Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN SKAL UPTD SMPN 1

WATES TAHUN 2017/2018

Nama Anggota:
1. Linda Anggela {21/VIIII}
2. Luluk Susilowati {22/VIIII}
3. Nika Fitri Kurniawati {30/VIIII}
4. Putri Anggraini {31/VIIII}
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kegiatan study tour tahun 2018 bertempat di Yogyakarta dengan judul:
"LAPORAN STUDY TOUR DI.YOGYAKARTA"

Telah diperiksa dan disahkan pada,

Hari : ..............................................
Tanggal : ...............................................

Mengesahkan,

Kepala UPTD SMPN 1 Wates Guru Bahasa Indonesia

Drs. Samsul Huda Mutiah, S.Pd


NIP. 19640331 198803 1 007 NIP. 19610212 198111 2 002
Kata Pengantar

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah ,Tuhan Yang Maha
Esa atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga kami siswa dari UPTD SMP
Negeri 1 Wates dapat menyusun buku laporan SKAL ini dengan baik.

Buku ini dimaksudkan untuk menyampaikan keadaan dan apa saja yang
ada selama kegiatan SKAL berlangsung.Buku ini juga sebagai tugas dari
sekolah untuk mata pelajaran tertentu.

Terbuatnya buku ini atas kerja sama yang baik antar anggota juga berkat
bimbingan dari guru terkait.Semoga buku ini mendapat respon positif dari para
pembacanya dan juga buku ini tidak bermaksud menyinggung pihak manapun.

Wates,03 Maret 2018

Siswa UPTD SMP Negeri 1Wates

Kabupaten Kediri
Daftar Isi
Halaman Judul dan Anggota ..................................................i
Kata Pengantar......................................................................ii
Daftar Isi................................................................................iii

BAB I Pendahuluan
A.Latar Belakang……………………………………………………..

B.Tujuan Kegiatan…………………………………………………..

C.Metode Pengumpulan Data…………………………………………

1.Pengalaman…………………………………………………..

2.Observasi……………………………………………………….

D.Motto…………………………………………………………………

BAB II Objek-objek yang dikunjungi dan Dokumentasi


A.Pantai Parangtritis…………………………………………………..

B.Keraton Yogyakarta……………………………………………….

C.Taman Pintar………………………………………………………..

D.Malioboro…………………………………………………………

E.Candi Borobudur…………………………………………………….

F.Museum Dirgantara Mandala………………………………………..

BAB III Penutup


A.Dokumentasi…………………………………………………………..

B.Simpulan ………………………………………………………………

C.Saran-saran…………………………………………………………….

D.Biodata Anggota Kelompok…………………………………………..


BAB I Pendahuluan

A.Latar Belakang

Kegiatan SKAL ini adalah progam tahuna OSIS yang bekerja sam dngan
sekolah untuk mengajak siswa berrekreasi sekaligus belajar tentang apa saja yang ada
disekelilingnya .

B.Tujuan SKAL
Untuk mencapai pengalaman belajar yang mengesankan , tentunya peserta
didik juga diajak untuk melihat dan berinterksi langsung dengan objk-objek yang
menjadi salah satu bagian bahn ajar yang merka pelajari disekolah,tidak hanya melihat
buku pelajaran.Dalam hal ini ,sesekali peserta didik diajak berprgian untuk meneliti
dan mngamati sesuatu sesuai dengan pelajaran yang dipelajari sambil berwisata.

Pengenalan tempat-tempat sejarah , budaya serta objek-objek wisata kpada


peserta didik juga diharapkan dapat membangkitkan semangat kebangsaan dan cinta
tanah air , serta bangga menjadi bangsa indonesia .Lebih jauh manfaat kegiatan ini
mngarah pada tercapainya tujuan pendidikan nasional.

C.Metode Pengumpulan Data

1.Pengalaman

Selama kegiatan SKAL berlangsung disana kami mengunjungi beberapa


tempat seperti pantai parangtritis,candi borobudur,taman pintar,malioboro, museum
dirgantara,keraton yogyakarta. Disana kami diberi pengarahan dan baik kami juga
dapat melihat benda benda bersejarah .

Kami juga sangat menikmati kegiatan ini menambah wawasan kami karwna
disana kami diajarkan brbagai hal dan dapat mengetahui sejarah brdirinya bangsa
indonesia.

Meskipun ada siswa yang agak bandel namun hal tersebut tidak mngurangi
kesenangan yang terjadi saat kegiatan ini berlangsung. Juga kegiatan ini menjadi hal
yang tak kan terlupakan karena menyimpan begitu banyak kenangan bagi kami.

2.Observasi

Berbagai benda peninggalan sejarah berada di Yogyakarta.Contohnya Candi


,patung ,ukiran batu ,dan artefak-artefak lainya.Candi Borobudur termasuk dalam 7
kajaiban dunia oleh UNESCO.Kita sebagai masyarakat harus melindunginya dengan
cara tidak merusaknya.
Selain itu disana juga terdapat banyak sekali peninggalan bangsa barat yang
dahulu kala menjajah bangsa Indonesia.Disana juga terdapat replika masa perjuangan
rakyat dahulu.Kita sebagai penerus bangsa harus menghargai jasa pahlawan terdahulu
dengan belajar dengan sungguh-sungguh.

D. Motto

*Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali

*Bersakit-sakit dahulu barulah bersenang-senang kemudian

*Jangan pernah meremehkan orang lain karena bisa saja yang kamu renehkan
lebih hebat darimu

*Memiliki satu sahabat lebih berarti dari pada 100 teman yang egois

*Berfikirlah sebelum bertindak karena penyesalan selalu berada dibelakang

*Lebih baik diam jika tidak tahu apa-apa ketimbang banyak bicara

*Jangan terlalu percaya kepada orang lain karena bisa saja dia mengkhianatimu

*Jangan melupakan sahabat saat kau senang dan datang padanya saat kau
sedih

*Jangan anggap orang lain permen karet ataupun tempat sampah

*Kegagalan bukanlah akhir segalanya namun adalah hal yang membuat kita
lebih giat untuk berhasil

*Buktikanlah kau lebih baik dari orang yang menghinamu

*Kebersamaan akan membuat kita lebih sempurna

*Lebih baik banyak berbuat daripada banyak bicara

*Memaafkan adalah hal yang mulia

*Jangan menyimpan dendam kepada orang lain

*Jika ada masalah bicarakan jangan diam saja itu tidak ada gunanya

*Jika ingin berhasil jangan takut gagal

*Mengalah bukan berarti kalah

*Jangan pernah sombong saat dipuji dan jangan pernah rendah diri saat kau
dihina
BAB II Objek-objek yang dikunjungi beserta dokumentasi
A.Pantai Parangtritis

Pantai Parangtritis Yogyakarta, Keindahan Yang Berbalut


Misteri

Pantai parangtritis atau yang oleh warga jogja disingkat pantai paris merupakan
satu nama pantai paling terkenal di kota budaya ini. Pantai yang terkenal dengan ombak besar
dan mitos tentang Nyi Roro Kidul ini menyimpan sejuta keindahan dan juga berbalut misteri
bagi yang mempercayainya. Apapun itu, bila sobat licious sedang berwisata ke Yogyakarta,
selain ke Keraton Yogyakarta, sobat juga harus datang ke pantai parangtritis.

Letak Dan Lokasi Pantai Parangtritis Yogyakarta


Pantai Parangtritis terletak 27 kilometer kea rah selatan dari pusat kota jogja. Bila
sobat berkendara sendiri, cari saja jalan yang menuju kea rah jalan parangtritis. Sesampainya
di jalan itu, sobat tinggal lurus terus ke selatan mengikuti aspal, dan sobat akan segera sampai
di kawasan wisata pantai parangtritis.

Terletak di kawasan paling selatan pulau jawa, pantai parangtritis terhubung dengan
samudra hindia. Suasana panas namun dengan hembusan angin kencang akan menyapa kalian
saat berada di kawasan objek wisata parangtritis ini.

Mitos Dan Misteri Pantai Parangtritis


Orang Indonesia memang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan mitos. Hampir
setiap tempat terkenal yang ada di Indonesia memiliki mitosnya tersendiri. Sebut saja salah
satunya mitos Roro Jonggrang di Candi Prambanan. Di telaga Sarangan Magetan, juga ada
mitos tentang ular naga.
Orang Indonesia, dan dalam hal ini Jawa, dan lebih khusus lagi orang Jogja sudah
mengenal mitos mengenai pantai parangtritis dan kerajaan jin yang dipimpin seorang ratu
bernama Nyi Roro Kidul.

Menyrut sejarah awal mula penamaan pantai parangtritis ini adalah saat seorang
palarian dari kerajaan Majapahit yg sampai di daerah laut berombak besar. Dia bersemedi di
tempat itu. Banyak air yang “tumaritis” atau menetes dari “parang” ataumenetes dari celah-
celah batu karang. Ia pun lalu menamainya sebagai parangtritis ,atau berarti air yang menetes
dari celah batu karang.

Mitos kemudian berlanjut saat era kerajaan mataram. Raja-raja jawa dipercaya
memiliki hubungan khusus dengan sang penguasa laut selatan yaitu Nyi Roro Kidul.
Hubungan itu dipercayai langsung hinggan sekarang. Bahkan bila sobat membaca srikel
mengenai mengenai Wisata Kraton Yogyakarta sobat akan menemukan bahwa pembangunan
keraton pun di selaraskan dengan pantai selatan.

Menurut salah satu cerita, keraton serta raja-raja dengan Nyi Roro Kidul berawal dari
semedi. Panembahan Senopati, Sang pendiri Kerajaan Mataram Islam yang saat bersemedi di
laut selatan bbertemu dengan Nyi Roro Kidul. Terjalin hubungan cinta diantara keduanya dan
Nyi Roro Kidul pun kemudian berjanji akan membantu dan terus berhubungan dengan
Keturunan dari Panembahan Senopati.

Satu lagi mitos yang dipercayai di pantai ini adalah larangan mengenakan baju warna
hijau di sekitar wilayah pantai parangtritis. Warna hijau dipercayasebagai warna kesukaan
sang ratu laut selatan ,dan juga merupaka warna pakaian bala tentaranya.Memakai warna
hijau dipercaya bisa membuat sobat akan ter gulung ombak saat berenang dipantai.

Fasilitas Wisata Di Pantai Parangtritis


Pantai parangtritis terus mengembangkan diri.Sekarang sudah banyak aktifitas bisa
sobat lakukan disana. Contohnya andong disepanjang bibir pantai dan juga motor ATV yang
banyak disewakan.Dan untuk yang lebih menantang disediakan wisata pelayangan
parangtritis,untuk yang satu ini sobat harus keatas bukit terlebih dahulu. Hotel dan
penginapan pun banyak di sekitar pantai

Soal makanan kita bisa menikmati makan di warung pinggir pantai.Minum es di


pinggir pantai saat siang menjadi pilihan yang menarik.Saat malam bisa menikmati jagung
bakar dipinggirpantai adalah hal yang bisa dilakukan sebelum tidur.Satu hal yang perlu
menjadi perhatian saat bertamasya di parangtritis adalah ombak besar dan arus bawah lautnya
yang kuat .jangan mandi terlalu jauh dipantai ,ikuti instruksi penjaga pantai demi keselamatan

Dari pantai parangtritis¸kita bisa juga berkendara ke panati sekitar misal pantai
depok.Sepanjang jalan , kita akan bisa menikmati keindahan”gumuk” atau bukit pasir yang
akan membuat seolah berada dipadang pasir.Katanya sih,film ayat-ayat cinta pernah syuting
disini.Memang mirip sama paang pasir.
B.Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta (bahasa Jawa:


Hanacaraka,Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat) merupakan istana resmi Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian
Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi
sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi
kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota
Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai
koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka
keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh
arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta
paviliun yang luas.

Sejarah

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan
pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah
pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-
iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di
Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul
Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta,
Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti
Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti,
Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil
Kidul (Balairung Selatan) Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya
baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton
Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh
karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi
Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Tata ruang dan arsitek


Arsitek kepala istana ini adalah SultanHamengkubuwana I, pendiri Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh ilmuwan
berkebangsaan Belanda, Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan Lucien Adam yang
menganggapnya sebagai "arsitek" dari saudara Pakubuwono IISurakarta". Bangunan pokok
dan desain dasar tata ruang dari keraton berikut desain dasar lanskap kota tua
Yogyakartadiselesaikan antara tahun 1755-1756. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh
para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang tampak sekarang ini sebagian besar
merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono
VIII (bertahta tahun 1921-1939).

Dahulu bagian utama istana, dari utara keselatan, dimulai dari Gapura Gladhag di
utara sampai di Plengkung[ Nirboyo di selatan. Kini, Bagian-bagian utama keraton
Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks Alun-alun
Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan); Kompleks Pagelaran,
Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kamandhungan Ler; Kompleks Sri Manganti;
Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan; Kompleks Kamandhungan Kidul; Kompleks
Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan
Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing.

Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh dikatakan


simetris. Sebagian besar bagunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap arah utara dan di
sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di daerah Kedhaton sendiri
bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun demikian ada bangunan yang
menghadap ke arah yang lain.

Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki bagian
yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto
Wijayan, Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana Putra
Mahkota (mula-mula Sawojajar kemudian di Dalem Mangkubumen). Di sekeliling Keraton
dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan
Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada beberapa bangunan yang terkait dengan keraton
antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong Krapyak, nDalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri),
dan Pasar Beringharjo.

Kompleks kedhaton merupakan inti dari Keraton seluruhnya. Halamannya


kebanyakan dirindangi oleh pohon Sawo kecik (Manilkara kauki; famili Sapotaceae).
Kompleks ini setidaknya dapat dibagi menjadi tiga bagian halaman (quarter). Bagian pertama
adalah Pelataran Kedhaton dan merupakan bagian Sultan. Bagian selanjutnya adalah
Keputren yang merupakan bagian istri (para istri) dan para puteri Sultan. Bagian terakhir
adalah Kesatriyan, merupakan bagian putra-putra Sultan. Di kompleks ini tidak semua
bangunan maupun bagiannya terbuka untuk umum, terutama dari bangsal Kencono ke arah

Warisan budaya
Selain memiliki kemegahan bangunan Keraton Yogyakarta juga memiliki suatu
warisan budaya yang tak ternilai. Diantarannya adalah upacara-upacara adat, tari-tarian
sakral, musik, dan pusaka (heirloom). Upacara adat yang terkenal adalah upacara Tumplak
Wajik, Garebeg, upacara Sekaten dan upacara Siraman Pusaka dan Labuhan. Upacara
yang berasal dari zaman kerajaan ini hingga sekarang terus dilaksanakan dan merupakan
warisan budaya Indonesia yang harus dilindungi dari klaim pihak asing.

Pusaka kerajaan
Pusaka di Keraton Yogyakarta disebut sebagai Kagungan Dalem (harfiah=milik Raja)
yang dianggap memiliki kekuatan magis atau peninggalan keramat yang diwarisi dari
generasi-generasi awal. Kekuatan dan kekeramatan dari pusaka memiliki hubungan dengan
asal usulnya, keadaan masa lalu dari pemilik sebelumnya atau dari perannya dalam kejadian
bersejarah..

Benda-benda pusaka keraton memiliki nama tertentu. Sebagai contoh adalah Kyai
Permili, sebuah kereta kuda yang digunakan untuk mengangkut abdi-Dalem Manggung yang
membawa Regalia. Selain nama pusaka tersebut mempunyai gelar dan kedudukan tertentu,
tergantung jauh atau dekatnya hubungan dengan Sultan. Seluruh pusaka yang menjadi
inventaris Sultan (Sultan’s property) dalam jabatannya diberi gelar Kyai (K) jika bersifat
maskulin atau Nyai (Ny) jika bersifat feminin, misalnya K Danumaya sebuah guci tembikar,
yang konon berasal dari Palembang, yang berada di Pemakaman Raja-raja di Imogiri.

Beberapa pusaka yang menempati kedudukan tertinggi dan dipercaya memiliki


kekuatan paling magis mendapat tambahan gelar Ageng sehingga selengkapnya bergelar
Kangjeng Kyai Ageng (KKA). Salah satu pusaka tersebut adalah KKA Pleret, sebuah tombak
yang konon pernah digunakan oleh Panembahan Senopati untuk membunuh Arya
Penangsang. Tombak ini kini menjadi pusaka terkeramat di keraton Yogyakarta dan
mendapat kehormatan setara dengan kehormatan Sultan sendiri. Penghormatan terhadap
KKA Pleret ini telah dimulai sejak Panembahan Senopati.

Wujud benda pusaka di Keraton Yogyakarta bermacam-macam. Benda-benda


tersebut dapat dikelompokkan menjadi: (1) Senjata tajam; (2) Bendera dan Panji kebesaran;
(3) Perlengkapan Kebesaran; (4) Alat-alat musik; (5) Alat-alat transportasi; (6) Manuskrip,
babad (kronik) berbagai karya tulis lain; (7) Perlengkapan sehari-hari; dan (8) Lain-lain.
Pusaka dalam bentuk senjata tajam dapat berupa tombak (KK Gadatapan dan KK
Gadawedana, pendamping KKA Pleret); keris (KKA Kopek); Wedhung, (KK Pengarab-arab,
untuk eksekusi mati narapidana dengan pemenggalan kepala) ataupun pedang (KK
Mangunoneng, pedang yang digunakan untuk memenggal seorang pemberontak,
Tumenggung Mangunoneng).

. Lambang kebesaran

KK Ampilan sebenarnya merupakan satu set benda-benda penanda martabat Sultan.


Benda-benda tersebut adalah Dampar Kencana (singgasana emas) berikut
Pancadan/Amparan (tempat tumpuan kaki Sultan di muka singgasana) dan Dampar Cepuri
(untuk meletakkan seperangkat sirih pinang di sebelah kanan singgasana Sultan); Panah(anak
panah); Gendhewa (busur panah); Pedang; Tameng (perisai); Elar Badhak (kipas dari bulu
merak); KK Alquran (manuskrip Kitab Suci tulisan tangan); Sajadah (karpet/tikar ibadah);
Songsong (payung kebesaran); dan beberapa Tombak. KK Ampilan ini selalu berada di
sekitar Sultan saat upacara resmi kerajaan (royal ceremony) diselenggarakan. Berbeda
dengan KK Upocoro, pusaka KK Ampilan dibawa oleh sekelompok ibu-ibu/nenek-nenek
yang sudah menopause.

Filosofi dan mitologi seputar Keraton


Keraton Yogyakarta atau dalam bahasa aslinya Karaton Kasultanan Ngayogyakarta
merupakan tempat tinggal resmi para Sultan yang bertahta di Kesultanan Yogyakarta.
Karaton artinya tempat di mana "Ratu" (bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia berarti
Raja) bersemayam. Dalam kata lain Keraton/Karaton (bentuk singkat dari Ke-ratu-an/Ka-
ratu-an) merupakan tempat kediaman resmi/Istana para Raja. Artinya yang sama juga
ditunjukkan dengan kata Kedaton. Kata Kedaton (bentuk singkat dari Ke-datu-an/Ka-datu-an)
berasal dari kata "Datu" yang dalam bahasa Indonesia berarti Raja. Dalam pembelajaran
tentang budaya Jawa, arti ini mempunyai arti filosofis yang sangat dalam.

Keraton Yogyakarta tidak didirikan begitu saja. Banyak arti dan makna filosofis yang
terdapat di seputar dan sekitar keraton. Selain itu istana Sultan Yogyakarta ini juga
diselubungi oleh mitos dan mistik yang begitu kental. Filosofi dan mitologi tersebut tidak
dapat dipisahkan dan merupakan dua sisi dari sebuah mata uang yang bernama keraton.
Penataan tata ruang keraton, termasuk pula pola dasar landscape kota tua Yogyakarta, nama-
nama yang dipergunakan, bentuk arsitektur dan arah hadap bangunan, benda-benda tertentu
dan lain sebagainya masing-masing memiliki nilai filosofi dan/atau mitologinya sendiri-
sendiri.

Tata ruang dasar kota tua Yogyakarta berporoskan garis lurus Tugu, Keraton, dan
Panggung Krapyak serta diapit oleh S. Winongo di sisi barat dan S. Code di sisi timur. Jalan
P. Mangkubumi (dulu Margotomo), jalan Malioboro (dulu Maliyoboro), dan jalan Jend. A.
Yani (dulu Margomulyo) merupakan sebuah boulevard lurus dari Tugu menuju Keraton.
Jalan D.I. Panjaitan (dulu Ngadinegaran) merupakan sebuah jalan yang lurus keluar dari
Keraton melalui Plengkung Nirboyo menuju Panggung Krapyak. Pengamatan citra satelit
memperlihatkan Tugu, Keraton, dan Panggung Krapyak berikut jalan yang
menghubungkannya tersebut hampir segaris (hanya meleset beberapa derajat). Tata ruang
tersebut mengandung makna "sangkan paraning dumadi" yaitu asal mula manusia dan tujuan
asasi terakhirnya.

Benda-benda pusaka keraton juga dipercaya memiliki daya magis untuk menolak
bala/kejahatan. Konon bendera KK Tunggul Wulung, sebuah bendera yang konon berasal dari
kain penutup kabah di Makkah (kiswah), dipercaya dapat menghilangkan wabah penyakit
yang pernah menjangkiti masyarakat Yogyakarta. Bendera tersebut dibawa dalam suatu
perarakan mengelilingi benteng baluwerti. Konon peristiwa terakhir terjadi pada tahun 1947.
Dipercayai pula oleh sebagian masyarakat bahwa Kyai Jegot, roh penunggu hutan Beringan
tempat keraton Yogyakarta didirikan, berdiam di salah satu tiang utama di nDalem Ageng
Prabayaksa. Roh ini dipercaya menjaga ketentraman kerajaan dari gangguan.

Dimuseum keraton kita dapat melihat berbagai benda bersejarah mulai dari keris,
pakaian zaman dahulu,dll.Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju tempat di mana
gamelan-gamelan berada.Kami sangat bangga karena memiliki begitu banyak warisan
nusantara yang wajib di lestarikan bukan malah dirusak ataupun dicoret-coret.
C.Taman Pintar Yogyakarta

Taman Pintar Yogyakartaadalah wahana wisata yang terdapat di pusat Kota


Yogyakarta, tepatnya di Jalan Panembahan Senopati No. 1-3, Yogyakarta, di kawasan
Benteng Vredeburg. Taman ini memadukan tempat wisata rekreasi maupun edukasi dalam
satu lokasi. Taman Pintar memiliki arena bermain sekaligus sarana edukasi yang terbagi
dalam beberapa zona. Akses langsung kepada pusat buku eks Shopping Centre juga
menambah nilai lebih Taman Pintar. Tempat rekreasi ini sangat baik untuk anak-anak pada
masa perkembangan.Beberapa tahun ini Taman Pintar menjadi alternatif tempat berwisata
bagi masyarakat Yogyakarta maupun luar kota.

Taman ini, khususnya pada wahana pendidikan anak usia dini dilengkapi dengan
teknologi interaktif digital serta pemetaan video yang akan memacu imajinasi anak serta
ketertarikan mereka terhadap teknologi. Pada saat ini ada 35 zona dan 3.500 alat peraga
permainan yang edukatif.

Sejarah

Sejak terjadinya ledakan perkembangan sains sekitar tahun 90-an, terutama Teknologi
Informasi, pada gilirannya telah menghantarkan peradaban manusia menuju era tanpa batas.
Perkembangan sains ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan tentunya menjanjikan
kemudahan-kemudahan bagi perbaikan kualitas hidup manusia.

Menghadapi realitas perkembangan dunia semacam itu, dan wujud kepedulian


terhadap pendidikan, maka Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas sebuah ide untuk
Pembangunan "Taman Pintar". Disebut "Taman Pintar", karena di kawasan ini nantinya para
siswa, mulai pra sekolah sampai sekolah menengah bisa dengan leluasa memperdalam
pemahaman soal materi-materi pelajaran yang telah diterima di sekolah dan sekaligus
berekreasi. Dengan Target Pembangunan Taman Pintar adalah memperkenalkan science
kepada siswa mulai dari dini, harapan lebih luas kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga
bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran eksploitasi pasar teknologi belaka, tetapi juga
berusaha untuk dapat menciptakan teknologi sendiri.
Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan
pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi dan
kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg,
Societiet Militer dan Gedung Agung. Relokasi area mulai dilakukan pada tahun 2004,
dilanjutkan dengan tahapan

Pembangunan Tahap I adalah Playground dan Gedung PAUD Barat serta PAUD
Timur, yang diresmikan dalam Soft Opening I tanggal 20 Mei 2006 oleh Mendiknas,
Bambang Soedibyo.
Pembangunan Tahap II adalah Gedung Oval lantai I dan II serta Gedung Kotak lantai
I, yang diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh Mendiknas,
Bambang Soedibyo, bersama Menristek, Kusmayanto Kadiman, serta dihadiri oleh
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Pembangunan Tahap III adalah Gedung Kotak lantai II dan III, Tapak Presiden dan
Gedung Memorabilia.

Dengan selesainya tahapan pembangunan, Grand Opening Taman Pintar dilaksanakan pada
tanggal 16 Desember 2008 yang diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Makna Logo

Logo Taman Pintar

Kembang api adalah simbolisasi dari intelegensi dan imajinasi. Dalam bahasa Jawa,
kembang api menggambarkan MLETHIK = PINTAR = PADHANG MAK BYAAR = PINTAR.
Kembang api merupakan sesuatu yang menyenangkan, menghibur, sesuai dengan visi Taman
Pintar sebagai wahana ekspresi, apresiasi dan kreasi sains dalam suasana yang
menyenangkan.

Gambar logo yang muncul ke luar mengandung makna Outward Looking, selalu
melihat ke luar untuk terus belajar mengikuti dinamika perubahan di luar dirinya. Gambar
logo tampak seperti matahari mengandung makna menyinari sepanjang masa. Jari jemari
kembang api melambangkan keselarasan antara INTELEGENSI dan SOCIAL LIFE,
diharapkan pengguna Taman Pintar mempunyai IQ, SQ, dan EQ.

Efek perspektif adalah simbolisasi "sesuatu yang tinggi", CITA-CITA, pengharapan


bahwa Taman Pintar akan membantu generasi muda Indonesia, khususnya Yogyakarta dalam
meraih cita-citanya. Miring ke kanan sebagai visualisasi pergerakan ke arah yang lebih baik.
Warna gabungan HIJAU-BIRU melambangkan PERTUMBUHAN TAK TERBATAS.

Zona

Playground
Sebagai ruang publik dan penyambutan bagi pengunjung Taman Pintar. Menyediakan
berbagai peralatan peraga yang menyenangkan bagi anak dan keluarga. Dapat diakses secara
cuma-cuma/gratis

Gedung PAUD Barat dan Gedung PAUD Timur

Menampilkan peralatan peraga dan permainan edukasi bagi anak-anak, khususnya anak
usia Pra-TK sampai dengan TK.

Gedung Oval - Kotak

Menampilkan berbagai peralatan peraga berbasis edukasi sains yang dikemas


menyenangkan dan dapat diperagakan. Dapat diakses oleh semua lapisan pengunjung.

Gedung Memorabilia

Menampilkan peralatan peraga tentang pengetahuan sejarah Indonesia, seperti sejarah


Kasultanan dan Paku Alaman Yogyakarta, Tokoh-tokoh Pendidikan, dan Tokoh-tokoh
Presiden RI hingga saat ini

Planetarium

Menampilkan peralatan peraga berbentuk pertunjukan film pengetahuan tentang antariksa


dan tata surya

D.MALIOBORO

MALIOBORO merupakan salah satu jalan paling populer di Yogya. Selain berada
di jantung kota, Malioboro menjadi cukup dikenal karena cerita sejarah yang menyertainya.
Keberadaan Malioboro sering pula dikaitkan dengan tiga tempat sakral di Yogya yakni
Gunung Merapi, Kraton dan Pantai Selatan.
Dalam Bahasa Sansekerta, kata Malioboro bermakna karangan bunga. Kata Malioboro juga
berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal
disana pada tahun 1811 - 1816 M. Pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian
Kraton Yogyakarta.

Awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer antara Pantai Selatan (Pantai
Parangkusumo) - Kraton Yogya - Gunung Merapi. Malioboro mulai ramai pada era kolonial
1790 saat pemerintah Belanda membangun benteng Vredeburg pada tahun 1790 di ujung
selatan jalan ini.

Selain membangun benteng, Belanda juga membangun Dutch Club tahun 1822, The
Dutch Governor’s Residence tahun 1830, Java Bank dan Kantor Pos tak lama setelahnya.
Setelah itu Malioboro berkembang kian pesat karena perdaganagan antara orang belanda
dengan pedagang Tiong Hoa. Tahun 1887 Jalan Malioboro dibagi menjadi dua dengan
didirikannya tempat pemberhentian kereta api yang kini bernama Stasiun Tugu Yogya.

Jalan Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan


Indonesia. Di sisi selatan Jalan Malioboro pernah terjadi pertempuran sengit antara pejuang
tanah air melawan pasukan kolonial Belanda yang ingin menduduki Yogya. Pertempuran itu
kemudian dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yakni keberhasilan
pasukan merah putih menduduki Yogya selama enam jam dan membuktikan kepada dunia
bahwa angkatan perang Indonesia tetap ada.

Malioboro terus berkembang hingga saat ini. Dengan tetap mempertahankan konsep
aslinya dahulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya. Tempat-tempat strategis
seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo hingga Istana
Presiden Gedung Agung juga berada di kawasan ini.

Pemerintah setempat kini terus melakukan perbaikan untuk menata Malioboro


menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. Awal tahun 2016 ini pemerintah telah
berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari Malioboro dan tengah menata kawasan ini di sisi
timur untuk pedestrian. Warung-warung lesehan hingga saat ini masih dipertahankan untuk
mempertahankan ciri khas Malioboro.
E.Candi Borobudur

Candi Borobudur
Borobudur adalah sebuah candiBuddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang,
86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi
berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agamaBuddha Mahayana sekitar tahun 800-
an Masehi pada masa pemerintahan wangsaSyailendra. Borobudur adalah candi atau kuil
Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.

Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat
tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya
terdapat 504 arca Buddha.Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan
terbanyak di dunia Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan
ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca
buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan)
Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci
untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat
manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran
Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan
berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan
berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah
Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak
berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga
dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan
pagar langkan.

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring


melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh
Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir
Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas
Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan
pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya
Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam
daftar Situs Warisan Dunia.

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat
Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk
memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah objek wisata
tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi; istilah candi
juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang
berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan
(kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelasmeskipun memang
nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui. Nama Borobudur pertama kali
ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles. Raffles menulis
mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang
menyebutkan nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi
petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur
adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365

Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles


dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore
(Boro); kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu
berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda
dalam bahasa Jawa yang berarti "purba"– maka bermakna, "Boro purba" Akan tetapi
arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti
gunung.

Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan
bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung"
(bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa
etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang
karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal
dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada
pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi
atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang
berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada
1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti
Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja
Mataram dari

wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar


tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu
Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah
bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang
disebut Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat
asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa
Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa
Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah
nama asli Borobudur.

Lingkungan sekitar

Terletak sekitar 40 kilometer (25 mi) barat laut dari Kota Yogyakarta, Borobudur
terletak di atas bukit pada dataran yang dikeliling dua pasang gunung kembar; Gunung
Sundoro-Sumbing di sebelah barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah timur laut, di sebelah
utaranya terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan terdapat jajaran perbukitan
Menoreh, serta candi ini terletak dekat pertemuan dua sungai yaitu Sungai Progo dan Sungai
Elo di sebelah timur. Menurut legenda Jawa, daerah yang dikenal sebagai dataran Kedu
adalah tempat yang dianggap suci dalam kepercayaan Jawa dan disanjung sebagai 'Taman
pulau Jawa' karena keindahan alam dan kesuburan tanahnya.

Sejarah
Pembangunan

Lukisan karya G.B. Hooijer (dibuat kurun 1916—1919) merekonstruksi suasana di


Borobudur pada masa jayanya.Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah
yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan
berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga
dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9.
Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan
kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang
kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan
menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa
pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.

Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu
beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha
aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan
bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa.[ Pada kurun waktu itulah dibangun
berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada
tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci
Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mi)
sebelah timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang
hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur
diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum
dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.

Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu dimungkinkan


karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk
membangun candi Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran
menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan
pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara,
sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Petunjuk ini
dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah
menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu
bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya.
Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu — wangsa
Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa — yang
kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko.
Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang
dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya
untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak
percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara
kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di
Prambanan.

1.Borobudur diterlantarkan

Meletusnya Gunung Merapi diduga sebagai penyebab utama diterlantarkannya


Borobudur.Borobudur tersembunyi dan telantar selama berabad-abad terkubur di bawah
lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar
sehingga Borobudur kala itu benar-benar menyerupai bukit. Alasan sesungguhnya penyebab
Borobudur ditinggalkan hingga kini masih belum diketahui. Tidak diketahui secara pasti
sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi menjadi pusat ziarah umat Buddha. Pada kurun 928
dan 1006, Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa
Timur setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan apakah faktor inilah
yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi beberapa sumber menduga bahwa
sangat mungkin Borobudur mulai ditinggalkan pada periode ini. Bangunan suci ini
disebutkan secara samar-samar sekitar tahun 1365, oleh Mpu Prapanca dalam naskahnya
Nagarakretagama yang ditulis pada masa kerajaan Majapahit. Ia menyebutkan adanya
"Wihara di Budur". Selain itu Soekmono (1976) juga mengajukan pendapat populer bahwa
candi ini mulai benar-benar ditinggalkan sejak penduduk sekitar beralih keyakinan kepada
Islam pada abad ke-15.

Penemuan kembali
Foto pertama Borobudur oleh Isidore van Kinsbergen (1873) setelah monumen ini
dibersihkan dari tanaman yang tumbuh pada tubuh candi. Bendera Belanda tampak pada
stupa utama candi.Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp. Stupa utama memiliki menara
dengan chattra (payung) susun tiga.
Setelah Perang Inggris-Belanda dalam memperebutkan pulau Jawa, Jawa di bawah
pemerintahan Britania (Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles
ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa terhadap sejarah Jawa.
Ia mengumpulkan artefak-artefak antik kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai
sejarah dan kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat
setempat dalam perjalanannya keliling Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun
1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam hutan dekat desa
Bumisegoro. Karena berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur Jenderal, ia tidak dapat
pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur
Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius
beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit
Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman
longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia melaporkan
penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa candi
Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap
berjasa atas penemuan kembali monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas keberadaan
monumen yang pernah hilang ini.

Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu


meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali
dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi daripada tugas kerjanya.
Hartmann tidak menulis laporan atas kegiatannya; secara khusus, beredar kabar bahwa ia
telah menemukan arca buddha besar di stupa utama. Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa
utama meskipun apa yang ia temukan tetap menjadi misteri karena bagian dalam stupa
kosong.

Bagian candi Borobudur dicuri sebagai benda cenderamata, arca dan ukirannya diburu
kolektor benda antik. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan salah satunya direstui
Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi
Jawa di Hindia Belanda (kini Indonesia) menyatakan minatnya untuk memiliki beberapa
bagian dari Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan dan menghadiahkan
delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur. Artefak yang diboyong ke
Thailand antara lain; lima arca Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung
singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga dwarapala yang
pernah berdiri di Bukit Dagi — beberapa ratus meter di barat laut Borobudur. Beberapa
artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan di Museum Nasional Bangkok.

Pemugaran
Borobudur kembali menarik perhatian pada 1885, ketika Yzerman, Ketua Masyarakat
Arkeologi di Yogyakarta, menemukan kaki tersembunyi. Foto-foto yang menampilkan relief
pada kaki tersembunyi dibuat pada kurun 1890–1891. Penemuan ini mendorong pemerintah
Hindia Belanda untuk mengambil langkah menjaga kelestarian monumen ini. Pada 1900,
pemerintah membentuk komisi yang terdiri atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini:
Brandes, seorang sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga anggota
tentara Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan dari Departemen
Pekerjaan Umum.

Pada 1902, komisi ini mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian
Borobudur kepada pemerintah. Pertama, bahaya yang mendesak harus segera diatasi dengan
mengatur kembali sudut-sudut bangunan, memindahkan batu yang membahayakan batu lain
di sebelahnya, memperkuat pagar langkan pertama, dan memugar beberapa relung, gerbang,
stupa dan stupa utama. Kedua, memagari halaman candi, memelihara dan memperbaiki
sistem drainase dengan memperbaiki lantai dan pancuran. Ketiga, semua batuan lepas dan
longgar harus dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu
yang rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar. Total biaya yang diperlukan pada saat itu
ditaksir sekitar 48.800 Gulden.

Pemugaran dilakukan pada kurun 1907 dan 1911, menggunakan prinsip anastilosis
dan dipimpin Theodor van Erp. Tujuh bulan pertama dihabiskan untuk menggali tanah di
sekitar monumen untuk menemukan kepala buddha yang hilang dan panel batu. Van Erp
membongkar dan membangun kembali tiga teras melingkar dan stupa di bagian puncak.
Dalam prosesnya Van Erp menemukan banyak hal yang dapat diperbaiki; ia mengajukan
proposal lain yang disetujui dengan anggaran tambahan sebesar 34.600 gulden. Van Erp
melakukan rekonstruksi lebih lanjut, ia bahkan dengan teliti merekonstruksi chattra (payung
batu susun tiga) yang memahkotai puncak Borobudur. Pada pandangan pertama, Borobudur
telah pulih seperti pada masa kejayaannya. Akan tetapi rekonstruksi chattra hanya
menggunakan sedikit batu asli dan hanya rekaan kira-kira. Karena dianggap tidak dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya, Van Erp membongkar sendiri bagian chattra. Kini
mastaka atau kemuncak Borobudur chattra susun tiga tersimpan di Museum
Karmawibhangga Borobudur..

Patung Buddha yang tidak sempurna di Museum Karmawibhangga. Di belakangnya


diletakkan chhatra atau parasol tiga lapis yang seharusnya menghiasi puncak stupa utama
borobudur tetapi diturunkan karena sering terkena sambaran petir.Pemugaran kecil-kecilan
dilakukan sejak itu, tetapi tidak cukup untuk memberikan perlindungan yang utuh. Pada akhir
1960-an, Pemerintah Indonesia telah mengajukan permintaan kepada masyarakat
internasional untuk pemugaran besar-besaran demi melindungi monumen ini. Pada 1973,
rencana induk untuk memulihkan Borobudur dibuat. Pemerintah Indonesia dan UNESCO
mengambil langkah untuk perbaikan menyeluruh monumen ini dalam suatu proyek besar
antara tahun 1975 dan 1982. Pondasi diperkukuh dan segenap 1.460 panel relief dibersihkan.
Pemugaran ini dilakukan dengan membongkar seluruh lima teras bujur sangkar dan
memperbaiki sistem drainase dengan menanamkan saluran air ke dalam monumen. Lapisan
saringan dan kedap air ditambahkan. Proyek kolosal ini melibatkan 600 orang untuk
memulihkan monumen dan menghabiskan biaya total sebesar 6.901.243 dollar AS. Setelah
renovasi, UNESCO memasukkan Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan Dunia pada tahun
1991. Borobudur masuk dalam kriteria Budaya (i) "mewakili mahakarya kretivitas manusia
yang jenius", (ii) "menampilkan pertukaran penting dalam nilai-nilai manusiawi dalam
rentang waktu tertentu di dalam suatu wilayah budaya di dunia, dalam pembangunan
arsitektur dan teknologi, seni yang monumental, perencanaan tata kota dan rancangan
lansekap", dan (vi) "secara langsung dan jelas dihubungkan dengan suatu peristiwa atau
tradisi yang hidup, dengan gagasan atau dengan kepercayaan, dengan karya seni artistik dan
karya sastra yang memiliki makna universal yang luar biasa".

Konsep rancang bangun


Pada hakikatnya Borobudur adalah sebuah stupa yang bila dilihat dari atas
membentuk pola Mandala besar. Mandala adalah pola rumit yang tersusun atas bujursangkar
dan lingkaran konsentris yang melambangkan kosmos atau alam semesta yang lazim
ditemukan dalam Buddha aliran Wajrayana-Mahayana. Sepuluh pelataran yang dimiliki
Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana yang secara bersamaan
menggambarkan kosmologi yaitu konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam pikiran
dalam ajaran Buddha. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha. Dasar denah
bujur sangkar berukuran 123 meter (404 ft) pada tiap sisinya. Bangunan ini memiliki
sembilan teras, enam teras terbawah berbentuk bujur sangkar dan tiga teras teratas berbentuk
lingkaran.

Pada tahun 1885, secara tidak disengaja ditemukan struktur tersembunyi di kaki
Borobudur. Kaki tersembunyi ini terdapat relief yang 160 di antaranya adalah berkisah
tentang Karmawibhangga. Pada relief panel ini terdapat ukiran aksara yang merupakan
petunjuk bagi pengukir untuk membuat adegan dalam gambar relief. Kaki asli ini tertutup
oleh penambahan struktur batu yang membentuk pelataran yang cukup luas, fungsi
sesungguhnya masih menjadi misteri. Awalnya diduga bahwa penambahan kaki ini untuk
mencegah kelongsoran monumen. Teori lain mengajukan bahwa penambahan kaki ini
disebabkan kesalahan perancangan kaki asli, dan tidak sesuai dengan Wastu Sastra, kitab
India mengenai arsitektur dan tata kota. Apapun alasan penambahan kaki ini, penambahan
dan pembuatan kaki tambahan ini dilakukan dengan teliti dengan mempertimbangkan alasan
keagamaan, estetik, dan teknis.

Sekitar 55.000 meter kubik batu andesit diangkut dari tambang batu dan tempat
penatahan untuk membangun monumen ini. Batu ini dipotong dalam ukuran tertentu,
diangkut menuju situs dan disatukan tanpa menggunakan semen. Struktur Borobudur tidak
memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock (saling kunci) yaitu seperti balok-
balok lego yang bisa menempel tanpa perekat. Batu-batu ini disatukan dengan tonjolan dan
lubang yang tepat dan muat satu sama lain, serta bentuk "ekor merpati" yang mengunci dua
blok batu. Relief dibuat di lokasi setelah struktur bangunan dan dinding rampung.

Perancangan Borobudur menggunakan satuan ukur tala, yaitu panjang wajah manusia
antara ujung garis rambut di dahi hingga ujung dagu, atau jarak jengkal antara ujung ibu jari
dengan ujung jari kelingking ketika telapak tangan dikembangkan sepenuhnya.[ Tentu saja
satuan ini bersifat relatif dan sedikit berbeda antar individu, akan tetapi satuan ini tetap pada
monumen ini. Penelitian pada 1977 mengungkapkan rasio perbandingan 4:6:9 yang
ditemukan di monumen ini. Arsitek menggunakan formula ini untuk menentukan dimensi
yang tepat dari suatu fraktal geometri perulangan swa-serupa dalam rancangan Borobudur.
Rasio matematis ini juga ditemukan dalam rancang bangun Candi Mendut dan Pawon di
dekatnya. Arkeolog yakin bahwa rasio 4:6:9 dan satuan tala memiliki fungsi dan makna
penanggalan, astronomi, dan kosmologi. Hal yang sama juga berlaku di candi Angkor Wat di
Kamboja.

Struktur bangunan dapat dibagi atas tiga bagian: dasar (kaki), tubuh, dan puncak.
Dasar berukuran 123×123 m (403.5 × 403.5 ft) dengan tinggi 4 meter (13 ft). Tubuh candi
terdiri atas lima batur teras bujur sangkar yang makin mengecil di atasnya. Teras pertama
mundur 7 meter (23 ft) dari ujung dasar teras. Tiap teras berikutnya mundur 2 meter (6.6 ft),
menyisakan lorong sempit pada tiap tingkatan. Bagian atas terdiri atas tiga teras melingkar,
tiap tingkatan menopang barisan stupa berterawang yang disusun secara konsentris. Terdapat
stupa utama yang terbesar di tengah; dengan pucuk mencapai ketinggian 35 meter (115 ft)
dari permukaan tanah. Tinggi asli Borobudur termasuk chattra (payung susun tiga) yang kini
dilepas adalah 42 meter (138 ft) . Tangga terletak pada bagian tengah keempat sisi mata angin
yang membawa pengunjung menuju bagian puncak monumen melalui serangkaian gerbang
pelengkung yang dijaga 32 arca singa. Gawang pintu gerbang dihiasi ukiran Kala pada
puncak tengah lowong pintu dan ukiran makara yang menonjol di kedua sisinya. Motif Kala-
Makara lazim ditemui dalam arsitektur pintu candi di Jawa. Pintu utama terletak di sisi timur,
sekaligus titik awal untuk membaca kisah relief. Tangga ini lurus terus tersambung dengan
tangga pada lereng bukit yang menghubungkan candi dengan dataran di sekitarnya.

Relief
Pada dinding candi di setiap tingkatan — kecuali pada teras-teras Arupadhatu —
dipahatkan panel-panel bas-relief yang dibuat dengan sangat teliti dan halus. Relief dan pola
hias Borobudur bergaya naturalis dengan proporsi yang ideal dan selera estetik yang halus.
Relief-relief ini sangat indah, bahkan dianggap sebagai yang paling elegan dan anggun dalam
kesenian dunia Buddha. Relief Borobudur juga menerapkan disiplin senirupa India, seperti
berbagai sikap tubuh yang memiliki makna atau nilai estetis tertentu. Relief-relief berwujud
manusia mulia seperti pertapa, raja dan wanita bangsawan, bidadari atapun makhluk yang
mencapai derajat kesucian laksana dewa, seperti tara dan boddhisatwa, seringkali
digambarkan dengan posisi tubuh tribhanga. Posisi tubuh ini disebut "lekuk tiga" yaitu
melekuk atau sedikit condong pada bagian leher, pinggul, dan pergelangan kaki dengan
beban tubuh hanya bertumpu pada satu kaki, sementara kaki yang lainnya dilekuk
beristirahat. Posisi tubuh yang luwes ini menyiratkan keanggunan, misalnya figur bidadari
Surasundari yang berdiri dengan sikap tubuh tribhanga sambil menggenggam teratai
bertangkai panjang.

Relief Borobudur menampilkan banyak gambar; seperti sosok manusia baik


bangsawan, rakyat jelata, atau pertapa, aneka tumbuhan dan hewan, serta menampilkan
bentuk bangunan vernakular tradisional Nusantara. Borobudur tak ubahnya bagaikan kitab
yang merekam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa kuno. Banyak arkeolog meneliti
kehidupan masa lampau di Jawa kuno dan Nusantara abad ke-8 dan ke-9 dengan mencermati
dan merujuk ukiran relief Borobudur. Bentuk rumah panggung, lumbung, istana dan candi,
bentuk perhiasan, busana serta persenjataan, aneka tumbuhan dan margasatwa, serta alat
transportasi, dicermati oleh para peneliti. Salah satunya adalah relief terkenal yang
menggambarkan Kapal Borobudur.[ Kapal kayu bercadik khas Nusantara ini menunjukkan
kebudayaan bahari purbakala. Replika bahtera yang dibuat berdasarkan relief Borobudur
tersimpan di Museum Samudra Raksa yang terletak di sebelah utara Borobudur.

Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam
bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sanskertadaksina yang artinya ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi
timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu
gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya
(utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-
sisi lainnya serupa benar.

Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur
yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Karmawibhangga adalah naskah
yang menggambarkan ajaran mengenai karma, yakni sebab-akibat perbuatan baik dan jahat.
Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura
menggambarkan suatu cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat. Relief tersebut tidak
saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang
akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan
merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara)
yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri
untuk menuju kesempurnaan. Kini hanya bagian tenggara yang terbuka dan dapat dilihat oleh
pengujung. Foto lengkap relief Karmawibhangga dapat disaksikan di Museum
Karmawibhangga di sisi utara candi Borobudur.

F.Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala" adalah museum yang digagas oleh
TNI Angkatan Udara untuk mengabadikan peristiwa bersejarah dalam lingkungan TNI AU,
bermarkas di kompleks Pangkalan Udara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Museum ini sebelumnya
berada berada di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta dan diresmikan pada 4 April1969 oleh
Panglima AULaksamanaRoesmin Noerjadin lalu dipindahkan ke Yogyakarta pada 29
Juli1978. Alamat Museum, Komplek Pangkalan TNI AU Lanud Adisutjipto, Yogyakarta
Telp. 0274 - 484 453, Jam Kunjungan: Senin - Minggu 08.30 - 15.00.

Sejarah MuseumAtas gagasan pimpinan TNI AU, maka didirikanlah Museum Pusat
TNI AU “Dirgantara Mandala” sebagai tempat untuk mengabadikan dan
mendokumentasikan seluruh kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU.
Museum ini telah diresmikan pada tanggal 4 April1969 oleh Panglima Angkatan
UdaraLaksamanaRoesmin Noerjadin. Awalnya, museum berada di Jalan Tanah Abang Bukit,
Jakarta. Akan tetapi, museum kemudian dipindahkan ke Yogyakarta karena dianggap sebagai
tempat penting lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan TNI AU. Dengan pertimbangan bahwa
koleksi Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala”, terutama Alutsista Udara berupa
pesawat terbang yang terus berkembang sehingga gedung museum di Kesatrian AKABRI
Bagian Udara tidak dapat menampung dan pertimbangan lokasi museum yang sukar
dijangkau pengunjung, maka Pimpinan TNI-AU memutuskan untuk memindahkan museum
ini lagi.
Pimpinan TNI-AU kemudian menunjuk gedung bekas pabrik gula di Wonocatur
Lanud Adisutjipto yang pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai gudang logisitik
sebagai Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember1982,
Kepala Staf Angkatan UdaraMarsekalTNIAshadi Tjahjadi menandatangani sebuah prasasti.
Hal ini diperkuat dengan surat perintah Kepala Staf TNI-AU No.Sprin/05/IV/1984 tanggal 11
April 1984 tentang rehabilitasi gedung ini untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen
Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal
29 Juli1984Kepala Staf TNI-AUMarsekalTNISukardi meresmikan penggunaan gedung yang
sudah direnovasi tersebut sebagai gedung Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala”
dengan luas area museum seluruhnya kurang lebih 4,2 Ha. Luas bangunan seluruhnya yang
digunakan 8.765 M2.

Koleksi museum~Rudal SA 75 milik Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala


~Kamera K-24 dibuat oleh Amerika tahun 1944. Kamera ini menjadi koleksi Museum
Dirgantara Mandala sejak tahun 1978.

Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peristiwa
sejarah Angkatan Udara Indonesia. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga terdapat di
museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan
kemerdekaan, diantaranya:

Pesawat Ki-43 buatan Jepang


Pesawat PBY-5A (Catalina).
Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat pertama hasil produksi Indonesia)
Pesawat A6M5 Zero Sen buatan Jepang.
Pesawat pembom B-25 Mitchell, B-26 Invader, TU-16 Badger.
Helikopter Hillier 360 buatan AS.
Pesawat P-51 Mustang buatan AS.
Pesawat KY51 Cureng buatan Jepang.
Replika pesawat Glider Kampret buatan Indonesia.
Pesawat TS-8 Dies buatan AS.
Pesawat Lavochkin La-11, Mig-15, MiG-17 dan MiG-21 buatan Russia.
Rudal SA-75

Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala baru-baru ini mendapat tambahan koleksi
berupa Prototype Bom sejumlah 9 buah buatan Dislitbangau yang bekerjasama dengan PT.
Pindad dan PT. Sari Bahari. Bom-bom tersebut merupakan bom latih (BLA/BLP) dan bom
tajam (BT) yang memiliki daya ledak tinggi (high explosive), sebagai senjata Pesawat Sukhoi
Su-30, F-16, F-5, Sky Hawk, Super Tucano dll.
BAB III Penutup
A.Dokumentasi
Kami harus sudah ada disekolah pada pukul 19.00 WIB.Akhirnya kami berangkat dari rumah
sekitar pukul 18.30 WIB.Sampai disekolah kami harus menunggu sangat lama karena masih
ada penyuluhan yang akan diadakan .Setelah lama kami menunggu dihalaman kami masuk
kedalam ruang kelas .Didalamnya kami juga menunggu sangatlah lama sampai akhirnya guru
pembimbing datang dan memberikan kami pengarahan.Juga mengabsen apakah semua siswa
sudah datang.

Setelah itu kami harus mengantri untuk masuk kedalam bus sesuai dengan urutan
nomor bus dan bus kami adalah bus terakhir.Setelah itu kami berlarian untuk mendapatkan
bangku yang kami inginkan dan berebut bangku, tetapi salah satu dari kami harus berbeda
bangku bis.Setelah menunggu sebentar bus diberangkatkan menuju Yogyakarta.Belum jauh
bus berangkat, kami melewati Simpang Lima Gumul,dan kami asik sendiri di dalam bis.
Beberapa kali bus kami mampir ke SPBU untuk bagi siswa yang mau ketoilet dan juga
mengisi bahan bakar.Kami diberi pengarahan oleh kakak pembina dibus kami

Setelah lama kami tertidur pulas setelah itu kami mampir terlebih dahulu di Ngawi
yaitu pusat oleh-oleh Jawa Timur.Disana juga terdapat pakaian dan bermacam-macanm
makanan yang dijual.Disana kami hanya mampir ke toilet saja, teman-teman kami ada yang
membeli makanan dan minuman. Setelah sangat lama kami melanjutkan perjalanan kami
menuju Parangtritis.Diperjalanan kami tertidur sangat pulas.Ketika subuh kami mampir
dimasjid untuk sholat, setelah itu melnjutkan perjalanan lagi.

“PANTAI PARANGTRITIS”

Tujuan pertama kami saat SKAL adalah pantai Parangtritis, kami sampai di Parangtritis pada
hari selasa sekitar pukul 06.00 WIB. Saat sampai, kami berjalan menuju ke pantai Parangtritis
dan menikmati keindahannya.Di sana kami menulis nama pada pasir pantai.
dan berfoto bersama.Tetapi tdak begitu lama ,hujan gerimis dan ombak besar yg membuat
kita harus meninggalkan pantai. Saat kami sedang berfoto dipinggir pantai, kami tidakmelihat
ada ombak besar dan akhirnya celanakami basah sampai atas lutut

“KERATON YOGYAKARTA HADININGRAT”

Dimuseum keraton kami melihat berbagai benda bersejarah mulai dari keris, pakaian
zaman dahulu,dll.Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju tempat di mana gamelan-
gamelan berada.Kami sangat bangga karena memiliki begitu banyak warisan nusantara yang
wajib di lestarikan bukan malah dirusak ataupun dicoret-coret.
Saat masuk kita harus membayar untuk mengambil foto sebesar 1000,00
rupiah.Setelah itu kami berfoto-foto lagi dan juga pergi ketempat didekat gerbang keluar.
Setelah beberapa saat kami keluar dari keraton dan kembali menuju ke bus.Kami melewati
jalan yang sama dan disana kami tidak membeli oleh-oleh karena lebih murah di Malioboro.
Setelah itu kami sholat di masjid keraton dan melanjutkan perjalanan ke taman pintar

“TAMAN PINTAR”

Setelah sekian lama sampailah kami ke Taman Pintar ,disana sebelum masuk kami
makan siang dulu di halaman Taman Pintar dengan nasi box.Setelah selesai makan kami
harus mengantri untuk menarikan tiket.Setelah didalam kami disambut oleh aquarium yang
sangat besar berisi ikan yang sangat besar pula.Aquariumnya sampai ke atas hingga kami
merasa didalam lautan saja.
Setelah dari taman pintar, kami belanja di Malioboro.Tetapi kami lupa tidak
mengambil foto, disana kami membeli oleh- oleh kaos, gelang, dan gantungan kunci.Disana
kami dapat menawar harga barang.

Setelah dari malioboro kami menuju hotel.Kami berada di Hotel Musyafira kamar no.34
lantai 3.Saat sampai disana ternyata hujan deras.Disana kami berebut untuk mandi
duluan.Setelah mandi kami makan malam.disana kami mencari swalayan terdekat untuk
membeli cemilan. Walaupun di luar gerimis kami berempat tetap nekat dengan menggunakan
payung.Kami disana membeli es krim dan setelah itu kami kembali ke hotel .Didalam kamar
semua asik dengan handphonenya.Kami tidur jam 22.00 dan kami bangun jam 03.00.Pagi
itukami berebut untuk mandi lagi,dan setelah mandi kami makan pagi dan cek out.
“CANDI BOROBUDUR”
Setelah cek out, kami langsung menuju bus untuk perjalanan menuju Candi
Borobudur.Diperjalanan kami melewati Candi Mendut,kami mengambil foto dari dalam bus

Tak lama kami sampai di Candi Borobudur.bus kami parkir di parkiran D.Setelah turun dari
bus kami berjalan menuju candi.Sebenarnya kami harus berfoto bersama untuk kalender 2018
namun kami memutuskan tidak ikut karena kami lelah dan malas untuk berfoto.Kami
kelelahan karena tangga naik sampai atas Candi Borobudur sangat tinggi .Sebelum sampai di
bagian paling atas candi kami berhenti sebentar untuk berfoto bersama untuk tugas laporan
ini.Kami minum dan beristirahat untuk melepas lelah. Setelah itu kami naik lagi dan tetap
semangat meskipun kaki kami merasa sangat pegal.Disana kami dapat berfoto bersama turis,
tetapi sayangnya kami tidak mewawancarainyakarena kami tidak begitulancar menggunakan
bahasa inggris.
Kami menikmati keindahan alam tersebut sampai lupa kami harus segera turun.Turun
pun harus dengan tangga yang sangat melelahkan .Kami saling bergandengan tangan karena
takut akan jatuh namun kami berhasil turun dengan selamat.Sampai dibawah kami
beristirahat dan kembali berfoto.Setelah itu kami kembali ke bus, dan melewati Pasar Candi
Borubudur disana kami membeli kaos untuk oleh-oleh.Kami disana juga membeli salak,saat
perjalanan kebus luluk mengombang-ambingkan salak yang ada didalam kresek,dan arhirnya
jatuh berantakan, kami merasa malu karena salaknya jatuh berserakan , lalu kami
mengambilnya lagi. Setelah sampai di dalam bus tenyata kami mendapat makan siang dan
kami makan didalam bus.kami melanjutkan perjalanan lagi ke Museum Dirgantara.
“MUSEUM DIRGANTARA MANDALA”

Tak lama kami sampai di Museum Dirgantara Mandala.Disana masuk harus berimpitan.
Disana jika mau menagambil foto harus bayar 1000 rupiah . Sampai didalam kami
memfoto koleksi pesawat
Didalam museum kami pertama kali melihat pakaian tentara AU yang beraneka macam.Lalu
disana juga terdapat peta penerbangan di Indonesia.Disana juga terdapat benda-benda
bersejarah lainnya.

Lalu kami menuju ke ruangan lainnya, ruangan selanjutnya adalah tempat dimana
berbagai pesawat terbang berada.Disana ada salah satu pesawat yang telah terpotong katanya
dulu pesawat itu jatuh jadi sebagian lagi sudah hancur.Begitu banyak pesawat dan helikopter
hingga kami takjub melihatnya.Kami sangat lama berjalan mengelilingi ruangan
tersebut.Hingga lalu kami menuju kedalam ruangan selanjutnya.Kami menuju keruangan
dimana terdapat banyak sekali replika dalam kaca yang memceritakan sejarah perjuangan
TNI AU.Bahkan juga ada replika pada saat satelit palapa diluncurkan ke luar angkasa.

Dan juga masih banyak lagi isi dari museum tersebut yang tidak dapat kami
jelaskan.Setelah itu kami menuju keluar museum dan ternyata keadaannya masih hujan.Satu
hal yang lupa di halaman museum juga terdapat banyak sekali pesawat yang terparkir dan
menjadi koleksi museum.

Kami berkeliling sebentar.Setelah itu kami duduk di tempat duduk yang ada di
luarmuseum.Kami beristirahat sangat lama.kami kembali kedalam lagi untuk membeli
minum.Dan setelah itu kembali lagi duduk-duduk manis.Kami berustirahat sangat lama,
hingga pada akhirnya kami disuruh untuk naik kebus.Meskipun ACnya sudah dinyalakan
tetap saja hawanya panas.Setelah sekian lama didalam bus akhirnya bus pun menuju ke
Bakpia Bandara 25untuk membeli oleh-oleh untuk keluarga dirumah.Perjalanan tidak begitu
jauh,dan akhirnya kami sampai disana.Disana kami mengantri untuk membeli bakpia,disana
kami membeli bakpia yang harganya 30.000 rupiah.Setelah membeli oleh-oleh kami kembali
ke bus untuk melanjutkan perjalanan pulang.Bus akan mampir dulu ke rumah makan
Solo.Jadi kami bisa tidur terlebih dahulu karena perjalanan akan lumayan jauh .Saat itu masih
sore dan kami sampai dirumah makan Solo sudah masuk waktu magrib .Setelah ishoma, kami
melanjutkan perjalanan pulang.Diperjalanan pulang ada siswa yang berkaraoke dibus.Setelah
itu kami tertidur sangat pulas dan tak tarasa kami hampir sampai disekolah.
Di Kediri kota kami dibangunkan dan diberi tahu kalau kami hampir sampai.Kami
sangat kaget karena perjalanannya sangatlah cepat menurut kami.Tapi tidak apa-apa yang
penting kami sudah hampir tiba.Kami menelepon orang rumah untuk segera menjeput
kami.Selain itu juga bagi siswa yang rumahnya dilewati oleh bus bisa berhenti didepan
rumahnya ataupun didekat rumahnya.Sayangnya tak satu pun dari kami yang rumahnya
dilewati leh bus.Jadi kami harus dijemput oleh orang tua kami masing-masing.

Setelah sampai di Kediri kabupaten bus kami berhenti berkali-kali untuk menurunkan
beberapa siswa.Selain itu kami juga bersiap-siap dan memeriksa apakah barang kami ada
yang tertinggal didalam bus.Setelah sekian lama tak terasa kami pu sampai disekolah.Orang
tua kami sudah menunggu kami dipinggir jalan.Rasanya masih mengantuk dan kepala masih
sedikit pusing.Lalu kami pulang kerumah dengan orang tua kami.

B.Simpulan
Kegiatan SKAL tahun ini kami mengunjungi wilayah Yogyakarta , kota dimana adat
dan budayanya masih kental.Dan juga bangunan-bangunan bersejarah banyak terdapat
diwilayah ini.Daerah Istimewa Yogyakarta masih menganut sistam kesultanan meskipun
daerah ini menjadi bagian dari NKRI.

Kami mengunjungi beberapa tempat diYogyakarta. Tempat pertama yang kami


kunjungi adalah Pantai parangtritis yaitu pantai paling terkenal disana karena diselimuti oleh
banyak sekali minteri.Yang paling terkenal adalah legenda Nyi Rara Kidul Yang dianggap
sebagai ratu pantai selatan.Dipantai itu juga terdapat larangan untuk memakai baju hijau
ataupun merah.

Tujuan kedua kami adalah Keraton Yoryakarta.Disana banyak sekali benda


peninggalan Keraton pada masa dahulu .Disana juga terdapat gamelan dan masih banyak lagi.
Setelah dari keraton kami menuju Taman Pintar.Tempat dimana banyak sekali ilmu
pengetahuan yang dapat kami pelajari disana.Mulai dari sejarah,orang2 paling berpngaruh
didunia,seni 3D,dll.Setelah dari taman pintar kami belanja ke malioboro.

Hotel yang disediakan ada 2 yaitu Respati dan Musyafira , kami di hotel Musyafira.Setelah
pagi kami menuju Candi Borobudur.Terdapat banyak cerita tentang pembuatan Candi
Borobudur termasuk cerita Nabi Sulaiman.Candi ini termasuk 7 keajaiban dunia dan
merupakan candi terbesar didunia.Di Candi Borobudur kita harus menaiki tangga yang cukup
tinggi untuk dapat menuju puncak candi.Di Candi Borobudur terdapat banyak sekali ukiran
batu yang menceritakan masa lalu.Di Candi Borobudur juga terdapat pasar yang menjual
berbagai macam pernak-pernik khas Yogyakarta.

Setelah dari Candi Borobudur kami menuju Museum Dirgantara yang berisi tntang berbagai
hal mengenai TNI AU.Disana terdapat banyak sekali psawat yang dulu pernah digunakan
oleh TNI AU .Dan juga terdapat peta penerbangan di Indonesia.
Terakhir kami menuju Bakpia Bandara untuk membeli oleh2 untuk kluarga
dirumah.Disini menjadi pusat oleh2 karena menjual berbagai macam makanan khas
Yogyakarta.Setelah itu kami pulang namun belum itu kami menuju rumah makan disolo
untuk makan malam.

Pengalaman SKAL ini akan slalu kami ingat dan kami kenang karena kami dapat
mmpelajari banyak hal dan membuat kami mngerti apakah arti sesungguhnya dari
kebersamaan.Kami merasa sangat snang karena bisa mengunjungi daerah yang menyimpan
begitu banyak sejarah dinegeri ini.Di tempat ini jugalah kami belajar untuk lebih menghargai
warisan nnek moyan dan perjuangan rakyat melawan pnjajah.

Tanpa pahlawan2 tersbut entah apa yang tetjadi dengan kita dan bangsa ini. Kami
bangga menjadi anak Indonesia yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan mnghargai orang
lain.Kami ucapkan terima kasih kepada pahlawan bangsa meskipun ucapan saja tak kan
cukup membalas jasa2mu selama ini karena telah memerdkakan bangsa ini.

C.Saran-saran
Perjalanan kami ini sangat menynangkan namun ada juga hal2 yang harus diperbaiki seperti:

-Diusahakan harus tepat waktu

-Tempat yang dikunjungi harus sesuai jadwal,jika akan diganti maka harus diberitahu lebih
awal karena banyak siswa yang tidak tahu jadwal diganti

-Hotel harus dijaga kebersihannya dan juga dicek apakah ada masalah

-Lebih diperketat lagi penjagaan bagi para siswa

-Tata tertib lebih ditegaskan lagi karena masih banyak siswa yang melanggar

Maaf jika saran-saran kami kurang berkenan,kami hanya ingin kegiatan SKAL
berikutnya menjadi lebih baik daripada tahun ini.Dan tidak akan terjadi gangguan apapun
pada saat kgiatan berlangsung termasuk ketidak tepatan waktu.
C.Biodata Anggota Kelompok
Linda Anggela

T-Lahir : Kediri,12 Oktober 2003

Zodiak : Libra

Alamat : Dsn.Kalikajar,Ds.Jajar,Kec.Wates,Kab.Kediri

Hobi : Debat

Cita-cita :Pengacara

Luluk Susilowati

T-Lahir : Kediri,08 Februari 2004

Zodiak : Aquarius

Alamat : Dsn.Batuasri, Ds.Batuaji,Kec.Ringinrejo, Kab.Kediri

Hobi : Traveling

Cita-cita : Dokter
Nika Fitri Kurniawati

T-Lahir : Kediri,13 Januari 2004

Zodiak : Capricon

Alamat : Dsn.Gadungan, Ds.Gadungan,Kec.Wates,Kab.Kediri

Hobi : Berenang

Ciat-cita : Perawat

Putri Anggraini

T-Lahir : Kediri,18 Juli 2003

Zodiak :Leo

Alamat : Dsn.Ngetih Timur, Ds.Ngletih, Kec.Kandat,


Kab.Kediri

Hobi : Menyanyi

Cita-cita : Pengusaha Sukses


Kata-kata:

Persahabatan adalah sesuatu yang sangat indah yang dimiliki oleh semua
makhluk hidup.Karena mereka memiliki seseorang seperti saudara tapi bukan
saudaranya.Kita harus menjaga persahabatan dan tidak mengkhianatinya karena
pasti ada penyesalan di belakang.

Catatan:

Anda mungkin juga menyukai