Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH PENGGUNAAN INSEKTISIDA

TERHADAP LAJU PERNAPASAN PADA SERANGGA


(Gryllus bimaculatus)

Disusun Oleh:

1. Ajengningtyas Anggraini (4)


2. Alfina Mutiara Sari (5)
3. Fermi Rahmany (12)
4. Nazwa Tsania Yuswandi (27)
5. Nindya Aulia Marvel (28)
6. Siti Nazla Faramadina (35)

SMA NEGERI 6 KOTA BOGOR


Tahun Ajaran 2022/2023
TIM PEMBIMBING

Mengetahui,

Guru Biologi Guru Bahasa Indonesia

Basa Herawati T., S.Pd. Muhammad Nizar Maulana, S.Pd

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah
ini dengan tepat waktu serta lancar. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nizar
Ramadhan, S.Pd selaku guru pengajar Biologi dan kepada Ibu Basa Herawati, S.Pd selaku
guru pengajar Bahasa Indonesia yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta bimbingannya
untuk memberikan ilmu dan petunjuk dengan penuh kesabaran dalam penyusunan karya
ilmiah.
Penulisan karya ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Bahasa
Indonesia dengan judul "PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP LAJU
PERNAPASAN PADA SERANGGA JANGKRIK (Gryllus bimaculatus)". Karya ilmiah
ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
terhadap makhluk hidup.
Dalam menyusun karya ilmiah ini, kami sebagai penulis menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan baik dalam penyusunan kalimat, penyajian materi, maupun
dalam pembahasannya, dikarenakan terbatasnya kemampuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, mohon sekiranya segala kekurangan yang ada, dapat dimaklumi. Penulis berharap karya
ilmiah ini dapat memberikan kontribusi yang baik dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu
bahasa Indonesia dan pengetahuan alam, serta bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
para pembaca.

Bogor, 29 Maret 2023

3
ABSTRAK

Laju metabolisme umumnya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang


disantap dengan persatuan waktu. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang
khas, yang dihasilkan oleh cengkerik jantan. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies cengkerik,
termasuk di dalamnya adalah gangsir. Insektisida merupakan salah satu tipe pestisida. Tujuan
dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui laju pernapasan atau respirasi pada Jangkrik
(Gryllus bimaculatus) sebelum dan sesudah penambahan insektisida. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua perlakuan (ditambah insektisida dan tidak
ditambah insektisida). Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu
metode yang menggunakan pengukuran data kuantitatif dan statistika objektif melalui
perhitungan ilmiah. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian insektisida dapat
mempengaruhi laju pernapasan hewan, karena insektisida dapat menghambat proses sel
pernapasan dan bahwa berat tubuh pada hewan juga sangat mempengaruhi laju pernapasan
dari hewan tersebut, semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen
yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya dan keperluan oksigen semakin
banyak.

4
DAFTAR ISI

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem biologis yang terdiri dari organ dan
struktur-struktur lain yang digunakan untuk pertukaran gas pada hewan dan tumbuhan.
Anatomi dan fisiologi makhluk hidup yang mewujudkan pertukaran gas ini sangat bervariasi,
bergantung pada ukuran tubuhnya, lingkungan tempat hidupnya, dan riwayat evolusinya.
Serangga adalah kelompok hewan arthropoda yang paling banyak jenisnya. Serangga
menggunakan trakea untuk mendapatkan oksigen. Trakea merupakan sistem pernapasan yang
sederhana. Trakea memiliki struktur bercabang-cabang melewati berbagai bagian tubuh
serangga dan kokoh karena tersusun dari zat kitin. Trakea berfungsi sebagai saluran tempat
mengalirnya gas yang kaya oksigen dari luar ke seluruh tubuh serta sebagai saluran untuk
mengalirkan karbon dioksida ke luar tubuh.
Gryllus bimaculatus atau jangkrik, jengkerik atau cengkerik adalah serangga yang
berkerabat dekat dengan belalang, serangga bertubuh kecil hingga sedang, yang kebanyakan
berbentuk silindris. Struktur tubuh dari berbagai macam spesies jangkrik dewasa sama secara
umum, hanya saja terdapat variasi pada ukuran. Morfologi tubuh jangkrik pada umumnya
terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Kepala terdiri dari mata tunggal
yang tersusun dalam satu segitiga tumpul, sepasang antena, satu mulut dan dua pasang
sungut. Toraks (dada) merupakan tempat melekatnya enam tungkai dan empat sayap.
Abdomen (perut) pada bagian posterior terdiri dari ruas-ruas serta terdapat alat pencernaan
makanan, pernafasan dan reproduksi. Ujung abdomen pada jantan dan betina terdapat
sepasang cerci yang panjang serta tajam dan berfungsi sebagai penerima rangsang atau
pertahanan apabila ada musuh dari belakang.
Dalam kehidupan aslinya, jangkrik hidup aktif dimalam hari, kegiatan makan,
mengerik dan kawin dilakukan pada malam hari. Jangkrik termasuk hewan berdarah dingin
yang suhu tubuhnya sangat bergantung pada lingkungan sekitarnya. Habitat jangkrik hidup di
alam bebas seperti persawahan, perkebunan, dan di tempat-tempat terlindung lainnya seperti
di bawah bebatuan atau reruntuhan dahan-dahan dan daun kering di hutan dan sudah lama
dikenal oleh masyarakat. Makanan utama jangkrik adalah dedaunan, umbi-umbian, dan
sayur-sayuran yang tumbuh di sawah atau tegalan, di semak-semak atau di hutan-hutan yang
merupakan habitatnya untuk berkembangbiak.

1
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara kerja sistem pernapasan pada serangga Gryllus bimaculatus?
2. Apa reaksi yang didapat pada serangga Gryllus bimaculatus ketika diberikan
insektisida?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini dibuat:
1. Untuk mengetahui proses sistem pernapasan pada serangga Gryllus bimaculatus.
2. Untuk menganalisis reaksi yang diberikan pada serangga Gryllus bimaculatus saat
diberikan insektisida.
3. Agar siswa dapat mengetahui bagaimana cara kerja pernapasan pada serangga Gryllus
bimaculatus.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian
ini
sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang penelitian bagi penulis.
2. Sebagai informasi dan referensi bagi para peneliti lain terutama dalam penelitian
serupa di waktu yang akan datang.
1.5 Definisi Operasional
Laju pernapasan adalah alat penghitung jumlah frekuensi pernapasan seseorang dalam
kurun waktu 1 menit. Teknik pengukuran pernapasan paling sederhana dilakukan dengan
telapak tangan pada diafragma atau dada tempat melakukan perhitungan saat paru melakukan
ekspirasi dan inspirasi.
Respirasi eksternal adalah proses pertukaran udara antara darah dan atmosfer sedangkan
respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan jaringan. Pernapasan
eksternal meliputi, tahap ventilasi yaitu pertukaran gas antara medium (lingkungan) eksternal
dengan organ organ pernapasan. Tahap pertukaran O₂ dan CO₂ antara udara pernafasan
dengan darah dalam pipa kapiler organ pernafasan, tahap pengangkutan O₂ dari kapiler organ
pernafasan ke sel - sel tubuh dan pengangkutan CO₂ dari sel sel tubuh ke organ pernafasan.
Dan tahap pertukaran O₂ dan CO₂ antara darah dalam kapiler sistemik dengan sel sel tubuh.
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intraseluler yang terjadi dalam
sitoplasma dan mitokondria dengan melibatkan penggunaan O₂ untuk menghasilkan energi
dari molekul molekul zat makanan dengan hasil samping CO₂.
Insektisida adalah zat atau senyawa kimia yang digunakan untuk mematikan atau
memberantas serangga. Berbagai jenis insektisida beredar di pasaran dengan

