Anda di halaman 1dari 7

1.

Respirasi
Respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta
membuang CO2 dari dalam tubuh. Sebenarnya, hewan dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen.
Proses semacam itu diebut dengan respirasi anaerob. Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat
menghasilkan ATP dalam jumlah banyak. Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam
jumlah banyak adalah respirasi aerob. Dalam respirasi anaerob, sebuah molekul glukosa hanya
menghasilkan dua molekul ATP. Dalam proses aerob, molekul yang sama akan menghasilkan
36 atai 38 molekul ATP. Respirasi sel akan menghasilkan zat sisaberupa CO2 dan air, yang
harius dikeluarkan dari sel (Wiwi, 2006: 191-192).
Fungsi utama dari respirasi adalah untuk menyediakan oksigen bagi darah dan
mengambil karbon dioksida dari dalam darah. Fungsi lainnya adalah untuk mengatur keasaman
cairan tubuh, membantu pengendalian tubuh, ekaresi air dan fonasi (pembentukan suara).
Faktor yang mempengaruhi konsumsi O2:
a) Ukuran tubuh : makin kecil ukuran tubuh, maka konsumsi 02 relatif meningkat,
metabolisme juga meningkat
b) Aktifitas : aktivitas meningkat maka, konsumsi 02 meningkat
c) Suhu lingkungan : suhu lingkungan tinggi maka konsumsi 02 meningkat
d) Sex : jantan > betina
e) Faktor lain : nutrisi, hormonal, ras, dll.
(Anonim,-: 1)
2. Respirasi pada serangga
System trakea (trachela system) serangga, yang terbuat dari pipa udara bercabang
diseluruh tubuh., yang merupakan salah satu variasi permukaan respirasi internal yang melipat-
lipat. Pipa terbesar, yaitu disebut trakea, membuka kearah luar. Cabang yang paling halus
menjulur dan memanjang ke permukaan hampir setiap sel., dimana gas dipertukarkan melalui
difusi melewati epitelium lembab yang melapisi ujung terminal system trakea.
Untuk serangga kecil, proses difusi dapat membawa cukup O2 dari udara ke dalam
system trakea dan membuang cukup CO2. Untuk mendukung respirasi seluler. Serangga yang
lebih besar dengan kebutuhan energy yang lebih tinggi memventilasi system trakeanya dengan
pergerakan tubuh berirama (ritmik) yang memaparkan dan menggembungkan pipa udara seperti
alat penghembus. Seekor serangga yang sedang terbang mempunyai laju metabolism yang
tinggi, dan mengkonsumsi 10 sampai 100 kali lebih banya O2 dibandingkan dengan yang
dikonsumsi saat istirahat. Faktor lain yang mendukung laju metabolisme yang tinggi, adalah
bahwa sel-sel otot terbang dibungkus dengan mitokondria, dan pipa trakea menyuplai oksigen
yang menyukupi bagi tiap-tiap organel yang membangkitkan ATP (Campbell, 2004:61)

Gambar 1. Alat respirasi pada serangga


Sumber: http://www.rugusavay.com/information-about-respiration-sytem-of-insects/
3. Jangkrik
Jangkrik merupakan serangga atau insekta berukuran kecil sampai besar yang
berkerabat dekat dengan belalang dan kecoa karena diklasifikasikan ke dalam ordo
Orthoptera. Jangkrik juga merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan berdarah
dingin.
Gambar 2. Bagian-bagian tubuh jangkrik

Sumber: http://www.enchantedlearning.com/subjects/insects/orthoptera/Cricket.shtml

Klasifikasi hewan jangkrik adalah :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthopoda

Kelas : Hexapoda (Insecta)

Ordo : Orthoptera

Sub ordo : Ensifera

Famili : Gryllidae

Sub famili : Gryllinae

Genus : Gryllus

Spesies : Gryllus bimaculatus (Jangkrik Kalung)

(JE. Hasibuan, 2016:1)

Jangkrik ini kebanyakan hidup didaerah panas dan berkeliaran di kebun kacang
kacangan seperti kacang kedelai dan kacang hijau. Di alam aslinya jangkrik hidup aktif
seperti makan, mengerik dan kawin di malam hari . Akan tetapi apabila di budidayakan
kegiatan tersebut dapat juga dilakukan pada siang hari . Jangkrik senang tinggal di
semaksemak, tumpukan batu, tanah kebun, dan sawah kering yang terbelah-belah pada
belahannya, atau di tempat sampah . Pakan utamanya adalah tanaman sayuran dan
palawija . Lama siklus hidup yang jantan±78 hari sedangkan yang betina dapat mencapai
umur + 105 hari . Ukuran tubuh yang betina lebih panjang dan besar di bandingkan
dengan yang jantan. Jangkrik betina bertelur di sela-sela tumpukan kayu atau ranting yang
lembab, pada lipatan padi/jerami, atau dapat juga pada gulungan daun-daunan yang basah
dan lembab (A. Udjianto, 1999:2)
Jangkrik termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Siklus hidupnya dimulai dari telur kemudian menjadi jangkrik muda (nimfa) dan
melewati beberapa kali stadium instar terlebih dahulu sebelum menjadi jangkrik
dewasa(imago) yang ditandai dengan terbentuknya dua pasang sayap. Jangkrik dewasa
siap kawin pada usia ± 45 hari yang ditandai dengan telah lenyapnya sayap. Jangkrik
jantan akan ngengkrik dengan suara nyaring yang merupakan isyarat bahwa jangkrik
tersebut siap untuk membuahi betina, sedangkan jangkrik betina yang siap untuk dibuahi
dan mengetahui isyarat tersebut akan mencari sumber suara dan mendekatinya (JE.
Hasibuan, 2016:1)

Jangkrik merupakan serangga yang hidup berkoloni di alam bebas, jangkrik


banyak beraktivitas dimalam hari, terutama untuk mencari makanan. Jangkrik kalung
(Gryllus bimaculatus) dikenal oleh sebagian masyarakat dengan sebutan jangkrik
genggong. Ukurannya lebih besar daripada jangkrik alam. Ciri-ciri fisik jangkrik adalah
berwarna hitam saat dewasa, coklat kehitaman atau bergaris kuning di punggung. Panjang
tubuh jangkrik antara 2-3 cm. jangkrik ini mempunyai dua ras yaitu, jeliteng dan jerabang
(Ade, 2016:12-14).

4. Komunikasi Jangkrik

Jangkrik saling berkomunikasi dengan cara mengepakkan kedua sayapnya


hingga terdengar suara mengerik. Cara semacam ini dilakukan oleh jangkrik jantan untuk
menarik perhatian jangkrik betina. Jadi, yang memiliki kemampuan mengerik hanya
jangkrik jantan. Jika suhu disekitar kandang meningkat, biasanya suara mengerik akan
semakin keras. Suara mengerik jangkrik jantan ini juga untuk mengusir jangkrik jantin
lain yang berusaha mendekati daerah teritorialnya (Ade, 2016:15-16).

Suara yang disebabkan gesekan sayap depan. Pada sayap depan terdapat alat
stridulasi yang terletak di bagian vena cubitus. Vena cubitus memilki paku-paku dawai
yang tersusun seperti gigi-gigi pada sisir. Jika penggaruk digerakkan, maka sayap akan
maju mundur pada permukaan paku-paku dawai dan mengeluarkan suara (Farry, 1999:
9).

5. Ciri fisik
a. Jangkrik jantan
Suara mengerik merupakan ciri khas bagi jangkrik jantan. Tubuh berbentuk
pendek dengan sepasang antenna yang panjang. Punggung jangkrik memiliki tekstur
kasar (Ade, 2016: 19). Jangkrik jantan memiliki bulu punggung cenderung kasar dan
bergelombang.
b. Jangkrik betina
Jangkrik betina memiliki ciri khas di bagian ekornya. Dibagian ekor jangkrik
betina terapat ovipositor atau alat kelamin betina yang berbentuk seperti jarum yang
tidak dimiliki oleh jangkrik jantan (Ade, 2016: 19). Bulu punggung dan sayap halus.

Gambar 2. Jangkrik jantan dan jangkrik betina

6. Respirometer

Sebuah respirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju respirasi
dari organisme hidup dengan mengukur laju pertukaran oksigen dan / atau karbon dioksida.
Memunginkan penyelidikan bagaimana faktor-faktor seperti usia, bahan kimia atau efek
cahaya mempengaruhi laju respirasi. Respirometers dirancang untuk mengukur respirasi
baik pada tingkat hewan keseluruhan (tanaman) atau pada tingkat sel.

Seluruh respirometer tanaman sederhana yang dirancang untuk mengukur


penyerapan oksigen atau pelepasan CO2 terdiri dari wadah tertutup dengan spesimen hidup
bersama-sama dengan zat untuk menyerap karbon dioksida yang dilepaskan selama
respirasi, seperti pelet lime soda atau gumpalan kapas yang dibasahi dengan kalium
hidroksida. Penyerapan oksigen terdeteksi oleh manometri. Biasanya, manometer U-
tabung yang digunakan, yang secara langsung menunjukkan perbedaan tekanan antara
wadah dan atmosfer. Sebagai suatu organisme membutuhkan O2, itu menghasilkan
sejumlah proporsional CO2 (lihat quotient pernapasan), tetapi semua CO2 yang diserap oleh
soda kapur. Oleh karena itu, semua penurunan tekanan dalam chamber dapat dikaitkan
dengan penurunan dari O2 tekanan parsial dalam wadah. Laju perubahan memberikan
pembacaan langsung dan cukup akurat untuk tingkat organisme respirasi.

Seperti perubahan suhu atau tekanan juga dapat mempengaruhi perpindahan


cairan manometric, respirometer kedua sama dengan yang pertama kecuali dengan
spesimen mati (atau sesuatu dengan massa yang sama sebagai spesimen di tempat
organisme) kadang-kadang diatur. Mengurangkan perpindahan dari respirometer kedua
dari yang pertama memungkinkan untuk mengendalikan faktor-faktor ini.

Kristal KOH/NaOH pada respirometer digunakan sebagai pengikat CO2 agar


tekanan dalam respirometer menurun. Jika tidak diikat maka tekanan parsial gas dalam
respirometer akan tetap dan eosin tidak dapat bergerak. Akibatnya volume oksigen yang
dihirup serangga tidak dapat diukur. Reaksi KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:

(i) KOH + CO2 →KHCO3


(ii) KHCO3 + KOH → K2CO3 + H2O

Factor-faktor lain yang mempengaruhi respirasi adalah:

1. Berat tubuh, semakin berat tubuh suatu organisme maka semakin banyak oksigen
yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya
2. Ukuran tubuh, semakin besar ukuran tubuh maka keperluan oksigen akan semakin
banyak.
3. Kadar O2, apabila kadar O2 rendah maka keperluan oksigen semakin cepat
4. Aktivitas, semakin tinggi aktivitasnya banyak kebutuhan energinya, sehigga
pernafasannya semakin cepat.
Daftar pustaka
A. Udjianto. 1999. Ruang Lingkup Pemeliharaan Jangkrik Kalung Kuning. Bogor: Balai
Penelitian Ternak.
Anonim. -. Fisiologi Respirasi. Bandung: Universitas Padjadjaran. Diunduh dari
blogs.unpad.ac.id/novim/files/2011/03/RESPIRASI_120311.pdf pada tanggal 28
November 2016 pukul 17:49 WIB.
Ade Yusdira. 2016. Budi Daya Jangkrik. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Campbell, Neil A. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Farry B. Paimin. 1999. Sukses Beternak Jangkrik. Bogor: Penebar Swadaya.
J.E. Hasibuan. 2016. Tinjauan Pustaka. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara. Diunduh
dari repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56593/4/Chapter%20II.pdf tanggal 27
November 2016 pukul 17:58 WIB.
Tri Eko Susilorini, dkk. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Bogor: Penebar Swadaya Grup.
Wiwi isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai