BAB I
PENDAHULUAN
rakyatnya atau untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.1 Dalam menjalankan
roda pemerintahan, suatu negara masih jauh dari tujuan negara itu sendiri,
pembagian kekuasaan menjadi salah satu aspek yang memegang peranan penting.
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat.3 Hal ini lah yang kemudian
1
Zakaria Syafe’i, Negara Dalam Persefektif Islam Fiqih Siyasah, (Jakarta: Hartomo Media
Pustaka, 2012), h. 39.
2
Entol Zaenal Muttaqin, Pokok-Pokok Hukum Ketatanegaraan, (Serang: Pusat Penelitian dan
Penerbitan LP2M IAIN SMH Banten, 2014), h. 159.
3
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),
h. 6.
2
dorongan arus bawah untuk pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB), bahkan
penggabungan sebuah daerah otonom. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Daerah Otonomi Baru (DOB) bukan merupakan hal yang baru. Pada masa
Jawa dan Madura dibentuk berbagai provinsi, Regentchap dan Stadsgemeente yang
berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Diluar Jawa dan Madura
4
Kurdi Matin, Negara Pejabat Esai-Esai Politik, Demokrasi, Birokrasi dan Budaya, (Serang:
Pustaka Alumi, 2015), h. 29.
3
Ordonnantie Buitengewesten.
Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga saat ini,
yang menjadi sandaran dalam pembentukan dan pemekaran daerah adalah UU No.
Pemerintahan Daerah, yang kemudian juga dicabut dan diganti dengan UU sejenis
masing.
Sejalan dengan tuntutan reformasi, pada tahun 1999, terjadi reformasi sistem
masyarakat pada berbagai wilayah untuk membentuk DOB banyak muncul seiring
lebih besar dalam pengelolaan sumber daya daerah yang tujuan akhirnya adalah
4
Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Dan pada tahun 2004, UU No. 22
Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah dicabut dan di gantikan dengan UU No.
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Dengan seiringnya waktu pada tahun
akhir-akhir ini merupakan suatu tema politik yang sangat marak dimasyarakat.
dengan cepat dalam kehidupan masyarakat. Harus kita akui, bahwa ramainya
sesungguhnya tidak terlepas dari keinginan kuat dari masyarakat lokal untuk
rakyat. Dan sejatinya pemekaran daerah atau wilayah ditunjukan dalam rangka
menyelesaikan ketertinggalan.
Selain dari pada itu pertimbangan lainnya pemekaran wilayah adalah aspek
5
Sirajuddin, dkk., (ed.) Hukum Administrasi Pemerintahan Daerah, (Malang: Setara Press,
2016), h. 200-202.
5
yang berupaya menguji tentang validitas teori antara accptability dan capability
dan yang lainnya telah diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah dan PP No. 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan,
Saketi, Cisata, Pagelaran, Patia, Sukaresmi, Labuan, Carita, Jiput, Cikedal, Menes,
6
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan..., h. 6.
7
http://pandeglangkab.bps.go.id/statictable/2015/05/26/12/jumlah-desa-kelurahan-rukun-
warga-dan-rukun-tetangga-menurut-kecamatan-di-kabupaten-pandeglang-2013.html.
6
Sumur.
membentuk daerah otonom terlepas dari Kabupaten Pandeglang sejak tahun 2003
daerah otonom, pada tahun 2005 dilakukan penelitian pendahuluan bekerja sama
8
https://biropemerintahan.bantenprov.go.id/calon-kabupaten-cibaliung
9
Dokumen Laporan Penelitian Pembentukan Kabupaten Cibaliung (pada bulan Juli 2005,
Pandeglang)
7
Otonomi Baru (DOB) . Selain itu untuk menguatkan hasil kajian, dilakukan
kependudukan, sosial budaya, ekonomi, politik, dan lain sebaginya oleh Tim
berlaku, mulai adanya aspirasi dari masyarakat ditandai dengan persetujuan dan
DPRD Provinsi Banten dan Gubernur Banten, hingga Keputusan DPD RI.
10
https://biropemerintahan.bantenprov.go.id/calon-kabupaten-cibaliung
8
Pembentukan suatu daerah baru harus sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ada, sehingga daerah yang merupakan calon pemekaran memang sudah pantas dan
melihat satu faktor dari sekian banyak persyaratan yang ada dan telah ditentukan.
bentuk menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB), maka penulis tertarik untuk meneliti
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
di Cibaliung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
baru di Cibaliung.
D. Manfaat Penelitian
Jika tujuan penelitian tersebut dapat dicapai, maka penelitian ini diharapkan
praktis, dalam proses pembentukan otonomi baru. Adapun manfaat yang ingin
perkembangan keilmuan.
pemekaran wilayah.
c. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada
Dalam penelitian ini dibutuhkan berbagai dukungan teori dari berbagai sumber
yang berkaitan dengan pembahasan ini. Adapun penelitian atau karya ilmiah yang
1. Skipsi yang ditulis oleh Iwan Riadi pada tahun 2018 tentang Tinjauan
Hukum Positif dan Fiqh Siyasah Tentang Upaya Pemekaran Wilayah (Studi
bisa dilihat dari konteks yang dibahas yaitu pemekaran wilayah atau daerah
11
skripsi ini terletak pada tinjauan fiqih siyasah dalam menganalisis upaya
2. Skripsi yang ditulis oleh Ilham Jamaluddin pada tahun 2014 tentang
konteks yang di bahas yaitu pemekaran wilayah atau daerah otonomi baru
F. Kerangka Pemikiran
daerah otonomi baru, baik daerah provinsi ataupun daerah kabupaten/kota yang
terpisah dari induknya akhir-akhir ini banyak muncul seiring dengan dinamika
daerah di dalam suatu negara yang memiliki kekuasaan otonom, atau kebebasan dari
dari induknya yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah.
Indonesia yang memakai sistem otonomi daerah dan asas desntralisasi yang
kepada daerah untuk menjadi urusan rumah tangga sendiri dengan meningkatkan
kepada daerah otonom untuk mengantur dan mengurusi urusan pemerintahan dalam
11
Agussalim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2007), h.108-109.
12
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan..., h. 7.
13
wilayah tertentu”. Menurut pasal 32 ayat (1) pembentukan daerah tersebut dapat
berupa:
b) Penggabungan Daerah.
dimaksud pada ayat (1) mencakup pembentukan daerah provinsi dan pembentukan
Dalam kaitannya dengan pemekaran daerah yang merupakan salah satu cara
daerah yang diusulkan langsung berstatus sebagai DOB definitif. Daerah yang
“daerah persiapan” selama 3 (tiga) tahun. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 33
ayat (2) yang menegaskan bahwa “Pemekaran daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui tahapan daerah persiapan provinsi atau daerah persiapan
kabupaten/kota”.13
ternyata tidak dipicu oleh faktor tunggal, tetapi terjadi akibat kombinasi keterkaitan
berbagai faktor yang bisa disebut faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor
pendukung tersebut diantaranya adalah terbukanya ruang yang cukup lebar bagi
pemekaran daerah melalui dua pintu yaitu usulan melalui pemerintah dan DPR.
Dalam pemekaran daerah harus sesuai dengan ketentuan pasal 33 ayat (3),
13
Sirajuddin, dkk., (ed.) Hukum Administrasi..., h. 212-213.
14
Kurdi Matin, Negara Pejabat..., h. 32.
15
(1) meliputi :
c) Batas wilayah;
d) Cakupan wilayah;
penduduk minimal harus dimiliki oleh daerah persiapan tidak boleh mengakibatkan
tidak terpenuhinya syarat minimal jumlah penduduk daerah induk”. Pada huruf e
dijelaskan bahwa “Batas usia minimal daerah provinsi dan kabupaten/kota dihitung
Pada pasal 34 ayat (3) disebutkan bahwa “Persyaratan dasar kapasitas daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah kemampuan daerah untuk
pada pasal 34 tersebut kemudian diatur lebih lanjut pada pasal 35 yang menentukan
sebagai berikut :
meliputi :
provinsi.
dan
f) Batas usia minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf e
meliputi :
17
Pasal 34 ayat (3), menurut Pasal 36 ayat (1) harus didasarkan pada parameter
sebagai berikut :
a. Geografi;
b. Demografi;
c. Keamanan;
e. Potensi ekonomi;
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) disusun dengan tata urutan (Penjelasan Pasal 37 :
yang dimaksud dengan “tata urutan” dalam ketentuan ini adalah pemenuhan
persyaratan secara berurutan, artinya persyaratan kedua dan berikutnya tidak dapat
15
Sirajuddin, dkk., (ed.) Hukum Administrasi..., h. 214-216.
18
provinsi induk.
daerah kabupaten/kota;
dibentuk.16
Itulah beberapa konsep yang penulis pakai dalam melihat rencana pembentukan
Pandeglang.
G. Metode Penelitian
dan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
16
Sirajuddin, dkk., (ed.) Hukum Administrasi..., h. 216-219.
19
hukum.17
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2007), h 19.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Al Fabeta, 2014),
h. 9.
20
menjadi kabupaten.
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
dalam lima Bab, diantara Bab yang satu dengan yang lain mempunyai keeratan dan
merupakan satu kesatuan. Adapun rangkaian dari Bab tersebut adalah sebagai
berikut:
Cibaliung, meliputi: Geogarfis dan Demografi, Luas dan Batas Wilayah Serta
21
Jumlah Penduduk, dan Cakupan Wilayah dan Batas Usia Daerah Persiapan
Pembentukan Kabupaten.
dan Otonomi Daerah di Indonesia, Dasar Hukum Pemekaran Wilayah dan Otonomi
serta Pembentukan Daerah Otonomi Baru Cibaliung Ditinjau Dari Aspek Yuridis
dan Sosiologis.
Bab Kelima, berisi penutup yang didalamnya terdapat Kesimpulan dan Saran.