Anda di halaman 1dari 31

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,

yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-

hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,

kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah

atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata

culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

2.1.1.1 Unsur-unsur Budaya

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen

atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

• Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur

pokok, yaitu:

1. alat-alat teknologi

2. sistem ekonomi

3. keluarga

4. kekuasaan politik

5. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

 sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya

 organisasi ekonomi
 alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk

pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

 organisasi kekuatan (politik)

2.1.1.2 Wujud dan Komponen Budaya

a. Wujud

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:

gagasan, aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan

ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang

sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak

dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat

tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi

Taman Budaya Kalimantan Tengah 50 dari kebudayaan ideal itu berada dalam

karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari

manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem

sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling

berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut

pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi

dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,

perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda

atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling

konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan

yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai

contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan

(aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Taman Budaya Kalimantan Tengah 51

b. Komponen

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua

komponen utama:

1. Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang

nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan

yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan,

senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang,

seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar

langit, dan mesin cuci.

2. Kebudayaan Nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan

dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau

tarian tradisional.
2.1.1.3 Hubungan antara Unsur – Unsur Kebudayaan

Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara

lain:

 Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai,

serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam

cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara Taman

Budaya Kalimantan Tengah 52 mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam

memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau

masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan

macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur

kebudayaan fisik), yaitu:

1. alat-alat produktif

2. senjata

3. wadah

4. alat-alat menyalakan api

5. makanan

6. pakaian

7. tempat berlindung dan perumahan

8. alat-alat transportasi

 Sistem Mata Pencaharian Hidup Perhatian para ilmuwan pada sistem

mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian

tradisional saja, di antaranya:


1. berburu dan meramu

2. beternak

3. bercocok tanam di ladang

4. menangkap ikan Taman Budaya Kalimantan Tengah

 Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam

struktur sosial. M.Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu

masyarakat dapatdipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari

masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri

dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan

perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu,

kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-

antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya

relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh

masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan

lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga

unilateral.

Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang

dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak

berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam

pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-

sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.


• Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia

untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan,

ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan Taman

Budaya Kalimantan Tengah 54 maksud hati atau kemauan kepada lawan

bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri

dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah

membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki

beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus.

Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,

berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.

Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan

dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-

naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.1.2 Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi

hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.

Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan

berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian

yang kompleks. 1

1
http://e-journal.uajy.ac.id/2374/3/2TA12077.pdf diakses pada tanggal 7 Agustus 2018 pukul
12:50
2.1.2.1 Kesenian Yogyakarta

Yogyakarta atau "Jogja" merupakan sebuah kota kecil di sebelah selatan

Pulau Jawa yang berpredikat kota pelajar. Selain menyandang predikat kota

pelajar, Yogyakarta juga pantas disebut sebagai kota budaya karena masyarakat

di kota ini masih sangat menjunjung tinggi adat dan budaya yang mereka miliki.

Berbagai ragam kesenian tradisional masih terus digelar dan dilestarikan oleh

seniman-seniman di Provinsi Yogyakarta ini. Kesenian khas yogyakarta tidak

hanya ditampilkan pada hari-hari tertentu saja. Namun, masih banyak kesenian-

kesenian khas yang ditampilkan oleh masyarakat Yogyakarta untuk

memeriahkan berbagai upacara adat, seperti pernikahan, khitanan, kelahiran, dan

upacara adat lainnya. Berikut ini beragam kesenian khas yogyakarta yang

dikenal oleh masyarakat Yogyakarta serta penjelasannya.

a. Wayang Kulit

Wayang kulit merupakan kesenian tradisional yang sudah berusia ratusan

tahun. Dalam pertunjukan wayang kulit, penonton dapat menyaksikan dari arah

depan atau dari arah belakang. Dari belakang, penonton akan melihat bayang-

bayang wayang dari dalam kelir (tirai kain putih untuk menangkap bayang-

bayang wayang kulit). Bayang-bayang inilah yang mungkin menjadi cikal bakal

lahirnya istilah wayang yang berarti bayang-bayang. Selain itu bayang-bayang

ini ditafsirkan bahwa cerita dalam pewayangan mencerminkan bayang-bayang

kehidupan manusia di dunia.


Wayang kulit gaya Yogyakarta mempunyai tampilan fisik yang berbeda

dengan wayang dari daerah lain. Perbedaannya terletak pada beberapa hal;

wayang gaya Yogyakarta terkesan dinamis atau terlihat bergerak, ditandai

dengan tampilan posisi kaki yang melangkah lebar seperti orang yang sedang

melangkah; tampilan bentuk luarnya lebih tambun dan tidak terkesan kurus;

tangannya sangat panjang hingga menyentuh kaki; serta tatahannya inten-

intenan, terutama pada pecahan uncal kencana, sumping, turido, dan bagian

busana lainnya. Dilihat dari sunggingannya (lukisan/ perhiasan yang diwarnai

dengan cat), digunakan sunggingan tlacapan atau sunggingan sorotan, yaitu

unsur sungging yang berbentuk segitiga terbalik yang lancip-lcncip seperti

bentuk tumpal pada motif kain batik; dan di bagian siten-siten atau lemahan,

yaitu bagian di antara kaki depan dan kaki belakang, umumnya diberi warna

merah.

Untuk mengetahui wayang gaya Yogyakarta, ditentukan dari jenis mata

wayang. Bentuk hidung wayang, mulut wayang, bentuk mahkota, jenis

pemakaian kain (dodot) dan posisi kaki, serta atribut lainnya merupakan

beberapa atribut yang perlu diperhatikan untuk mengenal wayang Yogya.


Gambar 2.1 Kesenian Wayang Kulit Gaya Yogyakarta Dan Kesenian Wong Gaya

Yogyakarta

b. Wayang Wong

Sesuai dengan namanya, kesenian ini menggunakan wong (orang) sebagai

pemainnya. Wayang wong berbeda dengan wayang kulit yang menggunakan


wayang dari kulit sebagai alat peraganya. Wayang wong adalah suatu seni

drama yang menggabungkan antara seni dialog dan seni tembang. Wayang wong

pertama kali diciptakan oleh K.B.A.A. Mangkunegara I yang berkuasa dari

tahun 1757 sampai tahun 1795. Pemain-pemain wayang wong adalah para abdi

dalem keraton sendiri. Pada masa pemerintahan Mangkunegara V, pada tahun

1881, pagelaran wayang wong semakin hidup dan dianggap sebagai hiburan.

Selanjutnya wayang wong berkembang menjadi wayang wong gaya Surakarta

dan wayang wong gaya Yogyakarta.

Wayang wong gaya Yogyakarta pertama kali muncul pada pemerintahan

Sri Sultan Hamengkubuwo no VII yang bertakhta dari tahun 1878 sampai tahun

1921. Dahulu kala, wayang wong hanya dipentaskan di lingkungan keraton,

yaitu di Baluwerti. Para pemainnya adalah pangeran dan keluarga keraton sen-

diri. Kesenian ini merupakan ajang ekspresi kehalusan budi, keterampilan tari,

dan bela diri. Semua pemainnya laki-laki. Bahkan, tokoh wanita pun dimainkan

oleh laki-laki.

Perbedaan antara wayang wong gaya Surakarta dan Yogyakarta terletak

pada penggunaan kethok dan kecrek serta dalang untuk suluk (nyanyian atau

tembang dalang yang dilakukan ketika akan memulai adegan di pertunjukan

wayang) dan menceritakan adegan yang silih berganti untuk gaya Surakarta.

Adapun gaya Yogyakarta hanya menggunakan keprak (bunyi-bunyian pengiring

gerakan) serta pembaca kandha yang bukan merupakan dalang. Pada gaya

Surakarta, cengkok atau lagu percakapan nampak lembut merayu, sedangkan

gaya Yogyakarta terlihat datar dan melankolik. Dalam gaya Surakarta, tarian
terlihat luwes sedangkan dalam gaya Yogyakarta tarian tampak lebih gagah,

trengginas (lincah), dan memikat.

Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono V (1822-1855)

dipergelarkan tidak kurang lima cerita, yakni Pragolomurti, Petruk Dadi Ratu,

Rabinipun Angkawijaya, Joyosemadi, dan Pregiwo-Pregiwati. Pada periode

pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII (1877-1921) hanya dua kali

pementasan dengan lakon Sri Suwela dan Pregiwo-Pregiwati.

Wayang wong mencapai popularitasnya pada saat Sri Sultan HB VIII

berkuasa. Pada masa itu digiatkan pembaruan dan penyempurnaan besar-besaran

pada tata busana, teknik, ragam gerak tari, dan kelengkapan pentas. Proyek ini

melibatkan empu tari KRT Joyodipuro, KRT Wiroguno, GPH Tejokusumo,

KRT Wironegoro, BPH Suryodiningrat, dan KRT Purboningrat. Selama periode

1921- 1939 ini tidak kurang 20 lakon wayang wong dipentaskan.

c. Ketoprak

Surakarta tahun 1898. Wabah pes merajalela dan meminta banyak korban

jiwa. Banyak orang yang dirawat dibarak-barak darurat. Untuk menghibur

rakyat yang sedang menderita, KRT Wreksadiningrat segera mengerahkan para

abdi untuk merawat dan mempersembahkan hiburan kesenian. Mereka

membawa lesung untuk ditabuh disertai dengan tarian dan nyanyian.

Beberapa seniman mengembangkan ketoprak lesung tersebut dengan

menambah instrumen musik, seperti siter (alat musik petik yang berdawai,

bentuknya menyerupai kecapi Sunda), gender (gamelan Jawa yang dibuat dari
bilah bilah logam berjumlah empat belas dengan penggema dari bambu),

kendang dan genjring (rebana kecil yang dilengkapi dengan kepingan logam

bundar pada bingkainya). Mereka mulai manggung di luar tembok keraton

dengan memakaı kostum ala Turki atau Arab dan mengambil cerita rakyat Jawa.

Dialognya dinyanyikan sambil menari.

Ketoprak lesung dari Solo untuk pertama kalinya dipentaskan di

Yogyakarta pada tahun 1900, yaitu sebagai hiburan dalam rangka memeriahkan

perkawinan agung KGPAA Paku Alam VII dengan RA Puwoso, putri Sunan

Pakubuwono X. Sejak saat itu ketoprak berkembang di Yogyakarta.


Gambar 2.2 Kesenian Ketoprak Gaya Yogyakarta dan Kesenian Dagelan Mataram

Yogyakarta
b. Dagelan Mataram

Dagelan Mataram adalah pertunjukan humor atau lawak yang dialognya

menggunakan bahasa Jawa. Kesenian ini berkembang di wilayah Yogyakarta.

Jenis lawakan ini populer di Yogyakarta sekitar tahun 1950-an.

Cerita yang dipentaskan dalam dagelan Mataram biasanya cerita sederhana

dan dekat dengan kehidupan masyarakat desa. Misalnya, konflik rumah tangga

yang kemudian dapat diselesaikan secara adil. Intrik-intrik dalam konflik itulah

yang dibumbui dengan dagelan segar. Makna dibalik dagelan sederhana itulah

yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Melalui dagelan, kritik atas sesuatu

yang melenceng dapat diungkapkan tanpa menyinggung perasaan seseorang.

Di tahun 70-an dikenal pemain dagelan Mataram yang cukup populer,

yaitu Basıyo. Beberapa kaset dagelannya beredar di masyarakat, seperti

Besanan, Dadung Kepuntir, Degan Wasiat, Gatutkaca Gandrung, Kapusan,

Maling Kontrang-Kantring, mBecak, mBlantik Kecelik, Midang, Ngedan,

Pangkur Jenggleng, dan Gandrung. Bersama sang istri, Darsono, dan Arjo,

Basiyo mengemas dagelan Mataram menjadi segar dan kocak.

Di era 1990-an, dagelan Mataram mulai menghilang dari masyarakat.

Kesenian jenaka ini tergeser oleh jenis kesenian lain yang lebih baru semisal

campursari dan dangdutan.


c. Wayang Beber

Pertunjukan wayang beber dilakukan dengan pembacaan cerita atau

gambar yang melukiskan kejadian atau adegan yang terlukis pada kertas. Pada

saat ini, pertunjukan wayang beber dapat dikatakan sudah punah karena lukisan

mengenai wayang tersebut tidak dibuat lagi.

Wayang beber termasuk wayang yang paling tua usianya. Ia berasal dari

masa akhir zaman Hindu di Jawa. Pada mulanya, wayang beber berkisah tentang

cerita Mahabharata kemudian beralih ke cerita Panji dari Kerajaan Jenggala pada

abad XI dan mencapai jayanya pada zaman Majapahit sekitar abad XIV-XV.

Ketenaran wayang ini memudar sejak zaman Mataram. Salah satu wayang

beber yang tersisa ditemukan di Desa Gelaran, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung

Kidul, yang terletak 47 km sebelah tenggara kota Yogyakarta. Wayang beber

tersebut dinamai wayang beber Kyai Remeng, milik Ki Sapar Kromosentono

yang merupakan ahli waris ketujuh.

Menurut cerita rakyat di sana, wayang beber tersebut dibuat dalam rangka

peringatan tujuh bulan dalam kandungan Sultan Hadiwijaya (1546-1586) yang

terkenal dengan sebutan Jaka Tingkir. Di Jawa dinamakan mitoni. Setelah Jaka

Tingkir dinobatkan sebagai raja Pajang, Kyai Remeng dijadikan pusaka kerajaan

dan kemudian diwariskan ke Mas Ngabehi Saloring Pasar yang bergelar

Panembahan Senopati, putra angkatnya. Di kemudian hari Kyai Remeng

menjadi pusaka Keraton Mataram.


Hingga saat ini, wayang beber Kyai Remeng dianggap sebagai benda

pusaka oleh keluarga Ki Sapar Kromosentono. Setiap malam Jumat, benda

keramat ini diselamati dengan sesaji.

Gambar 2.3 Kesenian Wayang Beber Gaya Yogyakarta dan Kesenian Tayu Gaya

Yogyakarta
d. Tayub

Tayub berasal dari kata mataya yang berarti tarian dan guyub yang berarti

rukun. Jika digabungkan berarti tarian kerukunan atau tarian persahabatan. Di

Yogyakarta juga ada semacam tayub yang disebut beksan pangeranan. Seorang

penari bisa ditemani seorang teledek atau beberapa teledek secara bersamaan.

Saat gamelan berhenti, baru minuman disajikan. DahuIukala, tarian tayub hanya

dilakukan oleh kerabat bangsawan yang memang telah mahir menari.

Disebutkan dalam Serat Centhini, pada awal abad XIX putra Sunan Giri

III melakukan pengembaraan ke seantero Jawa. Waktu tiba di Desa Kepleng, ia

menyaksikan penduduk gemar bermain tabuh-tabuhan dan dilanjutkan dengan

tayuban dengan perempuan bernama Gendra. Dalam membawakan tarian,

Gendra begitu memukau penonton sehingga merangsang mereka untuk menari

bersamanya. Akibat mereka saling berebut untuk bisa menari bersama Gendra,

tidak jarang terjadi ketegangan, percekcokan, dan bahkan perkelahian. Gendra

memang berarti si pembuat onar.

Tayub yang berkaitan dengan ritus kesuburan masih ada di daerah Semin,

Gunung Kidul. Tayub diadakan dalam rangka perayaan datangnya Dewi Sri,

dewi kesuburan. Awalnya teledek menari dengan diiringi gending Sri Boyong,

agar Dewi Sri hadir di antara mereka untuk melindungi petani dari segala hama

tanaman. Kemudian dilanjutkan dengan gending Sri Katon untuk menghormati

Dewi Sri yang sudah hadir di antara mereka. Setelah gending Rujak Jeruk, maka

para penonton bersuka cita menari bersama teledek.


Dalam perjalanan waktu, tayub telah semakin jauh dari konsep luhur

tentang kesuburan. Tayub telah memudar dan dibelokkan pada wujud yang

mengesampingkan norma susila. Kehidupan penari tayub, yang disebut

ronggeng, lekat dengan kehidupan asusila dan tidak senonoh.2

e. Art Jog

Salah satu event kesenian yang setiap tahun nya selalu ada di Jogja yaitu

Art Jog. Art jog adalah peristiwa seni yang membuka ruang pertemuan bagi

gagasan dan ide-ide baru dalam kesenian. Beragam presentasi bentuk seni lintas

disiplin dapat ditemui di dalamnya. Dari seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni

pertunjukan hingga para pelaku industri kreatif pun dapat saling bersinggungan.

Komitmen ARTJOG adalah terus mengikis sekat-sekat yang membatasi praktik

dan pemaknaan dalam kesenian, sambil terus menumbuhkan dan merawat

jejaring antara sesama seniman, dengan pasar, dengan pemangku kebijakan, dan

dengan publik yang selama ini telah terbangun dengan baik. ARTJOG adalah

ruang berbagi; berbagi pengetahuan dan berbagi pengalaman estetika serta

perkembangan seni terbaru.3

Agenda seni kontemporer tahunan, Art Jog kembali digelar di Yogyakarta.

Gelaran Art Jog ke-11 berlangsung di Jogja National Museum (JNM) selama

sebulan penuh, mulai 4 Mei - 4 Juni 2018Art Jog tahun 2018 mengusung tema

'Pencerahan - Menuju Berbagai Masa Depan (Enlightenment - Toward Various

Future). Art Jog 2018 mencoba menghadirkan sesuatu yang berbeda dari tahun
2
https://www.senibudayaku.com/2017/11/kesenian-tradisional-yogyakarta-lengkap.html diakses
pada tanggal 8 Agustus 2018 pukul 3:35 wib
3
http://artjog.co.id dikases pada tanggal 2 juli 2018 pukul 23.21
sebelumnya. Terutama dari sisi kemasan dan karya-karya yang ditampilkan

disesuaikan dengan tema Enlightenment. Tema ini melanjutkan tema tiga tahun

sebelumnya yang berbicara mengenai pengalaman, yakni sosial, pengetahuan,

dan spiritual. "Dan seni memiliki kemungkinan untuk menghadirkan pencerahan

dan harapan melalui komunikasi seni, bidang keilmuan, sejarah seni, dan

semangat kekontemporeran. Semoga Art Jog 2018 menjadi pencerahan bagi

semua, baik dari ide, karya, dan pesan yang ingin disampaikan para seniman.

terdapat 54 seniman undangan dan pendaftaran (aplikasi) dari dalam dan

luar negeri yang akan menampilkan karya-karyanya. Para seniman tersebut lolos

seleksi dari aspek konsep kuratorial, kebaruan gagasan, dan eksplorasi terhadap

metode presentasi karya. "Dari dalam negeri ada dari Yogya, Bandung, Jakarta,

Solo, dan Surabaya. Lalu mancanegara ada 9 penampil, seniman dari Malaysia,

Filipina, Cina, Amerika, Jerman dan Australia," Selain itu, juga ada program

spesial Child's Story yang akan mengawali gelaran Art Jog 2018. Yakni sebuah

pertunjukan teater yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2-8 tahun dan akan

dipentaskan untuk pertama kalinya di Indonesia.

Serta program Curatorial Tour dan Meet the Artist untuk mengedukasi

publik tentang karya seni. Daily Performance dengan 83 penampil berbagai

bentuk kesenian seperti seni musik, pertunjukan, teater, dan seni tari setiap hari

selama penyelenggaraan Art Jog 11. Kemudian juga dihadirkan Merchandise

Project yang diikuti 79 institusi, komunitas, dan seniman untuk membuat dan

memasarkan produk kreatif. Dengan demikian Art Jog dapat menempati


fungsinya sebagai ruang berbagi pengetahuan dan pengalaman estetika serta

perkembangan seni terbaru

f. Festival Kesenian Yogyakarta

Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) adalah acara seni budaya yang

diadakan tahunan di Yogyakarta.FKY digelar tahunan antara bulan Juni sampai

Juli, diselenggarakan oleh pemerintah Provinsi D.I. YogyakartaKategori yang

ditampilkan umumnya berbentuk kesenian, hiburan keluarga, dan atraksi

kebudayaan. Bulan Juni dan Juli dipilih untuk menyamakan dengan puncak

liburan siswa. Acara berpusat di Benteng Vredeburg, Jalan Malioboro, Taman

Budaya Yogyakarta, Monumen Serangan Umum 1 Maret, kawasan titik nol

kilometer Yogyakarta, Kompleks Pasar Ngasem (2013-14), Taman

Kuliner Condongcatur, Sleman(2015-16) dan Planet Pyramid, Bantul (2017-4

Perkembangan teknologi, terutama internet, belakangan ini menciptakan

suatu perubahan signifikan di dalam ruang sosio-kultural masyarakat. Internet

tidak hanya membuka cakrawala masyarakat akan aktualitas informasi dari

berbagai wilayah di dunia, tetapi juga menjadikan masyarakat menjadi produsen

informasi sekaligus masyarakat maya (netizen).

Dalam fenomena tersebut, masyarakat sebagai produsen informasi pun

tampak semakin mengecilartikan narasi-narasi besar yang, di masa sebelumnya

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Festival_Kesenian_Yogyakarta diakses pada tanggal 8 Agustus
2018 pukul 21:31
menjadi suatu pijakan dalam memaknai sesuatu, termasuk juga kesenian. Wacana

seni, yang di masa sebelum era internet banyak diproduksi dan „dikuasai‟ oleh

mereka yang bergerak secara khusus di bidang seni, saat ini mulai bergeser.

Terdapat kecenderungan bahwa masyarakat saat ini mulai aktif dan kritis dalam

memaknai, bagaimana mengalami, mengapresiasi hingga menginterpretasi apa itu

seni.

Festival Kesenian Yogyakarta, yang telah mencapai usia ke-30 di tahun

2018 ini, mulai menyadari arti pentingnya narasi-narasi kecil yang diproduksi oleh

masyarakat mengenai dunia seni. Di sinilah, tema MESEMELEH diambil sebagai

wujud adaptasi FKY terhadap perubahan jaman. FKY mencoba untuk mulai

melihat masyarakat tidak hanya sebagai objek, tetapi juga subjek yang ikut

membangun wacana seni. FKY memberikan ruang seluas-luasnya bagi

masyarakat dalam memahami, menginterpretasi, maupun mengalami (experience)

dunia seni itu sendiri, yang harapan selanjutnya adalah FKY dapat melihat,

menginterpretasi, dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan mengenai seni di

masa mendatang.

Melalui MESEMELEH, yang diambil dari kata MESEM (senyum),

digabungkan dengan SEMELEH (nrima, ikhlas) merupakan wujud dari FKY yang

berupaya untuk tetap tersenyum dan nrima dengan perubahan jaman. Ini bukan

berarti FKY tunduk pada kondisi jaman saat ini, tetapi FKY berupaya untuk

beradaptasi dengannya. Narasi-narasi besar mengenai seni yang selama ini banyak

digunakan di dalam FKY, mulai dari tema, wacana, karya hingga penyajian, mulai

perlu untuk didekonstruksi, dengan cara beradaptasi dengan jaman dan memberi
kesempatan bagi generasi saat ini dalam memproduksi wacana seni sekaligus

menggagas suatu festival seni.

Diharapkan, dalam perhelatan ke-30 ini, akan muncul berbagai karya dan

penyajian yang tidak hanya memiliki nuansa narasi-narasi besar, tetapi juga

memiliki kedekatan (baik emosional maupun estetik) dengan masyarakat masa

kini. 5

Gambar 2.4 Penampilan Duo Senyawa dalam panggung pembukaan FKY 30 di Jalan Malioboro,
Senin (23/7/2018)

Pawai pembukaan yang digelar disepanjang Jalan Malioboro

menampilkan pawai budaya bertema topeng. cara pembukaan menyampaikan,

tema pawai pembukaan FKY 30 ini selain ingin menampilkan kerajinan topeng

tradisi hasil karya seniman lokal, juga ingin menyampaikan pesan bahwa topeng

sebagai sebuah simbol kondisi manusia yang pada saat tertentu bersembunyi dari

5
https://www.infofky.com/ diakses pada tanggal 8 Agustus 2018 pukul 21.34
identitasnya. Lebih luas lagi, melalui pawai budaya dalam pembukaan FKY 30

ini, topeng dipilih sebagai salah satu bukti bahwa seniman lokal dengan karya

mereka masih hidup dan bisa diapresiasi dengan beragam cara.

Salah satunya dengan tetap merespon karya mereka dalam berbagai

pertunjukkan seni dan budaya.

Untuk tema FKY kali ini, Roby menuturkan, tema Mesemeleh diambil

dari kata mesem dalam bahasa Jawa berarti senyum dan semeleh yang berarti

ikhlas.

Sekali lagi melalui tema ini, gelaran FKY 30 ingin menyampaikan pesan

bahwa menikmati kemajuan zaman dengan cara tetap tersenyum dan ikhlas

namun juga harus tetap bergerak memberikan karya nyata.6

2.1.3 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasikan

dan menginterpetasikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia

yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi

juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keaadan

individu yang bersangkutan. Aspek-aspek persepsi menurut Bimo Walgito yaitu:

a. Aspek Kognitif

Komponen ini tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki

sesoeorang tentang objek. Berkaitan dengan pikiran seseorang apa yang ada

dalam pikiran konsumen. Kognitif bersifat rasional, masuk akal.


6
http://jogja.tribunnews.com/2018/07/23/fky-ke-30-mesemelah-dibuka-sore-ini diakses pada
tanggal 8 Agustus 2018 pukul 21:44
b. Aspek Afektif

Komponen afektif berhubungan dengan rasa senang dan rasa tidak senang,

jadi sifatnya evaluative yang berhubungan erat dengan nilai-nilai

kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya. Berkaitan dengan perasaan,

bersifat emosional. Wujudnya bisa berupa perasaan senang, sedih, ceria, dan

gembira.

c. Aspek Konatif

Merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan

dengan objek sikapnya. Berkaitan dengan tindaka. Wujudnya adalah

tindakan seseorang terhadap obyeknya.

2.1.3.1 Pengukuran Persepsi

Menrut Azwar (2010) pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan

menggunakan Skala Likert dengan kategori sebagai berikut7

Tabel 2.1

Pengukuran sampel

Sangat Setuju SS

Setuju S

Kurang Setuju SKS

Tidak Setuju TS

Sangat Tidak Setuju STS

7
Jurnal oleh fentri. Persepsi Pengunjung Terhadap Daya Tarik Taman Wisata Alam Hutan Rimbo
Tujuh Danau Di Desa Wisata Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Riau.
Departement Of Administration- Torism Studies Program Faculty Of Social and Political Science
Riau University. Di akses pada tanggal 4 Juli 2018 pukul 16:34
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera atau juga disebut dengan peoses sensoris. Namun proses

itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan

proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Dalam persepsi stimulus

dapat datang dari luar, tetapi juga dapat dalam dari individu sendiri. namun

demikian sebagian besar stimulus datang dari luar individu yang

bersangkutan. Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam

diri individu, maka yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam

persepsi.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan

adanya beberapa faktor, yaitu :

a. Objek yang di persepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi. Tetapi juga

dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutaben yang langsung

mengenai syaraf penerima yang bekerja sebaga reseptor. Namun sebagian

terbesar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf, dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.

Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai
pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf

motoris.

c. Perhatian

Untuk meyadari atau untuk megadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam

rangka mengadakan persepsi. Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan

bahwa untuk megadakan persepsi adanya beberapa faktor yang berperan,

yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu (1) objek atau stimulus

yang dipersepsi: (2) alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf,

yang merupakan syarat fisiologis: dan (3) perhatian, yang merupakan syarat

psiokologis.

2.1.3.3 Proses terjadinya persepsi

Proses situmulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau

proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan diteruskan oleh

syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut psoses fisiologis. Sebagai akibat

dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu menyadari

dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. Skema

tersebut dapat di lanjutkan sebagai berikut.

L ____ S ____ O ____ R ____ L

L = Lingkungan

S = Stimulus

O = Organisme

R = Respon atau Reaksi


Namun demikian masih ada pendapat atau teori lain yang melihat kaitan

antara lingkungan atau stimulus dengan respon individu. Skema tidak seperti

yang dikemukakan diatas, tetapi brebentuk lain yaitu:

L_____ S _____ R _____ L

L = lingkungan

S= Stimulus

R= Respon

Tidak semua stimulus akan direspon oleh organisme atau individu. Respon

diberikan oleh individu terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang

menarik perhatian individu. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa yang

dipersepsi oleh individu selain tergantung

2.1.3.4 Objek Persepsi

Objek persepsi dapat dibedakan atas objek yang non manusia dan manusia.

Objek persepsi yang berwujud manusia ini disebut perception atau juga ada yang

berwujud sosial perception, sedangkan persepsi yang berobjekkan nonmanusia,

hal ini sering disebut sebagai sebagai nonsocial perception atau juga disebut

things perception.

2.1.3.5 Perhatian

Perhatian merupakan syarat psiokologis dala individu mengadakan

persepsi, yang merupakan langkah persiapan, yaitu adanya kesediaan individu

untuk mengadakan persepsi, perhatian merupakan pemusatan atau kosentrasi

dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada suatu objek atau

sekumpulan objek. Tetapi disamping itu individu juga dapat memperhatikan


banyak objek sekaligus dalam suatu waktu. Jadi yang dicakup bukanlah hanya

satu objek, tetapi sekumpulan objek-objek. Sudah barang tentu tidak semua

objek tersebut dapat diperhatikan secara sama. Jadi perhatian merupakan

penyelesaian terhadap stimulus. Makin diperhatikan sesuatu objek akan makin

disadari objek itu dan makin jelas bagi individu. Ditinjau dari segi timbulnya

perhatian, perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak

spontan.

a. Perhatian spontan, perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan

secara spontan, perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu.

Apabila individu telah mempunyai minat terhadap sesuatu objek maka

terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan, secara otomatis

perhatian itu akan timbul.

b. Perhatian tidak spontan, Perhatian yang ditimbulksn dengan sengaja, karena

itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya.

Dilihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu

waktu, perhatian dapat dibedakan, perhatian yang sempit dan perhatian yang

luas

a. Perhatian yang sempit, yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya

dapat memperhatikan sedikit objek.

b. Perhatian yang luas, Perhatian individu yang pada suatu waktu dapat

memperhatikan banyak objek sekaligus.

Sehubungan dengan ini perhatian dapat juga dibedakan atas perhatian yang

terpusat dan perhatian yang terbagi bagi


a. Perhatian terpusat, yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat

memusatkan perhatiannya pada suatu objek.

b. Perhatian yang terbagi- bagi, yaitu individu pada suatu waktu dapat

memperhatikan hal banyak atau objek.8

2.1.4 Persepsi dan Budaya

Contoh bagaimana budaya memengaruhi persepsi dan komunikasi

ditemukan dalam pembelajaran klasik oleh Bagby. Anak-anak meksiko dari

daerah desa dan anak-anak dari budaya dominan di Amerika serikat memandang,

untuk sesaat, sebuah streogram dimana satu mata diperlihatkan terhadap

pertandingan baseball, sementara yang lainnya diperlihatkan adu banteng. Secara

kesuluruhan, anak-anak melaporkan bahwa mereka melihat pemandangan yang

berhubungan dengan budaya mereka: anak-anak Meksiko cenderung melaporkan

bahwa mereka melihat pertandingan baseball. Apa yang terjadi adalah bahwa

anak-anak membuat pilihan berdasarkan latar belakang budaya mereka; mereka

cenderung untuk melihat dan melaporkan apa yang biasa bagi mereka.

Eksperimen lain juga menunjukan bagaimana budaya mempengaruhi

persepsi, perkataan, perilaku, anak-anak yang mereflesikan ketegasan,

kegembiraan, dan perhatian yang dinilai secara positif oleh ibu-ibu Kaukasia.

Ibu-ibu Navajo yang mengamati tipe perilaku yang sama pada anak mereka

mengatakan hal tersebut sebagai hal yang nakal dan tidak disiplin

Bagi ibu-ibu dari suku Navajo perkataan dan perilaku asertif menyatakan

ketidaksopanan, kegelisahan, berpusat pada diri sendiri, dan kurang disiplin;

8
Walgito. 2004. Pengantar Psikologi umum. ANDI. Yogyakarta hal 87-100
bagi ibu-ibu Kaukasia perilaku yang sama mencerminkan displin diri, sehingga

bermanfaat bagi si anak.

Kredibilitas pribadi merupakan sifat yang dibentuk oleh budaya akibat

variasi budaya, seperti yang diilustrasikan oleh De Mente:

Seperti yang diketahui, kebanyakan orang Amerika dan Eropa


menghargai keterusterangan, presentasi yang detail, dan debat yang
hangat berdasarkan fakta juga asumsi. Sebaliknya, selama lebih dari
ribuan tahun, orang Jepang diprogramkan untuk bebricara di depan
umum hanya pada tatemae (menekankan ekspetasi sosial), dan
menyatakan home mereka ( pandangan sebenarnya) hanya pada ruang
lingkup pribadi saja

(Persepsi itu hal yang selektif poa persepsi itu juga dipelajari )

Contoh lain, di Meksiko, status sosial merupakan indikator utama

kredibilitas, namun tidak di Amerika Serikat. Bahkan, persepsi terhadap sesuatu

sesederhana kedipan mata dipengaruhi oleh budaya berbeda menginterpretasikan

peristiwa yang sama dengan cara yang berbeda. Berkedip ketika orang lain

berbicara jarang ditemukan pada orang Amerika Utara, namun perilaku yang

sama dianggap tidak sopan di Taiwan.

Di Amerika Serikat budaya “mengajarkan” nilai budaya muda dan

menolak penuaan. Menurut peneliti komunikasi, “orang muda kurang

berinteraksi dengan orang tua dibandimgkan dengan orang muda atau separuh

baya”. Pandangan negatif mengenai orang tua ditemukan dalam semua budaya.

Misalnya, di budaya Arab, Asia, Amerika Latin dan Amerika Indian, pandangan

terhadap orangtua adalah positif. Perhatikan apa yang dikatakan oleh Hariss dan

Moran Mengenai orang tua di Afrika:


Dipercaya bahwa ketika, seseorang semakin tua, maka ia semakin-
dewasa kehidupan memberikan seseorang dengan pengalaman yang
bervarias. Dengan demikian, di Afrika usia merupakan suatu aset :
semakin tua seseorang, semakin dihormatilah ia di dalama masyarakat,
dan terutama dari yang muda.

Jelaslah dari contoh ini bahwa adanya budaya memengaruhi realitas

sesorang dan ada hubungan langsung antara budaya, persepsi, dan perilaku.

Konsep ini dinyatakan kembali oleh Chiu dan Hong yang menuliskan. “ bahkan,

setiap proses kognitif dasar, seperti perhatian dan persepsi merupakan hal yang

lunak dan dapat diperoleh pengalam budaya.9

9
Samovar, Larry A. Porter, Richard E. McDaniel, Edwin R. 2010. Komunikasi Lintas
Budaya . Salemba Humanika: Jakarta. Hlmn 222-223.

Anda mungkin juga menyukai