Anda di halaman 1dari 37

BAB III

MATERI KERJA PRAKTEK

Dalam bab ini akan membahas tentang materi-materi yang digunakan dalam Penyusunan
Rencana Aksi Kota Pusaka Kota Mataram Selain berisikan tentang materi-materi, juga
berisikan hal-hal yang dikerjakan praktikan dalam Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka
Kota Mataram.
3.1 Materi Dasar Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP)
Subbab ini memuat tentang pengertian-pengertian yang digunakan dalam RAKP, proses
penyusunan RAKP mulai dari input hingga output, muatan-muatan RAKP, dan metode yang
digunakan dalam penyusunan RAKP.
3.1.1 Pengertian-Pengertian Yang Digunakan
a. Pernyataan Arti penting :
Kota Pusaka Mataram mengandung arti bahwa penyelenggaraan pembangunan dan
pemerintahan di Kota Mataram tetap memperhatikan kelestarian nilai-nilai luhur serta
kebudayaan yang meliputi seluruh hasil olah cipta berkembang menjadi karakter
masyarakat menuju kesejahteraan seluruh Kota Mataram dan warganya. Rasa dan karsa
manusia yang menjadi roh dan semangat kehidupan di Kota Mataram untuk terus
berkembang.
1. Nilai Ekonomi
Kekayaan sejarah dan budaya di Kota Mataram menjadi daya tarik bagi sektor
pariwisata yang bertumpu kepada budaya serta sektor pendidikanuntuk tumbuh dan
berkembang memberikan nilai ekonomi yang signifikan.
2. Nilai Ilmu Pengetahuan dan Edukasi
Kota Mataram merupakan bagian dari sejarah dan budaya yang sangat kaya baik
sebagai sebuah bagian kebudayaan melalui aset pusaka zaman dahulu dengan
peninggalan bersejarah pada zaman penjajahan, sejarah pergerakan nasional dan
kemerdekaan serta kebudayaan Mataram sendiri yang berkembang secara khas dan
unik.
3. Nilai Budaya
Kebudayaan di Kota Mataram sangat khas karena tumbuh dan berkembang
dengan corak sendiri, demikian pula dengan Taman Mayura dan Makam Loang Baloq

28

yang masih berkembang hingga saat ini untuk upacara adat-istiadat. Budaya ini
terangkum dalam bentuk budaya non ragawi berupa Tarian, Busana Adat (Kain
Tradisional Songket), Upacara Adat (Perang Topat), Nyanyian, Permainan, Cerita
Rakyat dan sebagainya.

4. Nilai Sosial
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsurunsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat
rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri.

Nilai sosial merupakan suatu konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi
diantara para anggota masyarakat.

Nilai sosial bukan merupakan bawaan lahir, artinya nilai ini menyebar karena
disebarkan diantara anggota masyarakat.

Nilai sosial membimbing masyarakat dalam mengambil keputusan untuk


pemenuhan pemenuhan kebutuhan sosial.

Nilai sosial dapat membantu masyarakat agar berfungsi dengan baik

Nilai sosial terbentuk melalui proses sosialisasi (proses belajar dari pengalaman)

Nilai secara konseptual merupakan abstraksi dari unsur-unsur nilai dan macammacam objek yang ada di dalam masyarakat

Nilai sosial dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial dalam masyarakat, baik
positif maupun negatif.

Nilai sosial memiliki pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing anggota


masyarakat.

Nilai sosial cenderung berkaitan satu dengan lainnya secara komunikasi untuk
membentuk berbagai pola dan sistem yang bervariasi antara kebudayaan yang satu
dengan Kebudayaan lainnya.

5. Nilai Spiritual
Nilai spiritual adalah nilai yang ada di dalam kejiwaan manusia. Nilai spiritual
dibagi lagi menjadi 4 nilai yaitu :

29

1. Nilai Estetika, adalah nilai yang terkandung pada suatu benda perdasarkan
keindahannya, penilaian terhadap nilai estetika ini adalah indah atau jelek.
2. Nilai Moral, adalah nilai yang berdasarkan kepada baik atau buruknya suatu
perbuatan seseorang manusia berdasarkan pada nilai-nilai sosial yang bersifat
universal. Nilai ini bersifat umum walaupun setiap masyarakat memiliki pedoman
nilai yang berbeda. Namun dalam penerapannya dapat terjadi perbedaan karena ada
pengaruh budaya di dalamnya.
3. Nilai Religius atau Nilai Kepercayaan, adalah nilai berdasarkan kepercayaan
seseorang.
4. Nilai Logika (Kebenaran Ilmu Pengetahuan), adalah tentang benar atau salah. Nilai
ini bersumber berdasarkan benar atau tidaknya sesuatu berdasarkan sumber bukti
atau fakta-fakta ilmiah. Nilai ini dapat pula menjadikan logika sebagai sumbernya.

6. Peran Nilai Sosial


Dalam kehidupan bermasyarakat, nilai memiliki peran penting, yaitu :

Sebagai petunjuk arah untuk bersikap atau bertindak dalam kehidupan


bermasyarakat.

Sebagai acuan dan sumber miotivasi untuk berbuat sesuatu.

Alat solidaritas untuk mendorong masyarakat berkerja sama agar bisa mencapai
tujuan yang tidak mampu dicapai sendiri.

Mengarahkan masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku


di dalam lingkungannya.

Pengawas, pendorong, dan penekan individu untuk berbuat baik.

7. Nilai Sejarah
Bangunan kuno bersejarah di Kota Mataram didominasi oleh bangunan dengan
usia antara tujuh puluh enam hingga seratus tahun adalah sebesar enam puluh empat
persen. Bangunan-bangunan tersebut didirikan berkisar antara tahun 1898 - 1930. Gaya
arsitektur bangunan kuno adalah gaya arsitektur kolonial (eropa), arsitektur cina, serta
arsitektur campuran antara arsitektur kolonial-tradisional, ataupun kolonial Cina.
8. Nilai Politik
Gambaran tetang kehidupan sosial politik dan pemerintahan masyarakat
Ampenan dari pra kolonial sampai masuk Imperalisme Belanda, Jepang dan masa
kemerdekaan memiliki masa kejayaan dan pengalaman yang bersejarah tersendiri.
Pengalaman itulah yang sekarang semakin memperkaya wawasan kehidupan

30

kemasyarakatan bagi mereka, bahwa mereka hidup ditanah rantauan dengan mengadu
nasib untuk cita-cita dan masa depan bagi harapan keluarga yang telah ditinggalkan
oleh mereka sejak lampau

b. Otentisitas/Keaslian
1. Kelangkaan
Masyarakat Kota Lama Ampenan tergolong heterogen. Di samping penduduk
asli (Suku Sasak), suku-suku bangsa yang datang menetap di kawasan ini antara lain
suku Bali, Jawa, Bugis, Flores, serta dari etnis Cina dan Arab.
Penduduk di sepanjang koridor utama Kota Lama Ampenan paling banyak
bekerja pada sektor jasa mencapai sekitar empat puluh delapan persen. Jasa yang
dimaksud meliputi jasa keuangan atau asuransi, perdagangan, penginapan, angkutan
dan komunikasi. Di samping bidang jasa, mata pencaharian lain yang mendominasi
adalah ABRI atau PNS sekitar sembilan belas persen dan pedagangatau wiraswasta
sekitar tiga belas persen. Hal ini menunjukkan bahwa kota lama masih menjalankan
fungsinya sebagai kawasan perdagangan dan jasa sejak masa kolonial dilihat dari
dominasi mata pencahariaan penduduknya.
2. Nilai Fungsional
Lingkungan pada koridor utama Kota Lama Ampenan dapat dikatakan memiliki
potensi untuk dilestarikan. Pelestarian lingkungan terdiri dari penggunaan lahan dan
pelestarian citra kawasan.
3. Nilai Orisinalitas
Orisinalitas adalah dapat mempertahankan keasliannya. Orisinalitas pada Kota
Mataram yaitu Gedung Ampenan 1951 dan Kota tua Ampenan menjadi salah satu
bukti, Mataram sebagai objek wisata kota tua, keberadaannya sebagai objek wisata
bernilai historis. Jalan pabean sekitar pasar juga dipenuhi dengan gedung-gedung tua
yang tersirat nilai sejarah yang tinggi, mulai dari zaman colonial, sampai pada yang
sebelumnya. Ada juga di tempat lain, akan ditemukan wihara bodhi dharma yang telah
berdiri sejak 1804 di depan kampung melayu, khusus untuk ampenan, bangunan tua
bergaya art deco, yang banyak ditinggali oleh warga keturunan, khususnya warga
tionghoa

c. Integritas
1. Tingkat Kepentingan

31

Tingkat

kepentingan

suatu

lokasi

titik

pusaka

dinilai

berdasarkan

makna/filosofi lokasi yang berdasarkan pada nilai kepenntingan aset pusaka,


2. Tingkat Kebutuhan
Tingkat kebutuhan ditinjau dari segi kebutuhan masyarakat misalkan gedung
tua yang dipakai atau berfungsi sebagai gedung pemerintahan atau juga skala pelayanan
masyarakat.

d. Atribut Pusaka
Jika kita ingin mengamankan dan menyelamatkan pusaka di kota/kabupaten, tentunya kita
harus mengenali pusaka apa saja yang kita miliki. Banyak kota/kabupaten yang belum
mengetahui persis berbagai pusaka yang dimiliki. Langkah pertama yang perlu digarap
adalah mengadakan inventarisasi atas semua pusaka di wilayah itu secara menyeluruh,
yaitu: Pusaka alam, pusaka budaya ragawi, pusaka budaya tak ragawi, dan pusaka saujana.

a. Pusaka
Peninggalan dari masa lalu yang sangat berharga untuk kehidupan sekarang
dan generasi yang akan datang yang harus dilestarikan dan disampaikan kepada
generasi yang akan datang. Pusaka tidak sama dengan warisan. Pada warisan, si
penerima warisan mempunyai hak penuh atas warisan itu dan ia berhak melakukan
apapun: menjual, membagi, membongkar, atau menghancurkannya. Pada pusaka, si
penerima pusaka mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara, dan
melestarikannya.
b. Pusaka Alam
Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa, beserta flora dan fauna yang
penting sebagai bagian dari mata rantai kehidupan di bumi
c. Pusaka Budaya
Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari
lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan
bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah
keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka budaya ragawi dan pusaka budaya
tak ragawi.
d. Pusaka Budaya Ragawi (Tangible)

32

Merupakan hasil cipta, rasa, karsa yang terwujud dengan atau tanpa interaksinya
dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Baik yang dapat dipindahkan
maupun tidak dapat dipindahkan.
e. Pusaka Budaya Tak Ragawi (Intangible)
Merupakan hasil cipta, rasa, karsa yang terwujud dengan atau tanpa interaksinya
dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Dapat ditangkap oleh panca
indera selain indera peraba ataupun tidak dapat ditangkap oleh panca indera seperti
konsep-konsep dan ilmu budaya.
f. Pusaka Saujana
Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam
kesatuan ruang dan waktu.
e. Kota Pusaka
Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai dan
memiliki pusaka alam, budaya baik ragawi dan tak-ragawi serta rajutan berbagai pusaka
tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/kota atau bagian dari wilayah/kota,
yang hidup, berkembang, dan dikelola secara efektif.

3.1.2 Proses Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP)


Secara garis besar, proses penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kota
Mataram sebagai berikut :
3.1.2.1 Input
Input ini didapat dari pengumpulan bahan atau data dari literatur, kondisi faktual di
lapangan (survey), dari dokumen peraturan atau undang-undang serta kebijakan tata ruang
yang telah di rumuskan dan terkait dengan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kota Mataram.
Rencana Aksi Kota Pusaka memuat profil kota pusaka; tujuan, kebijakan, dan strategi
penataan dan pelestarian kota pusaka; konsep pengelolaan kota pusaka; penetapan kawasan
prioritas; dan arahan dan indikasi program penataan dan pelestarian kota pusaka.
A. Profil Kota Pusaka
Profil Kota Pusaka terdiri dari gambaran perkembangan kota, kawasan-kawasan
pusaka, signifikansi dan atribut pusaka (aspek fisik, sosial-budaya, ekonomi) yang
menonjol sebagai hasil sejarah perkembangan kota.

33

Sejarah Kota Pusaka


Sejarah kota pusaka menunjukkan perjalanan perkembangan bentuk kota sejak
terbentuknya hingga sekarang.

Signifikansi
Signifikansi adalah pernyataan nilai penting kota/kabupaten pusaka, yang didukung
dengan pernyataan mengenai keaslian dan integritasnya.

Atribut Pusaka
Atribut pusaka adalah keterkaitan antara berbagai aset pusaka (alam, budaya, dan
saujana) dan signifikansi atau pernyataan nilai penting.

B. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi


Tujuan, kebijakan dan strategi merupakan dirumuskan setelah mengidentifikasi beragam
potensi dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkan upaya penataan dan pelestarian kota
pusaka.

Tujuan
Tujuan merupakan cita-cita perwujudan kelestarian keunggulan kota pusaka yang
diinginkan pada masa yang akan datang untuk menjadi dasar merumuskan kebijakan
dan strategi. Tujuan juga bekal segenap pemangku kepentingan dalam kegiatan
penataan dan pelestarian kota pusaka dan karena itu, dirumuskan dengan merujuk pada
Visi dan misi pembangunan daerah dan Kesepakatan para pemangku kepentingan.

Kebijakan
Kebijakan merupakan serangkaian prinsip yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
kegiatan penataan dan pelestarian kota pusaka. Kebijakan berfungsi untuk memberikan
petunjuk konkret untuk tindakan yang akan diambil, terutama diarahkan untuk
pelindungan, pemanfaatan berbasis pada pelestarian dan pengembangan aset pusaka.
Kebijakan penataan dan pelestarian juga bersifat komprehensif, yaitu merupakan
jawaban atas berbagai isu-isu strategis yang meliputi aspek fisik (bangunan dan
lingkungan), sosial-budaya, dan ekonomi.

Strategi
Strategi merupakan penjabaran tiap kebijakan penataan dan pelestarian kota pusaka ke
dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi berfungsi untuk menjadi dasar penyusunan konsep pengelolaan kota pusaka
dan memberi arah bagi penyusunan indikasi program utama. Karena itu, rumusan

34

strategi hendaknya mempertimbangkan kapasitas sumber daya kota dan dapat


dijabarkan secara spasial.
C. Konsep Pengelolaan Kota Pusaka
Konsep pengelolaan kota pusaka terdiri dari perumusan rencana pengembangan kota
pusaka, pengembangan kelembagaan, dan pemberdayaan komunitas.

Rencana Pengembangan Kota Pusaka


Rencana pengembangan kota pusaka merupakan rencana kedudukan dan peruntukan
ruang berbagai kawasan pusaka dalam kerangka rencana struktur ruang dan pola ruang
wilayah kota.

Rencana Pengembangan Kelembagaan


Rencana pengembangan kelembagaan kota pusaka merupakan upaya mewujudkan
tatakelola kota pusaka dalam mengimplementasikan rencana pengembangan kota
pusaka yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah kota/kabupaten
seyogyanya

memiliki

kelembagaan,

sejak

tahap

perencanaan,

pelaksanaan

pembangunan, maupun selama masa operasional. Pemerintah kabupaten/kota perlu


merancang kelembagaan yang dapat menangani fungsi-fungsi dalam penataan dan
pelestarian. Di Pemprov DKI Jakarta ada TPAK (Tim Penasihat Arsitektur Kota) dan
TSP (Tim Sidang Pemugaran) dan di DIY ada DP2WB (Dewan Penasihat Pelestarian
Warisan Budaya) yang beranggotakan para ahli. Masing masing anggota tim
memberikan

advis

pada

pemerintah

provinsi

menyangkut

rencanarencana

pembangunan yang bersifat strategis serta yang terkait dengan kawasan pusaka.
Rencana pengembangan kelembagaan kota pusaka berfungsi:
a. Memahami

kapasitas

pemerintah

kota/kabupaten

dalam

penyelenggaraan

pembangunan kota Pusaka yang mencangkup struktur organisasi, tata laksana,


sumberdaya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk pengaturan serta
organisasi no organisasi pemerintah, perguruan tinggi dan komunitas Pusaka;dan
b. Membentuk atau mendorong terbentuknya badan pengelola kota pusaka. Rencana
pengembangan kelembagaan pusaka dirumuskan dengan:
1.Mengidentifikasi berbagai para pemangku kepentingan dan perannya;dan
2.Mempertimbangkan keterlibatan para pemangku kepentingan yang sudah dicapai.

Rencana Partisipasi Pemangku Kepentingan

35

Rencana pemberdayaan masyarakat merupakan rencana meningkatkan kapasitas dan


prakarsa masyararakat/komunitas pusaka dalam penataan dan pelestarian kota pusaka.
Rencana Partisipasi Pemangku Kepentingan berfungsi:
a. Mendorong dan memelihara prakarsa masyarakat yang telah muncul;
b. Mengembangkan kegiatan untuk mengenalkan kota pusaka kepada masyarakat,
seperti publikasi dan jelajah pusaka;dan
c. Meningkatkan kemitraan antara berbagai pihak dalam pengelolaan kota pusaka.
D. Penetapan Kawasan Prioritas
Penetapan kawasan prioritas merupakan pendekatan dalam mengalokasikan sumber daya
kota yang terbatas serta dalam menangani keanekaragaman aset pusaka alam dan pusaka
budaya untuk memberi dampak dan pengendalian dalam pembangunan kota.
Penetapanmkawasan strategis sosial budaya mempertimbangkan peningkatan kondisi
terhadapnya dapat memberi kontribusi yang berarti terhadap perkuatan karakter kota atau
perbaikan kawasan sekitarnya.
Penetapan kawasan prioritas dirumuskan dengan:
1. Memperhatikan identifikasi dari signifikansi aset pusaka alam dan budaya;
2. Mengantisipasi keterancaman dan degradasi aset pusaka terhadap tekanan
perkembangan kota maupun pengelolaan yang kurang memadai sehingga memerlukan
penanganan mendesak;
3. Memperhatikan keberadaan serta kesiapan partisipasi para pemangku kepentingan
(termasuk warga/komunitas lokal) dalam penataan dan pelestarian;
4. Mempertimbangkan potensi ekonomi lokal dan kontribusinya terhadap pertumbuhan
ekonomi kota/kabupaten;
5. Mempertimbangkan potensi kerjasama antar lembaga, investor dan/atau pihak lainnya
dalam kerjasama yang berkelanjutan dalam penataan dan pelestarian kawasan;
6. Menjamin kejelasan perlindungan dan status kepemilikan dan pengelolaan lahan;
7. Membangun

konsensus

dan

konsistensi

pemerintah

daerah

dalam

mengimplementasikan upaya penataan dan pelestarian kawasan;dan


8. Mempertimbangkan keberadaannya dalam daftar pelestarian lokal/nasional/dunia;
3.1.2.2 Proses
1. Analisa Penentuan Kawasan Pusaka & Titik Lokasi Persebaran Pusaka
Pada proses ini dilakukan pemilihan calon kawasan prioritas berdasarkan titik pusaka
kota mataram, jika potensi lebih dari satu kawasan maka akan dilakukan Focus Group

36

Discussion (FGD) jika dalam suatu kota hanya ada satu kawasan dengan potensi dan kriteria
kota pusaka maka langsung ditetapkan sebagai kawasan prioritas kota terkait.
2. Analisa Perkembangan Kota dan Kawasan Prioritas Kota Melalui Morfologi
Tampak bahwa ada tiga kawasan inti yang telah tumbuh mulai dari awal terbentuknya
Kota Mataram, yaitu di lokasi yang sekarang disebut sebagai Kota Tua Ampenan, Kawasan
Mataram dan Kawasan Cakranegara. Kota Tua Ampenan tumbuh dan berkembang sebagai
pelabuhan utama dan pusat perdagangan regional pada awal terbentuknya Kota Mataram.
Permukiman tertua juga terdapat di Ampenan, yaitu di Pejarakan. Dalam perkembangannya,
komunitas dari berbagai daerah dan bangsa datang dan menetap di Kawasan Kota Tua
Ampenan, dan membentuk kawasan yang integral dengan tetap mempertahankan identitas asli
setiap komunitas. tampak bahwa ada tiga kawasan inti yang telah tumbuh mulai dari awal
terbentuknya Kota Mataram, yaitu di lokasi yang sekarang disebut sebagai Kota Tua Ampenan,
Kawasan Mataram dan Kawasan Cakranegara. Kota Tua Ampenan tumbuh dan berkembang
sebagai pelabuhan utama dan pusat perdagangan regional pada awal terbentuknya Kota
Mataram. Permukiman tertua juga terdapat di Ampenan, yaitu di Pejarakan. Dalam
perkembangannya, komunitas dari berbagai daerah dan bangsa datang dan menetap di
Kawasan Kota Tua Ampenan, dan membentuk kawasan yang integral dengan tetap
mempertahankan identitas asli setiap komunitas.

Gambar 3. 1 Morfologi Kota Mataram

37

3. Analisa Penentuan Kawasan Prioritas


Analisa penentuan kawasan prioritas kota mataram Dari ketiga calon kawasan
cakranegara, mataram dan ampenan dapat ditentukan untuk menetapkan kawasan prioritas
Kota Pusaka dengan mempertimbangkan beberapa variabel yaitu :
1. Signifikansi,

Kawasan-kawasan dengan aset-aset pusaka yang memenuhi kriteria berdasarkan


morfologi kota. Kawasan-kawasan yang menonjolkan karakter kota sebagai kota pusaka. Yang
Punyai nilai-nilai sebagai variabel signifikansi kota pusaka yaitu : sosial, budaya, ekonomi,
ilmu pengetahuan, politik, arsitektural dan sejarah
2. Otentisitas,

Otentitas adalah keadaan dimana menggambarkan karakteristik keasliannya ditengah


lingkungan eksternal yang variabel utama untuk otentisitas daerahnya meliputi : Kejamakan,
Kelangkaan, Fungsional dan Orisinalitas.
3. Integritas,

Setiap kawasan memiliki signifikansi, otentisitas/keaslian dan integritas tersendiri.


Integritas yang dimaksud disini adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Integritas kawasan dinilai berdasarkan
tingkat kepentingan dan tingkat kebutuhan. Tingkat kepentingan yang didasarkan intensitas
pergerakan masyarakat, dan tingkat kebutuhan masyarakat untuk skala pelayanan yang
konsisten.
Penentuan kawasan prioritas dilakukan dengan melakukan FGD yang melibatkan
seluruh Tim TKPD, dan diselenggarakan pada tanggal 2 Oktober 2015. FGD tersebut
melakukan penilaian terhadap kedua kawasan, dengan hasil seperti yang tercantum dalam
(tabel dibawah) :

38

Tabel 3.1 Sebaran Titk Pusaka


No

Atribut Pusaka Tangibel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Aset Budaya
Kota tua Ampenan
Pantai Ampenan
Goedang hookie
Klenteng Pao Hwa Kong
Taman & Makam Loang Baloq
Makam PPH Van Ham
Taman Mayura
Pura Meru
Museum Nusa Tenggara Barat
Jembatan Gantung Karang Baru
Pura Dalam Karang Jangkong
Wihara Bodhi Dharma
Hok Kian Kong Hwee
Makam Bintaro
Pasar Cakra

No Atribut Pusaka Intangibel


1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
1
2
1
1
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
1
1
2
3
4

39

Komunitas
Kerajinan Cukli
Kerupuk Seganteng
Gerabah Banyumulek
Mutiara Sekarbela
Kampung Arab
Perak Kamasan
Tari - Tarian
Tari Gandrung
Tari Rudat
Gendang Beleq
Tari Batunganga
Tari Mpaa Lenggogo
Upacara
Upacara U'a Pua
Upacara Perang Topat
Benda pusaka
Kain Tradisional Songket
Permainan
Peresean
Cerita/Dongeng/Legenda
Legenda Putri Mandalika
Dewi Anjani
Ratu Jin Dewi Anjani
Sandal Tak Tahu Diri
Asal Usul Nama Lombok
Makanan
Ayam Taliwang
Sate Rembiga
Plecing kangkung
Jaje Tunjak Lapis poteng
Sate Pusut
Sate Tanjung
Nasi Terara
Sate Bululayak
Saujana
Taman Loang Baloq
Aset Pusaka Alam
Wisata Hutan Pusuk
Kangkung Kali Jangkok
Pantai Gading
Pantai Tanjung Karang

Tabel 3. 2 Penentuan Kawasan Prioritas


Kawasan
Ampenan Mataram Cakranegara
Nilai Sosial
3
1
2
Nilai Budaya
3
2
2
Nilai Ekonomi
3
3
3
a. Signifikansi Nilai Ilmu Pengetahuan
2
3
2
Nilai Politik
3
3
3
Nilai Arsitektur
3
2
3
Nilai Sejarah
3
2
3
Kejamakan
3
2
1
Kelangkaan
2
2
3
b. Otentisitas
Fungsional
3
3
3
Orisinalitas
3
2
3
Tingkat kepentingan
2
3
2
c. Integritas
Tingkat kebutuhan
3
3
3
Jumlah
36
31
33

Berdasarkan tabel diatas, Pemerintah Kota Mataram menetapkan kawasan pusaka yang
menjadi kawasan pusaka prioritas yang harus ditangani terlebih dahulu adalah kawasan
Ampenan dengan hasil pembobotan yang lebih unggul dari kawasan Cakranegara dan
Mataram. Skema dan peta kawasan prioritas untuk terwujudnya kota pusaka melalui kota tua
Ampenan sebagai berikut :

Gambar 3. 2 Skema Perkembangan pelestarian kota pusaka

40

Gambar 3. 3 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Kota Pusaka


LANGKAH KEGIATAN PENYUSUNAN PEKERJAAN KONSULTAN KOORDINATOR
RAPAT KOORDINASI TIM KK dengan TIM TEKNIS KR

WORKSHOP I
Studi Kasus
Literatur Obyek
Sejenis

KAJIAN
PUSTAKA

WORKSHOP II

Data Lapangan :
Pengamatan di 34
Kota Pustaka
Analisis &
Sintesis :

Pemahaman
Materi,
Metodologi
dan Lingkup
Pekerjaan

Perumusan
Kerangka Kerja
dan Langkah
Kegiatan

Identifikasi
Profil dan
Inventarisasi
Data

Data Sekunder/
Instansional :
Nasional,
Provinsi dan
Kota /
Kabupaten

KUNJUNGAN LAPANGAN
TIM KK, TIM TEKNIS &
NARASUMBER

Monitoring
Pendampingan
Pengendalian

KUNJUNGAN LAPANGAN
TIM KK, TIM TEKNIS &
NARASUMBER

1. Rangkuman hasil
pendampingan
2. Konsep Profil
Penyelenggaraan
KP di Daerah
3. Rekomendasi

Buku Profil
Penyelenggaraan
P3KP 2015

KUNJUNGAN LAPANGAN
TIM KK, TIM TEKNIS &
NARASUMBER

RAPAT KOORDINASI TIM


KK, TIM TEKNIS &
NARASUMBER

Laporan Pendahuluan

Rekomendasi untuk
keberlanjutan
Program

RAPAT KOORDINASI TIM


KK, TIM TEKNIS &
NARASUMBER

Laporan Antara

Laporan Akhir

Gambar 3. 4 Langkah Kegiatan Penyusunan Konsultan Koordinator

41

Gambar 3. 5 Struktur Pekerjaan

42

3.1.2.3 Output
Output merupakan tahap akhir dari pekerjaan yang berisi Target Penataan & Pelestarian,
yang telah ditetapkan, Konsep olah Desain & Pengembangan Kawasan Prioritas dan Olah
Fungsi Kota. Output yang diharapkan dalam penyusunan RAKP Rencana Aksi Kota Pusaka
Kota Mataram, yaitu

43

Peta 3.1 Peta Sebaran Tangibel

44

Peta 3.2 Peta Sebaran Aset Pusaka Intangibel

45

Peta 3. 3 Kawasan Prioritas I

46

Peta 3. 4 KAWASAN PRIORITAS II

47

Peta 3. 5 KAWASAN PRIORITAS III

45

Keluaran dari proses perencanaan disini tidak hanya rencana pembangunan fisik bagi kota atau
wilayah tersebut, tapi perangkat strategi yang saling berkaitan bagi pembangunan, termasuk di
antaranya tata guna lahan, prasarana, keuangan dan kelembagaan. Strategi tersebut
dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat dan swasta guna berperan serta dalam proses
perencanaan (dan pelaksanaan yang mengikutnya) serta melalui pembangunan daerah atau
wilayah dimana orang tidak hanya hidup untuk dirinya akan tetapi juga untuk lingkungannya
dalam skala yang lebih luas.
a. Target Penataan Dan Pelestarian Kota Pusaka Yang Sudah Dan Akan Dicapai
1) Kesiapan Stakeholders
untuk tercapainya aksi kota pusaka Mataram yang tersalur melalui program revitalisasi eks
pelabuhan ampenan dan RTBL kota tua ampenan yang terealisasi pada 16 september 2013,
menjadi sebuah gebrakan untuk perwujudan kota tua ampenan sebagai kawasan prioritas I
dalam penyusunan kota pusaka Mataram. Lampiran Info tentang upaya yang sudah dicapai :

Gambar 3. 6 Kesiapan Stakeholders


2) Potensi Pertumbuhan Ekonomi Lokal
Kekayaan alam dan sosial budaya masyarakat menciptakan dasar ekonomi yang kuat terdiri
dari aktivitas ekonomi hulu dan aktivitas hilir. Ekonomi base ini menciptakan lapangan kerja
dan meningkatkan pendapatan (income) untuk masyarakat banyak. Untuk itu perencanaan dan
pembangunan kawasan harus sensitif terhadap potensi-potensi khas suatu kawasan. Hal ini
berarti perencanaan Area kota pusaka pada area pengembangan strategis harus dapat
memberdayakan (empoverment) masyarakat dan mengoptimalkan potensi-potensi ekonomi
lokal sebagai industri ekonomi kreatif bagi peningkatan pariwisata kawasan maupun kota
secara keseluruhan.

46

3) Potensi Kerjasama Antar Lembaga/Investor Yang Berkelanjutan,


Keluaran dari proses perencanaan disini tidak hanya rencana pembangunan fisik bagi
kota atau wilayah tersebut, tapi perangkat strategi yang saling berkaitan bagi pembangunan,
diantarnya potensi kerja sama dengan pihak swasta untuk mewujudkan wajah kota pusaka
Strategi tersebut dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat dan swasta guna berperan
serta dalam proses perencanaan pembangunan daerah atau wilayah. Beberapa upaya yang telah
dilakukan pemda dengan pihak swasta untuk indikasi program kota pusaka :

Gambar 3. 7 Potensi Kerjasama Antar Lembaga/Investor Yang Berkelanjutan,


4) Kejelasan Perlindungan Perubahan wajah dan fungsi akibat gerusan pembangunan
modern namun mengabaikan sejarah yang tercermin dari keberadaan bangunan-bangunan tua
yang memiliki nilai sejarah. Bagi sebagian pemerintah daerah, keberadaan bangunan kuno dan
gedung tua dipandang sebagai sampah kota bahkan mirip penyakit kota yang harus
dilenyapkan. Sejak dekade 1960-an hingga dekade 1990-an, wacana pelestarian bangunan dan
gedung tua (cagar budaya) sebenarnya sudah menjadi wacana masyarakat internasional. Fakta
tersebut dapat kita saksikan dengan adanya beberapa dokumen penting berupa piagam
pelestarian bangunan tua, diantaranya, The Venice Charter (1964-1965), The Burra Charter
(1979), Rekomendasi UNESCO (1976), Piagam Washington (1987), serta The World
Herritage Cities Management Guide (1991). Sementara di Indonesia telah ada dokumen
pelestarian bangunan tua bernama PiagamPelestarian Pusaka Indonesia. Sebagai perwujudan
kota pusaka mataram, upaya yang dilakukan dengan perlindungan bangunan tua yang
pertahankan khususnya di wilayah kota tua ampenan maka pemda Kota Mataram
mengupayakan kejelesan perlindungan melalui program ecodistrict dan RTBL Kota Tua
Ampenan :

47

b. Konsep Olah Desain dan Pengembangan Kawasan Prioritas Ampenan


Langkah-langkah kreatif dan inovatif melakukan kesinambungan fisik elemen bentuk
urban/rural pusaka yang menerima perubahan secara selektif tanpa merusak nilai-nilai pusaka
yang ada. Keseimbangan fungsi kontemporer, ekonomi pusaka dan pelestarian alam dan
budaya menjadi tantangan utama pelestarian pusaka. Diperlukan interaksi dan keterpaduan
karya dan kinerja dari profesi-profesi yang terkait. Termasuk dalam menghasilkan karya-karya
baru yang akan mampu menjadi pusaka masa dating yang menghargai pusaka yang ada
c. Olah Fungsi Kota Pusaka.
Mengolah fungsi suatu kota pusaka beserta ruang-ruang pusaka di dalamnya. Olah
fungsi ini merupakan upaya pengembangan karakter dan kehidupan kota pusaka. Pada
dasarnya kota pusaka memiliki karakter yang terampil berdasarkan keunggulan nilai pusaka
yang dimiliki. Keberhasilan pelestariannya adalah bila masyarakat meningkat kualitas
hidupnya, penghasilan bertambah, memperoleh keuntungan fisik dan non-fisik, serta ramah
lingkungan. Karakter dan kehidupan kota pusaka perlu direncanakan dengan seksama
senyampang dengan perencanaan-perencanaan lainnya. Keunggulan olah fungsi kota pusaka
kemudian dapat dijadikan slogan untuk persatuan warga kota, proteksi pusaka hingga
pemasaran bagi kota itu sendiri.

1. Perencanaan Tata Ruang Kota Pusaka


Perencanaan pusaka untuk digunakan dalam mengkaji kembali berbagai rencana tata
ruang dari RPJMD hingga RTBL yang ada. Perencanaan tata ruang kota pusaka yang disusun
merupakan hasil kajian terhadap perencanaan-perencanaan yang sudah ada tersebut dan muara
integrasi hasil pembahasan isu-isu dalam instrument-intrument sebelumnya. Sekaligus
mempertimbangkan pula berbagai persoalan kontemporer yang dihadapi pada saat ini.
Termasuk perencanaan-perencanaan spesifik yang belum dipertimbangkan sebelum RAKP.
48

Secara lebih detail diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Mataram Tahun 2011-2031 yang dimaksud dalam Kawasan Cagar
Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf d, terdiri dari:
a. Kawasan Cagar Budaya Taman Mayura - Pura Meru di Kelurahan Cakranegara Utara;
b. Kawasan Cagar Budaya Makam Van Ham di Kelurahan Cilinaya;
c. Kawasan Cagar Budaya Kota Tua di Kelurahan Ampenan Utara;
d. Kawasan Cagar Budaya Makam Loang Baloq di Kelurahan Tanjung Karang; dan
e. Kawasan Cagar Budaya Makam Bintaro di Kelurahan Bintaro Ampenan.

Arahan Indikasi Program Penataan Dan Pelestarian kota Pusaka


1) Arahan Penataan Dan Pelestarian Kota Pusaka
Rencana aksi inventarisasi pusaka budaya, pusaka alam dan pusaka saujana di Kota
Mataram berkaitan dengan hasil-hasil penelitian dan pendokumentasian yang telah dilakukan
oleh berbagai lembaga terkait. Inventarisasi cagar budaya dilakukan untuk menentukan zonasizonasi kawasan dan atau situs cagar budaya. Inventarisasi ini dilakukan oleh Dinas
Perhubungan, Pariwisata, da Kebudayaan dan Dinas Pekerjaan Umum bekerjasama dengan
Organisasi Non Pemerintah atau komunitas pemerhati seni budaya.
Analisis pusaka budaya dan pusaka alam dilakukan dengan mengidentifikasi nilai
penting pusaka tersebut yang meliputi nilai ilmu pengetahuan, nilai budaya, nilai sejarah dan
nilai edukatif. Dengan mengidentifikasi nilai penting pusaka atau cagar budaya yang ada, dapat
ditetapkan suatu peninggalan warisan budaya sebagai pusaka Kota Mataram.
Penyajian informasi mengenai Kota Mataram sebagai Kota Pusaka dilakukan dalam
berbagai media yang dapat dijangkau publik, baik media cetak, media elektronik maupun
internet. Data base pusaka budaya dan alam Kota Mataram akan dibentuk sebagai pusat data
dan informasi yang menarik dan komunikatif bagi publik. Selanjutnya perlu dibentuk Sistem
Informasi Kota Pusaka (SIKP) Kota Mataram yang memadukan database dan grafis (foto,
gambar, peta, film, video) yang dapat diolah dengan aplikasi Geographic Information System
(GIS) dan jaringannya dengan membuat website.
Manajemen Siaga Bencana merupakan pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan
resiko bencana untuk Pusaka. Pada hakekatnya pengelolaan berbasis pada antisipasi sebelum
terjadinya bencana, baik bencana yang disebabkan oleh faktor alam maupun oleh faktor
manusia
Pada sub bab ini berisi perencanaan dan olah desain kawasan yang telah ditetapkan
sebagai kawasan pusaka Kota Mataram. Pada Kota Mataram penyebutan kawasan pusaka erat
49

kaitannya dengan kawasan cagar budaya atau kawasan heritage sebagaimana disebutkan dalam
dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mataram tahun 2011-2031. Beberapa acuan
definisi dalam peraturan daerah Kota Mataram tahun 2011-2031 yang berkaitan dengan acuan
Kota Mataram sebagai kota Pusaka, antara lain:
Kawasan cagar budaya di Kota Mataram merupakan kawasan yang meliputi:
a. Kawasan Cagar Budaya Taman Mayura - Pura Meru di Kelurahan Cakranegara Utara;
b. Kawasan Cagar Budaya Makam Van Ham di Kelurahan Cilinaya;
c. Kawasan Cagar Budaya Kota Tua di Kelurahan Ampenan Utara;
d. Kawasan Cagar Budaya Makam Loang Baloq di Kelurahan Tanjung Karang; dan
e. Kawasan Cagar Budaya Makam Bintaro di Kelurahan Bintaro Ampenan.

2) Indikasi Program Penataan Dan Pelestarian Kota Pusaka


Dalam menyusun perencanaan dan olah desain pada aset-aset pusaka di Kota Mataram,
langkah awal yang ditempuh adalah melakukan penyusunan prioritas penanganan aset pusaka,
melalui pemberian pembobotan nilai pusaka berdasarkan nilai sejarah dan nilai budayanya
sebagaimana terdapat dalam bab 3 dalam dokumen ini.
Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Mataram dalam menata
kembali Kawasan Kota Tua Ampenan yang termasuk didalamnya kawasan Eks Pelabuhan
Ampenan.
a. Matriks Kelembagaan Pemerintah Daerah
Tabel 3. 1 Matriks Kelembagaan Pemerintah Daerah dalam Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka
NO
SKPD
1
Pokja I :
- Bappeda
- Dinas Sosnakertrans
- BPM
- Bag. Humas dan Protokol
- Bag. Kesra
- Camat Ampenan
- Lurah

TUPOKSI
- Melakukan koordinasi
-Menyusun
Masterplan
Pelabuhan Ampenan
- Melakukan sosialisasi

- Melakukan koordinasi
- Mengajukan saran dan pertimbangan
Menyusun DED penataan kawasan

Pokja II
- Dinas PU
- BLH
- Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan
- Dinas Tata Kota
- Bag. Perekonomian
- Bag. Umum

50

penataan

Eks

NO
SKPD
3
Pokja III :
-Asisten Tata Praja
-Satpol PP
-Bakesbangpol
-Dinas Hubkominfo
- BPBD PMK
-Kapolsek Ampenan
- Bag. Hukum
-Bag. Pemerintahan
4
Pokja IV :
-Asisten
Administrasi
Umum
-BPKAD
-Dinas Dikpora
-Dinas Koperindag
-Dinas Pertamanan
-Dinas Budpar
-Kantor Perpusatakaan dan Arsip

TUPOKSI
- Melakukan koordinasi
- Menjaga keamanan dan ketertiban

-Melakukan
pendataan
pemanfaatan aset

dan

pengawasan

b. Matriks Aksi Pelestarian

Tabel 3. 2 Matriks Aksi Pelestarian Terlaksana dalam 5 Tahun Terakhir


TAHUN

NILAI
NO.

PROGRAM

KEGIATAN

ANGGARAN

KENDALA

2009 2013
2012

Ampenan

Pembangunan Gerbang Masuk Rp. 200 juta


Kawasan Jl. Pabean Ampenan
Pembangunan drainase pada Jl. Rp. 200 juta
Pabean Ampenan

2012

Revitalisasi Kota

Penyusunan DED Revitalisasi Rp. 50 juta


Kawasan Eks Pelabuhan Ampenan

Penataan Jl. Pabean

2012

Tua Ampenan
Pembangunan Sarana Prasarana di
Kawasan Eks Pelabuhan Ampenan

Rp. 2,8

2013 -

milyar

2014

Penataan kawasan tepi Sungai Rp. 200 juta


Jangkok

2013

Penyusunan
Perencanaan Rp. 100 juta
Pembangunan Anjungan di Eks
Pelabuha Ampenan

2013

Penyusunan RTBL Kota Penyusunan RTBL


Kawasan Prioritas
Tua Ampenan

dan

51

DED Rp. 700 juta

2013

c. Aksi Pelestraian Terencana

Tabel 3. 3 Matriks Aksi Peletarian Selama 5 Tahun


NO

PROGRAM

KEGIATAN

RENCANA
ANGGARAN

RENCANA
SUMBER
DANA

TAHUN

2016
1

RTBL

Revitalisasi

RTBL

Eco District

KLHS

DED

DED

Penataan kawasan Jl.


Pabean

Rp. 1,5
milyar

APBN

Rp. 3,8
milyar

APBD +
CSR

Rp. 2 milyar

CSR

Rp. 700 juta

APBN

Penataan Kawasan
Kota Tua Ampenan

Rp. 1,5
milyar

APBN

Penataan Kawasan
Kota Tua Ampenan

Rp. 1,5
milyar

APBN

Pembangunan
Anjungan di Kawasan
Eks Pelabuhan
Ampenan
Pengecatan bangunan
tua di kawasan Jl.
Pabean
Penyusunan RTBL
Kawasan Cakranegara

Penyusunan
Perencanaan program
Ecodistrict
Penyusunan KLHS
atau AMDAL dan
AMDALALIN untuk
RTBL Kawasan Kota
Tua Ampenan
Penyusunan DED
Revitalisasi Pelabuhan,
Kawasan Kota Tua
Ampenan
Penyusunan DED
water front heritage
city

2017

2018

Instansi

2019

2020

APBN

Rp. 300 juta

APBD

BLH &
DISHUB

Rp. 800 juta

APBN

DPU

Rp 2 milyar

APBN

52

DPU

NO

PROGRAM

KEGIATAN

RENCANA
ANGGARAN

RENCANA
SUMBER
DANA

TAHUN

2016
DED

Penyusunan DED
Identitas kawasan di
Kawasan Kota Tua
Ampenan

Pengembangan

Penambahan koleksi
museum NTB

10

Pengembangan

11

Rp 150 Juta

2017

2018

Instansi

2019

2020

APBN

DPU

Rp 100 juta

APBD

Dispobpar,
Kantor
Perpustakaan &
Arsip Daerah

Pengembangan
kesenian daerah
kawasan Cakranegara

Rp 150 Juta

APBD

DPU,
Disbudpar

Revitalisasi

Revitalisasi pasar
cakranegara

Rp 300 Juta

APBD

DPU, Bina
Marga

12

Pelestarian

Pelestarian makanan
khas Kota Mataram
serta pengembangan
kuliner

Rp 100 Juta

APBD

Diskoperindag
dan Dispobpar,
Dispendik,

13

Pelestarian

Pelestarian terhadap
gedung dan transportasi
bersejarah

Rp 500 juta

APBN

14

Pengembangan

Pengembangan industri
kreatif untuk
menunjang cagar
budaya dan seni

Rp 500 Juta

APBD

53

DPU, Dishub
dan Dispobpar;

BLH,
Diskoperindag

NO

PROGRAM

KEGIATAN

RENCANA
ANGGARAN

RENCANA
SUMBER
DANA

TAHUN

2016

15

Optimalisasi

16

Aksi

Mengoptimal gedung
kesenian

Rp 250 Juta

Penyelenggaraan
festival seni dan
budaya

Rp 150 Juta

2017

2018

Instansi

2019

2020
Dispendik dan
DPU, Kantor
Perpustakaan
dan Arsip
Daerah,
Dispendik;

APBD

Dispobpar,
Dispendik dan
Diskoperindag;

Pelestarian

Pelestarian cagar
budaya yang sudah ada
serta upaya
pengembangan situs
cagar budaya

18

Sosialisasi
Masyarakat

Promosi, Sosialisasi
dan Pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan asset
pusaka secara
terintegrasi antar
pelaku / stakeholders

Rp 200 Juta

APBD

Pemkot,
Komunitas
Masyarakat,
Swasta melalui
al CSR)
Diskominfo

19

Penyusunan
Perda Cagar
Budaya

Peraturan cagar budaya

Rp 100 Juta

Bappeda,

Bappeda,

17

Rp 500 Juta

APBN

54

Dispobpar,
Kantor
Perpustakaan
dan Arsip
Daerah;

NO

PROGRAM

KEGIATAN

RENCANA
ANGGARAN

RENCANA
SUMBER
DANA

TAHUN

2016

20

Penyusunan
Perda insentif
dan disinsentif

Melestarikan cagar
budaya dari pemerintah
kota ke pemilik cagar
budaya

Rp.500 Juta

APBD

21

Pembangunan
Pasar Seni di
Kota Mataram

Pengadaan Pasar

Rp1,4 Milyar

APBN
Dinas PU

22

Revitalisasi
dan Penataan
Kawasan Kota
Tua Ampenan

Penataan Kota Tua

Rp 500 Juta

APBN,
APBD Prov

23

Pembangunan
Sunset Road
sepanjang 9
km garis
pantai
Ampenan

Rp 6,9 Milyar

APBN,
APBD

24

Pembangunan
Galeri Kota
Tua Ampenan

Rp 3 Milyar

APBN,
APBD

Pengumupulan Barang
Pusaka Kota Mataram

55

2017

2018

Instansi

2019

2020

Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan

Diskoperindag,
Dinas PU

APBN, APBD
Prov, APBD
dan CSR

Bappeda, DPU,
Balai Wilayah
Jalan Nasional,
APBN, APBD

APBN, APBD
Prov, APBD
dan CSR

NO

PROGRAM

KEGIATAN

RENCANA
ANGGARAN

RENCANA
SUMBER
DANA

TAHUN

2016

dimasukkan dalam
kurikulum sekolah

Rp 250 Juta

Dinas
Pendidikan,
Pemuda dan
Olah Raga,
Dinas
Kebudayaan
dan
Pariwisata

Penyusunan
Peraturan
Walikota

untuk menyajikan
makanan khas daerah
dalam setiap kegiatan

Rp 150 juta

CSR

Pelestarian
makanan khas
Kota Mataram

pengembangan kuliner
dalam bentuk festival
makanan dan lomba
makanan khas

Pembinaan
dan Pelestarian
Seni dan
Budaya Kota
Mataram

pengembangan pusat
pelatihan, Workshop,
Sarasehan Kebudayaan,
lomba inovasi motif
batik khas Sasambo,
karnaval, penggunaan
untuk seragam
pegawai, anak sekolah

25

Pengembangan
kesenian
daerah

26

27

28

Rp 100 Juta

CSR

APBD,
CSR

Rp 2 Milyar

56

2017

2018

Instansi

2019

2020

Dinas
Pendidikan,
Pemuda dan
Olah Raga,
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata,
Komunitas

PKK dan
Darmawanita

Kantor
Ketahanan
Pangan Kota
Mataram dan
PKK,
Komunitas

Dinas
Pendidikan,
Pemuda dan
Olah Raga,
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata;

NO

PROGRAM

KEGIATAN

RENCANA
ANGGARAN

RENCANA
SUMBER
DANA

TAHUN

2016

2017

2018

Instansi

2019

2020
Komunitas,
Dinas
Pendidikan,
Pemuda dan
Olah Raga,
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata
Diskoperindag,
Komunitas,
Dinas
Pendidikan,
Pemuda dan
Olah Raga,
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata;

29

Pelestarian
terhadap
mainan
tradisional
anak anak
Kota Mataram

festival permainan
tradisional dan lomba
permainan tradisional

Rp 100 Juta

CSR

30

Pelestarian
dan
pengembangan
Batik Sasambo
(Batik
Mataram)
Kota Mataram

pengembangan pusat
pelatihan, Workshop,
Sarasehan Kebudayaan,
lomba inovasi motif,
karnaval, penggunaan
untuk seragam
pegawai, anak sekolah

Rp 250 Juta

APBD,
CSR

31

Kegiatan
tahunan
Festival
Mataram

Pelestarian budaya

Rp 300 Juta

CSR

BPPD, Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata

pengembangan
industri kreatif

menunjang
pengembangan aset
budaya dan seni

Diskoperindag,
Komunitas,
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata;

32

Rp 1 Milyar

CSR APBD

57

NO

PROGRAM

KEGIATAN

RENCANA
ANGGARAN

RENCANA
SUMBER
DANA

TAHUN

2016

33

Pembangunan
Taman
Pelestarian
Budaya Sasak
di RTH
Pagutan

34

Pelestarian
cagar budaya

35

Penataan
Penanda yang
mendukung
penunjukan
Lokasi Cagar
Budaya di
KotaMataram

upaya pemanfaatan
situs cagar budaya
Mayure Kompleks

Sistem Informasi

2018

Rp 800 Juta

APBD

Rp 800 Juta

APBN,
APBD,
Dinas
Pariwisata

Rp 2 Milyar

APBD,
Dinas
Pariwisata

58

2017

Instansi

2019

2020

Bappeda, Dinas
Pertamanan,
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata,
Dinas PU,
Proyek P2KH

, APBN,
APBD,
Pemerintah
Pusat / PUPR,
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata;

Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata

d. Organisasi/ Intitusi dan Kelembagaan terkait Kota Pusaka


Tabel 3. 4 Organisasi/ Intitusi dan Kelembagaan terkait Kota Pusaka
Organisasi/Institusi

Pembentukan Forum Komunikasi Antar Pelaku


Industri Pariwisata dan Kebudayaan 2016

Kelembagaan
Dekranasda
Mataram

Badan Promosi dan


Pengembangan
2

Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)

Pariwisata Daerah Kota


Mataram

PembentukanKomunitas dan Kampung Wisata,


3

2017, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,

Komunitas Kota Hijau

komunitas

Peningkatan keikutsertaan Forum CSR Setda


Kota Mataram
Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Kota
Mataram Dishubkominfo, Bagian Humas 2013
PHRI Kota dan HPI (Himpunan Pramuwisata

Indonesia),Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,


2010

59

Komunitas Sanggar
Seni Budaya

Table of Contents
3.1

Materi Dasar Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) ......................................................................28

3.1.1

Pengertian-Pengertian Yang Digunakan ...............................................................................28

1.

Tingkat Kepentingan .......................................................................................................................31

2.

Tingkat Kebutuhan ..........................................................................................................................32


3.1.2

Proses Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) .....................................................33

3.1.2.1 Input ..................................................................................................................................33


3.1.2.2 Proses ................................................................................................................................36
3.1.2.3 Output................................................................................................................................43

60

Anda mungkin juga menyukai