EG A
T A Y I A
RA D ES
T U
S EB ON
K D
IN
Mukadimah.........................................................................................
I
ndonesia adalah negeri dengan masyarakat majemuk yang dibentuk oleh perjalanan sejarah
yang panjang. Keragaman adalah kenyataan bagi masyarakat yang hidup di belasan ribu pulau
dan terdiri atas lebih dari seribu kelompok etnik yang berbicara dalam ratusan bahasa. Sikap
dasar para pendiri republik terhadap keragaman ini tertuang jelas dalam pasal 32 ayat 1 UUD
1945 yang berbunyi “negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya.” Merawat keragaman dengan memajukan kebudayaan.
Amanat UUD 1945 ini perlu dijabarkan lebih lanjut dalam langkah-langkah yang harus
diambil penyelenggara negara. Tiap zaman memiliki tantangan yang berbeda sehingga
langkah-langkah tersebut juga akan mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan
zaman. Dari sinilah muncul kebutuhan untuk merumuskan Strategi Kebudayaan yang berlaku
selama 20 tahun dan dapat diperbarui setiap lima tahun oleh penyelenggara negara. Strategi
Kebudayaan ini berfungsi sebagai pedoman dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan
di bidang kebudayaan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Strategi Kebudayaan adalah dokumen untuk masa depan karena menetapkan arah
untuk 20 tahun ke depan. Tapi setiap masa depan memiliki masa lalu dan karena itu Strategi
Kebudayaan pun mesti bertolak dari pemahaman yang utuh mengenai masa lalu dan masa
kini.
Selama ribuan tahun Nusantara menjadi rumah bagi berbagai komunitas masyarakat.
Mereka membentuk satuan-satuan yang hidup berpindah dari waktu ke waktu. Sebagian
dari mereka kemudian memilih menetap dan menjadi komunitas yang lebih besar. Mereka
membentuk satuan-satuan baru berdasarkan kesamaan etnik dan bahasa lalu membentuk
sistem pemerintahan. Sejarah mencatat sejumlah kerajaan besar di Nusantara seperti
Sriwijaya dan Majapahit yang memiliki pengaruh sampai ke Semenanjung Melayu. Tapi
mayoritas penghuni Nusantara tetap hidup dalam komunitas yang lebih kecil yang tidak berada
di bawah kekuasaan kerajaan atau sistem pemerintahan besar tertentu. Sebagian lain memilih
laut sebagai rumah mereka dan hidup berkelana menembus batas kultural dan administratif
sampai hari ini.
Selama ribuan tahun itulah interaksi antarbudaya terjadi di berbagai tingkat, baik antar
satuan yang lebih kecil, antara satuan yang lebih kecil dengan kerajaan yang lebih besar, dan
antar kerajaan yang lebih besar. Interaksi yang sangat dinamis ini membentuk kebudayaan
yang sangat dinamis pula. Kebudayaan Indonesia tidak dapat direduksi ke dalam bentuk
yang tunggal. Keragaman itulah esensi dari kebudayaan Nusantara yang juga membuat
Indonesia masa kini berbeda dari banyak bangsa lain di dunia. Kalau pun ada yang dapat
dianggap sebagai karakter dasar masyarakat Nusantara maka itu adalah kecerdasan dan
kreativitas dalam menghadapi perbedaan yang terbentuk oleh sejarah ribuan tahun yang
sangat kompleks. Dengan bekal kecerdasan dan kreativitas setempat atau local genius inilah
masyarakat Nusantara menghadapi pengaruh peradaban besar dan kecil.
Perkembangan itu berubah dengan adanya disrupsi kolonial sejak abad ketujuhbelas.
Kekalahan demi kekalahan yang dialami para penguasa Nusantara berdampak sangat besar
terhadap kebudayaan Nusantara yang dinamis. Kerajaan bukan hanya pusat pemerintahan
tapi juga menjadi pusat kebudayaan yang menyimpan khazanah pengetahuan dan praktek
yang berkembang di wilayah kerajaan tersebut. Jatuhnya kerajaan biasanya disertai dengan
perampasan terhadap benda budaya yang sangat penting bagi masyarakat setempat.
Kekuasaan kolonial yang makin meluas sepanjang abad kesembilanbelas dengan demikian
menciptakan masyarakat tanpa sejarah dan tanpa kebudayaan yang utuh.
Kekuasaan kolonial juga menjalankan segregasi antar kelompok di Nusantara dengan
mengutamakan yang satu dan melemahkan yang lain. Segregasi ini tercermin dalam pembagian
masyarakat tanah jajahan ke dalam kategori rasial, dengan orang Eropa di pucuk tertinggi,
“Indonesia Bahagia”
Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 kemudian menjabarkan misi untuk mencapai
visi tersebut, yakni “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta turut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.”
Strategi Kebudayaan yang senantiasa berubah terus mengikuti perubahan zaman
tetap berpijak pada visi dan misi ini. Perubahan terjadi pada konteksnya sehingga pertanyaan
penting di sini bukan apakah visi dan misi yang tercantum dalam UUD 1945 masih relevan
atau tidak tapi bagaimana kita bisa melaksanakan misi untuk mencapai visi besar itu di abad
ke-21? Dan di mana tempat kebudayaan dalam kerangka tersebut?
Selama bertahun-tahun kita menjawab pertanyaan besar itu dengan rangkaian langkah
yang sporadis dan belum ditata dengan baik sehingga tidak membawa hasil yang diharapkan.
Tidak adanya landasan hukum yang solid merupakan salah satu penyebab utama lemahnya
strategi kebudayaan kita. UU No. 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, Serta Lagu Kebangsaan, UU No. 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman, dan UU No. 11
Tahun 2010 Tentang Pelestarian Cagar Budaya mengatur berbagai aspek kebudayaan tapi
belum memberikan landasan yang solid bagi pelaksanaan amanat pasal 32 ayat 1 UUD 1945
untuk memajukan kebudayaan.
Baru pada 24 Mei 2017 pemerintah mensahkan UU No. 5 Tahun 2017 Tentang
Pemajuan Kebudayaan. Pasal 1 UU tersebut merumuskan Pemajuan Kebudayaan sebagai
“upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban
dunia melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.” UU
No. 5 Tahun 2017 memperkuat jalan kebudayaan untuk mencapai visi dan misi kita sebagai
bangsa.
Apabila negara-negara lain berfokus membuat hidup lebih mudah dan mendapat lebih
banyak, Indonesia berfokus untuk meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan rakyatnya.
Segenap visi dan misi yang menjadi arah dan tujuan adanya bangsa Indonesia telah tersarikan
dalam sebuah doa yang tertuang dalam stanza kedua lagu kebangsaan Indonesia Raya:
“Marilah kita mendoa Indonesia bahagia”. Itulah tujuan dari kemerdekaan: mewujudnyatakan
kebahagiaan segenap rakyat Indonesia. Inilah puncak pengejawantahan dari pelindungan
segenap bangsa dan tumpah darah, pemajuan kesejahteraan umum, pencerdasan kehidupan
bangsa dan pelaksanaan ketertiban dunia. Semua misi suci kebangsaan itu bermuara pada
samudranya Indonesia bahagia. Untuk mencapai tujuan inilah pula strategi kebudayaan ini
disusun.
2 Kab. Ponoro- Pelindungan Menguatnya stigma negatif Menghidupkan narasi positif Mengarah pada
go masyarakat pada pelaku OPK di masyarakat tentang pelaku pembentukan
terkait Reyog akibat prasang- OPK terkait Reyog melalui dan mekanisme dialog
ka berbasis norma-norma kepercayaan serta memba- bersama lintas
agama dan kurangnya bahan ngun sentra produksi bahan agama untuk
baku terkait Reyog baku terkait Reyog menyamakan
persepsi tentang
pelestarian OPK
terkait Reyog dan
pembangunan
penangkaran mer-
ak, substisusi kulit
macan, dsb.
Pengembangan Kurangnya pengkajian atas Menjalankan kajian tentang Mengarah pada
OPK terkait Reyog dan ku- OPK terkait Reyog dan men- penguatan sang-
rangnya tempat latihan dan gusahakan sarpras terkat gar dan penye-
pertunjukan pelatihan dan pertunjukan diaan tempat per-
Reyog tunjukan Reyog di
tiap kecamatan
Pemanfaatan Tidak terintegrasinya OPK Mendorong pemanfaatan Mengarah pada
terkait Reyog dalam kuriku- OPK terkait Reyog sebagai terbitnya Perda
lum di sekolah muatan lokal di sekolah dan tentang muatan
tujuan wisata lokal OPK terkait
Reyog dan pen-
ingkatan frekuensi
pertunjukan
Reyog
Pembinaan Kurang berjalannya regener- Mendorong sosialisasi OPK Mengarah pada
asi pelaku OPK terkait Reyog terkait Reyog di kalangan kontekstualisasi
muda OPK terkait Reyog
sehingga bisa
dinikmati kalan-
gan muda
23 Kab. Sumba- Perlindungan Kurangnya inventarisasi, Mendorong penyusunan ac- Mengarah pada
wa Barat pemeliharaan dan publikasi uan umum tentang OPK yang penyusunan buku
terkait OPK dapat diakses masyarakat, pedoman OPK
sosialisasi tentang pentingya sebagai acuan
OPK di masyarakat utama masyarakat
Pengembangan Kurangnya pengayaan Pengkajian terhadap potensi Perhatian khusus
keragaman OPK yang tidak OPK yang memiliki manfaat diberikan pada
mampu beradaptasi dengan ekonomi Pengetahuan
perkembangan modernitas Tradisional
Pemanfaatan Kurang termanfaatkannya Memperkaya muatan lokal Sosialisasi pe-
OPK bagi kalangan muda berbasis OPK manfaatan OPK di
lingkungan seko-
lah dan keluarga
24 Kab. Suka- Perlindungan Kurangnya inventarisasi, Mendorong penyusunan ac- Mengarah pada
mara pemeliharaan dan publikasi uan umum tentang OPK yang penyusunan buku
terkait OPK dapat diakses masyarakat, pedoman OPK
sosialisasi tentang pentingya sebagai acuan
OPK di masyarakat utama masyarakat
Pengembangan Kurangnya pengayaan Pengkajian OPK tradisi yang Mengarah pada
keragaman OPK yang tidak dapat diterapkan bersama upaya penciptaan
mampu beradaptasi dengan dengan teknologi modern. aplikasi permain-
perkembangan modernitas an tradisional
Pemanfaatan Kurang dimanfaatkannya Memperbanyak festival ter- Sosialisasi pe-
OPK bagi kalangan muda kait OPK dengan melibatkan manfaatan OPK di
kalangan muda, dan mem- lingkungan seko-
perkaya muatan lokal dalam lah dan di ruang
pendidikan ruang publik
Pembinaan Lemahnya kapasitas SDM, Mendorong terciptanya regu- Mengarah pada
lembaga kebudayaan, dan lasi perlindungan OPK penyediaan Pusat
ketiadaan regulasi terkait Kegiatan Seni
OPK Budaya
25 Kab. Suka- Perlindungan Kurangnya inventarisasi, Mendorong penyusunan ac- Mengarah pada
bumi pemeliharaan dan publikasi uan umum tentang OPK yang penyusunan buku
terkait OPK dapat diakses masyarakat, pedoman OPK
sosialisasi tentang pentingya sebagai acuan
OPK di masyarakat utama masyarakat
Pengembangan Kurangnya pengayaan Pengkajian OPK tradisi yang Mengarah pada
keragaman OPK yang tidak dapat diterapkan bersama upaya memban-
mampu beradaptasi dengan dengan teknologi modern, gun ruang-ruang
perkembangan modernitas dan bersentuhan dengan dialog lintas
kebutuhan generasi muda agama dan ke-
percayaan yang
melibatkan kaum
muda
Pemanfaatan Kurang dimanfaatkannya Mereproduksi OPK untuk Mengarah pada
OPK untuk kepentingan pen- kepentingan pendidikan dan upaya pember-
didikan dan pariwisata pariwisata dayaan ekonomi
masyarakat ber-
basis kebudayaan
Pembinaan Lemahnya kapasitas SDM, Mendorong terciptanya regu- Mengarah pada
lembaga kebudayaan, dan lasi perlindungan OPK penyediaan Pusat
ketiadaan regulasi terkait Kegiatan Seni
OPK Budaya
Pengembangan Belum ada sarana dan Mendorong pembangunan sa- Penekanan pada
prasarana yang memadai, rana dan prasarana OPK dan pembelajaran
jarangnya even, serta kuran- CB; Mendorong terseleng- musik senggayong
gnya perhatian anak muda garanya even-even OPK dan di sekolah serta
terhadap masalah terkait CB yang baik dan reguler; rekomendasi
OPK dan CB. Mengintegrasikan perihal OPK mendirikan Se-
dan CB ke dalam kurikulum kolah Menengah
sekolah; Mendorong kajian Seni sebagai
yang lebih mendalam terkait peningkatan SDM
OPK dan CB. perlu diperha-
tikan.
Pemanfaatan Melemahnya nilai-nilai di Mendorong OPK dan CB men- Penekanan pada
dalam OPK dan CB akibat jadi bagian dari pendidikan warisan sejarah
pengaruh negatif yang demi meningkatkan karakter dan cagar dari
berkembang di masyarakat masyarakat serta mengupaya- Kerajaan Sukad-
serta lemahnya peman- kan pemanfaatan OPK dan CB ana dan Kerajaan
faatan OPK dan CB meskipun sebagai destinasi wisata. Simpang yang ada
daerah kaya dengan itu. di dalam wilayah
kabupaten.
Pembinaan Kurangnya kerjasama lem- Mendorong kerjasama lemba- -
baga adat, komunitas seni ga adat, komunitas seni bu-
budaya, dan masyarakat daya, dan masyarakat dalam
dalam upaya pemajuan OPK pemajuan OPK dan CB.
dan CB.
51 Kab. Kaur Pelindungan Lemahnya pendataan dan Mendorong upaya pendata- Regenerasi pelaku
juga pengetahuan dan per- an-pendokumentasian yang sangat ditekankan
hatian masyarakat seputar lebih sistematis serta sosial- dan perlu diper-
OKP dan CB akibat mo- isasi yang gencar, termasuk hatikan perihal
dernitas ditambah dengan sosialisasi perihal ketidakber- ritus yang teran-
semakin sedikit dan berusia benturannya ritus dan agama, cam punah akibat
lanjutnya para pelaku OPK. atas OPK dan CB. berbenturan den-
gan agama.
70 Kab. Bangka Pelindungan Semakin ditinggalkannya Menghidupkan kembali peng- 1. Sebagian besar
Barat penggunaan OPK dalam gunaan OPK dalam keseharian manuskrip Bangka
keseharian masyarakat, masyarakat, melakukan inven- Barat tersimpan
belum adanya inventarisasi tarisasi menyeluruh terhadap di Belanda dan
menyeluruh terhadap OPK, OPK, menyediakan sarana harus diupayakan
belum tersedianya sarana dan prasana Pemajuan Kebu- repatriasi atau
dan prasana Pemajuan Ke- dayaan yang memadai. pembuatan rep-
budayaan yang memadai. lika.
2. Belum ada ge-
dung pertunjukan
sni tradisional
yang permanen.
Pengembangan Kurangnya kajian dan peneli- Melakukan kajian dan pene- Kerja sama kajian
tian untuk mengembangkan litian untuk mengembangkan dan penelitian
OPK agar tetap relevan den- OPK agar tetap relevan den- antara perguruan
gan kehidupan masyarakat gan kehidupan masyarakat tinggi, komunitas
saat ini. saat ini. seni budaya,
budayawan,
dan pemerintah
daerah.
Pemanfaatan Belum maksimalnya pe- Memaksimalkan pemanfaatan Pelaksanaan festi-
manfaatan OPK untuk OPK untuk meningkatkan val budaya tingkal
meningkatkan kesejahteraan kesejahteraan masyarakat. nasional setiap
masyarakat. tahun secara
berkesenimam-
bungan.
Pembinaan Jumlah pelaku OPK semakin Menyelenggarakan pembi- -
menurun, kurangnya tenaga naan untuk meningkatkan
ahli dalam pembinaan seni kuantitas dan kualitas jumlah
tradisional, serta masih pelaku OPK dan tenaga ahli
lemahnya lembaga adat seni tradisional serta pengua-
untuk melestarikan OPK di tan lembaga adat untuk mele-
masyarakat. starikan OPK di masyarkat.
Pengembangan Kurangnya kajian dan pene- Melakukan kajian dan peneli- 1. Identifikasi ke-
litian untuk menggali pen- tian untuk menggali pengeta- beragaman dialek
getahuan yang terkandung huan yang terkandung dalam Bahasa Penukal
dalam OPK dan melakukan OPK dan melakukan pengem- dan Bahasa Le-
pengembangan OPK agar bangan OPK agar tetap dapat matang.
tetap dapat beradaptasi en- beradaptasi engan pekemban- 2. Modifikasi in-
gan pekembangan zaman. gan zaman. strumen musik
pengiring tari
tradisional agar
lebih meraik tan-
pa meninggalkan
pakem tradisi.
Pemanfaatan Belum maksimalnya peng- Mendorong upaya peman- 1. Komodifikasi
galian potensi pemanfaatan faatan OPB di bidang ekonomi Galumpai sebagai
OPK di bidang ekonomi kreatif, pariwisata, dan pendi- cindera mata.
kreatif, pariwisata, dan pen- dikan karakter. 2. Pemanfaatan
didikan karakter. OPK sebagai
metode pendi-
dikan karakter.
Pembinaan Belum memadainya kuan- Melakukan pelatihan untuk Sertifikasi Tim
titas dan kualitas seniman meningkatkan kuantitas dan Ahli Cagar Budaya
tradisional dan para perajin kualitas seniman tradisional Kabupaten Pali.
teknologi tradisional, belum dan para perajin teknologi tra-
ada dukungan sarana dan disional, menyediakan sarana
prasarana latihan seni tra- dan prasarana latihan seni
disional, Tim Ahli Cagar Bu- tradisional, sertifikasi Tim Ahli
daya Kabupaten Pali belum Cagar Budaya Kabupaten Pali.
mengikuti sertifikasi.
123. Kab. Sorong Pelindungan 1. Putusnya tongkat estafet 1. Melakukan revitalisasi, visu- Analisis Per-
pelestarian OPK dari tetua. alisasi dan inventarisasi OPK. masalahan dan
2. Urbanisasi penduduk turut 2. Merangsang penggunaan Rekomendasi OPK
mempengaruhi luntur/hilan- bahasa daerah pada ranah Manuskrip, Olah-
gnya OPK. privat. raga Tradisional
3. Penggunaan bahasa daer- 3. Publikasi bahasa daerah dan Cagar Budaya
ah yang mulai ditinggalkan dalam bentuk kamus. tidak tercantum.
dalam aktivitas sehari-hari.
4. Masyarakat tidak (lagi)
mengetahui OPK setempat.
5. Terbatasnya sarpras OPK.
Pengembangan - - -
Pemanfaatan Minimnya minat bakat Memperkenalkan OPK dalam -
masyarakat terkait OPK se- festival-festival budaya.
tempat.
Pembinaan - - -
124. Kab. Merauke Pelindungan 1. Putusnya tongkat estafet 1. Melakukan revitalisasi, visu- Analisis Per-
pelestarian OPK dari tetua. alisasi dan inventarisasi OPK. masalahan dan
2. Urbanisasi penduduk turut 2. Merangsang penggunaan Rekomendasi OPK
mempengaruhi luntur/hilan- bahasa daerah pada ranah Manuskrip, Olah-
gnya OPK. privat. raga Tradisional
3. Penggunaan bahasa daer- 3. Publikasi bahasa daerah dan Cagar Budaya
ah yang mulai ditinggalkan dalam bentuk kamus. tidak tercantum.
dalam aktivitas sehari-hari.
4. Masyarakat tidak (lagi)
mengetahui OPK setempat.
5. Terbatasnya sarpras OPK.
Pengembangan - - -
Pemanfaatan Minimnya minat bakat Memperkenalkan OPK dalam -
masyarakat terkait OPK se- festival-festival budaya.
tempat.
Pembinaan - - -
128. Kab. Aceh Perlindungan 1. Belum teridentifikasi dan 1. Perlu dibentuk tim iden- -
Jaya dokumentasi secara kom- tifikasi, dokumentasi dan
prehensip seluruh khazanah validasi secara komprehen-
kekayaan budaya lokal. Serta sib serta menyediakan dan
kurangnya ketersediaan bah- mengembangkan lahan untuk
an baku dan alat pembuatan pengembangan bahan baku
dan pelaksanaan OPK. dan pelaksanaan beberapa
2. Kurangnya regulasi yang OPK
melindungi kekayaan budaya 2. Mendorong legislatif dan
asli daerah eksekutif menetapkan produk
hukum berkaitan perlindun-
gan budaya asli daerah
Pengembangan 1. Pelestarian dan revitalisasi 1. Perlu dibentuk tim peneliti -
OPK mendapat tantangan dan pengkajian untuk mem-
dari perpektif relegiusitas pertemukan sisi positif nilai-
sosial. nilai budaya dan kearifan lokal
2. Belum tersedianya pe- dengan konteks ajaran agama
doman baku maupun kuri- atau dalam rangka melakukan
kulum berbasis nilai budaya restrukturisasi secara fill in
dan kearifan lokal budaya lokal dengan ajaran
agama
2. Menyusun buku pedoman
dan kurikulum berbasis bu-
daya dan kearifan lokal
Pemanfaatan - - -
137. Kab. Deli Ser- Pelindungan 1. Peralihan fungsi cagar 1. Menerbitkan Perda tentang -
dang budaya untuk keperluan kebudayaan daerah
legalisasi dan registrasi 2. Diseminasi pengetahuan
2. Minimnya data terkait OPK terkait OPK
3. Globalisasi dan asimilasi 3. Fasilitasi perlombaan/festi-
budaya yang perlahan na- val terkait OPK
mun pasti menggerus bu- 4. Penerbitan buku-buku ter-
daya daerah kait OPK
4. Minimnya sarpras dan sdm 5. Melakukan dialog/mediasi
terkait pemajuan OPK terkait OPK
5. Minimnya minat mas-
yarakat terkait OPK karena
modernisasi
Pengembangan Minimnya sarpras dan sdm Mewujudkan konsep “Kabu- -
terkait pemajuan OPK paten Berbudaya”
Pemanfaatan Minimnya sarpras dan sdm - -
terkait pemajuan OPK
Pembinaan Minimnya sarpras dan sdm - -
terkait pemajuan OPK
143. Kab. Malaka Pelindungan Kebijakan pemerintah belum Perlu dukungan kebijakan Perlunya mendaft-
optimal dalam rangka pen- pemerintah dalam rangka arkan teknologi
dokumentasian, inventaris, melestarikan dan perlindun- tradisonal se-
dan aturan tentang pelestar- gan OPK. bagai HAKI (hak
ian tradisi lisan kekayaan Intelek-
tual) daerah;
Terbatasnya akses
manuskrip di
Pusat Arsip dan
Museum di Belan-
da dan Australia.
