Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

SISTEM RESPIRASI BERBAGAI HEWAN

Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Zoologi
yang diampu Oleh: Dr. Hening Widowati, M.Si dan Dr. H. Handoko Santoso,
M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Dewi Indah Sari 21230012


Dian Indriani 21230011

MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
Oktober 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini
kami buat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Kapita
Selekta Zoologi dimana dalam makalah ini kami membahas tentang “SISTEM
RESPIRASI BERBAGAI HEWAN”.

Disini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, diantaranya yaitu:
1. Bapak Dr. Hening Widowati, M.Si dan Dr. H. Handoko Santoso, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Kapita Selekta
2. Orang tua yang selalu memberikan motivasi kepada kami, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, dan
3. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan tugas ini serta segala
sumber referensi yang telah kami gunakan.

Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata


sempurna, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, sehingga dalam pembuatan makalah berikutnya dapat
lebih baik lagi.

Metro, Oktober 2022

Penyusun Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Analisis Kritis Jurnal...................................................................................3
B. Refleksi dan Ulasan Materi.........................................................................4
1. Respirasi pada Berbagai Hewan................................................................5
a) Respirasi pada Vertebrata..........................................................................5
b) Respirasi pada Invertebrate.......................................................................16
c) Gangguan Pernapasan Hewan..................................................................26
d) Hubungan Sistem Respirasi Hewan Dengan Kandungan Al-Qur’an.........28

BAB III KESIMPULAN....................................................................................30


A. Kesimpulan.................................................................................................30
B. Saran..........................................................................................................30

DAFTAR LITERATUR....................................................................................31

iii
DAFTAR GAMBAR

1. Burung (Aves).............................................................................................7
2. Katak (Amphibia).........................................................................................8
3. Ikan (Pisces)...............................................................................................10
4. Kadal (Reptilia)............................................................................................11
5. Sapi (Mamalia)............................................................................................14
6. Sistem Respirasi Lumba-Lumba.................................................................15
7. Sistem Respirasi Porifera............................................................................17
8. Sistem Respirasi Coelenterata....................................................................18
9. Sistem Respirasi Annelida..........................................................................19
10. Sistem Respirasi Insekta...........................................................................20
11. Sistem Respirasi Arachnida......................................................................21
12. Sistem Respirasi Crustacea......................................................................22
13. Sistem Respirasi Platyhelminthes.............................................................23
14. Sistem Respirasi Nemathelmintes............................................................23
15. Sistem Respirasi Mollusca........................................................................24
16. Sistem Respirasi Enchinodermata............................................................25
17. Sistem Respirasi Amoeba.........................................................................26

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bernafas adalah hal yang harus terus menerus dilakukan oleh mahkluk
hidup baik tumbuhan, manusia, maupun hewan agar dapat melanjutkan hidup.
Pernapasan adalah pertukaran gas yang dibutuhkan untuk metabolisme dalam
tubuh. Alat pernafasan pada setia jenis makhluk hiduppun berbeda terganutng
pada habitat yang mahkluk hidup tempati atau menyesuaikan habitatnya. Seperti
halnya pada hewan meiliki berbagai macam saluran pernafasan seperti paru-
paru yang dimiliki oleh mamalia, reptilia, amphibi, Cacing (Annelida) dan
Amphibia memiliki kulit yang berfungsi juga sebagai tempat pertukaran gas. Ikan
mengambil oksigen yang berada di lingkungannya (air) dengan menggunakan
sistem insang. Sebagian besar Arthropoda, terutama serangga, telah memiliki
sistem saluran pernapasan. Meskipun demikian, terdapat kelebihan dan
kekurangan pada setiap mekanisme pernapasan yang dimiliki oleh setiap
makhluk.
Pada bidang biologi terdapat ilmu yang mempelajari tentang hewan,
didalamnya hewan berdasarkan ada atau tidak ada tulang belakangnya dibagi
menjadi dua yaitu vertebrata da invertebrata. Pada hewan vertebrata dan
invertebrata memiliki saluran pernafasan yang berbeda dengan adanya
keanekaragaman yang terjadi pada hewan dan dengan seiring perkembangan
ilmu pengetahuan maka sangat pentinglah bagi kita untuk mempelajari dan
membahas tentang saluran pernafasan pada hewan yang sering disebut juga
dengan sistem respirasi pada makalah kali ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana pernafasan pada hewan vertebrata?
2. Bagaimana pernafasan pada hewan inventebrata?
3. Apasajakah gangguan pernafasan hewan?
4. Bagaimana hubungan sistem respirasi hewan dengan kandungan Al-Qur'an?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui pernafasan pada hewan vertebrata
2. Mengetahui pernafasan pada hewan invertebrata
3. Mengetahui gangguan pernafasan hewan
4. Mengetahui hubungan sistem respirasi hewan dengan kandungan Al-Qur'an.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Kritis Jurnal


Tabel 1. Analisis Jurnal

NO ITEM ISI

1 Edisi Jurnal Acta Veterinaria, Vol. 2, No. 1: 7-11, Januari 2014


Studi Sistem Respirasi Dan Kajian Mikrobiologis
2 Judul Artikel Lumba-Lumba Hidung Botol Indo Pasifik (Tursiops
Aduncus) Dari Perairan Laut Jawa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sistem
Respirasi Dan Kajian Mikrobiologis Lumba-Lumba
3 Tujuan Penulisan
Hidung Botol Indo Pasifik (Tursiops Aduncus) Dari
Perairan Laut Jawa
Mikrobiologis Lumba-Lumba Hidung Botol
4 Objek Penelitian
(Tursiops Aduncus)
Guntari Titik Mulyani1 , Yuda Heru Fibrianto2 ,
5 Author
Teguh Budipitojo3 , Agustin Indrawati4
Penelitian tentang studi sistem pernafasan lumba-
lumba hidung botol (Tursiops aduncus) dan kajian
Metode yang
6 mikrobiologis ini dilakukan melalui pengambilan
digunakan
sampel di lapangan serta pemeriksaan sampel di
laboratorium dan studi pustaka.
Secara normal terdapat beberapa mikrobiota pada
Kesimpulan yang sistem respirasi, seperti bakteri, virus, jamur
7 disampaikan maupun protozoa. Keberadaan mikrobiota normal
Author ditentukan oleh interaksi antara hospes dan
lingkungannya.
Analisis Mahasiswa
1. Lumba-lumba hidung botol (bottlenose dolphin) adalah spesies
lumbalumba yang paling umum dan paling dikenal orang. Habitatnya
berada di perairan hangat di seluruh dunia dan dapat ditemui di hampir
seluruh perairan kecuali Samudra Antartika dan Samudra Selatan (Brownel
& Reeves, 2008).
2. Penelitian tentang studi sistem pernafasan lumba-lumba hidung botol

3
(Tursiops aduncus) dan kajian mikrobiologis ini dilakukan melalui
pengambilan sampel di lapangan serta pemeriksaan sampel di
laboratorium dan studi pustaka.
3. Sepuluh ekor lumba-lumba hidung botol dari perairan Laut Jawa yang telah
mengalami captivity di PT. Wersut Seguni Kendal Jawa Tengah digunakan
sebagai hewan coba. Hewan diperiksa secara klinis yang meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi sebelum pengambilan sampel.
4. Dari hasil isolasi dan identifikasi bakteri, setelah sampel swab yang
diperoleh dari blowhole dan dibiakkan ke media agar didapatkan hanya
kuman gram positif yang muncul.
5. Dari 10 sampel diperoleh hasil bahwa 5 ekor lumba-lumba (50% dari yang
diteliti) positif terhadap Staphylococcus aureus, sedangkan bakteri lain
termasuk Pseudomonas aeroginosa dan Pasteurella multocida tidak
dijumpai pada semua sampel.
6. Hasil isolasi jamur terhadap sampel swab deep blowhole tidak ditemukan
adanya Aspergillus fumigatus, Candida albicans ataupun Cryptococcus
neoformans.
7. Pada beberapa lumba-lumba dilaporkan bahwa Aspergillus fumigatus
menyebabkan nekrotik pneumonia dan encephalitis.
8. Gangguan ini ditandai adanya nodula pada paru-paru. Infeksi Candida
albicans menyerang pada sistem pernafasan, kulit, mulut dan esophagus
mamalia air.
9. Penyebaran infeksi bisa berakibat fatal pada mamalia air yang mengalami
captivity.

B. Refleksi dan Ulasan Materi


Sistem pernapasan adalah cara kerja sistem pada tubuh yang berfungsi
untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh melalui beberapa organ pernapasan
dengan tujuan tubuh akan mengalami pertukaran gas. Alat respirasi pada hewan
bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa
paruparu, insang, kulit, trakea, dan paruparu buku, bahkan ada beberapa
organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi
langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, berikut pembahasan mengenai sistem
respirasi pada hewan vertebrata dan invertebrata :

4
1. Respirasi pada Berbagai Hewan
a) Respirasi pada Vertebrata
Pada hewan vertebrata, ada dua jenis sistem pernapasan. Pertama,
pernapasan dengan menggunakan insang yang banyak terdapat pada ikan.
Kedua, pernapasan yang dilakukan dengan menggunakan paru-paru seperti
yang dimiliki oleh mamalia. Hewan invertebrata juga mempunyai dua sistem
pernapasan yang berbeda, alat pernapasan berupa insang ini dimiliki oleh ikan.
Selain insang, kelompok hewan vertebrata ada juga yang bernapas dengan
menggunakan paru-paru, yaitu amfibi, mamalia, reptil, dan aves.
Pada amfibi, sistem pernapasannya berubah seiring berkembangnya
hewan tersebut. Dari mulanya mempunyai sistem pernapasan berupa insang
luar, lalu berubah menjadi paru-paru saat sudah dewasa. Paru-paru yang dimiliki
oleh amfibi dapat dikatakan sederhana, karena hanya berupa sebuah kantung
tipis yang membentuk lipatan yang disebut alveoli. Reptil memiliki sekat pemisah
yang tumbuh sebagai lipatan pada dinding dalam sehingga bisa memperluas
permukaan respirasi.

1) Sistem Respirasi Burung (Aves)


Burung adalah hewan berdarah panas, sama seperti mamalia ,sehingga
suhu pada tubuh burung bersifat stabil. Karena burung memiliki reseptor pada
bagian otak yang dapat mengatur suhu tubuh, sehingga burung dapat melakukan
aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda. Burung menggunakan paru-paru
dan pundi hawa (pundi-pundi udara) sebagai alat pernafasanya. Burung memiliki
dua lubang hidung, yaitu :
a) Lubang hidung luar terletak pada pangkal paruh bagian atas
b) Lubang hidung dalam terletak pada langit-langit rongga mulut.

Trakea pada burung sama seperti pada manusia yaitu berupa tulang rawan
yang berbentuk cincin-cincin. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.
Bronkus kanan dan kiri merupakan penghubung siring dengan paru-paru. Di
dalam siring terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar
menghasilkan suara. Burung memiliki sepasang paru-paru yang menempel pada
dinding bagian dalam.
Paru-paru sendiri terbungkus oleh selaput paru-paru (pluera) yang
terhubung dengan pundi-pundi bawa. Paru-paru burung tidak memiliki alveolus,
sebagai ganti fungsinya adalah para bronki (pembuluh kapiler yang

5
berdampingan dengan kapiler darah). Selain itu burung juga tidak memiliki
diafragma sehingga dalam pergerakan paru-paru (inhale-exhale) dibantu oleh
rongga seluruh tubuh. Fungsi pundi-pundi hawa pada burung:

a) Untuk bernapas saat terbang


b) Memperkeras suara dengan memperbesar ruang siring
c) Mencegah kedinginan dengan menyelubungi organ dalam dengan rongga
udara
d) Mengurangi hilangnya panas tubuh
e) Memperbesar atau memperkecil berat jenis tubuh (berguna saat berenang).

Pundi-pundi hawa pada burung berjumlah sembilan yaitu :


a) 2 kantong di leher (servikal)
b) 1 kantong di antara tulang selangka (korakoid/interclavicular)
c) 2 kantong di dada depan (toraks anterior)
d) 2 kantong di dada belakang (toraks posterior)
e) 2 kantong di perut (abdominal).

Mekanisme pernafasan pada burung (Aves) sebagai berikut :


1. Pernafasan burung saat tidak terbang
Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan- volume rongga dada
membesar-tekanan mengecil-udara akan masuk melalui saluran pernapasan.
Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan O2 berdifusi ke
dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk ke dalam katong-
kantong udara.
Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula-rongga dada
mengecil-tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara
dalam kantong-kantong hawa bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada
saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah melepas
CO2. Dengan demikian, pertukaran gas CO2 dan O2 dapat berlangsung saat
inspirasi dan ekspirasi.

6
Gambar 1 : Burung (Aves)
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fsains.sindonews.com
%2Fread%2F686697%2F768%2F10-burung-termahal-di-dunia-no-2-dan-no-5-
dari-indonesia-
1644912121&psig=AOvVaw0_Mebiexyc4N7F37YH8Q3_&ust=16638169249720
00&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwjfyMWX96T6AhUiguYKHdKABOYQr
4kDegUIARD5AQ

2. Pernafasan burung saat terbang


Pundi hawa sangat berperan penting ketika burung mulai terbang,
dikarenakan urung yang terbang tidak dapat menggerakan tulang rusuknya,
sehingga pundi hawanya yang dipergunakan oleh burung untuk bernafas.
Inspirasi dan ekspirasinya dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi hawa.
Fase Inspirasi : Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang
korakoid terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang, akibatnya udara
masuk ke pundi hawa ketiak melewati melewati paru-paru, terjadilah
inspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
Fase Ekspirasi : Sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi hawa
ketiak terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid mengembang,
sehingga udara mengalir keluar dari kantong hawa melewati paru-paru sehingga
terjadilah ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas
O2 dan CO2. Dengan cara inilah inspirasi dan ekspirasi udara dalam paru-paru
burung saat terbang. Jadi pertukaran gas pada burung saat terbang juga
berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.

7
2) Sistem Pernafasan Pada Katak (Amphibi)
Katak muda (berudu) menggunakan insang untuk mengambil O2 yang
terlarut dalam air. Setelah berumur lebih kurang 12 hari, insang luar diganti
dengan insang dalam. Setelah dewasa, katak bernapas menggunakan selaput
rongga mulut, paru-paru, dan kulit. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai
alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di
tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung
terbuka dan glotis tertutup, sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi
masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Pernapasan dengan kulit dilakukan secara difusi. Hal ini karena kulit
katak tipis, selalu lembap, dan mengandung banyak kapiler darah. Pernapasan
dengan kulit berlangsung secara efektif baik di air maupun di darat. Oksigen (O 2)
yang masuk lewat kulit akan diangkut melalui vena kulit paru-paru (vena
pulmokutanea) menuju ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya
karbondioksida (CO2) dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung dipompa
kekulit dan paru-paru melalui arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutanea).
Dengan demikian, pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi di kulit.
Mekanisme inspirasi dan ekspirasi dijelaskan seperti berikut.

Gambar 2 : Katak (Ampibia)


https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.pinhome.id
%2Fblog%2Fanatomikatak
%2F&psig=AOvVaw04yRDRu1YIhnz_FRFZIAE4&ust=1663817397001000&sour

8
ce=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwjk8M_4-
KT6AhVLyKACHZvKDN8Qr4kDegUIARDEAQ
1. Fase inspirasi katak
Fase inspirasi terjadi bila otot sternohioideus berkontraksi sehingga
rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane (celah hidung).
Setelah itu, koane menutup, otot submandi bularis dan otot geniohioideus
berkontraksi, sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut
mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru
terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler
dinding paru-paru, dan sebaliknya karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan.

2. Fase ekspirasi katak


Mekanisme ekspirasi terjadi setelah pertukaran gas di dalam paru-paru,
otot rahang bawah mengendur atau berelaksasi, sementara otot perut dan
sternohioideus berkontraksi. Hal ini mengakibatkan paru-paru mengecil,
sehingga udara tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Selanjutnya
koane membuka, sedangkan celah tekak menutup, sehingga terjadi kontraksi
otot rahang bawah yang diikuti berkontraksinya otot geniohioideus.
Akibatnya, rongga mulutmengecil dan udara yang kaya karbon dioksida
terdorong keluar melalui koane.

3) Respirasi Pada Ikan (Pisces)


Sebagian besar ikan menggunakan alat pernapasan yang disebut insang.
Pada ikan bertulang sejati, seperti ikan mas, insangnya memiliki tutup pelindung
insang yang disebut operkulum. Namun, bagian ini tidak dimiliki ikan hiu. Insang
berada pada sisi sebelah kanan dan sisi sebelah kiri kepala ikan, tepatnya
terletak di dalam rongga insang. Setiap sisinya terdapat lembar insang berjumlah
5-7 buah.
Masing-masing insang ini dipisahkan oleh sebuah celah insang. Insang
ikan memiliki bagian-bagian penting seperti lengkung insang yang berasal dari
tulang rawan, rigi-rigi insang yang berguna sebagai penyaring air saat bernapas,
dan filamen/lembaran insang yang berwarna merah muda dengan bentuk seperti
sisir. Warna merah muda menunjukkan bahwa lembaran insang terdapat
pembuluh kapiler darah. Sehingga, sangat wajar bila pertukaran oksigen dan
karbon dioksida terjadi di daerah ini.

9
Gambar 3 : Ikan (Pisces)
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Frajatutor.com
%2Fcontent.php%3Fcontent_url
%3Dbagiantubuhhewanikan&psig=AOvVaw0voXdEMpz7A_bhzJbVHX_S&ust=1
663817574666000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwjc2avN-
aT6AhVrjNgFHeuyAf4Qr4kDegUIARC6AQ

Ketika bernapas, ikan menggunakan dua fase pernapasan, yakni


fase inspirasi dan fase ekspirasi. Fase inspirasi terjadi jika air masuk ke
dalam rongga mulut ikan. Masuknya air karena dipengaruhi tekanan udara dalam
rongga mulut yang lebih kecil daripada tekanan udara di air. Sementara itu, fase
ekspirasi terjadi saat rongga mulut ikan tertutup. Akibatnya, udara masuk ke
insang secara difusi. Secara bersamaan operkulum terbuka. Akibatnya, air
mengalir melalui celah insang dan menyentuh lembaran-lembaran insang.
Secara otomatis, karbon dioksida dilepaskan oleh darah dan sebaliknya oksigen
diikat.
Terdapat sedikit perbedaan insang pada ikan, berdasarkan jenis ikannya.
Perbedaan ini terbagi menjadi tiga, pada ikan bertulang sejati (Osteichtyes), ikan
bertulang rawan (Chondrichtyes), dan kelompok ikan tanpa insang. Ikan
bertulang sejati memiliki insang yang dilengkapi dengan tutup insang. Tutup ini
disebut dengan operkulum. Sedangkan ikan bertulang rawan, insangnya tidak
memiliki tutup insang. Jenis terakhir adalah kelompok ikan tanpa insang. Jenis ini
bernapas dengan gelembung udara yang disebut pulmosis. Contohnya adalah
ikan paru-paru (Dipnoi).

Bagian-bagian insang Insang merupakan organ yang rumit dan memiliki


banyak bagian:

10
1. Operkulum: berfungsi melindungi bagian kepala dan mengatur mekanisme
aliran air sewaktu bernapas.
2. Membran brankiostega: katup pada waktu air masuk ke rongga mulut.
3. Lengkung insang (arkus brankialis): tempat melekatnya tulang tapis insang.
Terdapat banyak pembuluh darah dan pembuluh saraf.
4. Tulang tapis insang: berfungsi mencegah organisme makanan melalui celah
insang.
5. Lembaran insang: tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
6. Filamen insang
7. Tapis insang, menjaga agar tidak ada benda asing yang masuk ke dalam.

Fungsi insang pada ikan Ternyata, insang bukan hanya organ


pernapasan saja. Berikut fungsi insang pada ikan:
a. Alat pernapasan
b. Alat ekskresi garam
c. Penyaring makanan
d. Alat pertukaran ion
e. Osmoregulator

4) Sistem Pernafasan Pada Kadal (Reptilia)


Sistem pernapasan pada reptilia berbeda dengan sistem pernapasan
pada serangga, dikarenakan organ pernapasan pada reptilia berbeda dengan
organ pernapasan serangga, organ yang digunakan pada pernapasan reptilia
adalah paru-paru. Sebab, sebagian besar reptilia hidup di daratan atau habitat
yang kering. Untuk mengimbanginya, kulit reptilia bersisik dan kering, supaya
cairan dalam tubuhnya tidak mudah hilang. Kulit bersisik pada reptilia merupakan
suatu adaptasi hidup dalam udara kering, dan bukan sebagai alat pertukaran
gas.

11
Gambar 4 : Kadal (Reptilia)
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fbiologigonz.blogspot.com
%2F2010%2F06%2Freptilia.html&psig=AOvVaw1FbD16kgoFDGNU-
IMIbPmd&ust=1663817622775000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwjxjK
Tk-aT6AhVskNgFHViFCR0Qr4kDegUIARC6AQ

1. Bentuk paru-paru reptilia


Paru-paru Reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang
rusuk. Paru-paru Reptilia hanya terdiri dari beberapa lipatan dinding yang
berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Paru-paru kadal, kura-kura,
dan buaya lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang membuat
paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal,
misalnya bunglon Afrika, mempunyai pundi-pundi hawa atau kantung udara
cadangan sehingga memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.

2. Mekanisme pernapasan pada reptilia


Mekanisme pernapasan pada reptilia terjadi dalam dua fase, yaitu fase
inspirasi dan fase ekspirasi. Untuk sistem pernapasan hewan reptil sendiri
dibantu dengan gerakan rongga dada. Tak seperti sistem pernapasan manusia,
reptil tidak mempunyai sekat diafragma serta pernapasan diatur otot intercostae.
Saat otot intercostae berkontraksi maka rongga dada akan membesar serta
volume udara akan mengecil kemudian udara masuk lubang hidung dan
kemudian diteruskan di laring. Trakea serta paru-paru.
Saat otot intercostae berelaksasi rongga dada akan mengecil serta udara
yang mengandung karbondioksida keluar lewat lubang hidung. Sama halnya
dengan paru-paru hewan mamalia, yakni dinding alveoli telah dikelilingi
pembuluh kapiler yang fungsinya menjadi tempat pertukaran udara. Pertukaran
udara ini terjadi pada alveoli lalu oksigen akan mengikat di hemoglobin dalam sel
arah.
Di sejumlah spesies ordo crocodil reptil termasuk pula buaya, pernapasan
pun dibantu otot-otot hati maupun visera. Di buaya, otot tersebut berhubungan
langsung dengan tulang rusuk. Di waktu otot visera ini berkontraksi rusuk
bergerak di depan dan menghisap udara yang masuk dalam rongga dada.
Gerakan otot ini sama seperti dengan gerakan waktu menarik piston.

1. Fase Inspirasi

12
Saat tulang rusuk mengembang, volume rongga dada akan mening kat.
Selanjutnya udara (oksigen) akan masuk ke dalam paru-paru. Proses masuknya
oksigen ke dalam tubuh dapat dilihat pada alur berikut ini. Gas O2 dalam udara
masuk melalui hidung →rongga mulut→anak tekak→trakea yang panjang→
bronkiolus dalam paru-paru→dari paru-paru O2 diangkut darah menuju ke
seluruh jaringan tubuh.

2. Fase Ekspirasi
Fase ekspirasi akan terjadi, jika tulang rusuk merapat, sehingga udara
(karbon dioksida) dan uap air keluar dari paru-paru. Proses keluarnya
karbondioksida dari tubuh reptilia adalah sebagai berikut. Dari jaringan tubuh gas
CO2 → di angkut darah menuju jantung → kemudian menuju ke paru-paru untuk
dikeluarkan → bronkiolus → trakea yang panjang → anak tekak → rongga mulut
→ dan terakhir melalui lubang hidung. Pada reptilia yang hidup di air, lubang
hidung dapat ditutup ketika reptilia sedang menyelam. Demikian uraian mengenai
sistem pernapasan pada reptilia.
Bronkhus masuk ke dalam paru-paru dan tidak bercabang-cabang lagi.
Paru-paru reptilia berukuran relatif besar, berjumlah sepasang. Struktur
dalamnya berpetak-petak seperti rumah lebah, biasanya bagian anterior lebih
banyak berpetak daripada bagian posterior. Paru-paru reptilia berada dalam
rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana,
hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar
permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif.

5) Sistem Pernafasan Pada Mamalia


Mamalia bernapas menggunakan paru-paru. Gas oksigen masuk ke
dalam tubuh melalui lubang hidung → faring → laring → trakea → bronkus →
paru-paru. Kemudian gas O2 dari paru-paru diangkut darah ke jantung. Dari
jantung, gas O2 diedarkan ke seluruh jaringan tubuh oleh darah. Dari jaringan
tubuh, gas CO2 diangkut menuju jantung → paru-paru, dan keluar melalui organ-
organ yang sama pula. Kemudian gas O2 dari paru-paru diangkut darah ke
jantung. Dari jantung, gas O2 diedarkan ke seluruh jaringan tubuh oleh darah.
Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut menuju jantung → paru-paru, dan keluar
melalui organ-organ yang sama pula. Saat melakukan proses bernapas, dada
hewan mamalia akan naik-turun.

13
Ini disebabkan oleh otot diafragma yang berkontraksi dan menyebabkan
otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga dada akan naik turun. Proses
bernapas terjadi saat menghirup oksigen dan membuang karbondioksida yang
ada dalam tubuh. Hal ini juga sama dengan yang terjadi pada hewan mamalia.
Jumlah karbondioksida yang dibuang serta oksigen yang diserap harus seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan. Jika oksigen yang dihirup hewan mamalia tidak
mencukupi kebutuhannya, maka hewan akan mengalami kondisi yang disebut
hipoksia.

Gambar 5 : Sapi (Mamalia)


https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.pelajaran.co.id
%2Fsistemorganpadahewanmamaliabesertafungsiterlengkap
%2F&psig=AOvVaw2vN1ZqICxPATyVZiKjOKH&ust=1663817668811000&sourc
e=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwi-9Z36-aT6AhVc_zgGHVz-
AgIQr4kDegUIARC7AQ

Hipoksia adalah kondisi di mana tubuh mengalami kekurangan oksigen


yang juga bisa memicu terjadinya asfiksia. Asfiksia adalah keadaan di mana
jaringan tubuh hewan mamalia tidak mendapatkan oksigen yang bisa berakibat
pada kematian hewan tersebut. Tidak hanya kekurangan oksigen, tubuh hewan
mamalia juga bisa mengalami kelebihan oksigen yang disebut dengan oksidasi.
Apabila kadar dari oksigen di dalam tubuh mamalia ini terlalu besar, maka ia akan
mengalami oksidasi yang tidak diharapkan. Hal ini bisa mengakibatkan
kehancuran dalam sel-sel tubuh mamalia.
Dengan demikian, pasokan oksigen yang tidak memadai bisa
mengakibatkan penimbunan oksigen. Apabila mengalami penimbunan dalam

14
tubuh mamalia, maka akan terjadi gangguan, misalnya seperti gangguan dalam
metabolisme. Sama seperti mamalia yang ada di darat, pernapasan hewan
mamalia laut juga berlangsung di dalam paru-paru. Bedanya, kemampuan
pernapasan hewan mamalia laut untuk bisa bernapas dalam air dipengaruhi oleh
keefektifan dalam menyerap oksigen.
Jika dibandingkan dengan manusia yang hanya bisa menyerap sekitar 5
persen oksigen dalam sekali menghirup napas, maka hewan mamalia laut bisa
menyerap 90 persen oksigen dalam sekali tarikan napas. Selain itu, kemampuan
pernapasan hewan mamalia laut juga dipengaruhi oleh mioglobin, yaitu sejenis
protein yang terdapat dalam otot-otot hampir sebagian besar mamalia. Mioglobin
ini bertugas untuk mengikat molekul oksigen atau menyimpan kelebihan oksigen
yang mereka hirup.

a. Proses pernapasan hewan mamalia:


1. Tahap Inspirasi (memasukkan oksigen):
Ketika hewan mamalia menghirup napas (Inhale), otot diafragma akan
berkontraksi, kemudian otot-otot tulang rusuk akan berkontraksi sehingga rongga
dada membesar, dan menyebabkan tekanan dalam rongga dada berkurang.
Udara yang dihirup melalui hidung masuk ke dalam paru-paru sehingga membuat
paru-paru mengembang.

2. Tahap Ekspirasi (mengeluarkan karbondioksida):


Ketika hewan mamalia mengeluarkan napas (exhale), otot diafragma akan
melemas dan kembali ke posisi semula (melengkung ke atas), kemudian otot-otot
tulang rusuk juga melemas dibantu oleh kontraksi dari otot perut, sehingga
menyebabkan rongga dada mengecil dan tekanan dalam rongga dada naik.
Udara yang dikeluarkan melalui paru-paru keluar melalui hidung sehingga
membuat paru-paru mengecil.

15
Gambar 6: Sistem Respirasi Lumba-lumba
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fwww.dosenpendidikan.co.id%2Falatpernapasanpadahewan
%2F&psig=AOvVaw2i2xLGfd9x5xzJx1ymjYvl&ust=1665724318072000&source=i
mages&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCLC3sfm43PoCFQAAAAAdAAAAABAQ
Lumba-lumba adalah mamalia sehingga lumba-lumba bernapas dengan
paru-paru, sama seperti manusia. Lumba-lumba tidak bisa bernapas di bawah air
seperti ikan karena mereka tidak memiliki insang. Tidak hanya lumba-lumba,
mamalia air lainnya, seperti paus, juga bernapas dengan paru-paru. Dilansir dari
Whale and Dolphin Conservation (WDC), lumba-lumba bernapas melalui lubang
hidung, yang disebut lubang sembur, yang terletak tepat di atas kepala mereka.
Hal ini memungkinkan mamalia air, termasuk lumba-lumba dan paus,
untuk mengambil napas dengan hanya mengekspos bagian atas kepala mereka
ke udara saat mereka berenang atau beristirahat di bawah air. Setelah bernapas,
lubang sembur ditutup rapat oleh otot-otot kuat yang mengelilinginya sehingga
air tidak bisa masuk ke paru-paru paus atau lumba-lumba. Paus besar memiliki
dua lubang sembur (dengan pengecualian paus sperma ), sedangkan lumba-
lumba hanya memiliki satu.
Ketika lumba- lumba muncul ke permukaan untuk mencari udara, mereka
menghembuskan napas terlebih dahulu dan kemudian menghirup udara segar.
Hanya butuh sepersekian detik bagi lumba-lumba untuk melakukan proses
pernapasan. Saat lumba-lumba bernapas, air yang menyembur tidak berasal dari
paru-paru lumba-lumba. Air tersebut hanya air yang berada di atas kepalanya, di
sekitar lubang sembur yang dihembuskan sebelum lumba-lumba menghirup
napas. Sebelumnya, lumba-lumba dianggap tidak dapat bernapas melalui mulut
seperti halnya manusia, hanya melalui lubang semburnya.

b) Respirasi pada Invertebrata


Jika dibandingkan dengan kelompok hewan vertebrata, sistem
pernapasan kelompok hewan invertebrata lebih sederhana, Kelompok hewan
invertebrata hanya memiliki dua sistem pernapasan, yaitu difusi dan sistem
trakea. Pada pernapasan dengan cara difusi, pertukaran gas terjadi karena
perbedaan tingkat oksigen dan karbon dioksida pada lingkungan dan sel-sel
tubuhnya. Difusi terjadi saat oksigen dan karbon dioksida berpindah dari tempat

16
yang mempunyai kandungan tinggi ke tempat yang mempunyai kandungan lebih
rendah.
Difusi masih dibedakan menjadi dua, yaitu difusi sel dan difusi epidermal.
Difusi sel terjadi pada hewan bersel satu seperti amuba melalui membran atau
selaput tipis yang ada di permukaan tubuh. Sedangkan difusi epidermal adalah
pertukaran gas yang berlangsung melalui kulit luar tubuh seperti yang dilakukan
oleh cacing. Sistem pernapasan berikutnya yang dimiliki oleh hewan invertebrata
adalah sistem trakea yang bisa ditemukan pada serangga.

1. Sistem Pernafasan pada Porifera


Tubuh hewan filum Porifera tersusun atas banyak sel dan memiliki
jaringan yang sangat sederhana. Hewan ini banyak ditemukan di pantai atau di
laut porifera tidak memiliki alat pernapasan khusus. Udara pernapasan
berlangsung disel-sel permukaan tubuh atau sel-sel leher yang bersentuhan
dengan air. Oksigen yang diambil oleh porifera berasal dari oksigen yang terlarut
di dalam air. Hewan filum Cnidaria yang meliputi golongan hewan karang, ubur-
ubur, hydra, dan anemone laut.

Gambar 7: Sistem Respirasi Porifera


https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fmateriipa.com
%2Fsistempernapasanporifera
%2Fsistempernapasanporifera&psig=AOvVaw0m4z5IsWPIKexFs6Gm8g_L&ust=
1665723479749000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCJDp4em1
3PoCFQAAAAAdAAAAABAE

Tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan. Cnidaria tidak
memili alat pernapasan yang lengkap atau khusus. Sel-sel di bagian permukaan
tubuhnya dapat melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Hewan filum
ini tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan yang sangat

17
sederhana. Porifera tidak memiliki alat pernapasan khusus. Udara pernapasan
dipertukarkan langsung oleh sel-sel di permukaan tubuh atau oleh sel-sel leher
yang bersentuhan denan air. Contoh: spongia sp

2. Sistem Pernafasan pada Coelenterata


Coelenterata merupakan hewan berongga yang tersusun dari dua lapisan
sel, yaitu lapisan luar berasal dari ectoderm dan lapisan dalam berasal dari
endoderm. Lapisan sel yang berasal dari ectoderm disebut epidermis dan lapisan
yang berasal dari endoderm disebut gastrodermis.Pertukaran gas terjadi secara
difusi pada sel di luar permukaan tubuh yang bersentuhan dengan air. Untuk
respirasi, coelenterata mempunyai alat bantu berupa lekukan jaringan yang
terdapat pada gastrodermis, disebut sifonoglia. Sifonoglifa adalah alat respirasi
pada Coelenterata (hewan berongga) terutama yang termasuk golongan
Anthozoa, misalnya pada Anemon laut.

Gambar 8: Sistem Respirasi Coelenterata

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fwww.slideshare.net%2Falyasyariati
%2Frespirasihewan30446425&psig=AOvVaw3IOR4uVdpnTCVZpI3q7hUw&ust=
1665723555915000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCIj6iY623P
oCFQAAAAAdAAAAABAK

Hewan phylulm coelenterata tubuhnya tersusun atas banyak sel dan


memiliki jaringan. Hewan ini tidak memiliki alat pernapasan yang lengkap. Alat
bantu pernapasan berupa lekukan-lekukan lapisan gastrodermal yang berada
sedikit di bawah mulut, yang disebut sifonoglifa. Namun sel-sel di permukaan
tubuh yang lain juga dapat melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya.
Contoh: aurelia aurita, hydra sp, dan metrium sp (ubur-ubur).

18
3. Sistem Pernafasan pada Annelida
Hewan yang tergolong dalam filum Annelida salah satunya cacing
sebagian besar dan pada umumnya bernapas dengan menggunakan permukaan
kulitnya. Pada hewan yang tergolong dalam cacing, biasanya mereka
memanfaatkan permukaan kulitnya untuk melakukan pertukaran gas antara
oksigen dan karbon dioksida dengan memanfaatkan proses difusi. Kulit cacing
pada umumnya memiliki banyak kapiler darah dan juga kelenjar lendir yang
secara kontinu akan selalu menghasilkan lendir. Lendir yang dihasilkan ini
memiliki manfaat untuk menjaga kulit cacing agar tetap basah sehingga oksigen
akan mudah berdifusi melalui permukaan kulit cacing.

Gambar 9: Sistem Respirasi Annelida


https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fid.wikipedia.org
%2Fwiki
%2FCacing_tanah&psig=AOvVaw2yGwpniCb00oqjpCOMOtz&ust=16657213966
96000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCLCIzYiu3PoCFQAAAAA
dAAAAABAE

Cacing menggunakan permukaan tubuhnya untuk bernapas. Oleh karena


itu, kulit cacing tanah selalu basah untuk memudahkan terjadinya pertukaran
udara. Di bawah permukaan kulitnya yang basah tersebut, ternyata terdapat
kapiler-kapiler darah. Melalui kapiler ini, oksigen berdifusi masuk ke dalam kulit,
lalu ditangkap dan diedarkan oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon
dioksida yang terkandung dalam darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh.

4. Sistem Pernafasan pada Arthropoda


Arthropoda adalah hewan yang bersegmen. Respirasinya menggunakan
insang atau trakea. Adapun kelas yang terdapat pada filum ini, antara lain

19
crustacea, diplopoda, chilopoda, insecta, arachnida, trilobita, merostoma,
pyenogonida, pauropoda, dan symphyla. Berikut beberapa kelas yang akan
dibahas sistem pernapasannya, yakni:
a. Insekta
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga
dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada
di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel (stigma). Spirakel
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan
pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot
sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur.

Gambar 10: Sistem Respirasi Insekta


https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.nafiun.com
%2F2012%2F12%2Fsistempernapasaanpadaserangga.html&psig=AOvVaw342a
jDy6jDEnGJBr4A4gCZ&ust=1665721598465000&source=images&cd=vfe&ved=
0CAwQjRxqFwoTCOju4Oiu3PoCFQAAAAAdAAAAABAE

Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup


saat serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian
udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya
pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus
sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.

b. Arachnida

20
Hewan yang tergolong arachnida biasanya akan bernapas menggunakan
alat pernapasan yang biasa disebut paru-paru buku jika sedang hidup di darat,
dan juga insang buku jika sedang hidup di air. Hewan yang termasuk ke dalam
golongan arachnida merupakan laba-laba dan juga kalajengking. Masing-masing
paru-paru buku yang dimiliki oleh arachnida ini memiliki sejenis lembaran-
lembaran tipis yang tersusun sejajar dan biasa disebut juga lamela. Selain itu,
paru-paru buku pada arachnida juga memiliki spirakel yang merupakan tempat
keluar masuknya udara dari luar dan dalam tubuh arachnida.

Gambar 11: Sistem Respirasi Arachnida


https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fw7.pngwing.com
%2Fpngs%2F733%2F968%2Fpng-transparent-spider-anatomy-chelicerae-
tarantula-spiderinsectsfaunaanatomy.png&imgrefurl=https%3A%2F
%2Fwww.pngwing.com%2Fid
%2Ffreepngyrfja&tbnid=VewIQ_qdb9bJ5M&vet=12ahUKEwj6uGir9z6AhVWD7c
AHYiaDJYQMygBegUIARC4AQ..i&docid=WIVWhd6bmptLAM&w=920&h=404&q
=Gambar%20Sistem%20Respirasi%20laba-laba&ved=2ahUKEwj6-
uGir9z6AhVWD7cAHYiaDJYQMygBegUIARC4AQ

Keluar masuknya udara pada arachnida dipengaruhi oleh gerakan otot


seperti halnya yang terjadi pada proses inspirasi dan ekspirasi hewan mamalia
yang menggunakan paru-paru karena sistem pernapasan dengan menggunakan
paru-paru buku dan juga insang buku prosesnya akan sama dengan proses
pernapasan pada mamalia karena memang baik paru-paru buku dan insang
buku memiliki fungsi yang identik dengan paru-paru.

c. Crustacea
Hewan yang tergolong ke dalam kelompok crustacea ini merupakan
hewan yang bernapas dengan menggunakan insang, sama dengan ikan. Hewan
yang termasuk ke dalam crustacea merupakan udang, lobster, dan juga kepiting.

21
Pada umumnya, insang yang terdapat pada crustacea ini terletak pada kamar-
kamar insang yang terletak diantara branchiostegit atau yang biasa disebut
sebagai pelindung insang dan juga dinding badan. Pada insang yang terdapat
pada hewan crustacea, biasanya juga terdapat suatu pembuluh darah dengan
membran yang tipis.

Gambar 12: Sistem Respirasi Crustacea


https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fidkuu.com
%2Fbagaimana-sistem-pernapasan-pada-
hewan&psig=AOvVaw2WqNA9kAo3aXvSZC6rbux-
&ust=1665722019929000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCJCq
0bGw3PoCFQAAAAAdAAAAABAE

Pembuluh darah dengan membran yang tipis ini akan sangat bermanfaat
untuk pertikaran gas secara difusi, dimana proses pemasukan oksigen dari udara
luar ke darah dan juga pengeluaran karbondioksida dari darah ke udara luar
dapat berjalan secara cepat dan juga efisien. Hewan-hewan crustacea bernapas
dengan insang yang melekat pada anggota tubuhnya dan sistem peredaran
darah yang dimilikinya adalah sistem peredaran darah terbuka. O2 masuk dari air
ke pembuluh insang, sedangkan co2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini
akan diedarkan ke seluruh tubuh tanpa melalui pembuluh darah.

5. Sistem Pernafasan pada Platyhelminthes


Cacing pipih belum memiliki alat pernafasan khusus. Pengambilan
oksigen bagi anggota yang hidup bebas dilakukan secara difusi melalui
permukaan tubuh. Sementara anggota yang hidup sebagai endoparasit bernafas
secara anaerob, artinya respirasi berlangsung tanpa oksigen. Hal ini terjadi
karena cacing endoparasit hidup pada lingkungan yang kekurangan oksigen.

22
Gambar 13: Sistem Respirasi Platyhelminthes

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2F2.bp.blogspot.com
%2F3UcRImpeyPw%2FUMw7XOPWFXI%2FAAAAAAAAEXc
%2F8tMRqAvnt0%2Fs1600%2FAlatalatekskresiPlanaria.jpg&imgrefurl=https
%3A%2F%2Fwww.nafiun.com
%2F2012%2F12%2Fsistemekskresipadacacingpipihplatyhelminthes.html&tbnid=
knsZKypfb9HP3M&vet=12ahUKEwjJoPX5sNz6AhX3hNgFHdGoC2kQMygEegUI
ARC5AQ..i&docid=3ed19sU0GaJ1hM&w=705&h=479&q=gambar%20sistem
%20respirasi
%20platyhelminthes&ved=2ahUKEwjJoPX5sNz6AhX3hNgFHdGoC2kQMygEeg
UIARC5AQ

Golongan cacing (vermes) terbagi dalam tiga phylulm. Pada cacing pipih
(platyhelminthes) pernapasan terjadi di seluruh permukaan tubuh melalui difusi.
Contoh: planaria sp.pada cacing gilik tidak bersegmen (nemathelminthes)
pernapasannya juga melalui difusi lewat permukaan tubuhnya. Contoh: ascaris
lumbricoides pada cacing gilik bersegmen (annelida) pernapasannya melalui
permukaan kulit yang selalu basah oleh cairan mukus. Contoh: lumbricus sp.

6. Sistem Pernafasan pada Nemathelminthes


Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan
secara anaerob. Energi diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2
dan asam lemak yang diekskresikan melalui kutikula. Namun sebenarnya Ascaris
dapat mengkonsumsi oksigen kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen
tersedia, gas itu diambil oleh hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuh dan
cairan pseudosoel.

23
Gambar 14: Sistem Respirasi Nemathelminthes

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fnasrulbintang.wordpress.com
%2F2012%2F01%2F17%2Finvertebratanemathelminthes
%2F&psig=AOvVaw0buX2cdeGPvceCBmY3d4y&ust=1665722489401000&sou
rce=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCLi9s5Gy3PoCFQAAAAAdAAAAA
BAK

7. Sistem Pernafasan pada Mollusca


Sebagian besar Mollusca organ respirasinya adalah insang. Insang
diadaptasikan untuk pertukaran gas oksigen dan kabondioksida dalam air melalui
permukaan insang yang luas dan berbentuk membran yang tipis. Pada Mollusca,
insang disebut juga ktinidium (Yunani : kteis; sebuah sisir).
Ktenidia terdiri atas sebuah filamen (lamela) yang ditutupi silia. Gerakan
silia menyebabkan air melintasi permukaan filamen, oksigen berdifusi melintasi
membran menuju ke darah, dan karbondioksida berdifusi keluar. Pada beberapa
Mollusca seperti remis dan bivalvia lain, silia pada insang juga berperan
menyaring partikel makanan, kemudian mengirimnya ke mulut dalam bentuk
benang lendir.

Gambar 15: Sistem Respirasi Mollusca

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fwww.dosenpendidikan.co.id%2Fmolluscaadalah
%2F&psig=AOvVaw0yjlZBRNhIUj2jVGfiv0dx&ust=1665722675692000&source=i
mages&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCJitneqy3PoCFQAAAAAdAAAAABAE

24
8. Sistem Pernafasan pada Echinodermata
Filum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri).
Echinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang
hidup di air tawar atau darat. Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk
tubuhnya, kebanyakan memiliki simetri radial, khususnya simetri radial
pentameral (terbagi lima). Walaupun terlihat primitif, Echinodermata adalah filum
yang berkerabat relatif dekat dengan Chordata (yang di dalamnya tercakup
Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder.
Echinodermata bernafas menggunakan paru-paru kulit atau
dermal branchiae (Papulae) yaitu penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang
tipis. Tonjolan ini dilindungi oleh silia dan pediselaria. Pada bagian inilah terjadi
pertukaran oksigen dan karbondioksida. Ada pula beberapa jenis Echinodermata
yang bernafas dengan menggunakan kaki tabung. Sisa-sisa metabolisme yang
terjadi di dalam sel-sel tubuh akan diangkut oleh amoebacyte (sel-sel amoeboid)
ke dermal branchiae untuk selanjutnya dilepas ke luar tubuh.

Gambar 16: Sistem Respirasi Echinodermata


https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.mikirbae.com
%2F2016%2F02%2Fstrukturdanfungsitubuechinodermata.html&psig=AOvVaw0
UjEQXjuAtZ4eZcMwWQsB&ust=1665723317307000&source=images&cd=vfe&v
ed=0CAwQjRxqFwoTCMD6w5y13PoCFQAAAAAdAAAAABAE

9. Sistem Pernafasan pada Amoeba


Kelompok hewan bersel satu atau protozoa seperti Amoeba sp. dan
Paramaecium belum memiliki organ pernapasan di dalam tubuh mereka,

25
sehingga proses respirasi hewan bersel satu ini mengandalkan keluar masuknya
udara melalui membran sel di kulit mereka. Biasanya sistem pernapasannya
secara difusi, dimana ketika hewan bersel satu bernapas, konsentrasi oksigen di
dalam sel semakin berkurang, sementara konsentrasi sisa metabolismenya yang
berupa karbondioksida justru akan semakin meningkat.

Gambar 17: Sistem Respirasi Amoeba


https://www.updateinfoo.com/2020/09/makalah-fisiologi-hewan-sistem.html

Hal tersebut tentu saja mengakibatkan terjadinya perbedaan kadar


oksigen di dalam dan juga di luar sel, dimana konsentrasi oksigen akan menjadi
lebih tinggi di luar sel daripada di dalam sel, dan hal inilah yang menyebabkan
oksigen masuk ke dalam sel secara difusi. Disisi lain, meningkatnya konsentrasi
sisa metabolisme yang berupa karbondioksida di dalam sel membuat kadar
karbondioksida di dalam sel konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan dengan di
luar sel, sehingga karbondioksida akan berdifusi keluar sel.

c) Gangguan Pernafasan Hewan


Beberapa contoh gangguan pada sistem respirasi hewan antara lain:
1. CRD (Chronic Respiratory Disease)
Penyakit CRD ini merupakan penyakit menular menahun yang terjadi
karena adanya infeksi dari bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan
penyakit ini adalah Mycoplasma galisepticum. CRD juga merupakan penyakit
yang menyerang saluran pernafasan dan bersifat kronis. Dengan kata lain,
penyakit ini bisa terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup
lama. Hewan seperti ayam yang terserang oleh penyakit ini bisa dilihat gejalanya
seperti susah bernafas, ngorok, nafsu makan menurun dan lainnya. Pada kasus
yang parah, dapat kita temukan leleran eksudat dari hidung, selain itu terdapat
juga eksudat berbuih pada bagian mata dan kadang sinus infraorbitalis
mengalami pembengkakan.

26
2. Korisa
Pada umumnya, penyakit pada sistem pernapasan hewan ini menyerang
ayam layer ataupun ayam broiler. Penyakit ini sangat mudah menular dengan
angka kematian 20% dan kesakitan 100%. Pada ayam layer, penurunan
produksi telur bisa mencapai 10 hingga 40%. Pada umumnya, penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Haemophilus paragallinarum. Ciri khas yang bisa anda
lihat dari penyakit ini adalah menyerang rongga hidung dan sinus infraorbitalis,
sehingga menyebabkan peradangan pada sinus, kebengkakan pada muka, dan
muncul leleran pada hidung dengan bau yang khas, bisa amis hingga busuk.
Pada beberapa kasus, penyakit ini juga bisa menimbulkan eksudat serupa
dengan keju pada rongga hidungnya.

3. Distemper
Merupakan salah satu penyakit yang sudah menyebar secara luas di
dunia. Pada umumnya, penyakit ini disebabkan oleh virus dan sangat sering
terjadi pada anjing. Penyakit ini merupakan penyakit menular dan menyerang
sel-sel epitel pada permukaan tubuh, selaput lendir, mukosa mata, mukosa
saluran pernafasan dan sistem pusat otak. Penyakit ini pada utamanya
menyerang saluran pernafasan dan cara penularannya adalah melalui airbone
dan aerosol droplet dengan terhirupnya udara yang telah tercemar oleh virus ini.
Penyakit ini bisa menyebar dengan waktu yang sangat cepat.

4. Feline Viral Rhinotracheitis


Merupakan penyakit yang sering disebut sebagai flu pada kucing dan
ditularkan oleh kucing yang sehat atau sakit. Penularannya bisa dilakukan
dengan kontak terhadap alat-alat, tempat makan dan minum. Gejala yang sering
ditemukan adalah batuk, demam tinggi, nafsu makan hilang dan berat badan
menurun, pilek, bersin-bersin, mata merah, bengkak dan berair dan disertai
dengan kerak-kerak pada bagian kelopak mata. Radang kornea juga bisa timbul
dan menyebabkan kucing lebih senang pada tempat yang gelap dan sambil
menggosok-gosokkan matanya dengan menggunakan kakinya. Pada induk
kucing hamil yang terinfeksi dengan penyakit ini bisa menyebabkan keguguran
atau anak kucing akan menderita radang paru-paru.

27
d) Hubungan Sistem Respirasi Hewan dengan Kandungan Al-Qur’an
Hubungan sistem respirasi dengan kandungan Al-Qur’an terdapat pada
QS Al Imran (3): 190:

‫ِاَّن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َو اْخ ِتاَل ِف اَّلْيِل َو الَّنَهاِر ٰاَل ٰي ٍت ُاِّلوِلى‬
‫اَاْلْلَباِۙب‬
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal”.

Ayat ini menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian
malam dan siang, serta semua fenomena alam tersebut terdapat tanda-tanda
kebesaran Allah bagi orang yang berakal yakni mereka yang memiliki akal murni
tanpa diselubungi oleh kabut ide yang melahirkan kerancuan. menganjurkan
untuk mengenal keagungan, kemuliaan, dan kebesaran-Nya.

Hubungan sistem respirasi dengan kandungan Al-Qur’an terdapat pada


QS At Tin:4;

‫َلَقْد َخ َلْقَنا اِاْل ْنَس اَن ِفْٓي َاْح َس ِن َتْقِو ْيٍۖم‬


Artinya : “Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”.

Kandungan pada ayat ini bahwa Allah menciptakannya dengan tubuh yang
tegak, sehingga dapat memakan makanannnya dengan tangan; dan Allah
menciptakannya dengan kemampuan memahami, berbicara, mengatur, dan
berbuat bijak, sehingga memungkinkannya menjadi khalifah di muka bumi
sebagaimana yang Allah kehendaki.

28
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
1. Bernafas adalah hal yang harus terus menerus dilakukan oleh mahkluk hidup
baik tumbuhan, manusia, maupun hewan agar dapat melanjutkan hidup.
Pernapasan adalah pertukaran gas yang dibutuhkan untuk metabolisme
dalam tubuh.
2. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan
yang lain, ada yang berupa paruparu, insang, kulit, trakea, dan paruparu buku,
bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus
sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh.
3. Pada hewan vertebrata, ada dua jenis sistem pernapasan. Pertama,
pernapasan dengan menggunakan insang yang banyak terdapat pada ikan.
Kedua, pernapasan yang dilakukan dengan menggunakan paru-paru seperti
yang dimiliki oleh mamalia.
4. Kelompok hewan invertebrata hanya memiliki dua sistem pernapasan, yaitu
difusi dan sistem trakea. Pada pernapasan dengan cara difusi, pertukaran gas
terjadi karena perbedaan tingkat oksigen dan karbon dioksida pada
lingkungan dan sel-sel tubuhnya.
5. Hubungan sistem respirasi dengan kandungan Al-Qur’an terdapat pada QS Al
Imran (3): 190-191, QS At Tin:4.

B. Saran

Makalah ini jauh dari sempurna, sehingga diharapkan kritik dan sarannya
untuk kami menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya, semoga
makalah tentang sistem respirasi berbagai macam hewan ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.

29
DAFTAR LITERATUR

https://www.updateinfoo.com/2020/09/makalah-fisiologi-hewan-sistem.html

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fwww.dosenpendidikan.co.id%2Fmolluscaadalah
%2F&psig=AOvVaw0yjlZBRNhIUj2jVGfiv0dx&ust=1665722675692000&source=i
mages&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCJitneqy3PoCFAAAAAdAAAAABAE

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fnasrulbintang.wordpress.com
%2F2012%2F01%2F17%2Finvertebratanemathelminthes
%2F&psig=AOvVaw0buX2cdeGPvceCBmY3d4y&ust=1665722489401000&sour
ce=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCLi9s5Gy3PoCFQAAAAAdAAAAAB
AK

Risa Purnamasari. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi Arsitektur.

Guntari, T, M., Yuda, H, F., Teguh, B., Agustin, I. 2014. Studi Sistem Respirasi
dan Kajian Mikrobiologis Lumba-lumba Hidung Botol Indo Pasifik
(Tursiops aduncus) dari Perairan Laut Jawa. Acta Veterinaria
Indonesiana, 2(1), h. 8-11.

30

Anda mungkin juga menyukai