Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kebesaran dan limpahan nikmat yang di berikanNya, sehingga penulisan dapat
menyelesaikan laporan percobaan Biologi berjudul "Respirometer"

Adapun penulisan laporan percobaan ini bertujuan untuk bagaimana respirasi hewan
pada kecoa dan jangkrik dan mengetahui faktor yang mempengaruhi.

Pada penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah di alami. Oleh karena itu
terselesaikannya laporan percobaan ini tentu saja bukan karena kemampuan penulisan
semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang
terkait.

Sehubung dengan ketulusan hati mengucapkan terima kadih kepada Ibu Pengajar Mata
Pelajaran Biologi kelas XI-IPA 1 yang membimbing penulisan dalam menyelesaikan
laporan percobaan ini. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan laporan
percobaan ini.

Dalam penyusunan laporan percobaan ini, penulis menyadari pengetahuan dan


pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan percobaan ini
lebih baik dsn bermanfaat

Akhir kata, penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas budi baik
anda semua.

Surabaya, 14 Februari 2023

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

1.2 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respirasi

2.2 Arthropoda

2.3 Jangkrik

2.4 Kecoa

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat

3.2 Alat dan Bahan

3.3 Langkah Kerja

3.4 Tabel Pengamatan

3.5 Pertanyaan

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DOKUMENTASI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Laju metabolisme berkaitan erat dengan pernafasan sebab pernafasan ialah proses
pembuatan tenaga dari molekul santapan lingkungan yang tergantung pada oksigen, laju
metabolisme umumnya di perkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang di
santap dengan persatuan waktu. Perihal ini memperbolehkan sebab oksidasi dari bahan
santapan membutuhkan oksigen untuk menciptakan tenaga yang bisa di kenal
jumlahnya.

Jangkrik ialah serangga yang mempergunakan suara (gelombang bunyi) selaku


sarana komunikasi diantara sesama jangkrik. Gelombang suara jangkrik mempunyai
rentarentang di atas frekuensi gelombang manusia. Jangkrik di kategorikan sebagai
serangga yang di hidupnya yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Di awali dari
fase telur, kemudian menetas menjadi nimfa (serangga muda), melewati sebagian dari
stadium insar terlebih dahulu sebelum menjadi imago (serangga berusia) yang di tandai
dengan munculnya 2 pasang sayap.

Kecoa merupakan salah satu dari lebih dari 3.500 spesies serangga (di subordo
Blattaria, ordo Dictyoptera) yang termasuk di antara serangga bersayap paling primitif
dan di antara serangga fosil tertua (lebih dari 320 juta tahun). Kecoak memiliki tubuh
yang rata dan lonjong, antena panjang seperti benang, dan penutup yang bersinar, kasar,
hitam atau coklat. Mereka lebih suka lingkungan yang hangat, lembab, gelap dan
biasanya ditemukan di iklim tropis atau iklim ringan lainnya, tetapi telah menyebar luas
di gedung-gedung yang panas, terutama gedung apartemen kota, di zona sedang, dan
infestasinya bisa parah. Hanya beberapa spesies yang menjadi hama. Kecoak
memakan bahan hewani dan tumbuhan. Kecoa Amerika memiliki panjang sekitar 2 inci
(30–50 mm). Kecoak Jerman (kurang dari 0,5 inci, atau sekitar 12 mm, panjang) adalah
hama rumah tangga biasa yang telah menyebar ke seluruh dunia dengan kapal.

1.2 Tujuan

1. Membuktikan bahwa pernapasan pada jangkrik dan kecoa membutuhkan oksigen

2. Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada belalang


dan kecoa pada saat bernapa
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respirasi

Respirasi adalah suatu proses reduksireduksi, oksidasi, dan dekomposisi, baik


menggunakan oksigen maupun tidak dari senyawa organik kompleks menjadi senyawa lebih
sederhana dan dalam proses tersebut di bebaskan suatu energienergi. Tenaga yang di
bebaskan dalam respirasi berasal dari tenang potensial kimia yang berupa ikatan kimia.

Jadi, respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi.
Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan
manusia. Respirasi dilakukan baik dilakukan siang hari maupun malam harihari. Respirasi terjadi
pada seluruh tubuh tumbuhantumbuhan, pada tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar,
batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa)
adalah kebalikan fotosintesis.

Sistem pernapasan adalah pertukaran gas CO2 dan O2 dalam tubuh organisme dan
bertujuan untuk mendapatkan energienergi. Alat respirasi pada berbagai hewan berbeda-beda.
Pada tingkat rendah O2 langsung berdifusi melalui permukaan tubuhtubuh, pada serangga
adalah trakea, kalajengking dengan paru paru, ikan dengan insang, katak dengan paru paru, kulit,
dan rongga mulut, reptile dengan paru-paru dan lain lain (paduan primagama)

Respirasi juga terjadi pada manusia yang di sebut sebagai dengan pernafasan. Proses
menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.

Ditinjau dari kebutuhan akan oksigen, respirasi dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Respirasi Aerobik

Respirasi Aerobik yaitu respirasi yang menggunakan oksigen bebas untuk mendapatkan
energi. Dalam kenyataan reaksi tidak terjadi dengan sederhana itu. Banyak tahapan yang
terjaditerjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-rekaksi itu di bedakan menjadi 3 yaitu
glikolisis, siklus krebs dan transportasi.

b. Respirasi Anaerobik

Respirasi Anaerobik adalah respirasi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan energi


tanpa menggunakan oksigen. Respirasi Anaerobik menggunakan senyawa tertentu
misalnya asam fosfoenolfosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat
hidrogen dan membentuk asam laknat atau alcohol
2.4 Arthropoda

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu artho yang berarti ruas dan podos artinya
kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan kaki yang beruas-ruas. Organisme yang tergolong filum
Arthropoda memiliki kaki yang berbulu-buluberbulu-bulu. Hewan ini memiliki jumlah spesies
yang saat ini telah di ketahui 900.000 spesiesspesies. Hewan yang tergolong Arthropoda hidup
di darat hingga ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup di air dapat di temukan hingga ke
dalaman 10.000 m.

1. Ciri-ciri filum Arthropoda

Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan
organ tubuh telah berkembang baikbaik. Tubuh Arthropoda terbagi atas segmen-
segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : Laba-laba, lipan,
kalang jengking, jangkrik, belalang, caplak, udang, lalat, dan kecoa

Umur tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang


60 cm, namun kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan tubuh Arthropoda pun
beragam.

Hewan Arthropoda memiliki bentuk tubuh simetris bilateral, triploblastik selomata,


dan tubuhnya bersegmenbersegmen. Tubuh di tutupi lapisan kutikula yang merupakan
rangka luar. Ketebalan kutikula sangat bervariasi, tergantung dari spesies hewannya.
Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan litin. Pada waktu
serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami pengelupasan.

Kutikula berfungsi untuk melindungi tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada
tubuh serangga dan dapat menjadikan tempat melekatnya otot, terutama yang
berhubungan dengan alat gerak. Otot serangga merupakan otot serat lintang yang
susunannya sangat kompleks. Otot ini diperlukan untuk melakukan gerakan yang cepat.

Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala), toraks (dada) dan abdomen (perut)
yang bersegem-segmen. Hewan arthropoda memiliki organ sensoris yang sudan
berkembang, seperti mata, penciuman, serta antena yang berfungsi sebagai alat peraba
dan pencium. Tingkat perkembangannya sesuai dengan kondisi lingkungan tempat
hidupnya.
2.2 Jangkrik

Jangkrik adalah salah satu dari sekitar 2.400 spesies serangga pelompat (ordo
Orthoptera) yang tersebar di seluruh dunia.Hewan ini disebut sebagai salah satu serangga
paling berisik di Bumi, karena suara nyaringnya yang khas yang dikeluarkan jangkrik jantan di
malam hari. Bagi beberapa orang, suara jangkrik mungkin mengganggu, tapi sebenarnya suara
jangkrik untuk menarik perhatian jangkrik betina atau untuk mengusir jangkrik jantan lainnya.

Jangkrik termasuk hewan ordo Orthoptera, termasuk dalam Grylus sp (jangkrik)


adalah bersifat himemetabolahimemetabola, mulutnya tipe pengunyah, memiliki 2 pasang
sayap dimana sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit yang di sebut
teguminategumina. Sayap belakang berupa membran dan di lipat seperti kipas dan terletak
dibawah sayap depan. Pada beberapa spesies, sayap hanya berupa sisa saja atau ada juga yang
tidak bersayap, anggota tubuh bersegmen berpasangan simetris bilateral, eksoskeleton
berkitinberkitin. Sistem reproduksi Insecta kadang-kadang mengalami parthenogenesis maupun
pacdogenesis.

2.3 Kecoa

Ada lebih dari 4.000 spesies kecoak yang berbeda, di antaranya, hanya sekitar 40
spesies yang dianggap hama sementara yang lain bermanfaat bagi lingkungan alami mereka. Di
Indonesia, kecoa Jerman (Blatella germanica) dan kecoa Amerika (Periplaneta americana)
banyak ditemukan. Kecoak lebih aktif di malam hari, lebih memilih untuk tetap tersembunyi di
celah-celah dan celah-celah di siang hari. Mereka tertarik pada makanan yang tersedia di
properti Anda dan akan memakan hampir semua hal, dari remah-remah makanan hingga
kotoran / kotoran hewan. Jika Anda mencurigai adanya serangan kecoa, penting untuk
mengambil tindakan segera untuk memastikan solusi cepat untuk masalah ini dan untuk
meminimalkan risiko kesehatan yang terkait dengan hama ini.

Kecoa adalah salah satu insekta yang termasuk ordo Orthoptera (bersayap 2) dengan
sayap depan menutup sayap belakang dan melipat seperti kipaskipas. Kecoa terdiri dari
beberapa genius yaitu Blatella, Blatta, Supella, dan Blaberus. Beberapa dari spesies kecoa
adalah Blatella Germanica, Periplaneta dan lain lain.
BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat = Ruang Laboratorium Biologi SMA Kartika Wijaya Surabaya

3.2 Alat dan Bahan =

a. Respirometer sederhana

b. Timbangan digital

c. 2 ekor kecoa

d. 2 ekor jangkrik

e. Kristal NaOH/ KOH

f. Kapas / tissue

g. Eosin

h. Pipet

i. Cawan petri

3.3 Langkah Kerja

1. Kecoa (Periplaneta americana) dan Jangkrik (Gryllus bimaculatus) diambil masing-


masing 2 ekor dengan ukuran berbeda.

2. Kecoa dan Jangkrik di timbang dengan timbangan digital dan mulai melakukan
percobaan laju respirasi.

3. Selimutin kristal KOH dengan kapass, lalu lubangi tutup botol dengan diameter 2cm
(sesuaikan dengan sedotan atau selang yang di pakai).

4. Lalu tambahkan sedotan atau selang tadi ke tutup botol yang sudah di lubangi dan beri
vaseline gel di area sedotan agar udara di luar tidak masuk dan udara di dalam tidak
keluar dan tutup botol tersebut.

5. Setelah itu masukan Kecoa pertama lalu tutup botol tersebut yang sudah berisi kapas
dan kristal KOH.
6. Masukan kapas di ujung sedotan dan tambahan eosin menggunakan pipet dengan
ukuran eosin 1ml.

7. Setelah eosin di masukan segera hidupkan stopwacth selama 5 menit lalu lihat laju
eosinnya.

8. Selanjutnya catat data nama organisme, berat dan oksigen yang di butuhkan selama 5
menit.

9. Setiap selesai mencatat organisme eosin dibersihkan. Ulangi hingga percobaan selesai
dan terakhir bersihkan alat laboratorium dan buang sampah pada tempatnya.

3.4 Tabel Pengamatan

No Jenis Jumlah Skala eosin setiap 5 menit

Hewan Hewan 1 2 3 4 5

1. Jangkrik 1 1 0,12 0,09 0,08 0,15 0,06

2. Jangkrik 2 1 0,14 0,11 0,10 0,17 0,08

3. Kecoa 1 1 0,16 0,13 0,13 0,20 0,10

4. Kecoa 2 1 0,18 0,17 0,15 0,21 0,11

3.5 Pertanyaan

1. Apakah yang menyebabkan terjadinya pergeseran eosin dalam percobaan ini?

2. Apakah fungsi KOH dalam percobaan tersebut

3. Apakah fungsi eosin yang di suntikan pada pipa Respirometer?

4. Apa fungsi oksigen pada respirasi mahluk hidup? dan Tuliskan persamaan reaksinya

5. Mengapa skala kedudukan eosin di setiap hewan di atas berbeda? Jelaskan jawaban
kalian dan faktor apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan tersebut?
3.6 Jawaban

1. karena jangkrik atau kecoa berusaha menghirup oksigen (O2) dari luar melalui tabung
kapiler berskala, sehingga setiap jangkrik memperoleh oksigen eosin akan bergerak.

2. Untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari eosin benar-benar hanya disebabkan
oleh konsumsi oksigen.

Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut :

KOH + CO2- --> K2CO3 + H2O

Demikian juga dengan NaOH, NaOH dapat bereaksi dengan CO2 membentuk rekasi
Na2CO3 dengan reaksi :

NaOH + CO2 --> Na2CO3 + H2O

Alasan kenapa CO2 harus di ikat oleh NaOH/KOH adalah :

Didalam tabung respirasi yang berisi mahluk hidup (kecoa dan jangkrik) akan terjadi
proses pernafasan. Saat oksigen digunakan oleh jangkrik dan kecoa, maka larutan
detektor yang ada di pipa respirometer akan ikut bergerak ke arah tabung yang berisi
organisme (kecoa dan jangkrik) dan jika CO2 tidak diikat oleh NaOH/KOH maka larutan
detektor tidak dapat bergerak sehingga oksigen yang di gunakan oleh kecoa dan jangkrik
tidak bisa di ukur.

3. sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme percobaan (jangkrik dan kecoa)
pada respirometer. Saat jangkrik dan kecoa menghirup oksigen maka terjadi penurunan
tekanan gas dalam respirometer sehingga eosin bergerak masuk ke arah respirometer.
Oksigen digunakan dalam proses oksidasi (pembakaran) zat makanan, yakni glukosa.
Glukosa dioksidasi dengan tujuan untuk menghasilkan energi. Dengan demikian, tujuan
utama dari proses respirasi adalah untuk mengambil energi yang terkandung di dalam
makanan.

4. Terjadi pergerakan eosin mendekati tabung berisi seranga. Pergerakan eosin ini
menunjukkan volume oksigen yang dipakai oleh serangga. Faktor yang mempengaruhi
kedudukan eosin di antaranya adalah ukuran dan berat suatu organisme.
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan dapat di simpulkan bahwa berat tubuh
pada hewan yang di uji sangat mempengaruhi laju respirasi pada hewan tersebut,
semakin berat suatu organisme, semakin banyak oksigen yang di butuhkan dan semakin
cepat respirasinya.

B. Saran

Penelitian ini perlu di tindak lanjutkan dengan menjadikan beberapa hal sebagai bahan
pertimbangan, penelitian ini dapat menggunakan jenis hewan lainnya , namun harus
sesuai dengan alat respirometer yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai