Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
Rahmat dan Karunianya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum kami yang berjudul “
Mengukur Volume Udara Pernapasan pada Belalang “ ini tepat pada waktu yang telah
ditetapkan oleh pembimbing akademik.

Dalam laporan ini kami membahan bagaimana suatu mahluk hidup bernapas, ukuran
volume yang dibutuhkan dan sebagainya. Dalam laporan ini kami juga mencantumkan
perbedaan yang terjadi terhadap dua objek penelitian.

Dalam makalah ini tidak terlepas dari kerja sama yang baik, dan kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihan yang telah membantu proses didalamnya. Terima kasih
kami ucapkan kepada :

 Guru pembimbing akademik : Ibu Rita Wahyuningsih, S.Pd


 Teman-teman satu kelompok, serta pihak – pihak lainnya.

Laporan yang telah kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan karena kami
mencantumkan apa yang telah kami amati mungkin berbeda dengan teori yang menyatakan
hal tersebut. Untuk itu, pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar sempurnanya serta
bermanfaatnya laporan ini.

Sekian kata dari kami, kami ucapkan terima kasih.

Mataram, 15 Pebruari 2015

Penyusun,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................i

Dafar Isi ............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................1

1. Latar Belakang ......................................................................................................1


2. Rumusan masalah .................................................................................................2
3. Tujuan ...................................................................................................................2
4. Manfaat .................................................................................................................2

BAB 2 LANDASAN TEORI .........................................................................................3

1. Respirasi ...............................................................................................................3
2. Jenis respirasi ........................................................................................................3
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi .............................................3
4. Respirasi pada serangga ........................................................................................4
5. Belalang ................................................................................................................6
6. Respirometer sederhana ........................................................................................6

BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................................8

1. Waktu dan tempat .................................................................................................8


2. Alat dan bahan ......................................................................................................8
3. Cara kerja ..............................................................................................................8
4. Rumus ...................................................................................................................9
5. Analisis data ..........................................................................................................9

BAB 4 PENGAMATAN ..............................................................................................10

1. Tabel hasil pengamatan ......................................................................................10

BAB 5 PEMBAHASAN ...............................................................................................11

1. Pembahasan ........................................................................................................11
2. Pertanyaan ..........................................................................................................13
BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN .............................................................................15

1. Kesimpulan .........................................................................................................15
2. Saran ...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHUAN

1.1 Latar belakang


Pernapasan adalah pertukaran gas yang dibutuhkan untuk metabolism dalam tubuh.
Hewan memiliki alat-alat pernapasan yang berbeda-beda. Mammalia, Reptilia, dan
Amphibia memiliki saluran pernapasan berupa paruparu. Cacing (Annelida) dan
Amphibia memiliki kulit yang berfungsi juga sebagai tempat pertukaran gas. Ikan
mengambil oksigen yang berada di lingkungannya (air) dengan menggunakan sistem
insang.

Sebagian besar Arthropoda, terutama serangga, telah memiliki system saluran


pernapasan. Meskipun demikian, terdapat kelebihan dan kekurangan pada setiap
mekanisme pernapasan yang dimiliki oleh setiap makhluk. Misalnya, katak yang
memiliki dua jenis mekanisme respirasi, tetap tidak dapat berada lama di darat karena
adanya ancaman dehidrasi. Paru-paru tidak mampu mengikat udara yang terlarut dalam
air, tetapi sistem pernapasan ini menguntungkan untuk hidup di daratan karena letaknya
di dalam saluran pernapasan sehingga paru-paru terhindar daripenguapan air yang
berlebihan.

Serangga adalah kelompok Arthropoda yang paling banyak jenisnya. Meskipun


serangga memiliki sistem peredaran darah terbuka, namun system pernapasan serangga
langsung mencapai jaringannya lewat saluran yang disebutsistem trakea. Sistem trakea
memiliki saluran-saluran tempat pertukaran udara yang bermuara di stigma atau
spirakel, yaitu berupa lubang kecil yang berada di kedua tepi setiap ruas tubuh
serangga. Spirakel memiliki bulu-bulu untuk menyaring kotoran. Spirakel juga
memiliki katup. Dengan cara mengontraksikan otot-otot yang berhubungan dengan
katup-katup tersebut, serangga dapat mengatur membuka dan menutupnya spirakel.

Dalam tubuh serangga, terdapat trakea yang memanjang di sepanjang tubuhnya. Trakea
itu bercabang-cabang menjadi saluran-saluran udara yang sangat kecil yang disebut
trakeolus. Trakeolus bersentuhan langsung dengan jaringan dalam tubuh serangga.
Ujung trakeolus memiliki cairan. Pada cairan inilah, oksigen dalam udara yang masuk
ke dalam sistem trakea, berdifusi masuk ke dalam sel-sel jaringannya. Sebaliknya,
karbon dioksida juga keluar melalui trakeolus.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apakah proses respirasi pada serangga membutuhkan oksigen ?
1.2.2 Apakah pada proses respirasi, serangga menghasilkan karbon dioksida ?
1.2.3 Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada
serangga pada saat proses respirasi ?
1.2.4 Bagaimana cara menghitung rata-rata respirasi serangga tiap menit ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apakah proses respirasi pada serangga membutuhkan
oksigen.
1.3.2 Untuk mengetahui apakah pada proses respirasi, serangga menghasilkan
karbon dioksida.
1.3.3 Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
kebutuhan oksigen pada serangga pada saat proses respirasi.
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara menghitung rata-rata
respirasi serangga tiap menit.

1.4 Manfaat
Manfaat diadakannya praktikum ini adalah :
1.4.1 Praktikan dapat memenuhi persyaratan nilai dalam mata pelajaran biologi.
1.4.2 Praktikan dapat memahami proses respirasi pada serangga.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respirasi
Respirasi atau oksidasi glukosa secara lengkap merupakan proses pembentukan energy
yang utama untuk kebanyakan sel. Pada waktu glukosa dipecah dalam suatu rangkaian
reaksi enzimatis, beberapa energy dibebaskan dan diubah menjadi bentuk ikatan
phosphate bertenaga tinggi (ATP)dan sebagian lagi hilang sebagai panas. Proses
keseluruhan dari respirasi merupakan reaksi oksidasi reduksi, yaitu senyawa dioksidasi
menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk H2O. pati, fruktan,
sukrosa, atau gula lainnya, lemak, asam organic, protein dapat bertindak sebagai
substrat respirasi. Respirasi umum glukosa, dapat ditulis sebagai berikut:

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energy (ATP + panas)

Respirasi merupakan rangkaian dari 50 atau lebih reaksi komponen, masing-masing


dikatalisis oleh enzim yang berbeda. Respirasi merupakan oksidasi yang berlangsung di
medium air, dengan pH mendekati netral, dan pada suhu sedang. Respirasi merupakan
reaksi oksidasi senyawa organic yang menghasilkan energy yang digunakan untuk
aktivitas sel dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya.

2.2 Jenis respirasi


1. Respirasi eksternal: meliputi pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di paru-paru
antara alveole dan kapiler darah.
2. Respirasi internal: meliputi pertukaran gas (O2 dan CO2) yang terjadi di tenunan:
semua proses pertukaran gas antara sel dengan cairan sel disekelilingnya.

2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi proses respirasi


1. Berat tubuh
Semakin berat tubuh suatu organisme maka, semakin banyak oksigen yang
diperlukan dalam respirasi dan juga semakin cepat proses respirasinya.
2. Suhu tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh maka kebutuhan energi semakin bnyak pula. Sehingga
kebutuhan oksigen juga semakin banyak.
3. Kegiatan
Makhluk hidup yang melakukan aktivitas tubuh memerlukan energi. Berarti semakin
berat aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya sehinga pernapasan
semakin cepat.

