Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Zoologi
yang diampu Oleh: Dr. Hening Widowati, M.Si dan Dr. H. Handoko Santoso,
M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 5
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini
kami buat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Kapita
Selekta Zoologi dimana dalam makalah ini kami membahas tentang “SISTEM
RESPIRASI BERBAGAI HEWAN”.
Disini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, diantaranya yaitu:
1. Bapak Dr. Hening Widowati, M.Si dan Dr. H. Handoko Santoso, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Kapita Selekta
2. Orang tua yang selalu memberikan motivasi kepada kami, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, dan
3. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan tugas ini serta segala
sumber referensi yang telah kami gunakan.
Penyusun Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Analisis Kritis Jurnal...................................................................................3
B. Refleksi dan Ulasan Materi.........................................................................4
1. Respirasi pada Berbagai Hewan................................................................5
a) Respirasi pada Vertebrata..........................................................................5
b) Respirasi pada Invertebrate.......................................................................16
c) Gangguan Pernapasan Hewan..................................................................26
d) Hubungan Sistem Respirasi Hewan Dengan Kandungan Al-Qur’an.........28
DAFTAR LITERATUR....................................................................................31
iii
DAFTAR GAMBAR
1. Burung (Aves).............................................................................................7
2. Katak (Amphibia).........................................................................................8
3. Ikan (Pisces)...............................................................................................10
4. Kadal (Reptilia)............................................................................................11
5. Sapi (Mamalia)............................................................................................14
6. Sistem Respirasi Lumba-Lumba.................................................................15
7. Sistem Respirasi Porifera............................................................................17
8. Sistem Respirasi Coelenterata....................................................................18
9. Sistem Respirasi Annelida..........................................................................19
10. Sistem Respirasi Insekta...........................................................................20
11. Sistem Respirasi Arachnida......................................................................21
12. Sistem Respirasi Crustacea......................................................................22
13. Sistem Respirasi Platyhelminthes.............................................................23
14. Sistem Respirasi Nemathelmintes............................................................23
15. Sistem Respirasi Mollusca........................................................................24
16. Sistem Respirasi Enchinodermata............................................................25
17. Sistem Respirasi Amoeba.........................................................................26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bernafas adalah hal yang harus terus menerus dilakukan oleh mahkluk
hidup baik tumbuhan, manusia, maupun hewan agar dapat melanjutkan hidup.
Pernapasan adalah pertukaran gas yang dibutuhkan untuk metabolisme dalam
tubuh. Alat pernafasan pada setia jenis makhluk hiduppun berbeda terganutng
pada habitat yang mahkluk hidup tempati atau menyesuaikan habitatnya. Seperti
halnya pada hewan meiliki berbagai macam saluran pernafasan seperti paru-
paru yang dimiliki oleh mamalia, reptilia, amphibi, Cacing (Annelida) dan
Amphibia memiliki kulit yang berfungsi juga sebagai tempat pertukaran gas. Ikan
mengambil oksigen yang berada di lingkungannya (air) dengan menggunakan
sistem insang. Sebagian besar Arthropoda, terutama serangga, telah memiliki
sistem saluran pernapasan. Meskipun demikian, terdapat kelebihan dan
kekurangan pada setiap mekanisme pernapasan yang dimiliki oleh setiap
makhluk.
Pada bidang biologi terdapat ilmu yang mempelajari tentang hewan,
didalamnya hewan berdasarkan ada atau tidak ada tulang belakangnya dibagi
menjadi dua yaitu vertebrata da invertebrata. Pada hewan vertebrata dan
invertebrata memiliki saluran pernafasan yang berbeda dengan adanya
keanekaragaman yang terjadi pada hewan dan dengan seiring perkembangan
ilmu pengetahuan maka sangat pentinglah bagi kita untuk mempelajari dan
membahas tentang saluran pernafasan pada hewan yang sering disebut juga
dengan sistem respirasi pada makalah kali ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana pernafasan pada hewan vertebrata?
2. Bagaimana pernafasan pada hewan inventebrata?
3. Apasajakah gangguan pernafasan hewan?
4. Bagaimana hubungan sistem respirasi hewan dengan kandungan Al-Qur'an?
1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui pernafasan pada hewan vertebrata
2. Mengetahui pernafasan pada hewan invertebrata
3. Mengetahui gangguan pernafasan hewan
4. Mengetahui hubungan sistem respirasi hewan dengan kandungan Al-Qur'an.
2
BAB II
PEMBAHASAN
NO ITEM ISI
3
(Tursiops aduncus) dan kajian mikrobiologis ini dilakukan melalui
pengambilan sampel di lapangan serta pemeriksaan sampel di
laboratorium dan studi pustaka.
3. Sepuluh ekor lumba-lumba hidung botol dari perairan Laut Jawa yang telah
mengalami captivity di PT. Wersut Seguni Kendal Jawa Tengah digunakan
sebagai hewan coba. Hewan diperiksa secara klinis yang meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi sebelum pengambilan sampel.
4. Dari hasil isolasi dan identifikasi bakteri, setelah sampel swab yang
diperoleh dari blowhole dan dibiakkan ke media agar didapatkan hanya
kuman gram positif yang muncul.
5. Dari 10 sampel diperoleh hasil bahwa 5 ekor lumba-lumba (50% dari yang
diteliti) positif terhadap Staphylococcus aureus, sedangkan bakteri lain
termasuk Pseudomonas aeroginosa dan Pasteurella multocida tidak
dijumpai pada semua sampel.
6. Hasil isolasi jamur terhadap sampel swab deep blowhole tidak ditemukan
adanya Aspergillus fumigatus, Candida albicans ataupun Cryptococcus
neoformans.
7. Pada beberapa lumba-lumba dilaporkan bahwa Aspergillus fumigatus
menyebabkan nekrotik pneumonia dan encephalitis.
8. Gangguan ini ditandai adanya nodula pada paru-paru. Infeksi Candida
albicans menyerang pada sistem pernafasan, kulit, mulut dan esophagus
mamalia air.
9. Penyebaran infeksi bisa berakibat fatal pada mamalia air yang mengalami
captivity.
4
1. Respirasi pada Berbagai Hewan
a) Respirasi pada Vertebrata
Pada hewan vertebrata, ada dua jenis sistem pernapasan. Pertama,
pernapasan dengan menggunakan insang yang banyak terdapat pada ikan.
Kedua, pernapasan yang dilakukan dengan menggunakan paru-paru seperti
yang dimiliki oleh mamalia. Hewan invertebrata juga mempunyai dua sistem
pernapasan yang berbeda, alat pernapasan berupa insang ini dimiliki oleh ikan.
Selain insang, kelompok hewan vertebrata ada juga yang bernapas dengan
menggunakan paru-paru, yaitu amfibi, mamalia, reptil, dan aves.
Pada amfibi, sistem pernapasannya berubah seiring berkembangnya
hewan tersebut. Dari mulanya mempunyai sistem pernapasan berupa insang
luar, lalu berubah menjadi paru-paru saat sudah dewasa. Paru-paru yang dimiliki
oleh amfibi dapat dikatakan sederhana, karena hanya berupa sebuah kantung
tipis yang membentuk lipatan yang disebut alveoli. Reptil memiliki sekat pemisah
yang tumbuh sebagai lipatan pada dinding dalam sehingga bisa memperluas
permukaan respirasi.
Trakea pada burung sama seperti pada manusia yaitu berupa tulang rawan
yang berbentuk cincin-cincin. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.
Bronkus kanan dan kiri merupakan penghubung siring dengan paru-paru. Di
dalam siring terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar
menghasilkan suara. Burung memiliki sepasang paru-paru yang menempel pada
dinding bagian dalam.
Paru-paru sendiri terbungkus oleh selaput paru-paru (pluera) yang
terhubung dengan pundi-pundi bawa. Paru-paru burung tidak memiliki alveolus,
sebagai ganti fungsinya adalah para bronki (pembuluh kapiler yang
5
berdampingan dengan kapiler darah). Selain itu burung juga tidak memiliki
diafragma sehingga dalam pergerakan paru-paru (inhale-exhale) dibantu oleh
rongga seluruh tubuh. Fungsi pundi-pundi hawa pada burung:
6
Gambar 1 : Burung (Aves)
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fsains.sindonews.com
%2Fread%2F686697%2F768%2F10-burung-termahal-di-dunia-no-2-dan-no-5-
dari-indonesia-
1644912121&psig=AOvVaw0_Mebiexyc4N7F37YH8Q3_&ust=16638169249720
00&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwjfyMWX96T6AhUiguYKHdKABOYQr
4kDegUIARD5AQ
7
2) Sistem Pernafasan Pada Katak (Amphibi)
Katak muda (berudu) menggunakan insang untuk mengambil O2 yang
terlarut dalam air. Setelah berumur lebih kurang 12 hari, insang luar diganti
dengan insang dalam. Setelah dewasa, katak bernapas menggunakan selaput
rongga mulut, paru-paru, dan kulit. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai
alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di
tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung
terbuka dan glotis tertutup, sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi
masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Pernapasan dengan kulit dilakukan secara difusi. Hal ini karena kulit
katak tipis, selalu lembap, dan mengandung banyak kapiler darah. Pernapasan
dengan kulit berlangsung secara efektif baik di air maupun di darat. Oksigen (O 2)
yang masuk lewat kulit akan diangkut melalui vena kulit paru-paru (vena
pulmokutanea) menuju ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya
karbondioksida (CO2) dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung dipompa
kekulit dan paru-paru melalui arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutanea).
Dengan demikian, pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi di kulit.
Mekanisme inspirasi dan ekspirasi dijelaskan seperti berikut.
8
ce=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwjk8M_4-
KT6AhVLyKACHZvKDN8Qr4kDegUIARDEAQ
1. Fase inspirasi katak
Fase inspirasi terjadi bila otot sternohioideus berkontraksi sehingga
rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane (celah hidung).
Setelah itu, koane menutup, otot submandi bularis dan otot geniohioideus
berkontraksi, sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut
mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru
terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler
dinding paru-paru, dan sebaliknya karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan.
9
Gambar 3 : Ikan (Pisces)
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Frajatutor.com
%2Fcontent.php%3Fcontent_url
%3Dbagiantubuhhewanikan&psig=AOvVaw0voXdEMpz7A_bhzJbVHX_S&ust=1
663817574666000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwjc2avN-
aT6AhVrjNgFHeuyAf4Qr4kDegUIARC6AQ
10
1. Operkulum: berfungsi melindungi bagian kepala dan mengatur mekanisme
aliran air sewaktu bernapas.
2. Membran brankiostega: katup pada waktu air masuk ke rongga mulut.
3. Lengkung insang (arkus brankialis): tempat melekatnya tulang tapis insang.
Terdapat banyak pembuluh darah dan pembuluh saraf.
4. Tulang tapis insang: berfungsi mencegah organisme makanan melalui celah
insang.
5. Lembaran insang: tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
6. Filamen insang
7. Tapis insang, menjaga agar tidak ada benda asing yang masuk ke dalam.
11
Gambar 4 : Kadal (Reptilia)
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fbiologigonz.blogspot.com
%2F2010%2F06%2Freptilia.html&psig=AOvVaw1FbD16kgoFDGNU-
IMIbPmd&ust=1663817622775000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwjxjK
Tk-aT6AhVskNgFHViFCR0Qr4kDegUIARC6AQ
1. Fase Inspirasi
12
Saat tulang rusuk mengembang, volume rongga dada akan mening kat.
Selanjutnya udara (oksigen) akan masuk ke dalam paru-paru. Proses masuknya
oksigen ke dalam tubuh dapat dilihat pada alur berikut ini. Gas O2 dalam udara
masuk melalui hidung →rongga mulut→anak tekak→trakea yang panjang→
bronkiolus dalam paru-paru→dari paru-paru O2 diangkut darah menuju ke
seluruh jaringan tubuh.
2. Fase Ekspirasi
Fase ekspirasi akan terjadi, jika tulang rusuk merapat, sehingga udara
(karbon dioksida) dan uap air keluar dari paru-paru. Proses keluarnya
karbondioksida dari tubuh reptilia adalah sebagai berikut. Dari jaringan tubuh gas
CO2 → di angkut darah menuju jantung → kemudian menuju ke paru-paru untuk
dikeluarkan → bronkiolus → trakea yang panjang → anak tekak → rongga mulut
→ dan terakhir melalui lubang hidung. Pada reptilia yang hidup di air, lubang
hidung dapat ditutup ketika reptilia sedang menyelam. Demikian uraian mengenai
sistem pernapasan pada reptilia.
Bronkhus masuk ke dalam paru-paru dan tidak bercabang-cabang lagi.
Paru-paru reptilia berukuran relatif besar, berjumlah sepasang. Struktur
dalamnya berpetak-petak seperti rumah lebah, biasanya bagian anterior lebih
banyak berpetak daripada bagian posterior. Paru-paru reptilia berada dalam
rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana,
hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar
permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif.
13
Ini disebabkan oleh otot diafragma yang berkontraksi dan menyebabkan
otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga dada akan naik turun. Proses
bernapas terjadi saat menghirup oksigen dan membuang karbondioksida yang
ada dalam tubuh. Hal ini juga sama dengan yang terjadi pada hewan mamalia.
Jumlah karbondioksida yang dibuang serta oksigen yang diserap harus seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan. Jika oksigen yang dihirup hewan mamalia tidak
mencukupi kebutuhannya, maka hewan akan mengalami kondisi yang disebut
hipoksia.
14
tubuh mamalia, maka akan terjadi gangguan, misalnya seperti gangguan dalam
metabolisme. Sama seperti mamalia yang ada di darat, pernapasan hewan
mamalia laut juga berlangsung di dalam paru-paru. Bedanya, kemampuan
pernapasan hewan mamalia laut untuk bisa bernapas dalam air dipengaruhi oleh
keefektifan dalam menyerap oksigen.
Jika dibandingkan dengan manusia yang hanya bisa menyerap sekitar 5
persen oksigen dalam sekali menghirup napas, maka hewan mamalia laut bisa
menyerap 90 persen oksigen dalam sekali tarikan napas. Selain itu, kemampuan
pernapasan hewan mamalia laut juga dipengaruhi oleh mioglobin, yaitu sejenis
protein yang terdapat dalam otot-otot hampir sebagian besar mamalia. Mioglobin
ini bertugas untuk mengikat molekul oksigen atau menyimpan kelebihan oksigen
yang mereka hirup.
15
Gambar 6: Sistem Respirasi Lumba-lumba
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fwww.dosenpendidikan.co.id%2Falatpernapasanpadahewan
%2F&psig=AOvVaw2i2xLGfd9x5xzJx1ymjYvl&ust=1665724318072000&source=i
mages&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCLC3sfm43PoCFQAAAAAdAAAAABAQ
Lumba-lumba adalah mamalia sehingga lumba-lumba bernapas dengan
paru-paru, sama seperti manusia. Lumba-lumba tidak bisa bernapas di bawah air
seperti ikan karena mereka tidak memiliki insang. Tidak hanya lumba-lumba,
mamalia air lainnya, seperti paus, juga bernapas dengan paru-paru. Dilansir dari
Whale and Dolphin Conservation (WDC), lumba-lumba bernapas melalui lubang
hidung, yang disebut lubang sembur, yang terletak tepat di atas kepala mereka.
Hal ini memungkinkan mamalia air, termasuk lumba-lumba dan paus,
untuk mengambil napas dengan hanya mengekspos bagian atas kepala mereka
ke udara saat mereka berenang atau beristirahat di bawah air. Setelah bernapas,
lubang sembur ditutup rapat oleh otot-otot kuat yang mengelilinginya sehingga
air tidak bisa masuk ke paru-paru paus atau lumba-lumba. Paus besar memiliki
dua lubang sembur (dengan pengecualian paus sperma ), sedangkan lumba-
lumba hanya memiliki satu.
Ketika lumba- lumba muncul ke permukaan untuk mencari udara, mereka
menghembuskan napas terlebih dahulu dan kemudian menghirup udara segar.
Hanya butuh sepersekian detik bagi lumba-lumba untuk melakukan proses
pernapasan. Saat lumba-lumba bernapas, air yang menyembur tidak berasal dari
paru-paru lumba-lumba. Air tersebut hanya air yang berada di atas kepalanya, di
sekitar lubang sembur yang dihembuskan sebelum lumba-lumba menghirup
napas. Sebelumnya, lumba-lumba dianggap tidak dapat bernapas melalui mulut
seperti halnya manusia, hanya melalui lubang semburnya.
16
yang mempunyai kandungan tinggi ke tempat yang mempunyai kandungan lebih
rendah.
Difusi masih dibedakan menjadi dua, yaitu difusi sel dan difusi epidermal.
Difusi sel terjadi pada hewan bersel satu seperti amuba melalui membran atau
selaput tipis yang ada di permukaan tubuh. Sedangkan difusi epidermal adalah
pertukaran gas yang berlangsung melalui kulit luar tubuh seperti yang dilakukan
oleh cacing. Sistem pernapasan berikutnya yang dimiliki oleh hewan invertebrata
adalah sistem trakea yang bisa ditemukan pada serangga.
Tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan. Cnidaria tidak
memili alat pernapasan yang lengkap atau khusus. Sel-sel di bagian permukaan
tubuhnya dapat melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Hewan filum
ini tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan yang sangat
17
sederhana. Porifera tidak memiliki alat pernapasan khusus. Udara pernapasan
dipertukarkan langsung oleh sel-sel di permukaan tubuh atau oleh sel-sel leher
yang bersentuhan denan air. Contoh: spongia sp
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fwww.slideshare.net%2Falyasyariati
%2Frespirasihewan30446425&psig=AOvVaw3IOR4uVdpnTCVZpI3q7hUw&ust=
1665723555915000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCIj6iY623P
oCFQAAAAAdAAAAABAK
18
3. Sistem Pernafasan pada Annelida
Hewan yang tergolong dalam filum Annelida salah satunya cacing
sebagian besar dan pada umumnya bernapas dengan menggunakan permukaan
kulitnya. Pada hewan yang tergolong dalam cacing, biasanya mereka
memanfaatkan permukaan kulitnya untuk melakukan pertukaran gas antara
oksigen dan karbon dioksida dengan memanfaatkan proses difusi. Kulit cacing
pada umumnya memiliki banyak kapiler darah dan juga kelenjar lendir yang
secara kontinu akan selalu menghasilkan lendir. Lendir yang dihasilkan ini
memiliki manfaat untuk menjaga kulit cacing agar tetap basah sehingga oksigen
akan mudah berdifusi melalui permukaan kulit cacing.
19
crustacea, diplopoda, chilopoda, insecta, arachnida, trilobita, merostoma,
pyenogonida, pauropoda, dan symphyla. Berikut beberapa kelas yang akan
dibahas sistem pernapasannya, yakni:
a. Insekta
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga
dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada
di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel (stigma). Spirakel
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan
pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot
sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur.
b. Arachnida
20
Hewan yang tergolong arachnida biasanya akan bernapas menggunakan
alat pernapasan yang biasa disebut paru-paru buku jika sedang hidup di darat,
dan juga insang buku jika sedang hidup di air. Hewan yang termasuk ke dalam
golongan arachnida merupakan laba-laba dan juga kalajengking. Masing-masing
paru-paru buku yang dimiliki oleh arachnida ini memiliki sejenis lembaran-
lembaran tipis yang tersusun sejajar dan biasa disebut juga lamela. Selain itu,
paru-paru buku pada arachnida juga memiliki spirakel yang merupakan tempat
keluar masuknya udara dari luar dan dalam tubuh arachnida.
c. Crustacea
Hewan yang tergolong ke dalam kelompok crustacea ini merupakan
hewan yang bernapas dengan menggunakan insang, sama dengan ikan. Hewan
yang termasuk ke dalam crustacea merupakan udang, lobster, dan juga kepiting.
21
Pada umumnya, insang yang terdapat pada crustacea ini terletak pada kamar-
kamar insang yang terletak diantara branchiostegit atau yang biasa disebut
sebagai pelindung insang dan juga dinding badan. Pada insang yang terdapat
pada hewan crustacea, biasanya juga terdapat suatu pembuluh darah dengan
membran yang tipis.
Pembuluh darah dengan membran yang tipis ini akan sangat bermanfaat
untuk pertikaran gas secara difusi, dimana proses pemasukan oksigen dari udara
luar ke darah dan juga pengeluaran karbondioksida dari darah ke udara luar
dapat berjalan secara cepat dan juga efisien. Hewan-hewan crustacea bernapas
dengan insang yang melekat pada anggota tubuhnya dan sistem peredaran
darah yang dimilikinya adalah sistem peredaran darah terbuka. O2 masuk dari air
ke pembuluh insang, sedangkan co2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini
akan diedarkan ke seluruh tubuh tanpa melalui pembuluh darah.
22
Gambar 13: Sistem Respirasi Platyhelminthes
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2F2.bp.blogspot.com
%2F3UcRImpeyPw%2FUMw7XOPWFXI%2FAAAAAAAAEXc
%2F8tMRqAvnt0%2Fs1600%2FAlatalatekskresiPlanaria.jpg&imgrefurl=https
%3A%2F%2Fwww.nafiun.com
%2F2012%2F12%2Fsistemekskresipadacacingpipihplatyhelminthes.html&tbnid=
knsZKypfb9HP3M&vet=12ahUKEwjJoPX5sNz6AhX3hNgFHdGoC2kQMygEegUI
ARC5AQ..i&docid=3ed19sU0GaJ1hM&w=705&h=479&q=gambar%20sistem
%20respirasi
%20platyhelminthes&ved=2ahUKEwjJoPX5sNz6AhX3hNgFHdGoC2kQMygEeg
UIARC5AQ
Golongan cacing (vermes) terbagi dalam tiga phylulm. Pada cacing pipih
(platyhelminthes) pernapasan terjadi di seluruh permukaan tubuh melalui difusi.
Contoh: planaria sp.pada cacing gilik tidak bersegmen (nemathelminthes)
pernapasannya juga melalui difusi lewat permukaan tubuhnya. Contoh: ascaris
lumbricoides pada cacing gilik bersegmen (annelida) pernapasannya melalui
permukaan kulit yang selalu basah oleh cairan mukus. Contoh: lumbricus sp.
23
Gambar 14: Sistem Respirasi Nemathelminthes
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fnasrulbintang.wordpress.com
%2F2012%2F01%2F17%2Finvertebratanemathelminthes
%2F&psig=AOvVaw0buX2cdeGPvceCBmY3d4y&ust=1665722489401000&sou
rce=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCLi9s5Gy3PoCFQAAAAAdAAAAA
BAK
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fwww.dosenpendidikan.co.id%2Fmolluscaadalah
%2F&psig=AOvVaw0yjlZBRNhIUj2jVGfiv0dx&ust=1665722675692000&source=i
mages&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCJitneqy3PoCFQAAAAAdAAAAABAE
24
8. Sistem Pernafasan pada Echinodermata
Filum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri).
Echinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang
hidup di air tawar atau darat. Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk
tubuhnya, kebanyakan memiliki simetri radial, khususnya simetri radial
pentameral (terbagi lima). Walaupun terlihat primitif, Echinodermata adalah filum
yang berkerabat relatif dekat dengan Chordata (yang di dalamnya tercakup
Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder.
Echinodermata bernafas menggunakan paru-paru kulit atau
dermal branchiae (Papulae) yaitu penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang
tipis. Tonjolan ini dilindungi oleh silia dan pediselaria. Pada bagian inilah terjadi
pertukaran oksigen dan karbondioksida. Ada pula beberapa jenis Echinodermata
yang bernafas dengan menggunakan kaki tabung. Sisa-sisa metabolisme yang
terjadi di dalam sel-sel tubuh akan diangkut oleh amoebacyte (sel-sel amoeboid)
ke dermal branchiae untuk selanjutnya dilepas ke luar tubuh.
25
sehingga proses respirasi hewan bersel satu ini mengandalkan keluar masuknya
udara melalui membran sel di kulit mereka. Biasanya sistem pernapasannya
secara difusi, dimana ketika hewan bersel satu bernapas, konsentrasi oksigen di
dalam sel semakin berkurang, sementara konsentrasi sisa metabolismenya yang
berupa karbondioksida justru akan semakin meningkat.
26
2. Korisa
Pada umumnya, penyakit pada sistem pernapasan hewan ini menyerang
ayam layer ataupun ayam broiler. Penyakit ini sangat mudah menular dengan
angka kematian 20% dan kesakitan 100%. Pada ayam layer, penurunan
produksi telur bisa mencapai 10 hingga 40%. Pada umumnya, penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Haemophilus paragallinarum. Ciri khas yang bisa anda
lihat dari penyakit ini adalah menyerang rongga hidung dan sinus infraorbitalis,
sehingga menyebabkan peradangan pada sinus, kebengkakan pada muka, dan
muncul leleran pada hidung dengan bau yang khas, bisa amis hingga busuk.
Pada beberapa kasus, penyakit ini juga bisa menimbulkan eksudat serupa
dengan keju pada rongga hidungnya.
3. Distemper
Merupakan salah satu penyakit yang sudah menyebar secara luas di
dunia. Pada umumnya, penyakit ini disebabkan oleh virus dan sangat sering
terjadi pada anjing. Penyakit ini merupakan penyakit menular dan menyerang
sel-sel epitel pada permukaan tubuh, selaput lendir, mukosa mata, mukosa
saluran pernafasan dan sistem pusat otak. Penyakit ini pada utamanya
menyerang saluran pernafasan dan cara penularannya adalah melalui airbone
dan aerosol droplet dengan terhirupnya udara yang telah tercemar oleh virus ini.
Penyakit ini bisa menyebar dengan waktu yang sangat cepat.
27
d) Hubungan Sistem Respirasi Hewan dengan Kandungan Al-Qur’an
Hubungan sistem respirasi dengan kandungan Al-Qur’an terdapat pada
QS Al Imran (3): 190:
ِاَّن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َو اْخ ِتاَل ِف اَّلْيِل َو الَّنَهاِر ٰاَل ٰي ٍت ُاِّلوِلى
اَاْلْلَباِۙب
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal”.
Ayat ini menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian
malam dan siang, serta semua fenomena alam tersebut terdapat tanda-tanda
kebesaran Allah bagi orang yang berakal yakni mereka yang memiliki akal murni
tanpa diselubungi oleh kabut ide yang melahirkan kerancuan. menganjurkan
untuk mengenal keagungan, kemuliaan, dan kebesaran-Nya.
Kandungan pada ayat ini bahwa Allah menciptakannya dengan tubuh yang
tegak, sehingga dapat memakan makanannnya dengan tangan; dan Allah
menciptakannya dengan kemampuan memahami, berbicara, mengatur, dan
berbuat bijak, sehingga memungkinkannya menjadi khalifah di muka bumi
sebagaimana yang Allah kehendaki.
28
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
1. Bernafas adalah hal yang harus terus menerus dilakukan oleh mahkluk hidup
baik tumbuhan, manusia, maupun hewan agar dapat melanjutkan hidup.
Pernapasan adalah pertukaran gas yang dibutuhkan untuk metabolisme
dalam tubuh.
2. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan
yang lain, ada yang berupa paruparu, insang, kulit, trakea, dan paruparu buku,
bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus
sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh.
3. Pada hewan vertebrata, ada dua jenis sistem pernapasan. Pertama,
pernapasan dengan menggunakan insang yang banyak terdapat pada ikan.
Kedua, pernapasan yang dilakukan dengan menggunakan paru-paru seperti
yang dimiliki oleh mamalia.
4. Kelompok hewan invertebrata hanya memiliki dua sistem pernapasan, yaitu
difusi dan sistem trakea. Pada pernapasan dengan cara difusi, pertukaran gas
terjadi karena perbedaan tingkat oksigen dan karbon dioksida pada
lingkungan dan sel-sel tubuhnya.
5. Hubungan sistem respirasi dengan kandungan Al-Qur’an terdapat pada QS Al
Imran (3): 190-191, QS At Tin:4.
B. Saran
Makalah ini jauh dari sempurna, sehingga diharapkan kritik dan sarannya
untuk kami menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya, semoga
makalah tentang sistem respirasi berbagai macam hewan ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.
29
DAFTAR LITERATUR
https://www.updateinfoo.com/2020/09/makalah-fisiologi-hewan-sistem.html
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fwww.dosenpendidikan.co.id%2Fmolluscaadalah
%2F&psig=AOvVaw0yjlZBRNhIUj2jVGfiv0dx&ust=1665722675692000&source=i
mages&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCJitneqy3PoCFAAAAAdAAAAABAE
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fnasrulbintang.wordpress.com
%2F2012%2F01%2F17%2Finvertebratanemathelminthes
%2F&psig=AOvVaw0buX2cdeGPvceCBmY3d4y&ust=1665722489401000&sour
ce=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCLi9s5Gy3PoCFQAAAAAdAAAAAB
AK
Guntari, T, M., Yuda, H, F., Teguh, B., Agustin, I. 2014. Studi Sistem Respirasi
dan Kajian Mikrobiologis Lumba-lumba Hidung Botol Indo Pasifik
(Tursiops aduncus) dari Perairan Laut Jawa. Acta Veterinaria
Indonesiana, 2(1), h. 8-11.
30