BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………….…… 1
B. Tujuan Pelaksanaan …………………………………………….. 1
C. Metode Pelaksanaan ……………………………………………. 1
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan……………… ……………….. 2
A. Latar Belakang
Seiring dengan pendidikan yang semakin modern dan berkembang,yang tidak
hanya mengandalkan teori/materi serta terpacu pada buku yang ada di sekolah, tapi
perlunya praktek dengan cara terjun langsung mengamati objek yang selalu di pelajari,
sehingga pelajaran lebih efektif dan efesien.
Berdasarkan tuntutan kurikulum berbasis KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), kegiatan Study Tour dilaksanakan pada semester ganjil kelas XII. Kegiatan
pembelajaran dilakukan melalui dua cara, yaitu suatu kegiatan di luar kelas dalam bentuk
studi lapangan Kota Bitung atau siswa-siswi terjun langsung di lapangan guna menambah
pengetahuan dan pengalaman langsung di lapangan.
B. Tujuan Pelaksanaan
Menambah wawasan berupa Ilmu Pengetahuan
1. Melalui studi lapangan di PT. INDOFOOD, siswa dapat melihat secara langsung proses
pembuatan sampai pengemasan mie instan serta mengetahui manfaat dan kerugian dalam
mengonsumsi mie instan.
2. Siswa dapat mengenal sejarah Minahasa di Benteng Moraya Tondano
3. Siswa dapat menambah pengetahuan mengenai satwa-satwa langka yang jarang ditemui
disekitar kita, di Taman Marga Satwa kebun Binatang Mini Bitung Sulawesi Utara
4. Siswa dapat menambah pengetahuan sejarah tentang Trikora yang berada di pulau
lembeh Kota Bitung.
5. Siswa dapat mengetahui dan melihat lansung bagaimana proses-proses pembangkitan
Listrik dari air di PLTA tonsealama
6. Siswa dapat mengetahui sejarah-sejarah yang ada di Sulawesi Utara dalam Museum
Provinsi Sulawesi Utara
7. Siswa dapat mengetahui tentang sejarah Pekamanan Tradisional Kuno Masyarakat
Minahasa di Waruga Sawangan
Melihat secara langsung praktek segala Teori yang sudah di dapat di sekolah.
Melihat secara langsung perindustrian yang ada di Kota Bitung.
Menerapkan ilmu pengetahuan dan dapat menarik kesimpulan sebagai bekal
pengetahuan dimasa yang akan datang.
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pengerjaan laporan ini adalah:
Metode Observasi
Yaitu dengan melihat langsung objek yang dikunjungi atau diteliti dan mencatat
kesimpulan dari hasil penelitian
Metode Literatur
Yaitu dengan menggunakan media internet.
1. Sejarah indofood
Indofood at a Glance
Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“Indofood” atau
“Perseroan”) telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions
dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan,
mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang
tersedia di pasar. Kini, Indofood dikenal sebagai perusahaan yang mapan dan terkemuka
di setiap kategori bisnisnya. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood
memperoleh manfaat dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat
Kelompok Usaha Strategis (“Grup”) yang saling melengkapi sebagai berikut:
Produk Konsumen Bermerek (“CBP”). Kegiatan usahanya dilaksanakan oleh PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP”), yang sahamnya tercatat di Bursa Efek
Indonesia (“BEI”) sejak tanggal 7 Oktober 2010. ICBP merupakan salah satu produsen
makanan dalam kemasan terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk
makanan dalam kemasan. Berbagai merek produk ICBP merupakan merek–merek yang
terkemuka dan dikenal di Indonesia untuk makanan dalam kemasan.
2. Proses Pembuatan Mie Pt. Indofood Alur Produksi
a) PENGAYAAN TEPUNG
berfungsi untuk memisahkan tepung yang akan dipakai dari kotoran yang ada di dalam
tepung
b).PENUANGAN TERIGU (SCREW)
Proses Screw adalah proses awal yaitu menuangkan bahan-bahan baku kedalam satu
tempat untuk dijadikan adonan. Bahan-bahan tersebut adalah tepung terigu, minyak, dan
air.
c) PENCAMPURAN (MIXING) Mixing adalah proses pencampuran bahan yang
digunakan dalam pembuatan mie instan Bahan – bahan yang dicampur :
Tepung terigu
Tepung gaplek
Tepung tapioka atau pati,
Alkali (maksimal 35%) dan
Air
1. Tahap awal ( pencampuran alkali dengan kadar air)
2. Tahap akhir (pengadukan secara cepat sehingga dihasilkan campuran yang homogen).
c) PENGEPRESAN (PRESSING) DAN PEMBENTUKAN GELOMBANG
Laminate Roller Pressing merupakan proses pembentukan lembaran adonan dengan
ketebalan tertentu Adonan mie dari mixer ditampung oleh feeder DCM. Dipress oleh
dough presser menjadi dua lembar adonan. ditangkap oleh roll press untuk dipress
menjadi selembar adonan dengan ketebalan yang lebih rendah dari sebelumnya. hal yang
harus diperhatikan : Ketepatan pemasangan mangkok pemisah mie, Kebersihan slitter,
Fungsi sisir mie harus baik.
d) PEMBENTUKAN UNTAIAN MIE (SLITTING)
Proses slitting adalah proses penyisiran adonan sehingga bentuknya halus dan kriting.
e) PENGUKUSAN (STEAMING)
Proses pemanasan yang dilakukan dengan uap air panas (98oC) sebagai media
penghantarnya Fungsi : untuk mendukung proses terjadinya gelatinisasi gluten. Dengan
beberapa tahap proses gelatinisasi yaitu pembasahan, tahap gelatinisasi dan tahap
solidifikasi Prinsip kerja : Untaian mie yang telah ditangkap oleh Waving Net Conveyor
selanjutnya dilewatkan melalui steam box dengan menggunakan mesin Boiler Stremer.
f) PEMOTONGAN (CUTTING)
Cutting merupakan proses pemotongan untaian mie menjadi blog mie yang mempunyai
ukuran tertentu dengan standar berat dan ukuran mie instan tergantung dari jenis mie
Cutter.
g) PENGGORENGAN (FRYING)
Merupakan salah satu metode pengawetan bahan pangan Metode : Metode frying
digunakan adalah deep fat frying dimana seluruh bagian terendam oleh minyak selama
dilakukan proses frying dengan temperature 150 oC selama 3 menit Kematangan mie
instan dipengaruhi oleh 3 faktor : 1. Level minyak 2. Lama waktu frying 3. Suhu minyak
goreng Fryer.
h) PENDINGINAN (COOLING)
Cooling merupakan proses penurunan suhu mie instan, selama 1 menit dengan cara
melewatkan mie dalam cooling box yang berisi fan Suhu mie setelah cooling adalah
kurang dari 45oC dan kemudian ditangkap oleh konveyor untuk selanjutnya dikemas
Booler.
i) PENGEMASAN (PACKING)
Packing merupakan proses pembungkusan mie dan seasoningnya dengan kemasan,
dengan meliputi dua tahap yaitu packing dengan etiket dan dengan karton.
j) PEMASUKAN DALAM KARTON (CARTOONING)
Proses cartooning adalah memasukan mie kedalam karton, lalu disimpan didalam gudang.
Dalam pertemuan ini kami banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lansung
di jawab oleh yang bertanggung jawab. Daftar pertanyaannya sebagai berikut
1. Mengapa bumbu-bumbu dari mie instant produksi PT Indofood bitung tidak di
produksi lansung oleh PT Indofood bitung, bukankah itu lebih mempermudah
dproduksi lansung dan untuk mempercepat pengemasan dan di distribusikan
hingga lebih meningkatkan nilai produksi?
2. Bagaimana cara penggorengan mie tersebut, apakah terdapat bahan kimia tertentu
atau tidak sehingga dapat bertahan dlam waktu yang sudah ditentukan?
3. Apakah penyakit tipes memang benar ditimbulkan oleh Mie Instant?
4. Apakah ada bahan kimia yang terdapat pada kemasan Pop Mie Cup ini karena
tidak terurai ketika disriam oleh air panas, ataukah ada bahan-bahan kimia yang
akan ikut dalam Cup yang digunakan dalam kemasan Pop Mie ini?
5. Menurut isu yang dikatakan masyarakat banyak bahwa Mie Instant mengandung
Lilin apakah itu benar?
6. Dari menurut isu lagi yang dikatakan masyarakat bahwa Mie Instant dapat
menggemukkan pengonsumsinya apakah benar? Mengapa demikian? Apakah ada
bahan kimia tertentu yang mengakibatkan itu dan bahan kimia apakah itu?
7. Pada saat steaming atau pengkusan berapakah titik didih air yang diperlukan untuk
menghasilkan uap pada proses tersebut?
8. Kenapa PT Indofood bitung divisi Noodle membuat beberapa brand berbeda,
kenapa tidak dibuat 1 saja, bukankah dengan hanya membuat 1 brand saja dapat
mempermudah proses distribusinya.?
9. Apakah dari setiap brand yang berbeda itu ditemukan lansung oleh PT Indofood
atau dibeli dari perusahaan lain?
10. Bagaimana strategi PT Indofood agar produk-produknya lebih unggul dari produk-
produk Mie perusahaan lain?
11. Jika menemukan bumbu pada Mie Instant terntu yang sudah mengeras, apakah itu
masih bisa dikonsumsi atau tidak?
12. Apakah dibolehkan jika Mie Instant dikonsumsi secara mentah atau tidak dimasak
sesuai prosedur yang terdapat dalam Mie Instant tersebut?
13. Apakah tepung yang digunakan PT Indofood itu adalah tepung terigu ada pemasok
tersendiri atau dibeli dari perusahaan lainnya?
14. Kenapa kebanyakan pabrik Indofood yang dibangun diluar negeri lebih banyak
dibagian timur tengah apakah PT Indofood tidak ingin membuka cabang dibagian
amerika yang mempunyai pemasaran yang lebih luas?.
15. Yang sering kita dengar apakah mengonsumsi Mie Instant Goreng bersama nasi
bisa membuat gemuk apakah itu benar?
16. Apa bisa Mie Instant dikonsumsi bersama nasi?
17. Apakah bisa Mie Yang sudah dipakai Airnya bisa dipakai kembali?
18. Bagaimana cara penyajian yang baik dan benar, yang tidak menyebabkan penyakit
sebagaimana yang tersebar dimasyarakat luas?
19. Menurut isu, mengonsumsi Mie Instant selama 1 bulan berturut-turut dapat
menyebabkan penyakit kanker dan ginjal apakah itu benar?
20. Kenapa Mie Sarimie Gelas, bukan Mie Sarimie Mangkok, apakah ada maksud
daya tarik pemasaran?
21. Apakah ada perbedaan kualitas antara Indofood di luar negeri dan dari produk
local?
22. Bagaimana cara BPOM mengungkapkan bahwa Mie Instant aman untuk
dikonsumsi?
23. Apa visi dan misi dari PT Indofood bitung ini?
24. Apakah sumber energi lain selain energi PLN dan Gengset?
25. Apakah dengan terlalu banyak rasa itu bisa memberikan keuntungan, atau
menurrut saya jika sudah terlalu bnbayk rasa maka orang akan bingung untuk
menentukan rasa Mie instant yang akan dikonsumsi?
26. Apakah aman mengonsumsi Mie Instant setiap hari?
27. Siapa perintis pertama PT Indofood Indonesia dan sejak kapan PT Indofood
masuk di Indonesia?
28. Dimanakah pertama kali pabrik Indofood dibangun, dan tahun berapakah Indofood
ini didirikan?
29. Berapakah jumlah produksi dalam 1 hari itu yang PT Indofood keluarkan?
30. Apakah ada kelebihan dari produk yang dihasilkan oleh PT Indofood?
Taman Marga Satwa Tandurusa ini lokasinya berada di Aertembaga Kota Bitung dan
memiliki dasar hukum yaitu SK Menhut no. 287 11-2007. Keunikan yang dimilikinya
adalah koleksi beberapa hewan-hewan khas tipe peralihan yang sangat menarik untuk
dilihat dengan segala tingkah polahnya. Salah satu hewan di tempat ini adalah Tarsius
Spectrum atau sebutan lokalnya tangkasi. Binatang lucu itu juga mendapat predikat
primata terkecil di dunia. Hewan itu berhabitat di ranting pepohonan dan termasuk hewan
nokturnal. Sangat menggemari serangga terutama jangkrik. Selain Tarsius, terdapat pula
Kus-kus Beruang yang merupakan salah satu spesies kus-kus yang berukuran lebih besar
dan bentuk kepalanya mirip beruang madu. Ada pula Babi Rusa dengan taring yang
menjembul keluar mulutnya. Beberapa spesies burung-burung khas Sulawesi juga turut
menjadi koleksi taman marga satwa ini. Ada juga satwa besar lainnya yang termasuk
hewan ganas seperti ular piton yang berukuran dua kali paha orang dewasa, buaya, dan
juga beberapa jenis primata.
1. Elang Bondol
3. Kukang
Klasifikasi Kukang
Kingdom: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Famili : Lorisidae
Genus : Nycticebus
Spesies : N. coucang
nama latin : Nycticebus Coucang
Deskripsi
Kukang (Nycticebus sp) Salah satu jenis hewan yang dilindungi karena masuk dalam
kategori rentan atau hampir punah. Kukang terdiri dari 8 marga dan terbagi lagi menjadi
14 jenis yang tersebar mulai Afrika hingga negara-negara Asia, khususnya Asia Selatan
dan Asia Tenggara. Di Indonesia ditemukan tiga jenis yaitu kukang jawa (Nycticebus
javanicus), kukang borneo (Nycticebus menagensis), dan kukang besar (Nycticebus
coucang). Kukang adalah hewan primata yang hidup di atas pohon dan bergerak di antara
ranting-ranting dengan lambat, kelihatan seperti malu-malu, memiliki penampilan yang
menarik, lucu dan sangat menggemaskan dengan mata berwarnah coklat yang besar, bulu
halus, lembut dan kecil mungil sehingga banyak orang yang tertarik menjadikan sebagai
hewan peliharaan.
Kukang memiliki gigitan beracun. Sebagai hewan yang tidak terlalu kuat dalam
bertarung melawan predatornya, kukang memiliki mekanisme pertahanan diri berupa
gigitan beracun. Racun itu berasal dari liur kukang yang akan ikut masuk ke tubuh lawan
lewat tancapan gigi. Selain itu, racun dari liur kukang juga digunakan untuk melindungi
anaknya yang masih kecil. Kukang betina akan menjilatkan liur ke seluruh rambut anak
kukang untuk melindunginya. Kukang terbesar di temukan di India dengan berat antara 1-
2 kg. Sedangkan kukang terkecil ditemukan di Kalimantan dengan berat hanya 250-500
gram. Mereka dapat hidup hingga 25 tahun. Kukang betina mengalami kehamilan hingga
6 bulan dan melahirkan anak yang memiliki berat kurang dari 50 gram.Kematangan organ
reproduksi dari kukang adalah 10 bulan untuk kukang betina dan satu tahun untuk kuskus
jantan. Biasanya hewan ini kawin hingga dua kali dalam setahun. Seekor kukang hanya
memiliki 1 bayi setiap melahirkan.Termasuk jenis hewan omnivora. Hewan ini memakan
macam-macam serangga, cacing, mamalia kecil, buah, daun, dan berbagai jenis telor.
4. Iguana
Klasifikasi Iguana
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Iguanidae
Genus : Iguana
Spesies : Iguana
Nama Latin : Iguana Iguana
Deskripsi
Iguana ialah sejenis kadal yang hidup di daerah tropis di Amerika Tengah, Amerika
Selatan, dan Karibia. Pertama kali mereka disebutkan oleh seorang naturalis
berkebangsaan Austria Josephus Nicolaus Laurenti pada tahun 1768. Ada 2 spesies yang
berbeda dari jenis kadal ini: iguana hijau dan iguana Antilles Kecil. Kedua spesies kadal
tersebut memiliki lipatan kulit di bawah rahang, sekumpulan kulit yang mengeras yang
berderet di punggungnya hingga ekor, dan "mata ketiga" di kepalanya. Mata ini disebut
sebagai mata parietal, yang mirip seperti tonggak di atas kepalanya. Di belakang lehernya
ada sisik kecil yang menyerupai paku panjang, dan disebut tuberculate scale. Iguana juga
memiliki sisik besar bundar di pipinya yang disebut sebagai selubung subtimpani. Iguana
memiliki penglihatan yang baik dan bisa melihat bentuk, bayangan, warna, dan gerakan
pada jarak yang jauh. Iguana menggunakan matanya untuk mengarahkannya mengarungi
hutan lebat, untuk menemukan makanan. Mereka juga menggunakan matanya untuk
berkomunikasi dengan anggota spesies yang sama. Mereka merespon rangsangan visual
berupa warna seperti jingga, kuning, merah muda, dan biru yang terdapat pada substansi
makanan mereka. Telinga iguana disebut timpanum, yang merupakan gendang telinga
iguana dan terdapat di kanan atas selubung subtimpani dan di belakang mata. Ini adalah
bagian tubuh iguana yang amat tipis dan lembut, dan amat penting untuk
pendengarannya. Mereka sering kali sulit untuk diketahui keberadaannya karena
kemampuan mereka untuk menyatu dengan lingkungannya. Warna hijau alaminya sangat
membantu dalam menyembunyikan dirinya dari predator.
5. Elang Laut
Klasifikasi Elang Laut
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Falconiformes
Family : Accipitridae
Genus : Haliaeetus
Species : H. leucogaster Gmelin, 1788
Nama Latin : Haliaetus leucogaster
Deskripsi
Mempunyai panjang tubuh 70–85 cm, rentang sayap 178–218 cm dengan berat
tubuh jantan 1,8 – 2,9 kg dan betina 2,5 – 3,9 kg. Bagian atas berwarna abu-abu
kebiruan, sedangkan bagian bawah, kepala dan leher berwarna putih. Iris coklat.
Kuku, paruh dan sera berwarna abu-abu. Tungkai tanpa bulu dan kaki berwarna abu-
abu. Saat terbang, ekornya yang pendek tampak berbentuk baji dan sayapnya
terangangkat ke atas membentuk huruf V. Saat masih muda atau juvenile, berwarna
coklat seperti elang bondol muda. Biasanya elang ini bertelur 1 - 2 butir Penyebaran
Di Dunia : India, Asia Tenggara, Filipina, Indonesia dan tersebar luas di Australia. Di
Indonesia : Karimunjawa, Simeulue, Nias, Musala, Banyak, Batu dan Kepulauan
Mentawai, Sumatra, Riau dan Kepulauan Lingga, Bangka, Belitung, Kalimantan,
Kepulauan Maratua, Panaitan, Laut, Tinjil, Deli, Panaitan, Jawa, Bawean, Kepulauan
Seribu Kepualauan Kangean, Bali, Lombok, Moyo, Sumbawa, Komodo, Padar,
Rinca, Palu, Flores, Ende, Besar, Lomblen, Alor, Sumba, Roti, Timor, Lucipara,
Kisar, Romang, Leti, Sermata dan Kepulauan Tanimbar, Tanahjampea, Selayar,
Kepualauan Kalaotoa, Sulawesi, Lembeh, Muna, Buton, Banggai, Sula, dan
Kepulauan Talaud, Ternate, Halmahera, Rau, Muor, Morotai, Bacan, Obi, Buru,
Kelang, Ambon, Seram, Manuk, Banda, Watubela, Tayandu, Kai, Kepulauan Aru,
Waigeo dan Irian Jaya.
Habitat ditemukan di seluruh daerah, berputar-putar sendirian atau berkelompok di
atas perairan. Mengunjungi pesisir, sungai, rawa-rawa dan danau sampai ketinggian
3000 m. Musim berbiak: Musim kawin di Pulau Kalimantan dan Asia tenggara
Januari – Juli. Di Jawa dan Sulawesi musim kawinnya adalah beberapa bulan (tetapi
kebanyakan Mei – Oktober). Sarang: sangat besar dengan lebar 1,2-1,5 m (bila
digunakan secara menerus dapat mencapai 3 m) dan kedalaman 0,5 – 1,8 m. Terdiri
dari dedaunan hijau, rerumputan dan rumput laut. Kebanyakan bertelur 2 butir,
dengan masa pengeraman 40-45 hari. Makanannya cukup bervariasi, namun tidak
seluruh jenis dimakan. Terutama memakan ular laut, kura-kura dan penyu kecil,
burung-burung air seperti penggunting laut, petrell, camar, cikalang, pecuk dan
cangak. Juga burung burung air besar seperti angsa-angsaan, bebek dan belibis.
Mamalia umumnya hewan pengerat domestik. Cara berburu jenis ini hampir
menyerupai Elang Bondol Haliastur indus yaitu terbang berputar sambil mengawasi
permukaan air dan seketika akan meluncur ke mangsanya begitu mangsa terlihat.
Menangkap mangsanya menggunakan kakinya yang kuat. Dapat membawa mangsa
yang besar sambil terbang.
6. Kasuari
Klasifikasi Kasuari
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Order : Casuariformes
Keluarga : Casuaridae
Genus : Casuarius
Spesies : C. Causarius
nama latin: Casuarius casuarius
Deskripsi
Semua kasuari biasanya burung pemangsa di hutan dalam, mahir menghilang jauh
sebelum manusia tahu mereka ada di sana. Kasuari selatan hutan hujan utara Queensland
utara tidak diteliti dengan baik, dan kasuari utara dan kurcaci pun tidak begitu. Betina
lebih besar dan lebih berwarna cerah. Kasuari dewasa dewasa setinggi 1,5 sampai 1,8 m
(4,9-5,9 kaki), meskipun beberapa betina mencapai 2 m (6,6 kaki), dan berat 58,5 kg (129
lb).Semua kasuari memiliki bulu yang terdiri dari poros dan barbules yang longgar.
Mereka tidak memiliki retrices (bulu ekor) atau kelenjar preen. Kasuari memiliki sayap
kecil dengan 5-6 porsi besar. Ini dikurangi menjadi dasi kaku, keratinous, seperti landak
landak, tanpa bumbung. Cakar ada di setiap jari kedua. Furcula dan coracoid merosot, dan
tulang palatal dan tulang sphenoid saling bersentuhan. Ini, bersama dengan tubuh
berbentuk baji mereka, dianggap sebagai adaptasi untuk menangkal tanaman merambat,
duri, dan daun bergerigi, yang memungkinkan mereka berlari dengan cepat melalui hutan
hujan. Kasuari menggunakan kaki mereka sebagai senjata. Kasuari memiliki kaki tiga jari
dengan cakar yang tajam. Jari kaki kedua, bagian dalam di posisi medial, olahraga seperti
cakar seperti pisau yang bisa panjangnya 125 mm (5 in). Cakar ini sangat menakutkan
karena kasuari terkadang menendang manusia dan hewan dengan kaki mereka yang
sangat kuat. Kasuari bisa berjalan hingga 50 km / jam (31 mph) melalui hutan lebat dan
bisa meloncat hingga 1,5 m (4,9 kaki). Mereka adalah perenang yang baik, menyeberangi
sungai yang luas dan berenang di laut. Ketiga spesies ini memiliki kulit kerang yang
ditutupi keratin pada kepala mereka yang tumbuh seiring bertambahnya usia. Bentuk dan
ukuran casque, sampai 18 cm (7,1 inci), bergantung pada spesies. Casuarius casuarius
memiliki bentuk terbesar dan Casuarius bennetti yang terkecil (bentuk tricorn), dengan
Casuarius unappendiculatus memiliki variasi di antaranya. Bertentangan dengan temuan
sebelumnya, bagian dalam dari casque dibentang dengan serat halus yang diyakini
memiliki fungsi akustik. Beberapa fungsi untuk casque telah diusulkan. Salah satunya
adalah bahwa mereka adalah ciri seksual sekunder. Fungsi lain yang disarankan termasuk
digunakan untuk adonan melalui semak belukar, sebagai senjata dalam perselisihan
dominasi, atau untuk menyingkirkan sampah samping saat mencari makan.
Suara "booming" yang dihasilkan oleh kasuari adalah seruan burung dengan frekuensi
terendah yang diketahui dan berada pada batas bawah pendengaran manusia. Fungsi
pendinginan untuk kantung guineafowl yang sangat mirip telah diusulkan. Umur rata-rata
kasuara liar diyakini sekitar 40 sampai 50 tahun. Spesies ini diduga menurun secara cepat
secara keseluruhan, berdasarkan keyakinan bahwa ia telah mengalami penurunan yang
cepat di Australia selama tiga generasi terakhir . Dengan demikian, jumlah spesies setara
dengan 6.667-13.333 individu dewasa, dibulatkan ke sini sampai 6.000-15.000 individu
dewasa. Habitat and Ecology Ini adalah penghuni hutan hujan soliter dan tidak
berpindah-pindah, kadang-kadang menggunakan hutan padang rumput, hutan mangrove
dan perkebunan buah yang berdekatan. Makanannya sebagian besar terdiri dari buah yang
jatuh, meski cukup membeda-bedakan. Jarak antara 0 m dan paling sedikit 500 m di
Papua Nugini, dan telah tercatat sampai 1.400 m di Australia.
7. Burung Maleo
Klasifikasi Burung Maleo
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Megapodiidae
Genus: Macrocephalon
Spesies: M . maleo
Nama Latin : Macrocephalon Maleo
Deskripsi
Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo
adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan
merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon. Yang unik
dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa terbang. Ukuran
telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata
11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam.
Namun saat ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telur-
telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor
saat ini. Ciri-Ciri Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata
berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi
bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau
jambul keras berwarna hitam. Jantan dan betina serupa. Biasanya betina berukuran
lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan. Maleo Senkawor
adalah monogami spesies. Populasi Tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan
maleo. Sejauh ini, ladang peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah
geologi yang berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia.[1] Populasi
burung endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau
Sulawesi seperti di Gorontalo (Bone Bolango dan Pohuwato) dan Sulawesi Tengah
(Sigi dan Banggai). Populasi maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90%
semenjak tahun 1950-an. Berdasarkan pantauan di Cagar Alam Panua, Gorontalo dan
juga pengamatan di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah, jumlah populasi dari
maleo terus berkurang dari tahun ke tahun karena dikonsumsi dan juga telur-telur
yang terus diburu oleh warga. Habitat Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka,
daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi
untuk menetaskan telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari
telur ayam. Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan
bersembunyi ke dalam hutan., kemampuan sayap pada anak maleo sudah seperti
unggas dewasa, sehingga ia bisa terbang, hal ini dikarenakan nutrisi yang terkandung
di dalam telur maleo lima kali lipat dari telur biasa, anak maleo harus mencari makan
sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan
burung elang Makanan Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut,
kumbang serta berbagai jenis hewan kecil
8. Babi Rusa
Klasifikasi Babi Rusa
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Artiodactyla
Famili: Suidae
Genus: Babyrousa
Spesies: Babyrousa
Nama Latin : Babyrousa Babyrussa, Babyrousa bolabatuensis ,
Babyrousa celebensis, Babyrousa togeanensis
Deskrispsi
Babirusa adalah marga hewan dari beberapa jenis babi liar yang hanya terdapat di
sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan pulau-pulau Maluku
lainnya. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar
melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka
hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas
yang sering menyerang. Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter.
Tinggi babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90
kilogram. Jantan memiliki taring yang mencuat ke atas, sedangkan taring pada betina
kecil atau tereduksi. Taring ini berasal dari gigi taring yang termodifikasi. Taringnya
panjang mencuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan.
Babirusa memiliki tiga subspesies yang masih ada saat ini dan diakui. Bentuk
(tiga) bentuk kehidupan digambarkan sebagai berikut:
1. B. babyrussa, babirusa 'berbulu' atau 'emas' diketahui hanya dari pulau Buru dan
Taliabu, Sulabesi (tempat sekarang punah) dan, mungkin, Mangole di Kepulauan
Sula. Ini adalah subspesies terkecil,dan sebaliknya ditandai dengan rambutnya
yang panjang dan tebal, yaitu berwarna putih, emas krem, hitam atau emas dengan
pantat hitam. Bagian atas taring jantan biasanya pendek dan ramping, dengan
alveolus ke depan diputar, sehingga lower canine melintasi upper di lateral view.
2. B. togeanensis , babirusa Kepulauan Togian adalah, seperti namanya
menyarankan, terbatas pada Kepulauan Togian, di antara semenanjung utara dan
Sulawesi Tengah. Ini adalah subspesies terbesar. Hal ini juga ditandai dengan
kepemilikan rambut, meskipun tidak lebih tebal dan panjang. Bagian atas juga
lebih gelap dari pada bagian di bawah bagian dan coklat muda, coklat atau hitam.
Gigi taring bagian atas jantan biasanya pendek, ramping dan agak diputar ke
depan, dan selalu konvergen.
3. B. celebensis, ini tentu hanya diketahui dari utara semenanjung dan bagian timur
laut daratan Sulawesi, termasuk lepas pantai pulau Lembeh. Ini adalah satu-
satunya subspesies yang harus dipertahankan penangkarannya pada saat ini dan
karena itu yang paling akrab. Jantan dewasa Ukuran tubuh cukup besar (meski
lebih kecil dari subspesies sebelumnya), mulai dari 60 dan 100 kg. Wanita sekitar
30% lebih kecil. ini Biasanya dianggap telanjang, meski pada kenyataannya
rambut tubuhnya hanya pendek (0,5-1,0 cm), jarang dan berwarna coklat tua di
atas kulit abu-abu. Gigi taring bagian atas dari jantan umumnya panjang dan tebal,
dan alveoli ditanam secara vertikal, sehingga taring atas muncul secara vertikal
dan tidak disilangkan oleh kanin bawah, dan konvergen di hampir semua kasus.
9. Musang
Klasifikasi Musang
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Vivirridae
Genus: Paradoxurus
Spesies: P. hermaphroditus
Nama Latin : Paradoxurus hermaphrodites
Deskripsi
Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar
40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus. Sisi atas
tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua)
sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis
gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-
bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Wajah, kaki dan ekor coklat
gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna
keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi,
dari arah hidung ke atas kepala. Posisi kelamin musang betina dekat dengan anus dan
memiliki tiga pasang puting susu, sedangkan posisi kelamin musang jantan dekat
dengan pusar. Musang luwak adalah salah satu jenis mamalia liar yang kerap ditemui
di sekitar pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat dan
bersifat arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun tidak segan
pula untuk turun ke tanah. Musang juga bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk
mencari makanan dan aktivitas lainnya. Di alam liar, musang kerap dijumpai di atas
pohon aren atau pohon kawung, rumpun bambu, dan pohon kelapa, jika di perkotaan
biasanya musang bersarang di atap rumah warga, karena habitat alaminya sudah
terganti oleh rumah-rumah manusia. Dalam gelap malam tidak jarang musang luwak
terlihat berjalan di atas atap rumah, meniti kabel listrik untuk berpindah dari satu
bangunan ke lain bangunan, atau bahkan juga turun ke tanah di dekat dapur rumah.
Musang luwak juga menyukai hutan-hutan sekunder. Musang ini kerap dituduh
sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya lebih sering memakan aneka buah-
buahan di kebun dan pekarangan. Termasuk di antaranya pepaya, pisang, dan buah
pohon kayu afrika (Maesopsis eminii). Mangsa yang lain adalah aneka serangga,
moluska, cacing tanah, kadal serta bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa
ditangkapnya, termasuk mamalia kecil seperti tikus.
Jenis yang berkerabat dan penyebaran Ada empat spesies musang dari marga
Paradoxurus, yalah:
1. Paradoxurus hermaphroditus, musang luwak, yang menyebar luas mulai dari India
dan bagian utara Pakistan di barat, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia Tenggara,
Tiongkok selatan, Semenanjung Malaya hingga ke Filipina. Di Indonesia didapati
di Sumatra meliputi Aceh, Sumatra Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau,
Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan, serta Taliabu dan
Seram di Maluku.
2. Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.
3. Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan.
4. Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.
Deskripsi
Yaki atau Monyet wolai atau Monyet hitam sulawesi (Macaca nigra) adalah satwa
endemik Indonesia yang hanya terdapat Pulau Sulawesi bagian utara dan beberapa pulau
di sekitarnya. Yaki merupakan jenis monyet makaka terbesar yang ada di Pulau Sulawesi.
Cirinya yang khas dari yaki adalah warna seluruh tubuhnya yang hitam dan memiliki
rambut berbentuk jambul di atas kepalanya, serta memiliki pantat berwarna merah muda.
Yaki memiliki ciri tubuh yang mudah dibedakan dengan spesies lainnya. Tingginya
sekitar 44-60 centimeter, dengan berat badan sekitar 7-15 kilogram, cukup besar jika
dibandingkan dengan monyet Sulawesi lainnya. Kulit Yaki berwarna hitam legam dengan
bulu hitam mengkilat yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah, telapak tangan,
dan pantat. Moncongnya lebih menonjol jika dibandingkan dengan jenis lainnya. Ciri
khasnya adalah kepala hitam yang memiliki jambul hingga menyerupai gaya rambut
model punk. Yaki hanya memiliki ekor sepanjang 20 sentimeter, berbeda dengan kera-
kera jenis lain yang umumnya memiliki ekor relatif panjang. Sehingga, mereka sekilas
akan nampak tidak memiliki ekor. Selain itu, cirinya yang paling mencolok adalah
pantatnya yang berwarna merah muda. Bantalan tunggingnya berbentuk seperti ginjal,
dan berwarna kuning. Warna tubuh Yaki betina dan muda lebih pucat jika dibandingkan
dengan Yaki jantan dewasa. Makanan Seperti halnya monyet-monyet lain yang hidup di
hutan, yaki memakan berbagai bagian tumbuhan, seperti daun, pucuk daun, biji, bunga,
umbi, dan buah. Mereka juga memakan beberapa jenis serangga, moluska, invertebrata
kecil, bahkan ular. Terdapat lebih dari 145 jenis buah yang dimakan Yaki. Yaki akan
pergi ke tepi laut untuk mencari moluska.Habitat Yaki dapat dijumpai di hutan primer dan
sekunder, daerah pesisir maupun di dataran tinggi hingga ketinggian 2000 di atas
permukaan laut. Dari beberapa habitat hidupnya, yaki lebih menyukai tinggal di hutan
primer, karena cocok untuk tempat tidur dan mencari makan.Mereka juga sering turun ke
perkebunan untuk mencari makan dan merusak panen, sehingga yaki sering dianggap
sebagai hama tanaman.Penyebaran Tempat tinggal yaki, populasi yaki tersebar di
beberapa titik di hutan primer Cagar Alam Tangkoko, Bitung, mulai Cagar Alam
Tangkoko Batuangus bagian utara hingga ke sungai Onggak Dumoga Satwa ini juga
tersebar di hutan lindung Sulawesi Utara, seperti Cagar Alam Dua Saudara, Pulau Bacan,
Manembo Nembo, Kota Mubagu, dan Modayak.
