Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PENDAHULUAN

A. .Sistem Pernapasan pada Hewan Invertebrata

Hewan-hewan Invertebrata ada yang belum memiliki sistem pernapasan


khusus, seperti Porifera dan sebagian cacing (Vermes). Umu mnya hewan-hewan
tersebut melakukan pernapasan langsung, yaitu secara difusi melalui permukaan
tubuhnya.
Oksigen diperlukan oleh semua organisme karena berfungsi sebagai akseptor
hidrogen dan akseptor elektron terakhir dalam proses pernafasan sel, bagi organisme yang
aerob tanpa oksigen produksi energi akan terhenti. Karbondioksida merupakan salah satu
sampah metabolisme terbesar yang berasal dari oksidasi karbohidrat, lemak dan protein yang
harus dibuang dari dalam tubuh organisme.
Hewan bernafas dengan mengambil O2 dari lingkungannya dan mengeluarkan
CO2 sebagai sampah dari metabolisme selnya. Protozoa dan hewan rendah lainnya kecuali
Cephalopoda proses respirasinya cukup dengan difusi artinya regulasi pengambilan O2 dan
penggunaannya masih belum memadai.
Difusi pasif pada respirasi tergantung pada :
- Konsentrasi O2
- Sifat-sifat dari permukaan tempat berdifusi
- Suhu lingkungan.
Kecepatan pengambilan O2 dari lingkungan tergantung pada kecepatan
penggunaan O2 pada proses pernafasan sel, artinya jika oksidasi bertambah O2 banyak
diperlukan akibatnya sel selalu kekurangan O2, terjadilah difusi O2 dari lingkungan.
Sebaliknya CO2 selalu bertambah didalam sel akibat dari proses oksidasi, dan konsentrasi
CO2 dalam sel lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi CO2 di lingkungannya.
Biasanya difusi CO2 ke lingkungannya lebih cepat dari pada difusi O2 dari lingkungan ke
tubuhnya.
Ventilasi(rongga aliran udara/air) agar selalu memperoleh udara atau air yang segar
terjadi dengan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan silia, dan kontraksi kaki
ambulakral (Echinodermata). Pada Annelida sistem pembuluh darah telah sangat berkembang
dan mempunyai pigmen pernafasan, O2 diambil oleh kulit atau struktur semacam insang.
Cacing laut membuat lubang mempunyai mekanisme untuk mengalirkan air sepanjang
tubuhnya.
a. . Sistem Pernapasan pada Porifera
Porifera bernapas dengan cara memasukkan air melalui pori-pori (ostium) yang
terdapat pada seluruh permukaan tubuhnya, masuk ke dalam rongga spongocoel.
Proses pernapasan selanjutnya dilakukan oleh sel leher (koanosit), yaitu sel yang
berbatasan langsung dengan rongga spongocoel. Aliran air yang masuk melalui
ostium menuju rongga spongocoel membawa oksigen sekaligus zat-zat makanan.
Pengikatan O2 dan pelepasan CO2 dilakukan oleh sel leher (koanosit). Selain
melakukan fungsi pernapasan, sel leher sekaligus melakukan proses pencernaan dan
sirkulasi zat makanan. Selanjutnya, air keluar melalui oskulum.

b. Sistem Respirasi pada Vermes (Cacing)


Sebagian besar Vermes bernapas menggunakan permukaan tubuhnya,
misalnya anggota filum Platyhelminthes yaitu Planaria dan anggota filum Annelida
yaitu cacing tanah (Pheretima sp.). Namun, pada beberapa Annelida bernapas
dengan insang, misalnya Annelida yang hidup di air yaitu Polychaeta (golongan
cacing berambut banyak) ini bernapas menggunakan sepasang porapodia yang
berubah menjadi insang.

b. Respirasi Pada Mollusca


Mollusca hidup di berbagai habitat seperti di laut, air payau, air tawar atau di
darat. Sehingga memiliki berbagai mekanisme respirasi. Mollusca yang hidup di laut
bernafas dengan insang. Aliran air arahnya berlawanan dengan arah aliran darah, hal
ini menyebabkan peng-ambilan O2 oleh insang menjadi lebih efisien.
Siput pulmonata air tawar tidak mempunyai insang tetapi mempunyai rongga mantel yang
dimodifikasi menjadi paru-paru. Mollusca yang hidup di pantai juga bernafas dengan udara,
tetapi masih dapat bernafas dengan air.
Gastropoda yang hidup di daerah pasang surut pada waktu air pasang dapat menyimpan
udara dengan mantelnya sehingga dapat bernafas terus sedang insang tidak berfungsi kecuali
pada air yang mengalir. Pada Gastropoda yang hidup di pantai, untuk menghindari
penguapan ketika air surut, dilengkapi operkulum yang dapat menutup rapat lubang
rumahnya jika tubuhnya ditarik ke dalam.

c. Respirasi Pada Arthropoda (Chelicerata dan Insecta)


Arthropoda merupakan golongan hewan yg berhasil menghuni daratan, karena
memiliki eksoskeleton yang tidak dpt ditembus oleh air melindungi dirinya dari
kekeringan. Chelicerata tingkat rendah yang hidup di air (Limulus) bernafas dengan
insang buku, sedangkan yang tingkat tinggi (bangsa laba-laba atau Arachnida)
bernafas dengan paru-paru buku.

Insang buku (book gills) terjadi karena eksvaginasi dari permukaan luar tubuhnya (kiri-
kanan tubuhnya) masing-masing terdiri atas 100 lembaran tipis. Ventilasi disebabkan karena
gerakan otot yang menggerakkan insang secara ritmis. Paru-paru buku (book
lungs) merupakan invaginasi dari permukaan tubuh dan di dalamnya membentuk helaian-
helaian dalam sebuah rongga, yang memiliki lubang keluar (spirakel). Pada beberapa jenis
spirakel dapat membuka dan menutup untuk mencegah kehilangan air pada beberapa jenis
yang lain otot dapat menggerakkan paru-paru buku sehingga terjadi ventilasi udara.
Pernafasan pada Arachnida hanya dilakukan oleh paru-paru buku, sehingga jika paru-paru
buku dipotong pernafasan akan berhenti. Beberapa jenis Arachnida seperti serangga
mempunyai sistem pernafasan dengan trakea. Sistem trakea merupakan sistem untuk
mengambil O2 dari udara, mendistribusikan-nya keseluruh tubuh dan mengeluarkan CO2.
Beberapa jenis larva serangga yang hidup di air mempunyai insang trakea (tracheal gills)
atau insang rektum (rectal gills). Serangga yang habitatnya air di sekitar spirakel terdapat
plastron (daerah yang berserabut halus tempat menyimpan lapisan udara).

3. Respirasi pada Arthopoda(Crustacea)


Crustacea bernafas dengan insang yang sangat efisien dilengkapi dengan mekanisme
untuk ventilasi air yang konstan. Insang udang merupakan insang luar yang banyak
mengandung pembuluh darah dengan selaput yang tipis sehingga mudah terjadi pertukaran
gas secara difusi. Biasanya insang terletak pada ruangan (branchial chamber) yang dilengkapi
dengan penutup (karapaks).
Modifikasi insang tergantung pada lingkungannya, semakin tinggi kemmpuan hidup di
darat insang akan direduksi. Contoh:
- kepiting yang hidup di daerah low tidal mempunyai 26 buah insang, di zona intertidal
mempunyai 18 buah insang, sementara yang hidup di pantai 12 buah insang.
Pada beberapa kepiting darat terjadi sirkulasi udara pada rongga insang dan insang
merupakan tonjolan pada rongga insang yang berfungsi untuk pertukaran gas. Kecepatan
ventilasi berbeda-beda tergantung kepada jenis dan lingkungannya. konsentrasi CO2 akan
menaikkan ventilasi pada beberapa jenis udang, tapi pada jenis yang lain ventilasi akan
menjadi berkurang.
B.Sistem Respirasi Hewan Vertebrata :

1, Pada pisces (ikan),

Organ respirasinya adalah insang, insang juga berfungsi untuk ekskresi dan transpor
garam-garam. Tapi beberapa ikan dapat bernafas dengan kulit. Oksigen yang larut dalam air
sangat rendah, sehingga diperlukan banyak air melalui insang. Aliran air pada insang
berlawanan dengan aliran darah. Darah mengalir masuk dasar filamen insang melalui sebuah
arteri dan mengalir melalui lamel sekunder dalam pembuluh kapiler. Keadaan ini sangat
bermanfaat karena darah dapat mengabsorpsi O2 semaksimal mungkin.
Pada Chondrichthyes ventilasi disebabkan karena tekan-an dimuka insang dan tarikan
dari belakang insang. Mekanisme ventilasi pada ikan yang selalu berenang disebabkan arus
air masuk ke mulut yang disalurkan ke belakang. Cara ini dapat terlihat pula pada ikan Hiu
dan Tuna.
Ikan lain misalnya gabus, lele, dan ikan betok mempunyai alat tambahan yang
memungkinkan pertukaran gas dari udara. Ikan-ikan ini dapat hidup di air yang kotor dan
mengambil udara untuk mencukupi kebutuhan O2.

2. Pada Amphibia,

Pada stadium larva pernafasan berlangsung melalui insang yang terbentuk dari
perluasan epithelium pharynk. Pada katak dewasa bernafas dengan paru-paru, tapi belum
sebaik paru-paru mamalia. Katak juga dapat bernafas dengan kulitnya, dengan syarat kulit
dalam keadaan basah.
3. Pada Reptilia

Kebanyakan reptil mempunyai paru-paru yang masih sederhana. Pembuluh trakea


mempunyai penebalan sirkuler dari tulang rawan. Pada sejenis bunglon terdapat kantung
udara pada rongga tubuhnya yang berhubungan dengan paru-parunya seperti pada aves,
sehingga tubuh bunglon dapat membesar.
Seperti amphibi, reptil mempunyai tipe respirasi sbb:
- Pernafasan paru-paru
- Pernafasan kulit (untuk yang hidup di air)
Ventilasi paru-paru pada reptil sangat penting dalam proses pertukaran gas. Udara masuk
karena rongga dada membesar dengan bantuan tulang rusuk. Jadi inspirasi dilakukan secara
aktif sedang ekspirasi secara pasif karena paru-paru sifatnya elastis.
Pada jenis bunglon, bernafas mulai dari ekspirasi, jika udara didorong ke luar paru-paru,
kemudian diikuti oleh inspirasi yang cepat. Paru-paru mengembang, dan dibiarkan sementara,
kemudian terjadi proses pernafasan berikutnya.
4. Pada aves (burung),

Burung merupakan hewan yang metabolismenya sangat tinggi, karena itu konsumsi
O2nya sangat tinggi.untuk mengimbanginya burung mempunyai cara ventilasi yang sangat
efisien karena mempunyai struktur paru-paru yang berkembang. Salah satu perbandingannya
adalah mempunyai kantung udara yang mengisi berbagai bagian tubuh yaitu di antara rongga
tubuh, otot dan bahkan dalam tulang anggota.
Kantung udara merupakan pelebaran dari bronki yang mengisi kira-kira 80 % rongga
tubuh. Trakea mempunyai penebalan sel rawan berupa cincin. Jika otot interkosta luar
berkontraksi, tulang rusuk bergerak ke luar (ke depan) sedangkan tulang dada bergerak ke
bawah, hal ini menyebabkan rongga dada bertambah besar. Tekanan di rongga dada-perut
turun dan terjadi pengisapan udara masuk paru-paru dan kantung udara.
Paru-paru burung tidak mempunyai alveoli. Paru-paru dibentuk oleh pembuluh-
pembuluh bronkial, yang terbesar satu buah disebut mesobronkus. Mesobronkus
berhubungan dengan bronkus primer. Dari mesobronkus keluar dua set bronki sekunder yaitu
bronkus sekunder anterior dan bronkus sekunder posterior. Bronki sekunder membentuk
paru-paru burung dan dibangun sejumlah besar parabronki ( 1000 buah) dengan diameter
0,5 mm. Pada parabronki terdapat kapiler dan disinilah tempat terjadinya pertukaran gas.
Udara mengalir melalui parabronki baik pada waktu inspirasi atau pada ekspirasi, karena itu
paru-paru burung lebih efisien dari paru-paru mamalia.
Udara pada parabronki dengan mudah O2 nya berdifusi ke pembuluh darah. Sewaktu
burung terbang membutuhkan udara lebih banyak O2. Gerakan sternum secara ritmis pada
waktu terbang membantu menambah ventilasi udara. Jadi secara otomatis burung pada
waktu terbang paru-parunya dapat menyerap O2 lebih banyak daripada waktu tidak terbang.

5. Pada mamalia

Adanya diafragma merupakan sumbangan yang besar untuk pernafasan mamalia yang
memerlukan banyak O2 karena aktivitas dan kecepatan metabolismenya tinggi. Paru-paru
mammalia terletak di rongga dada di dalam selaput pleura. Jika otot radial dan otot melingkar
diafragma berkontraksi, diafragma turun dan volume rongga dada bertambah besar.
Pada mammalia udara masuk paru-paru melalui lubang hidungyang berfungsi sebagai
saringan dan juga memanaskan udara pernafasan. Dari rongga hidung masuk faring dan juga
terbuka ke rongga mulut. Dari faring masuk trakea. Epiglotis melindungi agar makanan tidak
masuk ke laring dan trakea pada waktu menelan. Laring merupakan pangkal tenggorok dan
dapat menghasilkan suara karena terjadi getaran pada selaput suara (vocal cord).

Inspirasi
Selama inspirasi rongga intratoraks bertambah besar. Gerakan diafragma menyebabkan
75 % bertambah besar pada nafas biasa. Pada manusia waktu inspirasi diafragma turun 1-5
cm menyebabkan rongga dada bertanbah dan terjadi perbedaan tekanan lebih besar antara
udara luar dan rongga intratoraks. Karena itu paru-paru mengembang karena menghisap
udara 500 ml. Pernafasan dengan penggunakan diafragma disebut pernafasan perut.
Membesarnya rongga dada dapat pula dengan kontraksi otot interkosta. Yang menyebabkan
tulang rusuk terangkat. Dengan demikian rongga dada akan bertambah volumenya.
Pernafasan ini disebut pernafasan dada.

Ekspirasi
Tekanan intratoraks bertambah karena diafragma dan tulang rusukkembali kepada
kedudukan semula. Hal ini menyebabkan udara di paru-paru didorong keluar karena tekanan
intratoraks bertambah dan elastisitas, paru-paru itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai