Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEMINANGKABAUAN

PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PERUBAHAN SOSIAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah

Keminangkabauan

OLEH :

KIKI APRILIYANTI : 1117.017

NURI HIDAYATIKA : 1118.101

RAUDHATUL JANNAH : 1117.007

HKI A – VI

Dosen Pembimbing :

MUHAMMAD SALIM AKBAR, S.H., M.Kn

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BUKITTINGGI

2020 / 2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan struktur ekonomi dan
usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk atau
masyarakat, dalam hal ini masyarakat minangkabau. Pembangunan ekonomi dan
perubahan sosial yang diselenggarakan harus dilihat sebagai upaya terencana,
terprogram, sistematik dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan
mutu hidup seluruh warga masyarakat. Pada gilirannya pembangunan ekonomi yang
berhasil akan berakibat positif pada kehidupan masyarakat. Hal inilah yang akan
dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembangunan ekonomi masyarakat minangkabau?
2. Bagaimana perubahan sosial masyarakat minangkabau?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pembangunan ekonomi masyarakat minangkabau.
2. Untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat minangkabau.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembangunan Ekonomi
1. Asal Mula Dibangun Rumah Adat
Rumah gadang sebagai rumah adat merupakan perwujudan budaya
masyarakat Minangkabau. Rumah merepresentasikan dan mengkomunikasikan
identitas budaya penghuninya dengan dua cara melalui lambang-lambang yang
representatif dan melalui organisasi ruang rumah atau yang umum disebut
lingkungan binaan. Pengaruh antara lingkungan tempat tinggal dengan
kebudayaan juga berlaku pada masyarakat Minangkabau, diantaranya lingkungan
binaan rumah gadang sebagai rumah adat di Minangkabau. Untuk melihat
detailnya, Sudarsono (1995) memakai istilah sistem sosiokultural iaitu
sekumpulan orang yang menggunakan berbagai cara untuk beradaptasi dengan
lingkungan mereka yang berprilaku sesuai dengan norma-norma di dalam
lingkungan tersebut. Mereka menciptakan nilai yang memberi makna terhadap apa
yang mereka lakukan. Bila dihubung kaitkan dengan rumah gadang sebagai rumah
adat, jelas rumah gadang tidak hanya rumah hunian semata, melainkan sebagai
ceminan adat istiadat masyarakatnya. Dalam kehidupan masyarakat Minangkabau,
fikiran dan perasaan saling isi mengisi dalam setiap tindakan (ukua raso jo
pareso), sehingga antara logika dan estetika menyatu yang mereka aplikasikan
dalam senireka rumah gadang.
Keberadaan rumah gadang sebagai tempat tinggal telah mengalami proses
yang panjang, dari rumah sederhana berkembang menjadi rumah untuk tempat
tinggal. Hal ini berjalan seiring dengan perkembangan sosial budaya mereka.
Mereka membuat rumah yang layak dan pantas untuk ditempati dan sekaligus
rumah sebagai tempat mereka berkumpul antara sesama anggota kaum. Rumah
gadang juga merupakan identitas suatu suku yang dipimpinan oleh seorang
penghulu adat. Sebagai rumah adat, rumah gadang tidak hanya suatu kebanggaan
masyarakat nagari, karenanya mereka mengatakan rumah gadang adalah cahayo
nagari (cahaya nagari) atau hiasan nagari. Dt. Rajo Panghoeloe (1971)
menguraikan, yang termasuk ke dalam cahayo nagari iaitu, rumah gadang, rumah