Deskripsi
Kalkun atau burung kalkun adalah sebutan untuk dua spesies burung berukuran besar
dari ordo Galliformes genus Meleagris. Kalkun betina lebih kecil dan warna bulu kurang
berwarna-warni dibandingkan kalkun jantan. Sewaktu berada di alam bebas, kalkun
mudah dikenali dari rentang sayapnya yang mencapai 1,5-1,8 meter. Spesies kalkun asal
Amerika Utara disebut M. gallopavo sedangkan kalkun asal Amerika Tengah disebut M.
ocellata. Kalkun hasil domestikasi yang diternakkan untuk diambil dagingnya berasal dari
spesies M. gallopavo yang juga dikenal sebagai kalkun liar (Wild Turkey). Sedangkan
spesies M. ocellata kemungkinan adalah hasil domestikasi suku Maya. Ada orang yang
berpendapat kalkun yang diternakkan untuk diambil dagingnya berasal dari kalkun suku
Maya. Alasannya kalkun suku Maya lebih penurut dari kalkun liar asal Amerika Utara,
tetapi teori ini tidak didukung bukti morfologis. Kalkun hasil domestikasi mempunyai
pial (bagian bergelambir di bawah paruh) sebagai bukti bahwa kalkun negeri berasal dari
kalkun liar M. gallopavo. Kalkun M. ocellata yang dipelihara orang Maya tidak memiliki
pial. Kalkun liar merupakan hewan buruan di Amerika Utara, tetapi tidak seperti kalkun
negeri, kalkun liar gesit dan pandai terbang. Kalkun diketahui mempunyai kemampuan
unik dalam melakukan reproduksi aseksual. Walaupun tidak ada kalkun pejantan, kalkun
betina bisa menghasilkan telur yang fertil. Anak kalkun yang dihasilkan sering sakit-
sakitan dan hampir selalu jantan. Perilaku ini bisa mengganggu proses inkubasi telur di
peternakan kalkun
Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah jenis buaya terbesar
di dunia. Dinamai demikian karena buaya ini hidup di sungai-sungai dan di dekat laut
(muara). Buaya ini juga dikenal dengan nama buaya air asin, buaya laut, dan nama-nama
lokal lainnya. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan nama Saltwater crocodile, Indo-
Australian crocodile, dan Man-eater crocodile. Nama umumnya, Man-eater"pemakan
manusia", karena buaya ini terkenal pernah (dan sering) memangsa manusia yang
memasuki wilayahnya. Buaya ini tersebar di seluruh perairan dataran rendah dan perairan
pantai di daerah tropis Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia (Indo-Australia).
Panjang tubuh buaya ini (termasuk ekor) biasanya antara 2,5 sampai 3,3 meter,
namun hewan dewasa bisa mencapai 12 meter seperti yang pernah ditemukan di Sangatta,
Kalimantan Timur. Bobotnya bisa mencapai 200 kg. Moncong spesies ini cukup lebar dan
tidak punya sisik lebar pada tengkuknya. Buaya muara dikenal sebagai buaya yang jauh
lebih besar dari Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator
mississipiensis). Penyebarannya pun juga "terluas" di dunia. Buaya muara memiliki
wilayah perantauan mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India)
hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favorit untuk
mereka adalah perairan Indonesia dan Australia. Buaya ini aktif pada siang dan malam
hari. Buaya ini memangsa siapapun yang memasuki wilayahnya. Mangsanya adalah Ikan,
Amfibi, Reptilia, Burung, dan Mamalia (termasuk mamalia besar). Buaya ini adalah salah
satu dari buaya-buaya yang berbahaya bagi Manusia. Buaya muara mampu melompat
keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan bilamana kedalaman air melebihi
panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal
mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. Buaya muara menyukai air
payau/asin, oleh sebab itu pula bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile
(buaya air asin). Selain terbesar dan terpanjang, Buaya Muara terkenal juga sebagai jenis
buaya terganas di dunia
Deskripsi
Monyet kra (Macaca fascicularis) adalah monyet asli Asia Tenggara namun
sekarang tersebar di berbagai tempat di Asia. Nama lokalnya dalam bahasa Melayu, kra
atau kera, adalah tiruan bunyi yang dikeluarkan oleh hewan ini[1]. Dalam literatur-literatur
lama, spesies ini acap disebut sebagai kera ekor panjang atau monyet ekor panjang (dari
bahasa Inggris, long-tailed macaque), monyet pemakan kepiting (Ingg., crab-eating
monkey), atau monyet saja.
Monyet ini sangat adaptif dan termasuk hewan liar yang mampu mengikuti
perkembangan peradaban manusia. Selain menjadi hewan timangan atau pertunjukan,
monyet ini juga digunakan dalam berbagai percobaan kedokteran. Di beberapa tempat,
seperti halnya di Sangeh, Bali, monyet kra dianggap sebagai hewan yang dikeramatkan
dan tidak boleh diganggu. PengenalanMonyet bertubuh kecil sedang; dengan panjang
kepala dan tubuh 400-470 mm, ekor 500–600 mm, dan kaki belakang (tumit hingga ujung
jari) 140 mm. Berat hewan betina 3-4 kg, jantan dewasa mencapai 5–7 kg. Warna rambut
di tubuhnya cokelat abu-abu hingga tengguli; sisi bawah selalu lebih pucat. Jambang pipi
sering mencolok. Bayi-bayinya berwarna kehitaman. Habitat dan kebiasaan, Monyet kra
umum ditemukan di hutan-hutan pesisir (mangrove, hutan pantai), dan hutan-hutan
sepanjang sungai besar; di dekat perkampungan, kebun campuran, atau perkebunan; pada
beberapa tempat hingga ketinggian 1.300 m dpl. Jenis ini sering membentuk kelompok
hingga 20-30 ekor banyaknya; dengan 2-4 jantan dewasa dan selebihnya betina dan anak-
anak. Kra memakan aneka buah-buahan dan memangsa berbagai jenis hewan kecil seperti
ketam, serangga, telur dan lain-lain. Kadang-kadang kelompok monyet ini memakan
tanaman di kebun dan menjadi hama.
17. KusKus
Klasifikasi KusKus
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Infrakelas: Marsupialia
Ordo: Diprotodontia
Famili: Phalangeridae
Upafamili: Ailuropinae
Genus: Ailurops
Species : Ailurops melanotis
Deskripsi
Kuskus merupakan mammalia berkantung (marsupial), nocturnal, memiliki ekor
prehensile, masuk dalam famili Phalangeridae, yang persebarannya terbatas di
Indonesia bagian timur (Sulawesi, Maluku, dan Papua), Australia dan Papua New
Guinea. Total genus kuskus di dunia ada enam genus yakni Ailurops, Phalanger,
Spilocuscus, Strigocuscus, Wyulda, dan Trichosurus, empat genus terdapat di
Indonesia yakni Ailurops, Phalanger, Spilocuscus, dan Strigocuscus.[1] Kuskus
diketahui berkisar dalam ukuran dari hanya 15 cm sampai lebih dari 60 cm, meskipun
kuskus berukuran rata-rata cenderung sekitar 45 cm (18 inci). Kuskus juga memiliki
cakar yang panjang dan tajam yang membantu kuskus saat bergerak di sekitar
pepohonan. Kuskusnya memiliki bulu yang tebal dan bermacam warna seperti
coklat,hitam dan putih.Selain itu kuskus mempunyai ekor yang panjang dan kuat
(prehensile) yang berfungsi sebagai alat untuk berpegangan saat berpindah dari satu
dahan ke dahan lainnya. Ekor kuskus juga menjadi senjata pertahanan dengan cara
mengaitkan ekornya kuat-kuat pada batang atau cabang pohon. Kuskus menghabiskan
hidupnya hampir secara khusus di pepohonan. Kuskus berada di pepohonan pada
siang hari, tertidur di dedaunan lebat dan terbangun di malam hari untuk mulai
bergerak melalui pepohonan untuk mencari makanan. Kuskus adalah hewan omnivora
tetapi makanan utama kuskus adalah serangga, daun dan buah sesekali kuskus
memakan anak burung dan reptil kecil. Reproduksi , kuskus diperkirakan berkembang
biak sepanjang tahun. Kuskus betina melahirkan antara 2 sampai 4 anak kuskus
setelah masa kehamilan yang berlangsung hanya beberapa minggu. Seperti semua
marsupialia lainnya, kuskus betina memiliki kantong di perutnya dimana bayi kuskus
baru lahir merangkak masuk dan bertahan sampai mereka lebih besar dan bisa mulai
makan sendiri. Biasanya hanya satu dari bayi kuskus yang akan bertahan dan keluar
dari kantong setelah 6 atau 7 bulan. Persebaran kuskus di Indonesia terbatas hanya
berada pada bagian timur yakni di Sulawesi, Maluku dan Papua. Di Papua, ditemukan
dua genus yaitu Phalanger (kuskus tidak bertotol) dan Spilocuscus (kuskus bertotol);
di Maluku ditemukan dua genus yaitu Phalanger dan Spilocuscus yang dapat
ditemukan di Maluku Utara, Pulau Halmahera, Pulau Bacan, dan Pulau Morotai yang
terlihat pada wilayah dengan ketinggian 100 m di atas permukaan laut; dan di
Sulawesi ditemukan genus Spilocuscus, Strigocuscus dan Ailurops, yang merupakan
satwa endemis Sulawesi. Kuskus di Sulawesi ditemukan di daerah Sulawesi Utara,
Pulau Sangihe dan Talaud. Menurut Petocz (1994), berdasar morfologi ditemukan
lima spesies kuskus di Papua yaitu: Phalanger gymnotis (kuskus kelabu), Spilocuscus
maculatus (kuskus bertotol biasa), P. orientalis (kuskus timur), S. rufoniger (kuskus
totol hitam), dan P. vestitus (kuskus rambut sutera). Menurut Menzies (1991), ada
juga S. papuensis (Waigeo cuscus, kuskus pulau Waigeo) yang merupakan spesies
endemik di Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Papua Barat, serta
menurut Aplin dan Helgen (2008) ada S. wilsoni (kuskus totol Pulau Biak) yang
merupakan kuskus endemik di Pulau Biak dan Supiori, Propinsi Papua. Menurut
Fatem dan Sawen (2007), kuskus merupakan salah satu jenis satwa endemik di Papua
yang secara hukum dilindungi pemerintah melalui SK. Menteri Pertanian No.
247/KPTS/UM4/1979. Perlindungan terhadap hewan langka meliputi lima jenis
Kuskus yaitu P. orientalis (kuskus coklat biasa/kuskus timur), P. gymnotis (kuskus
kelabu), P. rufoniger (kuskus totol hitam), P. vestitus (kuskus rambut sutra), dan S.
maculatus (kuskus bertotol biasa). Selain itu yang terancam punah juga jenis P. urinus
(kuskus putih) yang banyak hidup di hutan belantara Papua. Hal ini akibat perburuan
liar secara tak terkendali untuk diperjualbelikan dengan harga relatif mahal. Spesies
kuskus menurut Latinis (1996) yang ada di Maluku adalah S. maculatus dan P.
orientalis. Kuskus yang ada di Sulawesi adalah Strigocuscus celebensis (kuskus
kerdil) dan Ailurops ursinus (kuskus beruang).
Beberapa jenis kuskus di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:
Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) merupakan salah satu jenis kuskus yang
hanya dapat ditemukan di Sulawesi. Kuskus beruang memiliki berat 7 kg dan
tinggi sekitar 1,2 m (untuk ukuran dewasa). Kuskus beruang adalah hewan
arboreal sehingga habitat dari hewan ini berada di bagian canopy atas pohon di
hutan hujan tropis. [3] Kuskus beruang memiliki yang sangat pendek, telinga
berbulu. Perpaduan kenampakan itu terdiri dari kulit bawah yang halus dan
licin dan rambut yang kasar. Warna rambut dari kuskus ini bervariasi berkisar
dari hitam sampai abu-abu sampai coklat dengan perut berwarna lebih terang
dan ujung ekstremitas, dengan variasi tergantung lokasi geografis dan umur
hewan.[3] Kuskus beruang memiliki ekor prehensile yang panjangnya setengah
dari total panjang tubuh yang berfungsi sebagai alat untuk berpegangan saat
berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Ekor kuskus juga menjadi senjata
pertahanan dengan cara mengaitkan ekornya kuat-kuat pada batang atau
cabang pohon.[2][3] Sistem kawin dan tingkah laku dari kuskus beruang tidak
diketahui. Betina dewasa A. ursinus melahirkan satu atau dua kali dalam
setahun. Bayi kuskus lahir di bagian altrisial yang ekstrem pada tubuh dan
terus berkembang di kanton. Setelah delapan bulan, perkembangannya cukup
untuk memungkinkan kelangsungan hidup, meski tetap dengan inuknya untuk
periode tambahan. Tidak diketahui usia berapa Ailurops ursinus mencapai
kematangan perkembangan.[3] Kuskus beruang cenderung hidup berpasangan
atau kelompok tiga sampai empat. Mereka tipe hewan arboreal, bergerak
perlahan dari pohon ke pohon menggunakan ekor prehensile mereka. Sebagian
besar hidupnya setiap hari dihabiskan untuk beristirahat atau tidur, dengan
sedikit waktu untuk memberi makan dan perawatan dan bahkan lebih sedikit
interaksi sosial. Telah diduga bahwa aktivitas menyebar sepanjang siang dan
malam, dengan periode istirahat antara makan atau aktivitas lainnya. Daun,
sumber makanan utama, mengandung kadar gizi rendah dan masa istirahat
mungkin diperlukan untuk mencerna selulosa. Makanan umum yang dimakan
meliputi: daun pohon (Garuga floribunda, Melia azedarach, Dracontomelum
dao), daun mistletoe (Cananga odorata, Palaquium amboinense), buah mentah,
bunga dan kuncup.[3] Kuskus beruang terdaftar sebagai satwa rentan
(Vulnerable) karena penurunan populasi yang terus berlanjut diperkirakan dan
diproyeksikan melebihi 30% dalam periode sepuluh tahun (5 di masa lalu, 5 di
masa depan) karena tingginya laju deforestasi dan perburuan spesies ini di
Sulawesi.
Kuskus kerdil (Strigocuscus celebensis) Strigocuscus celebensis atau kuskus
kerdil hanya ditemukan di Sulawesi. Kuskus kerdil berhabitat di hutan hujan,
di hutan sekunder dan kebun di sekitar tempat tinggal manusia. Kuskus kerdil
memiliki warna pucat keseluruhan tubuhnya, garis dorsal yang kurang, dan
ekornya sebagian telanjang. Kuskus ini berukuran kecil, beratnya 1 kg atau
kurang. Panjang kepala dan badan 294 sampai 380 mm dan panjang ekor 270
sampai 373 mm. Sistem reproduksi dari kuskus kerdil ini adalah monogami.
Spesies kuskus ini makanannya adalah daun, buah, bunga, kulit kayu, serbuk
sari, dan jamur.[5] Kuskus kerdil bersifat nokturnal dan arboreal. Pasangan
kuskus ini dikenal sering melakuan tidur di mahkota pohon kelapa.
Strigocuscus celebensis terjadi pada sympatry dengan kuskus beruang di
Sulawesi (Ailurops ursinus) di pulau Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya.
Jantan dari spesies kuskus paling agresif satu sama lain dan tidak dapat
disimpan bersama di penangkaran.[5] Kuskus kerdil terdaftar sebagai satwa
rentan (Vulnerable) karena penurunan populasi yang terus berlanjut
diperkirakan dan diproyeksikan melebihi 30% dalam periode sepuluh tahun (5
di masa lalu, 5 di masa depan) karena tingginya laju deforestasi dan perburuan
spesies ini di Sulawesi
7. UPTD Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara
Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara merupakan media informasi tentang sejarah alam,
manusia, sejarah suku-suku yang ada di Sulawesi Utara, dan budaya Sulawesi Utara.
Museum ini terpilih sebagai salah satu museum yang mendapatkan program ‘Revitalisasi
Museum’ pada tahun 2011 dari pemerintah pusat. Museum Sulawesi Utara dibangun untuk
mengdokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan sejarah alam, manusia, sejarah suku-
suku yang ada di Sulawesi Utara dan kebudayaan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Dan
juga memiliki gedung tiga lantai yang dibangun dengan arsitektur rumah adat Minahasa
Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara yang berstatus negeri ini diresmikan pada 9
Januari 1991 dan hingga kini telah mengumpulkan sekitar 2.810 koleksi. Dari total koleksi di
atas, sekitar 500-an koleksi dipamerkan di gedung pameran tetap dan dapat dinikmati setiap
hari kerja. Koleksi tersebut diperoleh dari daerah-daerah kabupaten atau kotamadya yang ada
di Sulawesi Utara, seperti Manado, Minahasa Selatan, Sangihe, Talaud, Sitaro, Bolaang
Mongondow dan lain sebagainya. Ada banyak barang-barang prasejara peninggalan nenek
moyang disana, juga ada fosil dari jaman purba yaitu fosil pithecanthropus 1, 2, dan 3,
pokoknya ada banyak peninggalan-peninggalan yang dipajang dalam museum Negeri
Provinsi Sulawesi Utara Manado.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mempelajari data-data yang kami peroleh dari peninjauan dan penelitian
langsung terhadap objek wisata, buku panduan yang ada serta referensi dari internet maka
dapat ditarik kesimpulan .
Kota Bitung adalah salah satu kota objek wisata yang harus dijaga. Wilayah ini
merupakan wilayah yang sangat strategis dibandingan dengan kota-kota lain dan sangat
berkembang pesat dimana terjadi perkembangan perindustrian, dapat dilihat dari banyaknya
bangunan-bangunan pabrik, tempat bersejarah dan tempat wisata. Wajibnya kota bitung harus
dijaga dikarenakan banyak bisa kita jumpai disana mau itu wisata atau pendidikan. Agar nanti
kedepannya kita bisa kembali disini lagi untuk belajar yang lebih untuk mendapatkan
pengalaman dan pembelajaran yang lebih lagi.
B. Kritik
Dalam penulisan Laporan Ini dikiranya kritikan adalah hal yang membangun, mulai dari
perjalanan banyak kritikan yang ingin di sampaikan pada beberapa tempat yaitu pada kebun
binatang marga satwa tandurusa yang seperti sudah jarang diperhatikan lagi kebersihannya
dan juga pada monument trikora pulau lembeh sudah jarang diperhatikan lagi kebersihannya
dan sudah banyak terdapat rumput-rumput tinggi sehingga menjadikan keindahannya sedikit
terhalang. Dan juga sekiranya Sekiranya hanya itu kritikan yang dapa saya paparkan dalam
laporan. Selebihnya lagi kritikan kita berikan kepada pembaca mengenai penulisan laporan
ini, kiranya kritikan pembaca bisa membantu memperbaiki dalam penulisan laporan
berikutnya
C. Saran
Dari kegiatan study lapangan yang dilaksanakan di kota Bitung diharapkan siswa-
siswi dapat mengetahui secara langsung kegiatan industri pabrik dan sejarah-sejarah sehingga
bisa menjadi pembelajaran bagi kita siswa-siswi sekalian, dan juga semoga kita bisa
mengambil banyak-banyak pembelajan dari study industry atau study lapangan ini, dan
digunakan sebaik-baiknya. dan semoga untuk taman marga satwa dan pulau lembeh
kemudian bisa menjadi tempat wisata pendidikan yang nyaman dengan kebersihan yang
diperhatikan
DAFTAR PUSTAKA