Anda di halaman 1dari 15

PENELITIAN UJI RESPIRASI TERHADAP

JANGKRIK (Gryllidae)

OLEH :
1. Dimas Abil Daiva
2. Larryano Rizky Pane
3. Muhammad Renaldi Yardan Ahkam Barlyan
4. Muizzan Setiowidakdo
5. Sidki Nafara

SMA NEGERI 6 BOGOR


TAHUN AJARAN 2022/2023
TIM PEMBIMBING

Mengetahui,

Guru Bahasa Indonesia Guru Biologi

Basa Herawati T S.Pd. Raden Enen Nelofar Manggung S.Pd.

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan karunia-Nya lah kamu bisa menuntaskan tugas kelompok yang di berikan
oleh guru kami Ibu Basa Herawati Tampubolon, S. Pd selaku guru bahasa Indonesia serta
sahabat sahabat yg membantu penulis sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat
waktu.
Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah menggunakan judul “penelitian uji
respirasi terhadap jangkrik dan kecambah" besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai
baik serta dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan naskah
penelitian lebih lanjut..
Bogor, 26 Maret 2023

Kelompok 3

II
ABSTRAK

Jangkrik adalah salah satu dari sekitar 2.400 spesies serangga pelompat (ordo Orthoptera)
yang tersebar di seluruh dunia. Hewan ini disebut sebagai salah satu serangga paling berisik di
Bumi, karena suara nyaringnya yang khas yang dikeluarkan jangkrik jantan di malam hari. Bagi
beberapa orang, suara jangkrik mungkin mengganggu, tapi sebenarnya suara jangkrik untuk
menarik perhatian jangkrik betina atau untuk mengusir jangkrik jantan lainnya.
Para ilmuwan menempatkan spesies jangkrik dalam keluarga Gryllidae. Ini berasal dari kata
Latin gryllus untuk jangkrik. Ada banyak spesies terkait dalam keluarga tersebut, termasuk
jangkrik bersisik, laba-laba, dan semut. Meskipun tidak seperti jangkrik, mereka memiliki
banyak kesamaan. Secara keseluruhan, ada sekitar 2.400 spesies yang diketahui. Sedangkan
untuk nama ilmiah jangkrik adalah Acheta domesticus.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua perlakuan (ditambah
insektisida dan tidak ditambah insektisida) dan 3 ulangan. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa berat tubuh pada hewan uji sangat mempengaruhi laju respirasi dari hewan tersebut,
semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan
Pemberian insektisida dapat mempengaruhi laju repirasi hewan, karena insektisida dapat
meghambat proses respirasi sel.
Jangkrik jantan menghasilkan suara kicauan, dengan menggosokkan pengikis yang terletak di
satu sayap depan sepanjang deretan sekitar 50 hingga 250 gigi di sayap depan yang berlawanan.
Frekuensi suara jangkrik tergantung pada jumlah gigi yang dipukul per detik dan bervariasi dari
1.500 siklus per detik pada spesies jangkrik terbesar hingga hampir 10.000 siklus per detik pada
spesies jangkrik terkecil. Suara jangkrik yang paling umum adalah ‘lagu panggilan’ untuk
menarik perhatian jangkrik betina untuk pacarana, yang selanjutnya mendorong betina kawin dan
bersanggama.

III
DAFTAR ISI

TIM PEMBIMBING...................................................................................................................I
KATA PENGANTAR.................................................................................................................II
ABSTRAK...................................................................................................................................III
DAFTAR ISI................................................................................................................................IV

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................................1
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................................1
1.5 Definisi Operasional................................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................3
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................................4
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN...........................................................5
4. 1 Pembahasan............................................................................................................................5
4. 2 Hasil Penelitian......................................................................................................................6
BAB V KESIMPULAN...............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................8
LAMPIRAN.................................................................................................................................9

IV
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem biologis yang terdiri dari organ dan
struktur-struktur lain yang digunakan untuk pertukaran gas pada makhluk hidup. Sistem
pernapasan pada serangga sebenarnya mempunyai fungsi yang sama dengan sistem
pernapasan makhluk hidup lainnya, yaitu bernafas untuk mengambil oksigen dan membuang
karbon dioksida.
Kendati demikian, tidak seperti manusia yang sudah pasti bernafas dengan paru-paru,
hewan punya beragam organ pernapasan yang berbeda. Termasuk pada serangga, yang
memiliki alat pernapasan bernama trakea. Sistem pernapasan pada serangga ini tidak
melibatkan mulut. Pasalnya, mulut lebih berperan dalam proses pengambilan dan pengolahan
makanan.
Trakea merupakan sistem pernapasan yang berbentuk tabung dan memiliki banyak
percabangan di dalam tubuh, melewati berbagai bagian tubuh serangga dan kokoh karena
tersusun dari zat kitin. Pembuluh percabangan ini disebut dengan trakeola yang memenuhi
seluruh bagian tubuh serangga kemudian bermuara pada stigma.
Adapun, fungsi dari trakea adalah mengedarkan oksigen langsung ke semua sel tubuh dan
organ, lalu menyerap karbon dioksida dari semua sel tubuh untuk dibuang. Sedangkan fungsi
dari trakeola, hampir sama dengan kapiler darah pada kelompok vertebrata

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana cara serangga Gryllidae bernapas?
2. Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian?
3. Apakah perbedaan jangkrik yang berbadan lebih besar dan lebih kecil
4. Apa fungsi dari eosin yang dipakai dalam penelitian?
5. Apa kesimpulan dari proses respirasi tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan agar siswa SMA NEGERI 6 BOGOR dapat:
1. Membuktikan bahwa pernapasan pada serangga membutuhkan oksigen
2. Mengetahui banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh serangga.
3. Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi respirasi pada serangga

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Menambah wawasan kepada masyarakat mengenai respirasi pada jangkrik.
1
2. Memberikan refrensi untuk para peneliti lain.

2
1.5 Definisi Oprasional
1. Jangkrik (Gryllidae) bernapas menggunakan trakea. Udara atau oksigen akan masuk
melalui bagian samping tubuh jangkrik dan akan dialirkan kepada pembuluh yang ada
di dalamnya.
2. Respirometer sederhana timbangan ohaus pipet tetes stopwatch jangkrik eosin kristal
KOH plastisin kapas.
3. Perbedaannya adalah semakin berat tubuh serangga semakin besar pula kebutuhan
oksigennya
4. agar dapat melihat kecepatan laju oksigennya, untuk mengetes kecepatan pernapasan
serangga atau tumbuhan pada saat dimasukkan ke dalam tabung yang udaranya
terbatas
5. Serangga menggunakan oksigen untuk respirasinya kita juga bisa menghitung
volume Oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi serangga percobaan. semakin berat
tubuh serangga semakin besar pula kebutuhan oksigennya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jangkrik adalah serangga bertubuh kecil hingga sedang, yang kebanyakan berbentuk silindris
(beberapa spesiesnya ada pula yang berbadan agak gepeng tegak). Kepalanya hampir bulat, dengan
sepasang sungut panjang menjuntai yang muncul persis di depan mata majemuk. Di dahinya
terdapat tiga buah ocelli (tunggal: ocellus), yakni mata sederhana atau mata tunggal. Di belakang
kepala terletak pronotum, yakni ruas dada yang pertama, yang kuat dan mulus tanpa gigir punggung
ataupun tepi.
Di belakangnya lagi terletak abdomen (perut) yang banyak beruas-ruas. Di ujungnya terdapat
sepasang cerci, yakni semacam alat peraba yang serupa duri namun lunak, dan—pada betina--
ovipositor yang panjang seperti jarum, halus, serta berkilau. Femora ('paha'; yakni ruas ketiga) pada
pasangan kaki belakang, berukuran besar dan berguna untuk melompat. Sedangkan tibia ('betis', ruas
keempat) kaki belakang dilengkapi dengan deretan duri yang dapat digerakkan; yang susunannya
berbeda-beda menurut spesiesnya. Tibia pada kaki depan umumnya dilengkapi dengan satu atau dua
timpani (tunggal: timpanum, 'gendang telinga') yang berfungsi untuk menangkap getaran suara.
Sayap jangkrik seperti menempel ketat membungkus sisi atas abdomen. Sayap ini berbeda-
beda ukuran dan warnanya menurut jenis jangkrik: ada yang panjang, ada yang pendek, dan bahkan
ada jenis yang tanpa sayap. Sayap sebelah depan adalah elytra yang terbuat dari kitin yang kaku,
berfungsi sebagai pelindung abdomen yang relatif lunak, dan pada hewan jantan juga sebagai tempat
organ pengerik untuk menghasilkan suara. Sayap belakang serupa membran tipis yang berfungsi
untuk terbang, dan dilipat manakala cengkerik hinggap.
Jangkrik memiliki agihan kosmopolitan, ditemukan di semua bagian dunia kecuali di
wilayah dingin di atas lintang 55° ke utara maupun selatan. Serangga ini mengkolonisasi pulau-
pulau besar dan kecil, melalui udara (terbang) atau air (terbawa kayu atau bagian tumbuhan lain
yang terapung-apung di laut), atau diangkut oleh aktivitas manusia. Keragaman jangkrik yang
tertinggi berada di wilayah tropis. Di dekat Kuala Lumpur, misalnya, pernah tercatat sebanyak 88
spesies yang terdengar suara deriknya dari satu lokasi saja; belum lagi termasuk jenis-jenis yang
tidak mengeluarkan suara. Jangkrik hidup di banyak macam habitat. Kebanyakan, jangkrik tinggal
di antara rerumputan dan terna; namun jenis-jenis yang lain hidup di semak-semak, dan sebagian
lagi di atap tajuk pepohonan. Jangkrik juga hidup di tanah dan gua; ada yang menggali lubang-
lubang yang dangkal ataupun dalam di tanah, ada pula yang hanya bersembunyi di balik tumpukan
batu atau kayu lapuk.

4
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium sekolah SMAN 6 Kota Bogor. Penelitian ini
dilakukan selama 2 jam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Metode penelitian eksperimen termasuk pada metode penelitian kuantitatif.
Fraenkel danWallen (2009) menyatakan bahwa eksperimen berarti mencoba, mencari, serta
mengkonfirmasi. Gordon L Patzer (1996) menyatakan bahwa hubungan kausal atau sebab
akibat ialah inti berasal penelitian eksperimen. hubungan kausal artinya korelasi karena
akibat, hal ini berarti Bila variabel independen diubah-ubah nilainya maka akan merubah
nilai dependen. Creawll (2012) menyatakan bahwa pengertian metode penelitian eksperimen
dipergunakan apabila peneliti ingin mengetahui efek sebab dampak antara variable
independent serta dependen. Hal ini berarti peneliti wajib dapat mengontrol semua variabel
yang akan mensugesti outcome kecuali variabel independen (treatment) telah ditetapkan. Ada
empat faktor primer pada penelitian eksperimen, yaitu hipotesis, variabel independen,
variabel dependen, serta subyek. Hipotesis pada penelitian eksperimen adalah keputusan
pertama yang ditetapkan oleh peneliti diuji. sesuai hipotesis tadi selanjutnya dapat ditentukan
variabel independen dan dependen dan subyek yang digunakan untuk penelitian.

5
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Pembahasan
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tabung respirometer
2. Respirometer sederhana
3. Pipet tetes
4. Stopwatch
5. Timbangan
6. Kecambah (baru) 10-20 gram
7. Jangkrik 10-20 ekor
8. NaOH/KOH kristal
9. Larutan Eosin
10. plastisin
11. Kapas
12. Tissue
13. Disinsektisida

Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :


1. Bungkus kristal KOH atau NaOH dengan kapas.
2. Masukkan bungkusan kristal KOH atau NaOH pada tabung respirometer.
3. Timbang 3 ekor jangkrik jantan / betina, dengan berat yang sama timbang kecambah
4. Masukkan Kecambah pada Tabung Respirometer 1 dan
5. Masukan Jangkrik 3 ekor pada respirometer 2
6. Tutup tabung respirometer.
7. Tutup sambungan penutupnya dengan plastisin/lilin/ malam agar tidak ada udara yang
masuk dan keluar.
8. Tetesi eosin pada ujung pipa respirometer dengan menggunakan pipet tetes.
9. Ukur pergerakan eosin dengan menggunakan stopwatch
10. Amati kedudukan perubahan larutan eosin setiap 1 cm pada pipa kapiler berskala.
Hitunglah waktu yang dibutuhkan setiap perubahan 1 cm kemudian catat hasil
pengamatan.
11. Lakukan kembali cara kerja tersebut dengan angkrik yang berjenis kelamin berbeda.

Dengan masing-masing dalam keadaan normal dan diberikan pestisida terlebih dahulu.
Kemudian pada percobaan kedua peneliti menggunakan disinsektisida, Berikut adalah
Langkah-langkahnya
1. Kapas di tetesi Insektisida 5-10 tetes /sampai kapas setengah basah
2. Masukan Kapas dalam botol kemudian masukkan 3 ekor jangkrik (Jantan) selama 3
menit.
3. Kemudian uji laju pernafasannya menggunakan prosedur diatas.
4. Respirometer 1 berisi 3 ekor jangkrik (jantan) yang sudah di cemari insektisida
5. Respirometer 2 berisi 3 ekor Jangkrik (jantan) Normal / tidak dicemari.

6
4.2 Hasil Penelitian

7
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa berat tubuh
pada hewan uji sangat mempengaruhi laju respirasi dari hewan tersebut, semakin berat tubuh
suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses
respirasinya dan keperluan oksigen semakin banyak. Pemberian insektisida dapat
mempengaruhi laju repirasi hewan, karena insektisida dapat meghambat proses respirasi sel,
yaitu menghambat fungsi enzim sitokrom C oksidase pada rantai transpor elektron dalam
mitokondria yang mengakibatkan terjadinya fosforilase oksidatif dan mengurangi produksi
ATP.

8
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/sains/read/2022/10/25/133000623/mengenal-apa-itu-jangkrik-
hewan-yang-bersuara-nyaring-di-malam-hari?page=all
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-5/alat-dan-sistem-pernapasan-pada-
serangga-15279/
https://youtu.be/HLlNfs9NXPY
https://id.wikipedia.org/wiki/Eosin#:~:text=Dalam%20penggunaanya%2C%20eosin
%20dimasukkan%20ke,dalam%20tabung%20yang%20udaranya%20terbatas
https://ejurnalunsam.id/index.php/jempa/article/download/3764/2584

9
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1
0

Anda mungkin juga menyukai