3
adat beranjuang, lumbuang berpereng, rubuang berukir, emas perak, sawah
ladang, banda buatan, ternak dan tanaman. Hal ini dapat dimengarti karena
keagungan sebuah rumah gadang akan memberi semarak sebuah nagari. Sebagai
cahayo nagari rumah gadang dibangun sesuai dengan tradisi dan kepercayaan
masyarakatnya, misalnya tanah yang digunakan untuk perumahan dan arah
berdirinya rumah gadang. Tata letak dalam membangun rumah gadang
disesuaikan dengan kepercayaan dan kebiasan yang berlaku. Bahagian rumah
sebelah timur dinamakan pangkal rumah dan yang sebelah barat dinamakan ujung
rumah. Pintu dan jendela-jendela menghadap ke utara dan arah selatan selalu
dibelakangi. Rumah sebagai lambang adalah aplikasi nilai-nilai yang diwujudkan
sebagai lambang budaya. Bila dilihat dari konsep penataan ruang pada rumah
gadang, sangat erat hubungannya dengan fungsi gunaan dari rumah itu sendiri
yang lazimnya digunakan sebagai tempat tinggal, tempat melaksanakan berbagai
upacara adat. Ukuran rumah gadang diukur menurut jumlah ruang, pada umumnya
jumlah ruang sebuah rumah gadang yang paling kecil adalah lima ruang, dan yang
paling besar sembilan ruang walaupun ada rumah gadang yang melebihi dari
sembilan ruang, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Ada rumah adat yang terdiri dari
17 ruang namanya bukan rumah gadang lagi, tetapi istana separti istana Raja
Alam, Istana Raja Adat, Istana Raja Ibadat. Untuk melihat tata ruang rumah
gadang, terlebih dahulu dilihat reka arsitektur rumah gadang. Arsitektur rumah
gadang asal mulanya dua macam, iaitu reka rumah gadang Koto Piliang dan reka
rumah gadang Bodi Caniago. Perkembangan pada berbagai luhak dan nagari
melahirkan bentuk rumah gadang antar lain, reka Rajo Babandiang, reka Gajah
Maharam, reka rumah gadang Sarambi Papek dan reka rumah gadang Bapaserak,
hal yang sama diuraikan oleh Dr Alis Dt Suri Dirajo2, bahwa reka rumah gadang
Gajah Maharam, Rajo Babandiang dan tipe Bapaserak tidak mempunyai
perbezaan bentuk, akan tetapi memiliki perbezaan jumlah tiang. Reka Gajah
Maharam terlihat gemuk separti bentuk gajah, sedangkan tipe Rajo Babandiang
bentuknya ramping.
Dengan demikian rumah gadang bukanlah tempat tinggal semata
melainkan rumah gadang sebagai benda budaya yang merupakan lambang yang
mengandung makna nilai-nilai dan falsafah adat yang diaplikasikan oleh
masyarakatnya melalui susunan reka bentuk maupun rekahiasnya. Lambang-
lambang yang ada dalam rumah gadang banyak dipengaruhi oleh jenis dari rumah

4
gadang itu sendiri, yang pada dasarnya memiliki dua jenis sesuai dengan kelarasan
yang mereka anut, iaitu jenis rumah gadang Koto Piliang dan jenis rumah gadang
Bodi Caniago. Desain rumah gadang Koto Piliang memiliki anjuang pada ujung
kiri dan kanan dan lantainya bartingkat-tingkat, sedangkan rumah gadang Bodi
Caniago tidak beranjuang pada kedua ujungnya dan lantainya datar.1

2. Pembangunan Pasa Serikat Yang Menjadi Milik Tiap-Tiap Nagari


Pasar merupakan tempat terjadinya interaksi antara individu dengan
individu lain dalam melakukan tawar menawar barang dan juga merupakan tempat
kegiatan ekonomi untuk melihat hubungan masyarakat dengan aktivitas ekonomi,
selain itu tempat terjadinya kontak sosial, budaya, fisik, maupun tingkah laku
individu-individu yang ada di pasar. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan
sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Sebuah pasar tidak hanya
diramaikan oleh penduduk dari daerah yang bersangkutan, tetapi juga dikunjungi
oleh penduduk dari daerah lain.
Pasar sebagai salah satu kegiatan ekonomi merupakan sarana untuk
melihat hubungan masyarakat dengan aktivitas ekonomi.Di pasar para pedagang
dan pembeli bertemu untuk saling menawarkan hasil perdagangan.Keinginan
pembeli untuk mendapatkan barang dan jasa, serta keinginan pedagang untuk
memperoleh untungsehingga ditemukan hampir di setiap daerah Minangkabau
terdapat pasar, mulai dari yang tradisional sampai pasar modern.2 Pasar
Tradisional dicirikan dengan terdapatnya hubungan antara pedagang dan pembeli
secara langsung.Hubungan pedagang dan pembeli terjadi secara spontan.Tawar
menawar secara terang-terangan dan dengan transaksi yang jelas, ciri ini terdapat
pada pasar nagari yang dimiliki oleh nagari-nagari di Sumatra Barat, sebagai
kesatuan wilayah hukum adat ditandai dengan adanya nagari sebagai wilayah
otonom mempunyai harta kekayaan.
Pada abad ke-19 sudah banyak daerah di Minangkabau yang memiliki
pasar. Tahun 1825 diperkirakan ada 29 pasar di daerah Tanah Datar dan
sekitarnya. Daerah Agam memiliki 15 pasar, dan Limapuluh Kota ada 14 pasar
utama, termasuk pasar yang sangat besar di Payakumbuh. Sebagian dari pasar-
pasar di Minangkabau pada abad ini adalah pasar sarikat. Pasar Serikat adalah

1
Agusti Efi Marthala, Rumah Gadang, Bandung: Humaniora, 2013
2
Clifford Geertz, Penjaja dan Raja, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992, h. 31

5
pasar yang didirikan oleh beberapa nagari, kemudian pengelolaan pasar tersebut
berdasarkan atas kebijakan dari nagari-nagari pendiri pasar. Pasar nagari terbagi
menjadi dua jenis, yaitu pasar nagari yang dimiliki oleh nagari itu sendiri atau satu
nagari dan pasar yang dimilki oleh beberapa nagari yang disebut juga dengan
Pasar Sarikat.3

3. Pembangunan Dibidang Teknologi Dan Ekonomi Rakyat


Era globalisasi dapat menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat
yang lebih modern. Akibatnya masyarakat cenderung untuk memilih kebudayaan
baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Salah satu
faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan di masa sekarang adalah
kurangnya generasi penerus yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisi
kebudayaannya sendiri. Secara bahasa arti Globalisasi adalah Suatu proses yang
mendunia, suatu proses yang membuat manusia saling terbuka dan bergantung
satu sama lainnya tanpa batas waktu dan jarak. Di era globalisasi yang didukung
perkembangan teknologi, alat transportasi dan ilmu pengetahuan seseorang di
suatu wilayah dapat mengetahui segala jenis informasi yang tersebar di dunia luar
dengan cepat dan mudah. Globalisasi dimaknai sebagai dunia satu atap atau dunia
batas.
Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau dan
berkembang di seluruh kawasan berikut daerah perantauan Minangkabau. Budaya
ini merupakan salah satu dari dua kebudayaan besar di Nusantara yang sangat
menonjol dan berpengaruh. Bendi adalah kendaraan tradisional yang banyak
digunakan pada masa lampau, dengan kuda sebagai penarik utamanya. Di jaman
sekarang kendaraan serupa bisa ditemukan pada delman yang biasa digunakan di
beberapa tempat di Minangkabau. Kusir, atau pengemudi Bendi ini akan
mengantarkan para pengunjung yang ingin berkeliling kota yang ada di
Minangkabau dan menikmatinya keindahan kota dengan santai. Bendi pernah
menjadi transportasi primadona di Minangkabau. Pada masa Kolonial Belanda,
bendi sering digunakan oleh saudagar kaya, para penghulu, ataupun petinggi
pangrehpraja, seperti controleur, demang, asisten demang, dan lain sebagainya.

3
Nining Sri Ayu, “Pasar Sarikat Alahan Panjang dan Eksistensi Pedagang Babelok1979-2005”,
Padang: Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas, 2007, h. 6-7

6
Pola hidup masyarakat masa kini dengan masa dahulu sangatlah berbeda
hal ini juga dampak arus globalisasi sehingga perlu penanganan yang lebih baik.
Dampak lain dari globalisasi yaitu berkembangnya teknologi-teknologi canggih
yang sangat membantu manusia namun juga dapat merusak mental dan moral
generasi muda. Sebagai contoh pada masyarakat Minangkabau dulunya
menggunakan kendaraan bendi untuk berpergian ke luar. Dulu bendi sangatlah
gampang dan mudah untuk ditemui, tetapi sekarang semua itu sulit untuk kita
temui. Sekarang bendi hanya berada di tempat-tempat tertentu seperti di pasar-
pasar. Semenjak adanya gojek atau kendaraan lain posisi bendi pun semakin
menurun kebelakang. Karena zaman sekarang hidup sangat mudah, untuk
berpergian kemana saja bisa memakai hp yang di mana dapat meminta orang
untuk mengantar kita kemana pun yaitu dengan menggunakan app gojek.
Kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain tidak
dapat dipisahkan. Di samping itu, Minangkabau merupakan kaya akan berbagai
macam budaya sosial masyarakat yang unik dan indah serta sangat cocok bagi
orang luar yang ingin melihat pesona sosial budaya Minangkabau. Kesadaran
masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini terbilang masih sangat
minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai
dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti bahwa tidak boleh
mengadopsi budaya asing, namun banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa.
Berbagai cara dapat dilakukan dalam melestarikan budaya, namun yang
paling penting yang harus pertama dimiliki adalah menumbuhkan kesadaran serta
rasa memiliki akan budaya tersebut, sehingga dengan rasa memiliki serta
mencintai budaya sendiri, orang akan termotivasi untuk mempelajarinya sehingga
budaya akan tetap ada karena pewaris kebudayaannya akan tetap terus ada. Ada
berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya Minangkabau
diantaranya: Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri
daerah, ikut melestarikan budaya dengan cara berpartisipasi dalam pelestarian dan
pelaksanaannya, mempelajarinya dan ikut mensosialisasikan kepada orang lain
sehingga mereka tertarik untuk ikut menjaga atau melestarikannya bahkan
mempertahankannya.4

4
https://langgam.id/akulturasi-masyarakat-minangkabau-di-tengah-derasnya-arus-globalisasi

7
Ranah Minang, secara geografis berada di koordinat 0°U-102° LS, 98°-
102° BT dengan luas daerah sebesar 42.297,30 km². Menjadikan daerah ini
sebagai daerah yang strategis dalam perekonomian di Sumatra dan Indonesia. Di
samping itu, Minangkabau juga menyimpan banyak kekayaan yang belum
terkelola dengan baik. Sehingga, membutuhkan orang atau kelompok yang
tangguh dan kreatif untuk menggali potensi tersebut. Walaupun secara bertahap,
pembangunan di semua bidang kehidupan masyarakat sudah berjalan dengan baik.
Ke depan terobosan baru harus bisa dilakukan pemerintah dengan menyiapkan
tatanan kehidupan masyarakat yang berdaya saing, serta berkualitas tinggi.
Langkah-langkahnya adalah, Pertama, memiliki keilmuan, merupakan syarat
mutlak yang tidak bisa ditawar. Karena, memiliki ilmu banyak, seseorang
berpotensi berhasil dan sukses jadi pengusaha. Ini semua hasil dari keseriusannya
mengeluti suatu bidang ilmu. Sehingga, semua itu dimulai dengan sebuah
keyakinan bahwa ilmu menjadi syarat utama untuk membangun masyarakat
Minangkabau berhasil.Kedua, produk kreatif. Dengan berkembangnya teknologi
dan berubahnya keinginan masyarakat terhadap produk-produk yang ada di
masyarakat, serta adanya persaingan produk dalam negeri dengan produk luar
negeri menyebabkan pekerja industri lokal yang bergerak di bidang usaha
masyarakat kreatif (UMK) harus pintar dan cerdas untuk mencari inovasi-inovasi
agar produk yang dibuat dan ditawarkan akan selalu menjadi produk unggulan.
Para pekerja industri/UMK tidak boleh mengurangi kualitas produk dan harus
berpikir bagaimana mengembangkan produk, sehingga diminati oleh konsumen.
Selain kreativitas dalam mencari inovasi-inovasi untuk sebuah produk seharusnya
pekerja industri/UMK melakukan pengevaluasian terhadap produk-produk yang
sudah beredar selama ini. Hal ini bertujuan untuk melakukan improvisasi dalam
membuat dan memasarkan sebuah produk tanpa ditinggalkan produk luar. Ketiga,
mentalitas muat. Bumi Andalas (Sumatra) yang berada di daerah bukit barisan,
membentuk mentalitas masyarakat Minang tidak kenal menyerah dan tangguh
dalam mengejar tujuan. Adanya ujian berupa gempa bumi dan bencana alam
lainnya, menjadikan mentalitas masyarakat Sumatera Barat semakin menjadi kuat
dan tangguh.
Dengan tiga karakter di atas, maka ke depan kita sudah bisa membangun
sebuah kawasan yang kuat secara ekonomi. Di samping itu, semua elemen
masyarakat dilibatkan dan diberdayakan, terutama tokoh-tokoh masyarakat

8
Sumbar yang sudah menjadi pengusaha sukses, pejabat negara dan duduk sebagai
elit pemerintahaan di tingkat pusat. Sebuah penghargaan juga bagi mereka,
apabila dilibatkan dalam pembangunan ekonomi tersebut.
Sehingga, ke depan sangat memudahkan orang Minang untuk membuka
hubungan dengan instansi, baik di dalam negeri (national) maupun di luar negeri
(internasional). Masyarakat yang ada di Minang sangat penting menjaga hubungan
(networking) tersebut untuk membangun masyarakat Minang yang kuat secara
ekonomi dan harus dimanfaatkan sebagai sebuah akses untuk kepentingan
masyarakat Sumbar secara keseluruhan. Maka, akses networking yang sudah
dibuka, harus dikelola dengan baik. Sehingga, bisa membangun tatanan ekonomi
Minangkabau untuk kesejahteraan masyarakat di Sumbar. Selain itu, Pemprov
Sumbar harus bisa mendatangkan dan menyakinkan investor untuk menanam
investasinya. Dengan adanya investasi di semua sektor, ekonomi masyarakat akan
berjalan. Terutama sumber daya alam (SDA) yang belum dieksplorasi atau yang
belum dikembangkan menjadi produk kreatif. Sebuah kata yang mutlak
disampaikan bahwa pemprov harus bekerjakeras untuk mendapatkan investasi dan
mengelola sumber daya alam (SDA) untuk kepentingan masyarakat.
Pengembangan usaha ekonomi masyarakat yang perlu dilakukan adalah,
memberdayakan dan membangun sektor-sektor ekonomi masyarakat yang sudah
membudaya dan mengakar di tengah mereka. Sehingga, sektor ekonomi
memberikan nilai yang lebih tinggi. Hal itu semua sesuai dengan kondisi alam
Minangkabau yang ada. Misal, pertama, di bidang pertanian, saatnya sektor
pertanian harus menciptakan hasil produk pertanian yang bernilai tambah tinggi.
Seperti pertanian organik, produk jual hasil pertanian terlebih dahulu diolah, saat
ini para petani menjual beras ke luar Minang dengan karung tidak bermerek, maka
ke depan dijual beras dengan bentuk plastik kiloan yang dikasih merek khusus,
atau dijual dalam bentuk tepung beras. Selanjutnya, memulai mengefektifkan
pengunaan lahan pertanian dengan bermacam-macam tanaman serta dipadu
dengan perikanan air tawar. Sehingga, satu hectare sawah tidak hanya
menghasilkan satu produk tapi juga menghasilkan produk tanaman lain. Kedua,
menghidupkan sektor prawisata, seni dan budaya. Karena, pada zaman keemasan
Orde Baru pariwisata Ranah Minang sangat dikenal, baik wisata alam
pegunangan, wisata danau, wisata sunga, pantai dan begitu juga keseniannya.
Mari kembali menghidupkan danau yang sekarang beralihfungsi menjadi tambak.

9
Kembali dijadikan objek wista yang menyenangkan. Taman budaya, kembali
difungsikan lagi sebagai pusat kegiatan seni dan budaya. Saatnya, tokoh
budayawan diberdayakan untuk melaksanakan acara seni budaya secara nasional
maupun internasional. Sehingga, turis berdatangan ke Ranah Minang. Belum lagi
potensi pantai, laut yang bisa dikembangkan menjadi tempat wisata bahari.
Ketiga, menjadikan Minangkabau daerah pendidikan. Sehingga, daerah ini
menjadi tempat khusus bagi orang-orang luar negeri untuk belajar dan
mempedalam ilmu pengetahuan, seperti kampus IAIN Bukittinggi, UNP dan
kampus-kampus lainya dimodivikasi menjadi kampus yang terpopuler dan paling
diminati untuk belajar bagi masyarakat luar Sumbar. Sebuah keyakinan, kalau
daerah Minangkabau dijadikan daerah pendidikan banyak orang yang akan belajar
ke sini. Dari tiga pokok pemikiran di atas, apabila direaliasaikan dan ditata dengan
baik, maka Ranah Minang akan mampu membangun peradaban ekonominya
sendiri.5

B. Perubahan Sosial
1. Bidang Kultur Budaya
Istilah kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah culture dari bahasa
Inggris. Kata culture berasa dari bahasa latin colore yang berarti mengolah,
mengerjakan, menunjuk pada pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan
tanaman dan ternak. Upaya untuk mengola dan mengembangkan tanaman dan
tanah inilah yang selanjutnya dipahami sebagai culture. Kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Manusia dan
kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan kemampuan
akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan
moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai
budaya, khususnya nilai etika dan moral akan disebut sebagai manusia yang
berbudaya.6 Perkembangan manusia tidak dapat lepas dari nilai nilai budaya yang
berlaku. Kebudayaan dan masyarakatnya memiliki kekuatan yang mampu
mengontrol, membentuk dan mencetak individu. Maka perkembangan dan
5
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/wempi/menata-ekonomi-ranah-minang
6
Nyoman Kutha Ratna, Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), h. 5

10
perilaku individu sangat mungkin dipengaruhi oleh kebudayaan, dengan kata lain
untuk membentuk karakter manusia paling tepat menggunakan pendekatan
budaya.
Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang
tumbuh dan besar karena sistem monarki, serta menganut sistem adat yang khas,
yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau
matrilineal, walaupun budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam,
sedangkan Thomas Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman
Minangkabau tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa
Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian
penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur.7 Adat bagi masyarakat
Minangkabau adalah kebudayaan secara utuh yang apat berubah, namun ada adat
yang tidak dapat berubah, seperti ungkapan Minangkabau: Kain dipakai usang,
daik dipakai baru (kain dipakai usang, adat dipakai baru). Maksudnya,
sebagaimana pakaian apabila dipakai terus akan usang, sedangkan adat yang
dipakai terus-menerus senantiasa awet. Oleh sebab itu, adat tersebut menjadi
empat, yakni sebagai berikut:
a. Adat Nan Sabana Adat
Adat nan sabana adat merupakan sebuah ketentuan yang diterima dari Nabi
Muhammad SAW yang berdasarkan Qur‘an dan Hadis yang berlaku secara
universal, adat yang tidak lekang oleh panas, dan tidak lapuk karena hujan
(adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah). Adat nan sabana adat
merupakan adat yang asli, yang tidak berubah, yang tidak lapuk oleh hujan dan
tidak lekang oleh panas. Adat nan sabana adat ini juga merupakan adat yang
tetap, kekal, tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu atau keadaan. Sebab itu
dikiaskan dengan Indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan. Jika
dipaksa dengan keras mengubahnya, dicabuik indak mati, diasak indak layua
(dicabut tidak mati, dipindahkan tidak layu). Adat yang lazim diungkapkan
dalam pepatah ini, seperti hukum alam yang merupakan falsafah hidup
mereka.
b. Adat Istiadat

7
Alif Rahmadanil, Penciptaan Skenario Film UDA Terinspirasi dari Tradisi Merantau dalam Budaya
Minangkabau, Skripsi, Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Teater Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, h 24

11
Adat istiadat adalah suatu kebiasaan yang berlaku di tengah masyarakat umum
atau setempat, seperti acara yang bersifat seremoni atau tingkah laku pergaulan
yang bila dilakukan akan dianggap baik dan bila tidak dilakukan tidak apa-apa.
Adat ini dalam mamangan (ungkapan dalam masyarakat Minangkabau)
diibaratkan seperti: batang sayua nan gadang dek diambak, tinggi dek anjuang
(besar karena dilambung, tinggi karena dianjung), yang artinya adat itu akan
dapat tumbuh hanya karena dirawat dengan baik.

c. Adat Nan Diadatkan


Adat nan diadatkan dikatakan apa yang dinamakan sebagai undangundang dan
hukum yang berlaku. Terhadap adat ini berlaku apa yang diungkapkan Jikok
dicabuik mati, jikok diasak layua (jika dicabut (ia) mati, jika dipindahkan (ia)
layu), seperti pohon yang telah hidup berakar, yang dapat tumbuh selama tidak
ada tangan yang mengganggu hidupnya. Hakikat dalam adat nan diadatkan ini
menjadi sebuah pegangan yang tak pernah bergeser dari dahulu hingga
sekarang yang tergambar dalam falsafah adat Minangkabau.
Bulek aia ka pambuluah
Bulek kato dek mufakat
Bulek dapek digolongkan
Picak dapek dilayangkan

d. Adat Nan Teradat


Adat nan teradat ialah peraturan yang dilahirkan oleh mufakat atau konsensus
masyarakat yang memakainya, seperti dimaksud mamangan.Patah tumbuah,
hilang baganti (patah tumbuh, hilang berganti). Ibarat pohon yang patah
karena bencana, maka ia akan dapat tumbuh lagi pada bekas patahannya.
Kalau ia hilang, ia diganti pohon lain pada bekas tempatnya hilang karena
pohon itu perlu ada untuk keperluan hidup manusia. Ketentuan yang berlaku
dalam adat nan teradat berdasarkan hasil keputusan bersama ataupun
keputusan niniak mamak dalam sebuah nagari.

2. Strata Golongan Tingkatan Orang Minang

12
Sistem strata yang diterapkan dalam suku Minangkabau merupakan hal
penting yang menjadi acuan untuk penggolongan masyarakat serta pengatur
jalannya sebuah pernikahan. Adapun strata masyarakat di suku Minangkabau:
a. Kamanakan Tali pariuk yang merupakan golongan bangsawan dan bergelar
bangsawan, serta dianggap mempunyai keturunan langsung dari urang asa.
b. Kamanakan Tali Budi merupakan golongan perantau atau pendatang yang
mempunyai kekayaan dan kesuksesan yang setara dengan suku Minang.
c. Kamanakan Tali Ameh merupakan golongan pendatang yang merupakan
orang biasa
d. Kamanakan Bawah Lutuik merupakan rakyat jelata yang menghamba pada
urang asa.
Selain strata diatas, terdapat pula 3 golongan dalam suku Minangkabau yang
dibagi menjadi golongan bangsawan, golongan biasa dan golongan rendah.8

3. Dalam Mambangkik Batang Tarandam


Mengingat besarnya peranan para generasi emas kita terdahulu baik itu
Buya HAMKA, Drs. Moh. Hatta, Muh. Yamin dalam pergerakan bangsa ini sudah
saatnya muncul HAMKA-HAMKA baru, Hatta-Hatta baru, Yamin_Yamin baru
sebagai estafet dari generasi emas tersebut. Meskipun kita sudah merdeka, bukan
berarti perjuangan telah selesai. Masih banyak tugas terbengkalai yang harus
diselesaikan. Mari kita bersama-sama Mambangkik Batang Tarandam. Mari kita
hidupkan kembali filosofi sekaligus pandangan hidup Adat Basandi Syarak-
Syarak Basandi Kitabullah dalam kehidupan kita.
      
          
        
   
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS. An-Nisa’ : 59)

8
https://www.google.com/amp/s/ilmugeografi.com/ilmu-sosial/ciri-khas-suku-bangsa-minangkabau

13
Hanya dengan demikianlah, kita akan mampu menghasilkan manusia dan
masyarakat Minangkabau yang unggul dan tercerahkan yang berintikan para ulul
albab sebagai tokoh dan pimpinan masyarakat. Yaitu generasi muda yang selalu
berpikir dan menggunakan akal dalam melihat tanda-tanda kebesaran-Nya.
َ َ‫ح ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ أَ َّن َرسُوْ َل هللاِ ص م ق‬
‫ ( َسيَلِي ُك ْم‬: ‫ال‬ ٍ ِ‫صال‬َ ‫ ِه َشا ُم بْنُ عُرْ َوةَ ع َْن أَبِي‬m‫َو َر َوى‬
َ َ‫ فِي ُكلِّ َما َواف‬m‫ لَهُ ْم َوأَ ِط ْيعُوا‬m‫ فَا ْس َمعُوا‬،‫اج ُر بِفُجُوْ ِر ِه‬
‫ق‬ ِ َ‫ َويَلِي ُك ْم ْالف‬،‫بَ ْع ِدي ُواَل ةٌ فَيَلِي ُك ْم ْالبَرُّ بِبِ ِّر ِه‬
‫ َوإِ ْن أَ َسا ُءوا فَلَ ُك ْم َو َعلَ ْي ِه ْم‬،‫ فَإِ ْن أَحْ َسنُوا فَلَ ُك ْم َولَهُ ْم‬،‫ق‬
َّ ‫ْال َح‬
“Sepeninggalku nanti ada pemimpin-pemimpin yang akan memimpin kalian,
pemimpin yang baik akan memimpin dengan kebaikannya dan pemimpin yang
fajir akan memimpin kalian dengan kefajirannya. Maka dengarlah dan taatilah
mereka pada perkara-perkara yang sesuai dengan kebenaran saja. Apabila
mereka berbuat baik maka kebaikannya adalah bagimu dan untuk mereka, jika
mereka berbuat buruk maka bagimu (untuk tetap berbuat baik) dan bagi mereka
(keburukan mereka)”. (HR Bukhari Muslim)

Manusia seperti itulah barangkali yang dimaksudkan oleh Kato Pusako


“Nan Pandai Manapiak Mato Padang, Nan Indak Takuik Manantang Matoari, Nan
Dapek Malawan Dunia Urang, Sarato Di Akhiraik Beko Masuak Sarugo“.9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rumah gadang bukanlah tempat tinggal semata melainkan rumah gadang
sebagai benda budaya yang merupakan lambang yang mengandung makna n Sistem

9
https://mersi.wordpress.com/2008/08/14/mambangkik-batang-tarandam

14
strata yang diterapkan dalam suku Minangkabau merupakan hal penting yang menjadi
acuan untuk penggolongan masyarakat serta pengatur jalannya sebuah pernikahan.
ilai-nilai dan falsafah adat yang diaplikasikan oleh masyarakatnya melalui susunan
reka bentuk maupun rekahiasnya. Lambang-lambang yang ada dalam rumah gadang
banyak dipengaruhi oleh jenis dari rumah gadang itu sendiri, yang pada dasarnya
memiliki dua jenis sesuai dengan kelarasan yang mereka anut, iaitu jenis rumah
gadang Koto Piliang dan jenis rumah gadang Bodi Caniago. Desain rumah gadang
Koto Piliang memiliki anjuang pada ujung kiri dan kanan dan lantainya bartingkat-
tingkat, sedangkan rumah gadang Bodi Caniago tidak beranjuang pada kedua
ujungnya dan lantainya datar.
Pasar Serikat adalah pasar yang didirikan oleh beberapa nagari, kemudian
pengelolaan pasar tersebut berdasarkan atas kebijakan dari nagari-nagari pendiri
pasar. Pasar nagari terbagi menjadi dua jenis, yaitu pasar nagari yang dimiliki oleh
nagari itu sendiri atau satu nagari dan pasar yang dimilki oleh beberapa nagari yang
disebut juga dengan Pasar Sarikat.
Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang
tumbuh dan besar karena sistem monarki, serta menganut sistem adat yang khas, yang
dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal,
walaupun budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam. Sistem strata
yang diterapkan dalam suku Minangkabau merupakan hal penting yang menjadi
acuan untuk penggolongan masyarakat serta pengatur jalannya sebuah pernikahan.

DAFTAR PUSTAKA

Alif Rahmadanil, Penciptaan Skenario Film UDA Terinspirasi dari Tradisi Merantau dalam
Budaya Minangkabau, Skripsi, Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Teater Fakultas
Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Geertz, Clifford. 1992. Penjaja dan Raja. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

15
https://langgam.id/akulturasi-masyarakat-minangkabau-di-tengah-derasnya-arus-globalisasi
https://mersi.wordpress.com/2008/08/14/mambangkik-batang-tarandam
https://www.google.com/amp/s/ilmugeografi.com/ilmu-sosial/ciri-khas-suku-bangsa-
minangkabau
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/wempi/menata-ekonomi-
ranah-minang
Marthala, Agusti Efi. 2013. Rumah Gadang. Bandung: Humaniora.
Nining Sri Ayu, “Pasar Sarikat Alahan Panjang dan Eksistensi Pedagang Babelok1979-2005”,
Padang: Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas, 2007.
Nyoman Kutha Ratna, Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005)

16

Anda mungkin juga menyukai