FISIOLOGI HEWAN
RESPIRASI
OLEH:
LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
Universitas Sriwijaya
BAB 1
LATAR BELAKANG
Universitas Sriwijaya
Total luas permukaan dari membrane pertukaran gas biasanya tidak
dipengaruhi oleh ukuran dari hewan tersebut. kebanyakan ikan, amfibi dan reptile
memiliki hubungan luas permukaan membrane pertuakran gas dan ukuran tubuh
yang sama. Mamalia dan unggas memiliki luas permukaan membrane pertukaran
gas yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok hewan lainnya. Diduga evolusi
peningkatan luas permukaan membrane pertukaran gas ini dihubungkan dengan
sifat kedua kelompok hewan ini yang berupa homothermi. Homothermi akan
meningkatkan laju metabolik hewan empat hingga sepouluh kali lipat. Maka dari
itu, paru-paru dengan kemampuan pertukaran oksigen dan karbondioksida tinggi
dubutuhkan oleh mamalia dan unggas (Kay, 1998).
Walaupun unggas dan mamalia memiliki permukaan membrane pertukaran
gas yang besar, tidak berarti ukuran organ respirasi mereka jauh lebih besar
dibandingkan jenis hewn lain. Apabila dibandingkan, paru-paru pada ular, kadal
dan kura-kura lima kali lebih besar dibandingkan paru-paru pada tikus. Namun
luas permukaan membrane pertukaran gas tikus sepuluh kali lebih besar
dibandingkan ular, kadal dan kura-kura. Perbedaan yang besar ini disebabkan oleh
perbedaan struktur organ respirasi mereka. Pada mamalia, organ respirasi tersusun
atas cabang-cabang jalur udara yang padat, dibandingkan dengan paru-paru pada
amfibi dan reptile yang hanya tersusun atas lembaran jaringan yang membentuk
balon (Turner, 2000).
Serangga telah mengembangkan organ respirasi yang jauh berbeda
dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya. Serangga memanfaatkan organ yang
disebut trakea untuk respirasinya, dan berbeda dengan hewan lain, trakea ini
tersebar di seluruh tubuh serangga dan mencapai hampir keseluruhan sel dalam
tubuh mereka. Sistem trakea ini bahkan dapat menembus sel-sel otot, terutama
pada sel otot terbang (Gilliot, 2005).
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Respirasi
Sistem yang berfungsi untuk menukar gas-gas respiratori dari dalam tubuh
ke lingkungan disebut sebagai sistem respirasi. Dalam sistem respirasi ini terdapat
membrane pertukaran gas. Respirasi ekstrenal atau bernafas adalah proses dimana
oksigen di transport ke membrane pertukarn gas dari medium lingkungan dan
transport karbondioksida keluar dari membrane pertukaran gas menuju medium
lingkungan. Oksigen akan selalu melewati membrane pertukaran gas melalui
proses difusi. Hal ini berarti agar oksigen dapat memasuki sistem tubuh hewan
dari lingkungan, tekanan oksigen dalam membrane pertukaran gas harus lebih
rendah dibandingkan tekanan oksigen diluar. Maka dari itu ketebalan dari
membrane pertukaran gas sangatlah penting dalam pengambilan oksigen dari
udara (Turner, 2000).
Umumnya dalam hewan hanya satu bagian organ yang disebut sebagai
organ pernafasan, namun ada beberapa pengecualian seperti pada katak.. Pada
mamalia dan tuna, sebagian besar permukaan tubuhnya memiliki permeabilitas
terhadap gas yang sangat rendah. Organ pernafasan nya yaitu paru-paru dan
insang mengambil sebagian besar oksigen dan mengeluarkan hampir semua
karbondioksida. Sebaliknya pada katak, kulit mereka memiliki permeabilitas
tinggi terhadap gas. Oksigen dan karbondioksida ditukarkan disepanjang kulit
serta paru-paru (Anderson dan Wyse, 2012).
Organ yang terspesialisasi untuk respirasi eksternal memiliki membrane
pertukaran gas yang tersusun atas pola invaginasi atau evaginasi, yang
meningkatkan permukaan membrane pertukaran gas secara drastic. Paru-paru dan
insang dibedakan melalui pola invaginasi dan evaginasi ini. Insang adalah organ
respiratori yang terdiri dari evaginasi lapisan organ dan dikelilingi oleh medium
lingkungan. Paru-paru merupakan struktur respiratori yang tersusun atas
invaginasi kedalam dari lapisan organ. Umumnya hewan yang hidup di darat
menggunakan paru-paru sebagai organ respirasi utamanya sedangkan hewan yang
hidup di air menggunakan insang sebagai organ respirasi utamanya (Kay, 1998).
Universitas Sriwijaya
2.2. Respirasi pada Mamalia
Pada mamalia terrestrial, paru-paru umumnya terventilasi. Namun beberapa
paru-paru pad mamalia menukar gas dengan lingkungan sepenuhnya melalui
difusi. Mamalia memiliki permukaan yang besar untuk pertukaran gas.
Permukaan besar ini dikarenakan banyaknya percabangan dari struktur paru-paru
mereka. Apabila dibandingkan dengan reptil dan amfibi yang memiliki struktur
seperti balon, permukaan pertukaran gas pada mamalia jauh lebih besar. Paru-paru
dari manusia dewasa terdiri dari 23 tingkat percabangan jalur udara. Trakea yang
merupakan percabangan utama paru-paru akan membentuk percabangan lagi
yanga disebut pronkus. Besarnya permukaan pertukaran gas ini diduga
dikarenakan mamalia bersifat homothermi (Turner, 2000).
2.3. Respirasi pada Serangga
Pernafasan pada serangga jauh berbeda dibandingkan dengan hewan lain
pada umumnya. Sistem pertukaran gas pada serangga dilakukan didekat tiap-tiap
sel dalam tubuhnya. Sel-sel dari serangga mendapatkan oksigen langsung dari
sistem pernafasannya, dan sistem sirkulasinya tidak berperan sama sekali dalam
transport oksigen. Tubuh dari serangga dipenuhi oleh tabung berisi gas yang
disebut trakea. Sistem trakea ini terpapar oleh atmosfir melalui pori-pori yang
disebut spirakel, terletak di permukaan tubuh di sepanjang bagian lateral tubuh.
Trakea akan menembus tubuh dari tiap-tiap spirakel dan membentuk percabangan,
menjangkau tiap bagian tubuh serangga. Spirakel yang biasanya terdiri dari satu
hingga sebelas pasang tersusun secara segmental (Gullan dan Cranson, 2005).
Trakea dari serangga berkembang sebagai invaginasi ari epidermis. Maka
dari itu trakea serangga tersusun atas lapisan tipis dari kutikula. Walaupun
susunan trakea dalam tubuh serangga bervariasi tiap spesiesnya, umumnya
susunan trakea ini akan bersentuhan dengan seluruh jaringan dari serangga.
Tingkat kontak antara trakea dengan berbagai sistem organ dalam serangga
bervariasi tergantung pada kebutuhan metaboliknya. Umumnya trakeola terletak
diantara sel-sel serangga, namun pada otot terbang beberapa spesies traekola akan
menembus sel otot dan menyebar diantara myofibril individu. Ujung terminal dari
trakeola terkadang diisi oleh cairan ketika serangga berada dalam keadaan
beristirahat (Gilliot, 2005)
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1. Tabel Hasil Respirasi Serangga
No. Panjang Jarak Methylen Blue Berat sp. (gr) Kecepatan Respirasi
4.1.2. Perhitungan
4.1.2.1. Gryllus sp.
Total Volume O2 : II - I = 2,3 - 1,2 = 1,1
Universitas Sriwijaya
Kecepatan Respirasi = =
Berat sp. (gr) x waktu (menit) 3,5 gr x 2 menit
= 0,4 mL/g/menit
Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan data
kecepatan respirasi pada serangga Gryllus sp. dan Valanga sp. Berdasarkan
praktikum yang dilaksanakan, didapatkan bahwa kecepatan respirasi dari Gryllus
sp., lebih tinggi pada nilai 0,62 mL/g/menit dibandingkan dengan Valanga sp.
dengan kecepatan respirasi 0,4 mL/g/menit. Menurut Contreas dan Bradley
(2009), beberapa factor yang dapat mempegaruhi pola respirasi serangga adalah
tingkat tekanan oksigen dalam atmosfer yang mengelilingi serangga, jumlah
oksien yang disimpan oleh serangga serta tingkat metabolic dari serangga.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor. Menurut Kay
(1998), factor utama yang mempengaruhi laju respirasi bukanlah konsentrasi
oksigen, namun konsenstrasi karbondioksida dalam darah. Karbondioksida yang
merupakan produk sisa dari respirasi sel dapat bersifat toksik. Konsentrasi
karbondioksida tinggi ini akan dideteksi oleh kemoreseptor. Ketika tingkat
karbondioksida dalam darah sangat tinggi, respirasi akan dipicu naik agar
karbondioksida dapat dikeluarkan dari tubuh, secara tidak langsung membawa
udara segar masuk ke dalam tubuh, menurunkan tingkat karbondioksida dalam
darah. Begitu juga sebaliknya, tingkat karbondioksida rendah dalam darah
mengakibatkan penurunan laju respirasi.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi laju respirasi adalah tingkat oksigen
dalam darah. Menurut Anderson dan Wyse (2012), kemoreseptor peripheral
bertanggung jawab untuk mendeteksi kadar oksigen dalam darah. Apabila tingkat
oksigen dalam darah menjadi sangat rendah, kemoreseptor peripheral akan
menstimulasi peningkatan aktivitas respirasi. Bagian tubuh lain yang
mempengaruhi tingkat respirasi adalah hipotalamus. Hipotalamus akan
mempengaruhi tingkat respirasi berdasarkan emosi, rasa sakit dan temperature.
Berbeda dengan manusia, alat respirasi utama serangga adalah trakea.
Menurut Gullan dan Cranston (2005), udara akan memasuki trakea melalui
bukaan spirakuler yang terletak secara lateral di tubuh serangga. Kebanyakan
serangga memiliki delapan atau Sembilan pasang dari bukaan spirakel ini. Trakea
tersusun atas invaginasi epidermis. Trakea bersifat fleksibel namun cukup kaku
untuk menahan kompresi.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Laju respirasi dari Gryllus sp. lebih tinggi dibandingkan dengan
Valanga sp.
2. Serangga menggunakan trakea sebagai organ respirasi utamanya.
3. Faktor yang mempengaruhi respirasi pada serangga adalah tekanan
oksigen dalam atmosfer, tingkat oksigen dalam tubuh dan tingkat
metabolism serangga.
4. Faktor yang mempengaruhi respirasi pada mamalia adalah kadar
oksigen dalam darah, kadar karbondioksida dalam darah, emosi dan
temperature.
5. Mamalia menggunakan paru-paru seabgai organ respirasi utamanya.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Margaret., Hill, Richard W. dan Wyse, Gordon A. 2012. Animal
Physiology Third Edition. United States : Sinauer Associates.
Contreras, H.L. dan Bradley, T.J. 2009. Metabolic Rate Controls Respiratory
Pattern in Insects. The Journal of Experimental Biology 212.
Gillott, Cedric. 2005. Entomology : Third Edition. Netherlands : Springer.
Gullan, P.J dan Cranson, P.S. 2005. The Insects : an outline of entomology. USA :
Blackwell Publishing.
Kay, Ian. 1998. Introduction to Animal Physiology. BIOS Scientific Publishers :
New York.
Turner, J. Scott. 2000. The Extended Organism : The Physiology of Animal-Built
Structure. London : Harvard University Press.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Gryllus sp.
Dokumentasi Pribadi, 2020.
Universitas Sriwijaya