2
bermacam-macam merk dagang dan di jual secara bebas (Djojosumarto, 2008). Insektisida
banyak digunakan dalam bidang pertanian, kesehatan, industri bahkan lingkungan perumahan
(Soenandar, 2010).
Gryllus bimaculatus adalah nama ilmiah dari jangkrik. Jangkrik adalah serangga
bertubuh kecil hingga sedang, yang kebanyakan berbentuk silindris. Jangkrik memiliki
agihan kosmopolitan, ditemukan di semua bagian dunia kecuali di wilayah dingin di atas
lintang 55° ke utara maupun selatan. Serangga ini mengkolonisasi pulau-pulau besar dan
kecil, melalui udara (terbang) atau air (terbawa kayu atau bagian tumbuhan lain yang
terapung-apung di laut), atau diangkut oleh aktivitas manusia. Keragaman jangkrik yang
tertinggi berada di wilayah tropis. Jangkrik juga tergolong ke dalam serangga layak santap
(edible insects) dan telah dikenal di banyak negara.
Trakea atau batang kerongkongan adalah sebuah tabung udara yang memiliki ukuran
yang besar dan terhubung dengan spirakel. Memiliki struktur yang kokoh karena tersusun
atas zat kitin. Saluran ini bercabang-cabang melewati berbagai bagian tubuh serangga. Fungsi
dari trakea yaitu sebagai saluran tempat mengalirnya gas yang kaya oksigen dari luar ke
seluruh tubuh. Selain itu juga bertugas sebagai saluran untuk mengalirkan karbon dioksida ke
luar tubuh.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jangkrik atau dikenal dengan sebutan cengkerik adalah salah satu serangga yang masih
satu famili dengan belalang, yang memiliki tubuh rata dan antena yang panjang. Berikut
klasifikasi jangkrik:
Kerajaan (kingdom) : Animalia
Filum (phylum) : Arthropoda
Kelas (class) : Insekta
Bangsa (ordo) : Orthoptera
Suku (familia) : Grillidae
Marga (genus) : Gryllus
Jenis (spesies) : Gryllus bimaculatus

Di Indonesia terdapat beberapa jenis dan belum dapat diketahui asal usulnya serta
bangsanya. Berdasarkan beberapa pengamat jangkrik memiliki panjang berkisar 2-3 cm,
warna tubuh jangkrik sangat bervariasi, tetapi pada umumnya yang sering ditemui hanya
memiliki warna coklat, kehitaman serta hitam. Untuk ras/bangsa yang memiliki sayap dan
tubuh yang berwarna kuning kemerahan, hitam legam memiliki ukuran mencapai 5 cm
bahkan lebih, untuk jenis ini biasanya digunakan untuk pakan burung, ikan dan digunakan
untuk paduan suara yang sangat nyaring.
Tubuh jangkrik (Gryllus bimaculatus) terbagi atas ruas-ruas yaitu kepala, dada, dan
perut. Mata jangkrik bersifat majemuk alias memiliki banyak mata yang hanya berfungsi di
malam hari saja, yaitu untuk mencari mangsanya (nocturnal). Jangkrik memiliki 6 pasang
kaki, berbeda dengan serangga lainnya yang hanya memiliki 3 pasang kaki, dan terdapat
sepasang kaki di bagian belakang yang fungsinya sebagai pegas tubuhnya saat ia ingin
melompat.
Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang khas, yang dihasilkan oleh
cengkerik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik kedatangan betina dan mengusir
kehadiran jantan lainnya. Suara cengkerik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar,
kedua jenis kelamin jangkrik memiliki organ yang sangat sensitif di kaki depan untuk
penerimaan suara. Jangkrik berkembang biak sama seperti serangga lainnya yaitu bertelur.

4
Daur hidup jangkrik memiliki tiga tahapan yang sangat penting dan juga sangat singkat.
Berawal dari telur yang akan menetas dengan sendirinya menjadi jangkrik muda.

5
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penjelasan
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat
dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan, dan ditemukan pengetahuan, teori, untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian
dan fenomena serta kausalitas hubungan-hubungannya. Penelitian kuantitatif banyak
digunakan dalam ilmu alam maupun ilmu sosial, dari fisika dan biologi sampai sosiologi dan
jurnalisme.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan suatu fenomena. Penelitian
kuantitatif dapat dikatakan sebagai metode pengukuran data kuantitatif dan statistika objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta
menjawab sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase
tanggapan mereka.
Penelitian kuantitatif memiliki manfaat yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berhubungan dengan
pengembangan ilmu, dalam hal ini adalah ilmu linguistik, sedangkan manfaat praktis
merupakan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini oleh peneliti itu sendiri dan
pembaca.
Proses penelitian kuantitatif menurut Bryman (2004: 63) adalah dimulai dari teori,
hipotesis, research design, memilih research site, memilih subjek/responden riset,
mengumpulkan data dan menuliskan kesimpulan untuk kemudian kembali menjadi awal dari
segalanya, teori.

3.2 Jadwal Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Senin & Kamis, 13 & 16 Februari 2023
Waktu : 10:40 – 12:00
Tempat : Laboratorium Biologi SMA Negeri 6 Bogor

6
3.3 Alat dan Bahan
a. Alat:
1. Respirometer sederhana dengan pipa berskala
2. Stopwatch
3. Pipet tetes
4. Kapas
b. Bahan:
1. Eosin
2. Jangkrik
3. Kecambah
4. Kristal KOH atau NaOH
5. Insektisida (Baygon)
6. Vaseline
3.4 Langkah-Langkah
a. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Bersihkan terlebih dahulu tabung respirometer.
2. Masukkan kristal KOH atau NaOH
3. Tutup dengan kapas
4. Masukkan jangkrik ke dalam tabung respirometer.
5. Lapisi bagian tutup tabung respirometer dengan vaseline agar udara tidak masuk
kedalam tabung.
6. Tetesi eosin pada ujung pipa respirometer dengan menggunakan pipet tetes.
7. Ukur pergerakan eosin dengan menggunakan stopwatch.
8. Amati kedudukan perubahan larutan eosin setiap 1 cm pada pipa kapiler berskala.
Hitunglah waktu yang dibutuhkan setiap perubahan 1 cm kemudian catat hasil
pengamatan.
9. Lakukan kembali cara kerja tersebut dengan jangkrik yang berjenis kelamin berbeda.
Dengan masing-masing dalam keadaan normal dan diberikan pestisida terlebih
dahulu.
10. Setelah beberapa menit, keadaan respirometer akan tersusun menjadi bagian akhir
proses.

b. Uji perlakuan penggunaan insektisida

7
Untuk uji perlakuan penggunaan pestisida jenis insektisida hampir sama secara
keseluruhan dengan uji normal pada prosedur diatas namun pada uji ini sampel akan
diberikan perlakuan khusus.
1. Insektisida dilarutkan dengan eosin menjadi konsentrasi subletal, yaitu 10% dari
konsentrasi insektisida dalam kemasan.
2. Insektisida tersebut dituangkan kedalam cawan petri sebanyak 1 ml lalu di
goyang-goyangkan agar merata ke seluruh permukaan cawan petri dan dikering
anginkan.
3. Sampel (serangga) dimasukkan ke dalam cawan petri tersebut tunggu selama 2-3
menit.
4. Kemudian uji laju pernafasannya menggunakan prosedur diatas.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Dalam praktikum ini, insektisida yang digunakan berupa anti nyamuk dengan merk
“Baygon”. Saat sedang percobaan menggunakan baygon, tabung respirometer yang dipakai
diharuskan untuk tidak ada oksigen di dalamnya, dengan itu peneliti menghirup udara yang
ada di dalam tabung sebelum dimasukan cairan baygon. Dengan tujuan yaitu pengaruh kadar
oksigen di dalam tabung akan mempengaruhi laju yang di uji.
Pada percobaan menggunakan kecambah, laju percepatan dari eosin sangat lama untuk
mencapai titik 0,6 ml. Hal tersebut menjadi perbandingan, bahwa pernapasan pada kecambah
lebih lama dibandingkan serangga jangkrik.
Hasil dari pengamatan diperoleh kecepatan penggunaan oksigen yang berbeda pada tiap
spesies bahkan individu. Hal ini karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi laju
pernapasan pada hewan, antara lain kegiatan atau aktivitas tubuh yang dilakukan hewan
tersebut, semakin aktif aktivitas yang dilakukan oleh hewan, maka tubuh hewan juga akan
membutuhkan semakin banyak oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
energinya sehingga mengakibatkan laju pernapasan akan semakin cepat. Dalam memperoleh
energi dalam bentuk ATP melalui senyawa-senyawa tersebut dibutuhkan oksigen, agar
senyawa organik berenergi tinggi tersebut bisa dioksidasi. Faktor selanjutnya yang
mempengaruhi laju pernapasan yaitu jenis kelamin. Pada umumnya hewan berjenis kelamin
jantan memiliki aktivitas yang lebih banyak dibandingkan dengan hewan berjenis kelamin
betina. Oleh karena itu pada hewan jantan memiliki kecepatan penggunaan oksigen yang
lebih banyak dibandingkan hewan betina. Namun, pada praktikum ini tidak diidentifikasi
jenis kelamin masing-masing hewan yang digunakan.

4.2 Data Hasil Percobaan

A. Jangkrik diberikan Eosin

KOH atau NaOH Jarak yang ditempuh Eosin Waktu yang dibutuhkan/Menit

2 sendok spatula 0,1 ml 01:13


atau
0,5 gram 0,2 ml 02:22

0,3 ml 03:11

0,4 ml 04:33

0,5 ml 06:53

9
0,6 ml 09:40

B. Jangkrik diberikan Insektisida (Baygon)

KOH atau NaOH Jarak yang ditempuh Eosin Waktu yang dibutuhkan/Menit

2 sendok spatula 0,1 ml 01:02


atau
0,5 gram 0,2 ml 01:44

0,3 ml 02:40

0,4 ml 03:36

0,5 ml 04:40

0,6 ml 06:04

C. Kecambah diberikan Eosin

KOH atau NaOH Jarak yang ditempuh Eosin Waktu yang dibutuhkan/Menit

2 sendok spatula 0,1 ml 03:08


atau
0,5 gram 0,2 ml 06:50

0,3 ml 09.38

0,4 ml 12:58

0,5 ml 16:30

0,6 ml 19:55

10
BAB V

KESIMPULAN

Seperti serangga yang lainnya, jangkrik mendapatkan oksigen dengan menggunakan


trakea. Dari percobaan yang dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan insektisida
sangat berpengaruh lebih cepat dibanding penggunaan eosin. Karena, Insektisida merupakan
zat atau senyawa kimia yang mematikan bagi serangga. Insektisida dapat menghambat proses
sel pernapasan dan berat tubuh pada hewan juga sangat mempengaruhi laju respirasi dari
hewan tersebut. Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya dan keperluan oksigen semakin banyak.
Kecambah bernapas membutuhkan oksigen, sama hal nya dengan jangkrik. Akan
tetapi jika dilihat dari data yang diperoleh, laju pernapasan kecambah lebih lambat dibanding
dengan jangkrik. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah suhu,
massa, ukuran, dan bentuk spesies. Hal tersebut yang menjadi pengaruh perbedaan laju
percepatan yang signifikan antara tumbuhan dengan hewan (serangga).

11
DAFTAR PUSTAKA

https://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-jangkrik-gryllus/
http://repository.upi.edu/16344/1/S_TE_0907132_Chapter_3.pdf
https://www.gramedia.com/literasi/penelitian-kualitatif/
https://bobo.grid.id/amp/082531881/sistem-pernapasan-serangga-organ-pernapasan-fungsi-da
n-letaknya?page=2
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Jangkrik
Novendra, A. S. (2016). Analisis Pendapatan Peternakan Dari USaha Budidaya Ternak
Jangkrik. Bali: e-Journal FADET UNUD.
Paimin, F. L. (1999). Sukses Beternak Jangkerik. Jakarta: Penebar Swadaya.
Raini, M. (2007). Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida. 10-19.
Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. UIN Antasari.
Subagyo, I. D. (2005). Efektivitas Produk Insektisida Cair Sebagai Kapur Terhadap Blatella
Germanica dan Periplaneta.
Suseno. (1999). Beternak Jangkrik Untuk Mancing. Bandung: Trubus.
Wiraatmaja, I. W. (2016). Respirasi Dan Fotorespirasi. Denpasar, Bali: Universitas Udayana.

6
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai