Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
RESPIRASI

OLEH:

NAMA : M. HANIF FADLURRAHMAN


NIM : 08041181823004
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN : ALI ZAINAL ABIDIN SHAHAB

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

Universitas Sriwijaya
BAB 1
LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang


Pada hewan, oksigen selalu ditukarkan dengan karbondioksida melalui difusi
membrane. Hal ini berarti untuk oksigen ditukarkan dengan karbondioksida dalam
hewan, tekanan oksigen dalam hewan harus lebih rendah dibandingkan tekanan
oksigen di lingkungan. Dikareanakan oksigen masuk ke hewan melalui difusi,
tebal dan luas permukaan membrane pertukaran gas sangatlah penting dalam
pengambilan oksigen hewan. Ditambah lagi, laju difusi disepanjang membrane
akan meningkat seiring menurunnya ketebalan membrane. Karena hal inilah
membrane tipis dan lebar merupakan organ yang paling efektif untuk pertukaran
gas hewan. Difusi juga diguankan dalam mekanisme pertukaran karbondioksida,
namun tidak jarang juga digunakan transport aktif (Turner, 2000).
Umumnya hewan hanya memiliki satu oragn untuk organ pernafasan. Namun
beberapa organ lain dapat menunjang hewan dalam pertukaran gas ke lingkungan.
Beberapa contohnya adalah pada amfibi. Amfibi memiliki kulit yang memiliki
permeabilitas tinggi terhadap udara, sehingga pertukaran oksigen dan
karbondioksida dapat dilakukan disepanjang kulit juga selain di paru-paru.
Berbeda dengan mamalia yang memiliki kulit dengan permeabilitas rendah
terhadap gas. Maka dari itu, pada mamalia aktivitas pertukaran oksigen dan
karbondioksida sepenuhnya adalah tanggung jawab dari paru-paru (Kay, 1998).
Ventilasi melalui paru-paru, insang atau membrane pertukaran gas lainnya
dapat bersifat aktif atau pasif. Ventilasi akan bersifat aktif ketika hewan
menciptakan arus ventilasi dari udara yang mengalir dari membrane pertukaran
gas, menggunakan taekanan yang dihasilkan menggunakan energy metabolik.
Ventilasi udara akan bersifat pasif apabila udara atau air dari lingkungan secara
langsung atau tidak langsung mengalir dari dan menuju membrane pertukaran gas.
Umumnya ventilasi secara aktif lebih dapat dikontrol dibandingkan ventilasi
secara pasif. Ventilasi aktif dapat bersifat tidak berarah, tidak atau dua arah, atau
satu arah (Anderson dan Wyse, 2012).

Universitas Sriwijaya
Total luas permukaan dari membrane pertukaran gas biasanya tidak
dipengaruhi oleh ukuran dari hewan tersebut. kebanyakan ikan, amfibi dan reptile
memiliki hubungan luas permukaan membrane pertuakran gas dan ukuran tubuh
yang sama. Mamalia dan unggas memiliki luas permukaan membrane pertukaran
gas yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok hewan lainnya. Diduga evolusi
peningkatan luas permukaan membrane pertukaran gas ini dihubungkan dengan
sifat kedua kelompok hewan ini yang berupa homothermi. Homothermi akan
meningkatkan laju metabolik hewan empat hingga sepouluh kali lipat. Maka dari
itu, paru-paru dengan kemampuan pertukaran oksigen dan karbondioksida tinggi
dubutuhkan oleh mamalia dan unggas (Kay, 1998).
Walaupun unggas dan mamalia memiliki permukaan membrane pertukaran
gas yang besar, tidak berarti ukuran organ respirasi mereka jauh lebih besar
dibandingkan jenis hewn lain. Apabila dibandingkan, paru-paru pada ular, kadal
dan kura-kura lima kali lebih besar dibandingkan paru-paru pada tikus. Namun
luas permukaan membrane pertukaran gas tikus sepuluh kali lebih besar
dibandingkan ular, kadal dan kura-kura. Perbedaan yang besar ini disebabkan oleh
perbedaan struktur organ respirasi mereka. Pada mamalia, organ respirasi tersusun
atas cabang-cabang jalur udara yang padat, dibandingkan dengan paru-paru pada
amfibi dan reptile yang hanya tersusun atas lembaran jaringan yang membentuk
balon (Turner, 2000).
Serangga telah mengembangkan organ respirasi yang jauh berbeda
dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya. Serangga memanfaatkan organ yang
disebut trakea untuk respirasinya, dan berbeda dengan hewan lain, trakea ini
tersebar di seluruh tubuh serangga dan mencapai hampir keseluruhan sel dalam
tubuh mereka. Sistem trakea ini bahkan dapat menembus sel-sel otot, terutama
pada sel otot terbang (Gilliot, 2005).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini dilakukan untuk memahami dan mengerti bagaimana respirasi
pada serangga, mengukur penggunaan oksigen pada serangga dalam selang waktu
tertentu dengan respirometer dan mengetahui factor yang mempengaruhi respirasi
pada serangga.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respirasi
Sistem yang berfungsi untuk menukar gas-gas respiratori dari dalam tubuh
ke lingkungan disebut sebagai sistem respirasi. Dalam sistem respirasi ini terdapat
membrane pertukaran gas. Respirasi ekstrenal atau bernafas adalah proses dimana
oksigen di transport ke membrane pertukarn gas dari medium lingkungan dan
transport karbondioksida keluar dari membrane pertukaran gas menuju medium
lingkungan. Oksigen akan selalu melewati membrane pertukaran gas melalui
proses difusi. Hal ini berarti agar oksigen dapat memasuki sistem tubuh hewan
dari lingkungan, tekanan oksigen dalam membrane pertukaran gas harus lebih
rendah dibandingkan tekanan oksigen diluar. Maka dari itu ketebalan dari
membrane pertukaran gas sangatlah penting dalam pengambilan oksigen dari
udara (Turner, 2000).
Umumnya dalam hewan hanya satu bagian organ yang disebut sebagai
organ pernafasan, namun ada beberapa pengecualian seperti pada katak.. Pada
mamalia dan tuna, sebagian besar permukaan tubuhnya memiliki permeabilitas
terhadap gas yang sangat rendah. Organ pernafasan nya yaitu paru-paru dan
insang mengambil sebagian besar oksigen dan mengeluarkan hampir semua
karbondioksida. Sebaliknya pada katak, kulit mereka memiliki permeabilitas
tinggi terhadap gas. Oksigen dan karbondioksida ditukarkan disepanjang kulit
serta paru-paru (Anderson dan Wyse, 2012).
Organ yang terspesialisasi untuk respirasi eksternal memiliki membrane
pertukaran gas yang tersusun atas pola invaginasi atau evaginasi, yang
meningkatkan permukaan membrane pertukaran gas secara drastic. Paru-paru dan
insang dibedakan melalui pola invaginasi dan evaginasi ini. Insang adalah organ
respiratori yang terdiri dari evaginasi lapisan organ dan dikelilingi oleh medium
lingkungan. Paru-paru merupakan struktur respiratori yang tersusun atas
invaginasi kedalam dari lapisan organ. Umumnya hewan yang hidup di darat
menggunakan paru-paru sebagai organ respirasi utamanya sedangkan hewan yang
hidup di air menggunakan insang sebagai organ respirasi utamanya (Kay, 1998).

Universitas Sriwijaya
2.2. Respirasi pada Mamalia
Pada mamalia terrestrial, paru-paru umumnya terventilasi. Namun beberapa
paru-paru pad mamalia menukar gas dengan lingkungan sepenuhnya melalui
difusi. Mamalia memiliki permukaan yang besar untuk pertukaran gas.
Permukaan besar ini dikarenakan banyaknya percabangan dari struktur paru-paru
mereka. Apabila dibandingkan dengan reptil dan amfibi yang memiliki struktur
seperti balon, permukaan pertukaran gas pada mamalia jauh lebih besar. Paru-paru
dari manusia dewasa terdiri dari 23 tingkat percabangan jalur udara. Trakea yang
merupakan percabangan utama paru-paru akan membentuk percabangan lagi
yanga disebut pronkus. Besarnya permukaan pertukaran gas ini diduga
dikarenakan mamalia bersifat homothermi (Turner, 2000).
2.3. Respirasi pada Serangga
Pernafasan pada serangga jauh berbeda dibandingkan dengan hewan lain
pada umumnya. Sistem pertukaran gas pada serangga dilakukan didekat tiap-tiap
sel dalam tubuhnya. Sel-sel dari serangga mendapatkan oksigen langsung dari
sistem pernafasannya, dan sistem sirkulasinya tidak berperan sama sekali dalam
transport oksigen. Tubuh dari serangga dipenuhi oleh tabung berisi gas yang
disebut trakea. Sistem trakea ini terpapar oleh atmosfir melalui pori-pori yang
disebut spirakel, terletak di permukaan tubuh di sepanjang bagian lateral tubuh.
Trakea akan menembus tubuh dari tiap-tiap spirakel dan membentuk percabangan,
menjangkau tiap bagian tubuh serangga. Spirakel yang biasanya terdiri dari satu
hingga sebelas pasang tersusun secara segmental (Gullan dan Cranson, 2005).
Trakea dari serangga berkembang sebagai invaginasi ari epidermis. Maka
dari itu trakea serangga tersusun atas lapisan tipis dari kutikula. Walaupun
susunan trakea dalam tubuh serangga bervariasi tiap spesiesnya, umumnya
susunan trakea ini akan bersentuhan dengan seluruh jaringan dari serangga.
Tingkat kontak antara trakea dengan berbagai sistem organ dalam serangga
bervariasi tergantung pada kebutuhan metaboliknya. Umumnya trakeola terletak
diantara sel-sel serangga, namun pada otot terbang beberapa spesies traekola akan
menembus sel otot dan menyebar diantara myofibril individu. Ujung terminal dari
trakeola terkadang diisi oleh cairan ketika serangga berada dalam keadaan
beristirahat (Gilliot, 2005)

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26 Oktober 2020
pada pukul 08.00 WIB. Bertempat di rumah masing-masing dan melalui via
Zoom.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa pipet tetes, respiratometer
dan suntikan. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah belalang dan
KOH 20%, kapas, kasa plastic, jangkrik, metilen blue dan vaselin

3.3. Cara Kerja


Pertama Kapas kecil dimasukkan lubang tabung spesimen dan diteteskan
dengan KOH 20% dengan pipet tetes hingga jenuh. Kasa plastik digunting
berukuran 2 x 1 cm dan diletakkan di atas kapas dengan jarak kira-kira 5 cm. Lalu
timbang berat hewan percobaan dan dimasukkan ke tabung spesimen.
Selanjutnya, tabung spesimen disambungkan dengan pipa respirometer yang
berskala. Selanjutnya, vaselin dioleskan di sekitar mulut tabung spesimen agar
oksigen tidak keluar. Metilen blue dimasukkan ke pipa respiratorimeter dengan
menggunakan pipet tetes. Kemudian, amati perubahan yang terjadi.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1. Tabel Hasil Respirasi Serangga

No. Panjang Jarak Methylen Blue Berat sp. (gr) Kecepatan Respirasi

1. Gryllus sp. 2,5 gram 0,62

2. Valanga sp. 3,5 gram 0,4

4.1.2. Perhitungan
4.1.2.1. Gryllus sp.
Total Volume O2 : II - I = 2,3 - 1,2 = 1,1

III - II = 3,1 - 2,3 = 0,8

IV - III = 3,85 - 3,1 = 0,75

V - IV = 4,3 - 3,85 = 0,45

Jumlah Total = 1,1 + 0,8 + 0,75 + 0,45 = 3,1

Volume O2 (mL) 3,1 mL


Kecepatan Respirasi = =
Berat sp. (gr) x waktu (menit) 2,5 gr x 2 menit
= 0,62 mL/g/menit

4.1.2.2. Valanga sp.


Total Volume O2 : II - I = 1,85 - 1 = 0,85

III - II = 2,55 - 1,85 = 0,7

IV - III = 3,2 - 2,55 = 0,65

V - IV = 3,8 - 3,2 = 0,6

Jumlah Total = 0,85 + 0,7 + 0,65 + 0,6 = 2,8

Volume O2 (mL) 2,8 mL

Universitas Sriwijaya
Kecepatan Respirasi = =
Berat sp. (gr) x waktu (menit) 3,5 gr x 2 menit

= 0,4 mL/g/menit

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan data
kecepatan respirasi pada serangga Gryllus sp. dan Valanga sp. Berdasarkan
praktikum yang dilaksanakan, didapatkan bahwa kecepatan respirasi dari Gryllus
sp., lebih tinggi pada nilai 0,62 mL/g/menit dibandingkan dengan Valanga sp.
dengan kecepatan respirasi 0,4 mL/g/menit. Menurut Contreas dan Bradley
(2009), beberapa factor yang dapat mempegaruhi pola respirasi serangga adalah
tingkat tekanan oksigen dalam atmosfer yang mengelilingi serangga, jumlah
oksien yang disimpan oleh serangga serta tingkat metabolic dari serangga.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor. Menurut Kay
(1998), factor utama yang mempengaruhi laju respirasi bukanlah konsentrasi
oksigen, namun konsenstrasi karbondioksida dalam darah. Karbondioksida yang
merupakan produk sisa dari respirasi sel dapat bersifat toksik. Konsentrasi
karbondioksida tinggi ini akan dideteksi oleh kemoreseptor. Ketika tingkat
karbondioksida dalam darah sangat tinggi, respirasi akan dipicu naik agar
karbondioksida dapat dikeluarkan dari tubuh, secara tidak langsung membawa
udara segar masuk ke dalam tubuh, menurunkan tingkat karbondioksida dalam
darah. Begitu juga sebaliknya, tingkat karbondioksida rendah dalam darah
mengakibatkan penurunan laju respirasi.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi laju respirasi adalah tingkat oksigen
dalam darah. Menurut Anderson dan Wyse (2012), kemoreseptor peripheral
bertanggung jawab untuk mendeteksi kadar oksigen dalam darah. Apabila tingkat
oksigen dalam darah menjadi sangat rendah, kemoreseptor peripheral akan
menstimulasi peningkatan aktivitas respirasi. Bagian tubuh lain yang
mempengaruhi tingkat respirasi adalah hipotalamus. Hipotalamus akan
mempengaruhi tingkat respirasi berdasarkan emosi, rasa sakit dan temperature.
Berbeda dengan manusia, alat respirasi utama serangga adalah trakea.
Menurut Gullan dan Cranston (2005), udara akan memasuki trakea melalui
bukaan spirakuler yang terletak secara lateral di tubuh serangga. Kebanyakan
serangga memiliki delapan atau Sembilan pasang dari bukaan spirakel ini. Trakea
tersusun atas invaginasi epidermis. Trakea bersifat fleksibel namun cukup kaku
untuk menahan kompresi.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Laju respirasi dari Gryllus sp. lebih tinggi dibandingkan dengan
Valanga sp.
2. Serangga menggunakan trakea sebagai organ respirasi utamanya.
3. Faktor yang mempengaruhi respirasi pada serangga adalah tekanan
oksigen dalam atmosfer, tingkat oksigen dalam tubuh dan tingkat
metabolism serangga.
4. Faktor yang mempengaruhi respirasi pada mamalia adalah kadar
oksigen dalam darah, kadar karbondioksida dalam darah, emosi dan
temperature.
5. Mamalia menggunakan paru-paru seabgai organ respirasi utamanya.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Margaret., Hill, Richard W. dan Wyse, Gordon A. 2012. Animal
Physiology Third Edition. United States : Sinauer Associates.
Contreras, H.L. dan Bradley, T.J. 2009. Metabolic Rate Controls Respiratory
Pattern in Insects. The Journal of Experimental Biology 212.
Gillott, Cedric. 2005. Entomology : Third Edition. Netherlands : Springer.
Gullan, P.J dan Cranson, P.S. 2005. The Insects : an outline of entomology. USA :
Blackwell Publishing.
Kay, Ian. 1998. Introduction to Animal Physiology. BIOS Scientific Publishers :
New York.
Turner, J. Scott. 2000. The Extended Organism : The Physiology of Animal-Built
Structure. London : Harvard University Press.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gryllus sp.
Dokumentasi Pribadi, 2020.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai