau mekanisme kerjasama.
Salah satu jaringan informasi yang berkaitan dengan perpustakaan dan dikoordisasi
langsung perpustakaan nasional (sebagai pusat jaringan) adalah jaringan informasi bidang ilmuilmu sosial dan humaniora. Jaringan informasi bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora
dikembangkan dalam lingkup:
a. Perpustakaan, pusat informasi dan/atau dokumentasi yang bergerak di bidang ilmu-ilmu sosial
dan humaniora dan bidang lain yang relevan yang memberikan jasa penyajian, penyampaian dan
pemasaran informasi kepada masyarakat melalui anggota peserta jaringan.
b. Sumberdaya perpustakaan seperti: SDM, koleksi, sistem perasarana dan lain-lain.
Untuk membentuk jaringan tersebut perlu memenuhi persyaratan berikut:
a. Pangkalan data atau bank data;
b. Perangkat keras dan perangkat lunak;
c. Hubungan langsung (on line), terpasang dan saling terhubungkan (interkoneksi);
d. Tenaga operasional, yang dapat mengembangkan aktivitas kerja jaringan;
e. Aturan teknis pemakaian yang disusun dan disepakati bersama.[9]
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa memiliki jejaring sosial yang disebut Untirta
Network. Situs Jejaring Sosial Kampus Untirta Banten ini diperuntukan untuk sivitas akademika
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yaitu seluruh warga Untirta atau siapa saja yang
berhubungan dengan Untirta. Namun situs ini tidak menutup kemungkinan bagi siapa saja yang
ingin bergabung dan/atau mencari teman di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.[10]

KESIMPULAN
Kerjasama perpustakaan lembaga pendidikan melibatkan dua perpustakaan atau lebih dan
mempunyai jaringan informasi untuk menjalin hubungan kerjasama tersebut melalui sistem
terpadu berbantuan komputer. Kerjasama ini tentunya mempunya sayarat, alasan, dan tujuan
yang harus disepakati sejak awal bekerjasama agar kerjasama berrjalan dengan baik.

Kerjasama perpustakaan lembaga pendidikan mempunyai beberapa bentuk: 1. Kerjasama


pengadaan, 2. Kerjasama penyimpanan, 3. kerjasama pertukaran, 4. Kerjasama pengolahan,
5. kerjasama penyediaan fasilitas, 6. Kerjasama pinjam antar perpustakaan, 7. Kerjasama antar
perpustakaan, 8. Kerjasama penyusunan katalog induk, 9. Kerjasama pemberian jasa informasi,
10. Dan perangkat kerjasama. Bentuk kerjasama tersebut dapat dilakukan oleh beberapa lembaga
pendidikan seperti perguruan tinggi dan sekolah (SD, SMP, dan SMA).
Standar kerjasama untuk perguruan tinggai yaitu, perpustakaan dapat bekerjasama dengan
unit lain di perguruan tinggi, atau perpustakaan lain di luar lingkungan. Perpustakaan sekolah
(SD dan SMP) dapat bekerjasama dengan perpustakaan sekolah lain, perpustakaan umum,
komite sekolah. Sedangkan perpustakaan SMA menambah satu standar lagi yaitu dapat
bekerjasama dengan lembaga yang berkaitan dengan lembaga pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Antonius Bangun dkk. 1992. Kepustakawanan Indonesia: Potensi dan Tantangan. Jakarta: Kesaint
Blanc.
Arwndria. Menggagas Jaringan Kerjasama Perpustakaan, Diposkan oleh PKBI di 08.51, Sabtu, 09
April 2011, Label: Perpustakaan , Alamat: http://lppbi-fiba.blogspot.com/2011/04/menggagasjaringan-kerjasama.html, di akses 22-11-2014.
Herlina. 2006. Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Palembang: IAIN Raden Fatah Press.
Pengantar kerjasama perpustakaan,
http://memans.wordpress.com/2008/06/02/pengantatar-kerjasama-perpustakaan/, di akses 25-102014.
Perpustakaan Nasional. 2011. Standar Nasional Indonesia (SNI.) Bidang Perpustakaan/Ppenyusun
Panitia Teknis 01-01 Perpustakaan dan Kepustakawanan. (Jakarta: Perpustakaan Nasional R.I.
Perpustakaan Nasional. 2011. Standar Nasional Perpustakaan (SNP) Bidang Perpustakaan Sekolah
dan Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Sulistyo Basuki. 1992. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sutarno NS. 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Sagung Seto.
Universitas Sultan Agung,
http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Sultan_Ageng_Tirtayasa, di akses 22-11-2014.

[1] Pengantar kerjasama perpustakaan,


http://memans.wordpress.com/2008/06/02/pengantatar-kerjasama-perpustakaan/, di akses 25-10-2014.
[2] Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010). hlm, 8.2.
[3] Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 55-59.
[4] Antonius Bangun dkk., Kepustakawanan Indonesia: Potensi dan Tantangan, (Jakarta: Kesaint Blanc,
1992), h. 32-42.

[5] Arwndria, Menggagas Jaringan Kerjasama Perpustakaan, Diposkan oleh PKBI di 08.51, Sabtu, 09
April 2011, Label: Perpustakaan , Alamat: http://lppbi-fiba.blogspot.com/2011/04/menggagas-jaringankerjasama.html, di akses 22-11-2014.

[6] Standar Nasional Perpustakaan (SNP) Bidang Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2011).
[7] Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Perpustakaan/Ppenyusun Panitia Teknis 01-01 Perpustakaan
dan Kepustakawanan. (Jakarta: Perpustakaan Nasional R.I., 2011).
[8] Herlina, Ilmu Perpustakaan dan Informasi, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2006), h. 170-172
[9] Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 105106.
[10] Universitas Sultan Agung, http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Sultan_Ageng_Tirtayasa, di akses
22-11-2014.

http://akbarlibrary.blogspot.co.id/2014/12/kerjasama-perpustakaan-lembaga.html

Anda mungkin juga menyukai