Pengembangan Minimnya sarana dan prasa- Perlu meningkatkan kualitas Minimnya event-
ranan untuk mengembang- dan kuantitas sarana dan event kesenian
kan OPK. prasarana OPK bagi lembaga yang diselengga-
pemerintahan atau mas- rakan dalam me-
yarakat. lestarikan seni
Pemanfaatan - - -
Pembinaan Kurangnya SDM yang Perlunya dibentuknya lemba- -
memiliki kompetensi di mas- ga formal dan informal yang
ing-masing bidang OPK berorientasi pada pembinaan
sumber daya manusia untuk
pengembangan OPK
144. Kab. Mang- Pelindungan Pengaruh moderanisasi muatan local yang berbasis Cagar budaya ma-
garai terhadap kebudayaan local seni dan budaya perlu diting- sih belum terjaga
sementara referensi dan katkan pada sekolah-sekolah secara optimal
pendokumentasian OPKnya mulai dari tingkat SD sampai oleh jupel.
minim. dengan tingkat SMA
Pengembangan Pewarisan nilai OPK kepada Kegiatan pagelaran dan festi- -
generasi muda tidak berjalan val budaya yang melibatkan
dengan baik dan belum generasi muda ditingkatkan
terdapat regulasi tentang dan pembuatan kalender
pemujaan kebudayaan dan event budaya
cagar budaya
Pemanfaatan - - -
Pembinaan Sinegritas antara pelaku seni Perlu diterbitkan regulasi yang -
dan budaya dengan pemer- berkaitan dengan pemajuan
intah belu maksimal kebudayaan dan pembuatan
aplikasi tentang adat istiadat
dan kebudayaan
146. Kab. Goronta- Pelindungan Kurangnya pemeliharan ser- Mendorong mekansime pe- Mengarah pada
lo Utara ta ketersediaan bahan baku meliharaan secara terpadu inventarisasi dan
dan sarpras yang diperlukan dan pasokan bahan baku dan digitalisasi data
bagi OPK dan diperlukannya sarpras yang diperlukan bagi OPK, pemba-
inventarisasi OPK serta terwujudnya inven- ngunan sentra
tarisasi produksi bahan
baku OPK Penge-
tahuan Tradisional
dan Teknologi
Tradisional, serta
pengadaan sar-
pras seni yang
dikelola lewat
sanggar dan De-
wan Kesenian
Pengembangan Kurang berhasilnya adaptasi Mendorong pengkajian dan -
OPK dengan tuntutan zaman inisiatif yang mengarah pada
penyelerasan OPK dengan
rasionalitas dan perkemban-
gan zaman
Pemanfaatan Kurang termanfaatkannya Memperkaya muatan lokal Mengarah pada
OPK bagi generasi muda berbasis OPK sosialisasi pe-
manfaatan OPK di
lingkungan seko-
lah dan keluarga
Pembinaan Kurang berjalannya regen- Memperkuat kapasitas SDM, Mengarah pada
erasi pelaku OPK, lemahnya tata kelola kelembagaan dan penguatan lem-
kapasitas SDM, serta kuran- mendorong terciptanya pro- baga adat dan
gnya produk hukum terkait duk hukum terkait OPK Dewan Kesenian
OPK
147. Kab. Bolaang Pelindungan Kurangnya pendataan OPK Mendorong mekanisme Mengarah ke-
Mongondow secara terpadu serta keter- pendataan dan pemeliharaan pada dokumen
Utara sediaan sarpras yang belum OPK secara sistematis serta Manuskrip dan
memadai membangun sarpras yang pedoman adat
menunjang OPK istiadat
Pengembangan Benturan antara tradisi dan Mendorong dialog antar Mengarah pada
nilai agama serta tergerus- pemangku kepentingan di penguatan ritus
nya nilai-nilai budaya oleh bidang budaya tradisi dan dan adat istiadat
modernisasi keagamaan serta mendorong serta mengem-
munculnya bentuk-bentuk pe- bangkan Permain-
mersatu antara aspek budaya an Tradisional
tradisi dan agama yang dapat secara digital
diterima oleh semua kalangan
serta melakukan inovasi pada
OPK terkait
Pemanfaatan Kurangnya nilai ekonomis Mendorong mekanisme pe- -
suatu OPK sehingga mulai manfaatan secara sistematis
ditinggalkan oleh praktisnya terkait OPK
Pembinaan Kurangnya SDM pelaku OPK Meningkatkan kualitas prak- Mengarah pada
serta belum adanya regu- tisi dan mendorong proses kebijakan pemer-
lasi, kebijakan dan alokasi penyusunan peraturan daerah intahan terkait
anggaran untuk pelindungan mengenai OPK setiap OPK
terkait OPK
Pembinaan Terbatasnya SDM, berku- Perlu adanya sosialisasi dan Perhatian khusus
rangnya minat sdm dalam pendidikan kepada mas- pada pemetaan
penerapan opk, Selain itu yarakat untuk meningkatkan regulasi dan ke-
kurangnya dukungan pemer- minat serta kesadaran untuk bijakan budaya di
intah dan belum optimalnya melestarikan. Selain itu per- tingkat Pusat dan
kebijakan pemerintah yang lunya optimalisasi kebijakan daerah
mengatur tentang pelestar- pemerintah terhadap pener-
ian opk apan opk.
154. Kab. Sikka Perlindungan Kurangnya dokumentasi ser- Perlu dilakukannya dokumen- -
ta pemeliharaan dokumen tasi, kemudian dilakukannya
sehingga terjadinya bebera- pengarsipan, penyimpanan,
pa kerusakan dokumen dan pembaharuan pada doku-
men yang rusak
Pengembangan Hilangnya kebiasaan penu- Menghidupkan kembali ke- -
turan dalam kehidupan so- biasaan yang ada dalam mas-
sial masyarakat, serta kuran- yarakat dengan mengadakan
gnya kajian akademis event-event
Pemanfaatan Menurunnya penggunaan Memperkuat keterpaparan -
produk berbasis OPK dalam masyarakat pada produk ber-
pemanfaatan sehari-hari basis OPK
Pembinaan Kurangnya pemahaman Perlu dibuatnya regulasi ten- -
masyarakat terhadap nilai tang pemajuan kebudayaan
yang terkandung dalam darah serta peningkatan alo-
jenis/kegiatan OPK, selain itu kasi dana
minimnya regulasi daerah
serta anggaran dana terkait
perlindungan dan pemajuan
kebudayaan
155. Kab. Sumba Perlindungan Tidak terdokumentasi dan Diperlukannya inventarisasi -
Barat Daya terinventaris jenis serta jenis opk di Sumba Barat Daya
corak opk
Pembinaan Belum ada perda yang men- Membuat perda untuk Diperlukan
gatur berbagai jenis OPK dan meningkatkan legalitas setiap penekanan terh-
minimnya regulasi, kebijakan OPK, Meningkatkan regulasi, adap pembuatan
dana alokasi anggaran untuk kebijakan dana alokasi angga- perda sebagai
perlindungan bahsa ran untuk perlindungan OPK, payung hukum
miminmnya SDM yang man- dan mendorong peningkatan yang melindungi
jalankan OPK jumlah SDM yang menjalank- keberlanjutan
an OPK OPM
159. Kota Mer- Pelindungan Minimnya dokumentasi, Mendorong upaya untuk Dokumentasi dan
angin inventerisasi data, dan sa- pendokumentasian dan in- inventarisasi perlu
rana prasarana di berbagai ventarisasi data yang lebih dibuat pedoman
jenis OPK sistematis, dan peningkatan pengarsipan yang
sarana prasarana diberbagai jelas
bidang
Pengembangan Terdegradasinya OPK dan Dibutuhkan pen-
CB oleh modernisasi dan Mendorong penguatan guatan nilai pada
adanya disharmonisasi OPK nilai-nilai, memberikan pem- setiap OPK
tertentu dengan agama bekalan, sosialisasi langsung
di tengah masyarakat untuk
meningkatkan pemahaman
terkait OPK.
Pemanfaatan - - -
Pembinaan Minimnya SDM terutama Memberi memberi pembeka- Peningkatan
dikalangan generasi muda lan, pelatihan,dan sosialisasi pelaksanaan
karena kurangnya event dan pemanfaatan dan perawatan event menjadi
lemahnya legalitas dalam OPK, memperbanyak event, perhatian khusus
penetapan cagar budaya. dan pengakuan legalitas un- untuk menjaga
tuk penetapan cagar budaya eksistensi OPK
187 Kab. Lebak Pelindungan Belum adanya inventarisasi Melakukan identifikasi dan -
terhadap OPK inventarisasi terhadap OPK
yang kemudian dibagikan
kembali ke masyarakat
Pengembangan Kalah saingnya budaya lo- Melakukan sosialisasi ke -
kal dengan perkembangan sekolah-sekolah secara rutin
zaman mengenai budaya lokal
Pemanfaatan Minimnya fasilitasi pemerin- Memberikan fasilitasi terh- -
tah terhadap pemajuan OPK; adap OPK baik dari segi fisik
Kurangnya eksplorisasi OPK maupun non fisik; Member-
untuk wisata dan kesejahter- ikan ruang dan panggung
aan masyarakat kepada pelaku seni untuk
menggali, melestarikan serta
mempertunjukkannya
Pembinaan Tidak ada lembaga yang Mendorong kelompok, per- -
menangani secara serius orangan, pemerintah untuk
untu semua jenis OPK; Min- membentuk lembaga yang
imnya tingkat penghargaan menangani pemajuan kebu-
terhadap produk Objek Pe- dayaan
majuan Kebudayaan
188 Kab. Madiun Pelindungan Minimnya promosi dan Sosialisasi di sekolah dan -
sosialisasi nilai yan gterkand- masyarakat juga melalui me-
ung dalam OPK dia sosial
Pengembangan Tidak tersedianya prasarana Penyediaan Pusat Area Bu- -
publik baik indoor maupun daya; Penggalian Karya Seni
outdoor berupa area bu- Kabupaten Madiun
daya/galeri yang terpusat
dan dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan para pelaku
budaya; Kurangnya kajian
terhadap karya seni yang
berakar budaya khas Kabu-
paten
Pemanfaatan - - -
Pembinaan Kurangnya perhatian Pe- Membentuk dewan kebu- -
merintah dan masyarakat dayaan daerah
terhadap masalah tradisi
dan budaya serta regenerasi
seniman tradisi yang masih
sangat kurang
189 Kab. Situbon- Pelindungan Kurangnya ketersediaan Menyediakan sarpras dan -
do sarpras dan anggaran; Ku- anggaran yang berkelanjutan
rangnya regulasi yang me- sesuai prioritas pembangunan
lindung OPK daerah; Mendorong pemerin-
tah untuk membuat regulasi/
Kebijakan pemajuan kebu-
dayaan yang partisipatif
Pengembangan Minimnya inovasi Meningkatkan kerjasama -
dengan pemerintah pusat
(nasional). Luar negeri, pergu-
ruan tinggi, dan lembaga seni
budaya yang kompeten untuk
berkolaborasi dalam pening-
katan inovasi seni budaya
Pemanfaatan - - -
Pembinaan Berkurangnya regenerasi Berkurangnya regenerasi yang -
yang berkualitas di bidan- berkualitas di bidangnya
gnya
Pengembangan Perubahan pola pikir mas- Pembinaan masyarakan dan Pada OPK bahasa
yarakat terhadap ritus dan penetapan penggunaan baha- perlu dibuat atur-
kurangnya kesadaran pener- sa Jawa pada hari tertentu, an penggunaan
apan OPK bahasa Jawa pada
hari-hari khusus
untuk melestari-
kan bahasa Jawa
itu sendiri
Pemanfaatan - - -
Pembinaan Minat SDM terhadap OP Membuat agenda rutin tahu- Catatan khusus
masih rendah, dan belum nan yang melibatkan pelaku bahwa be-
ada tenaga ahli dan transla- OPK, pelatihan penggunaan lumadanya trans-
tor pada OPK Manuskkrip, teknologi, dan mencari trans- lator pada OPK
serta belum meanfaatkan lator untuk OPK Manuskrip Manuskrip
teknologi dalam pengem-
bangan OPK
234 Kota Banda Pelindungan Belum teridentifikasi dan Membentuk tim identifikasi, -
Aceh terdokumentasi secara kom- dokumentasi, dan validasi
prehensip seluruh khazanah secara komprehensip seluruh
kekayaan budaya lokal Kota khazanah kekayaan budaya lo-
Banda Aceh serta kurangnya kal Kota Banda Aceh yang be-
usaha pemerintah dalam lum sempat terdata. Dibentuk
pelestarian dan revitalisasi Tim peneliti dan pengkajian
beberapa adat dan ritual untuk mempertemukan sisi
tradisional daerah mendapat positif dari nilai-nilai budaya
tantangan dari perspektif dan kearifan lokal dengan
relegiusitas sosial, yang di- konteks ajaran agama, dan
anggap menghidupkan kem- atau dalam kerangka melaku-
bali kepercayaan animisme kan restrukturisasi secara fill
dan dinamisme, sedangkan in budaya lokal dengan nilai
Banda Aceh dibangun den- ajaran agama.
gan nilainilai keislaman.
Pengembangan Ketersediaan bahan baku Menyediakan dan mengem- -
dan alat pembuatan dan bangkan lahan untuk pengem-
pelaksanaan beberapa objek bangan bahan baku dan alat
budaya, seperti; kuliner, pembuatan dan pelaksanaan
busana, alat, dan perlengka- beberapa objek budaya,
pan ritual yang bersumber seperti; kuliner, busana, alat,
dari alam hayati (nabati dan dan perlengkapan ritual yang
hewani) semakin langkah bersumber dari alam hayati
dan lebih mahal. (nabati dan hewani);
Pemanfaatan Keberagaman OPK yang ada Mengoptimalkan keberagam Adat istiadat ha-
belum dimanfaatkan secara OPK melalui kerjasama den- rus bekerjasama
optimal oleh pemangku gan unsur yang berkepent- dengan pemangku
kepentingan ingan adat.
240 Kab. Padang Pelindungan Kurangnya inventarisasi, Mendorong penyusunan Mengarah pada
Lawas dan pemeliharaan terkait CB acuan umum tentang inventa- inventarisasi dan
dan OPK risasi OPK agar dapat diakses perawatan CB dan
masyarakat, sosialisasi pentin- penyusunan buku
gnya OPK di masyarakat Pedoman OPK
sebagai acuan
utama masyarakat
Pengembangan Minimnya sarpras terkait Mendorong proses legislasi Perhatian khusus
OPK dan CB pengadan sarpras terkait OPK diberikan pada
dan CB regulasi terkait
OPK dan CB
Pemanfaatan Tidak terintegrasinya penge- Mendorong integrasi peman- Terutama dalam
lolaan OPK dengan peman- faaan OPK dalam masyarakat adat istiadat,
faatannya. pegetahuan
tradisional, dan
tradisi lisan
Pembinaan Kurangnya minat generasi Mendorong alih-rupa OPK ke Perhatian khusus
muda terhadap keragaman dalam bentuk-bentuk yang diberikan pada
OPK yang diperkuat oleh mudah diterima masyarakat penyebarluasan
interaksi dengan budaya terutama generasi muda kesenian daerah
populer akibat kurang pub- padang lawas
likasi dan modernisasi dalam berbagai
media
252 Kab. Kebu- Pelindungan Tidak terinventarisasi den- Perlunya riset dokumentasi -
men gan baik dan inventaris OPK
Pengembangan Fasilitas OPK masih belum Dilakukan sosialisasi dan -
dikenal dan terbatas infor- pembinaan kepada kelompok
masinya masyarakat dan instansi
Pemanfaatan Semakin sedikit yang peng- Perlu inovasi yang bersifat -
gunaan fasilitas OPK karena adaptif
dianggap tidak efisien
Pembinaan Berkurangnya SDM pelaku Melakukan kaderisasi antar Mengarah kepada
OPK generasi kerjasama antara
Pemerintah dan
tokoh atau pelaku
OPK
253 Kab. Jepara Pelindungan Tidak pernah ada dokumen- Melakukan dokumentasi ten- Lebih kepada
tasi objek kebudayaan tang objek kebudayaan dan pembukuan objek
mengadakan festival OPK tradisi lisan
Pengembangan Banyaknya objek kebu- Melakukan penggalian kem- -
dayaan yang belum terek- bali objek kebudayaan yang
spos sudah punah
Pemanfaatan Banyaknya masyarakat yang - -
tidak peduli karena dipan-
dang tidak efisien
Pembinaan - - -
254 Kab. Kudus Pelindungan Terkendalanya proses pener- Menterjemah dan menerbit- Masalah ini ter-
jemahan dan pendokumen- kan dalam bentuk buku serta jadi pada OPK
tasian objek kebudayaan memasyarakatkan pendok- Manuskrip dan
umetasian agar dapat men- Pengetahuan
gangkat objek kebudayaan Tradisional
Pengembangan Kurangnya sarana prasarana Mengalokasikan anggaran -
yang memadai serta kurang- yang memadai untuk kegiatan
nya acara kebudayaan yang pelestarian dan pengemban-
dapat mengangkat objek gan objek kebudayaan
kebudayaan
Pemanfaatan Kurangnya pemahaman dan Memasyarakatkan objek ke- Terjadi pada OPK
minat masyarakat terhadap budayaan; Memasyarakatkan Adat Istiadat
objek kebudayaan; Ter- pemahaman tentang sinergi-
dapatnya kesalahpahaman tas antara objek kebudayaan
tentang objek kebudayaan dengan agama kepada para
dengan agama di tengah tokoh kebudayaan dan tokoh
masyarakat agama
Pembinaan Berkurangnya SDM yang Melakukan regenerasi dan -
menguasai objek kebu- menghidupkan kembali para
dayaan; Terbatasnya lemba- penutur; Melaksanakan
ga kebudayaan yang ada di pendataan atau inventarisasi
masyarakat lembaga kebudayaan
2. Penyusunan Ensiklo-
pedia Melayu sebagai
sumber rujukan
Pengemban- Pengaruh budaya global yang Revitalisasi dan Pengua- Keberadaan Sultan/
gan dipicu perkembangan teknolo- tan pemangku Sultan/Raja Raja di Provinsi
gi menyebabkan menurunnya Riau sangat penting
pengamalan adat istiadat sebagai Pucuk Adat
Melayu Payung Negeri
dalam hal pema-
juan kebudayaan di
Provinsi Riau
Pemanfaatan Kerjasama antara pelaku seni 1. Penguatan Kampung Kawasan purna MTQ
budaya dan insan budaya Adat akan dikembangkan
dengan pemerintah belum ter- dengan pemba-
padu sehingga pemanfaatan 2. Revitalitasi dan adaptasi ngunan Gedung
dalam diplomasi budaya fungsi objek kawasan pur- Kesenian, Taman
belum optimal na MTQ Hiburan Rakyat, dan
Anjungan Daerah
2. Diprioritaskan OPK
yang sudah atau
hampir punah
Pembinaan - - -
15. Jawa Timur Pelindungan Belum adanya inventarisasi, 1. Melakukan Inventari- Melibatkan pula
penelitian, pendokumentasian sasi, penyelamatan, pen- kerjasama dengan
dan publikasi yang dilakukan gamanan, pemeliharaan, akademisi, perguru-
secara komprehensif dan dan dokumentasi terhadap an tinggi, sekolah,
sistematis atas 11 OPK yang semua OPK Daerah. dan para peneliti
ada di Jawa Timur sehingga
upaya pelindungan belum 2. Mengadakan pelatihan
berjalan dengan optimal. dan workshop;
Pengemban- Proses transfer nilai-nilai luhur 1. Meningkatkan kajian, -
gan dalam OPK yang belum opti- sosialisasi, dan publikasi
mal karena masih terbatasnya
lembaga terkait pengemban- 2. Menyusun standarisasi
gan OPK seperti Laboratori- untuk pengembangan
um dan Taman Budaya yang OPK
sementara ini baru tersedia di
ibukota Provinsi Jawa Timur 3. Menyediakan sarana
dan beberapa daerah saja. dan prasarana
27. Sulawesi Pelindungan 1. Masih banyak OPK di Meningkatkan koordina- Tidak disebutkan
Selatan wilayah Sulsel yang belum si antar lembaga untuk rekomendasi dan
diinventarisasi sesuai dengan melakukan inventarisasi sasaran yang jelas
ketentuan perundang-undan- secara terintegrasi untuk menjawab
gan permasalahan
2. Pelatihan, bimtek,
atau studi banding
ke sejumlah daerah
atau negara yang
dianggap berhasil
dalam pemajuan
kebudayaan
30. Sulawesi Pelindungan Minimnya perhatian pemer- 1. Melakukan dokumentasi -
Barat intah dalam pencatatan dan dan pencatatan OPK
pelindungan hukum atas OPK
di Sulbar 2. Pemerintah perlu mem-
buat produk hukum dalam
pelindungan OPK.
Pengemban- Semakin menurunnya proses Perlu adanya sebuah Dimulai dari keluarga
gan penurunan (transfer) pen- gerakan terstruktur dan dan sekolah
getahuan dan nilai budaya masif untuk mengangkat
antar generasi, menyebabkan kembali budaya asal daer-
budaya di Sulbar semakin ah Sulbar
menuju kepunahan
Pemanfaatan - - -
Pembinaan - - -