2.4 Respirasi pada serangga


Kelas hexapoda seringkali disebut sebagai insecta atau serangga, yang memiliki kaki
yang berjumlah emanam. Namun tidak semua anggotanya selalu memiliki kaki enam.
Golongan serangga primitif memmiliki kaki setiap ruas tubuhnya. Selama daur
hidupnya serangga mengalami pergantian bentuk yang disebut metamorfosis, dengan
jalan melakukan pengelupasan kulit yang disebut ekdisis. Metamorfosis ada dua
macam, yaitu metamorfosis tak sampurna dan metamorfosis sempurna.
Serangga dapat ditemukan di mana-mana, misalnya di air, darat, dan udara atau di
tumpukan buku-buku. Ada yang hidup bebas ada juga yang pasarit. Ada yang
mengeluarkan cahaya di malam hari, ada pula yang mengeluarkan suara yang nyaring.
Ada yang memiliki nilai ekonomi dan ada juga yang merugikan. Serangga merpakan
hewan yang paling sukses hidup didunia karena dapat beradaptasi dengan segala
kondisi lingkungan.Anggota Insekta sekitar 900.000 jenis yang berbagi menjadi 25
ordo. Insekta dipelajari dalam ilmu khusus yaitu entomologi.

Gambar 1. Grassopper
Sistem respirasi pada insecta

Gambar 2. Insecta

Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan
arthopoda lainya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka
luar (eksosleketon) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembulu silindris yang
berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel
mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya
spirakel terjadi secara teratur. Pada ummunya spirakel terbuka selama serangga
terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju
pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya trakea bercabang lagi bercabang lagi
menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan
dan alat tubuh bagian dalam.Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk
oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel
tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kalpiler pada sistem
pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Makanisme pernapasan pada serangga, misalanya belalang, adalah sebagai berikut :
Jika otot perut belalang berkontraksi, maka trekea mexrupih sehingga udara kaya
CO2 keluar. Sebaliknya, kerja otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada
volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di
luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh,
dan sebaliknya mengangkut CO2 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan
demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan
untuk mengangkut gas pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke
jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan
tabung pernapasan ke permukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam ke
dalam air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. Mempunyai gelembung
udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan vertikal. Selama menyelam,
O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi
menyerap udara dari air atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa
insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.

2.5 Belalang
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera.
Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga
memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang
biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan
atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang.
Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga
ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk
terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.

2.6 Respirometer sederhana


Respirometer sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan
pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti serangga, bunga, akar, kecambah
yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti, kecepatan pernapasan dapat
dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya oksigen yang digunakan oleh makhluk
percobaan tiap 1 gram berat tiap detik. Respirometer ini terdiri atas dua bagian yang
dapat dipisahkan, yaitu tabung spesimen (tempat hewan atau bagian tumbuhan yang
diselidiki) dan pipa kapiler berskala yang dikaliberasikan teliti hingga 0,01 ml. Kedua
bagian ini dapat disatukan amat rapat hingga kedap udara dan didudukkan pada
penumpu (landasan) kayu atau logam. Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam
pernapasan ada oksigen yang digunakan oleh organisme dan ada karbon dioksida yang
dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup
dan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat,
maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu
dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat


Waktu : Selasa, 10 Pebruari 2015
Tempat : Lab. Biologi SMA Negeri 5 Mataram
3.2 Alat dan bahan
Alat
 Respirometer sederhana
 Neraca
 Kapas
 Pipet tetes
 Stopwatch/HP
Bahan
 Belalang berjumlah 2 ekor yang memiliki berat berbeda-beda
 Kristal NaOH
 Larutan eosin
 Plastisin/vaselin

3.3 Cara kerja


1. Bungkuslah kristal NaOH menggunakan kapas atau tissu dan masukkan ke tabung
respirometer
2. Timbanglah belalang yang akan dipakai untuk praktikum, kemudian masukkan
belalang tersebut ke tabung respirometer
3. Perhatikan susunan alat dan bahan pada gambar di bawah

4. Letakkan repirometer pada tempat yang datar


5. Tutuplah sambungan antara pipa dengan bejana menggunakan vaselin agar tidak
bocor udaranya
6. Tutuplah ujung pipa kapiler dengan jari telunjuk selama 1-2 menit. Segera setelah
ujung jari dilepaskan teteskan eosin secukupnya pada ujung pipa kapiler berskala
dengan menggunakan pipet. Usahakan cairan eosin menutup ujung pipa kapiler
7. Amati perubahan kedudukan eosin setiap dua menit pada pipa kapiler berskala.
Hitunglah jarak yang ditempuh eosin setiap 1 menit
8. Hitunglah volume oksigen yang dibutuhkan belalang dalam waktu 5 menit
9. Ulangi cara kerja diatas menggunakan belalang yang berbeda beratnya
10. Tulislah hasil pengamatan dalam bentuk tabel.

3.4 Rumus
Rumus yang digunakan unutk menghitung rata-rata kapasitas paru-paru yang dimiliki
oleh 2 ekor belalang tiap menit, adalah sebagai berikut :

total waktu hasil bagi


X= = ? => =?
berat tubuh waktu
3.5 Anasilis Data
Mencari jumlah kapasitas paru-paru belalang
 Belalang jenis pertama
I – II = 2,3 – 1,2 = 1,1
II – III = 3,1 – 2,3 = 0,8
III – IV = 3,85 – 3,1 = 0,75
IV – V = 4,3 – 3,85 = 0,55
Maka, jumlah waktunya = 3,2

total waktu 3,2 hasil bagi 1,28


X= = = 1,28 => = = 0,256
berat tubuh 2,5 waktu 5

 Belalang jenis kedua


I – II = 1,85 – 1 = 0,85
II – III = 2,55 – 1,85 = 0,7
III – IV = 3,2 – 2,55 = 0,65
IV – V = 3,8 – 2,55 = 0,6
Maka, jumlah waktunya = 2,8

total waktu 2,8 hasil bagi 0,8


X= = = 0,8 => = = 0,16
berat tubuh 3,5 waktu 5
BAB 4

HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel hasil pengamatan

Kedudukan tiap 1 menit


Berat
No. Jenis Hewan
Tubuh
I II III IV V

1. Belalang 2,5 gram 1,2 2,3 3,1 3,85 4,3

2. Belalang 3,5 gram 1 1,85 2,55 3,2 3,8


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan
Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan respirometer,
digunakan larutan KOH. Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO 2, sehingga
pergerakan dari larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.
Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:

KOH + CO2 → K2CO3 + H2O


Setelah itu serangga dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian
yang berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada
ujung terbuka pipa berskala diberi setetes larutan eosin. Larutan eosin ini akan bergerak
ke arah tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang
tertutup (tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap sedangkan CO2
dihembuskan tetapi lalu diserap oleh KOH. Kecepatan larutan eosin itu bergerak ke
dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme (serangga) yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu
dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah lama pernapasan. Dalam
percobaan ini diambil tiap 1 menit sekali. Pada hitungan kenaikan interval kedua, dicari
dengan interval 2 dikurangi interval 1 dan begitu seterusnya untuk mencari kenaikan
nilai interval berikutnya.
Keberhasilan percobaan atau eksperimen ini tergantung pada bocor tidaknya alat. Pada
percobaan ini, hubungan antara tabung dan bagian berskala ditutup rapat menggunakan
plastisin. Tujuan pemberian plastisin atau vaselin yaitu agar hubungan antara tabung
dan bagian bersekala licin serta udara tidak dapat keluar masuk.
Pada percobaan ini, perubahan suhu udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air
yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena
itu percobaan ini diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar. Sebaliknya bila
suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan KOH yang
biasanya meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan
tabung tertutup, maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat
oleh KOH.
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:
1.) Jenis kelamin
Belalang atau jangkrik betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi
yang berbeda.
2.) Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2,
sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya
belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga
kedalaman pernapasan yang meningkat.
3.) Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh
tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ
pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak
banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan
tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
4.) Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang
berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta
mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan
bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan
tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak
membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar
melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya.
Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan
sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran
gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang
bergerak secara terat
5.) Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding lurus. Karena
setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar.
Semakin berat serangga semakin cepat pergerakan larutan eosin pada pipa
berskala, begitupun sebaliknya, semakin ringan serangga maka semakin lambat
pergerakan larutan eosin pada pipa berskala. Ini artinya semakin berat tubuh
serangga, akan semakin banyak membutuhkan oksigen sehingga akan semakin
cepat pernafasannya. Sebaliknya, semakin ringan tubuh serangga akan semakin
lambat respirasinya. Seperti halnya manusia apabila dia berbadan gemuk dia lebih
banyak membutuhkan oksigen sehingga akan bernafas cepat.
Berdasarkan faktor-faktor diatas, dalam praktikum ini terdapat ketidak sesuaian dengan
landasan teori.
1. Pada landasan teori disebutkan bahwa semakin besar ukuran serangga, maka
kebutuhan oksigennya akan semakin meningkat. Namun dalam percobaan yang
kami lakukan, yaitu dengan menggunakan 2 ekor belalang dengan bealang A
memiliki massa 2,5 gram dan belalang B memiliki massa 3,5 gram. Dimana
menurut landasan teori bahwa belalang B lah yang akan memerlukan oksigen lebih
tinggi, sehingga laju eosin di dalam pipa berskala akan lebih cepat. Namun tidak
demikian dalam percobaan kami. Dalam percobaan kami belalang A lah yang
menarik eosin lebih cepat. Dari penjelasan di atas kamipun mengambil kesimpulan
bahwa hal ini dipengaruhi oleh kesegaran belalang dan aktifits yang dilakukan oleh
belalang yang kami ketahui bahwa kedua belalang ini kami dapatkan dari habitat
yang berbeda.
Ada juga sumber yang menjelaskan bahwa belalang B yang memiliki massa lebih
besar memiliki laju konsumsi oksigen lebih kecil daripada belalang A. Hal ini
menyatakan bahwa praktikum yang kami lalukan sudah tepat.

5.2 Pertanyaan
1. Apakah fungsi eosin dalam pengamatan tersebut ?
Jawab : fungsi larutan eosin dalam praktikum respirasi belalang adalah agar
pergerakan laju konsumsi oksigen oleh belalang terlihat jelas dalam pipa
berskala.

2. Mengapa kristal KOH harus dibungkus ?


Jawab : Dalam praktikum respirasi belalang kristal KOH dibungkus atau dibalut
menggunakan tisu. Hal ini bertujuan agar krietal KOH tidak bersentuhan
langsung pada belalang di dalam tabung. Karena bila belalang melakukan
kontak langsung dengan kristal KOH, belalang kana mengalami
keracunan dan kematian.

3. Apa fungsi kristal KOH tersebut ?


Jawab : fungsi kristal KOH adalah untuk mengikat CO2 , sehingga pergerakan
larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen oleh
belalang.

4. Hitunglah rata-rata oksigen yang dibutuhkan oleh belalang pada tiap gram berat
tubuhnya tiap menit ?
Jawab :
 Belalang jenis pertama
I – II = 2,3 – 1,2 = 1,1
II – III = 3,1 – 2,3 = 0,8
III – IV = 3,85 – 3,1 = 0,75
IV – V = 4,3 – 3,85 = 0,55
Maka, jumlah waktunya = 3,2

total waktu 3,2 hasil bagi 1,28


X= = = 1,28 => = = 0,256
berat tubuh 2,5 waktu 5

 Belalang jenis kedua


I – II = 1,85 – 1 = 0,85
II – III = 2,55 – 1,85 = 0,7
III – IV = 3,2 – 2,55 = 0,65
IV – V = 3,8 – 2,55 = 0,6
Maka, jumlah waktunya = 2,8

total waktu 2,8 hasil bagi 0,8


X= = = 0,8 => = = 0,16
berat tubuh 3,5 waktu 5
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
6.1.1 Belalang bernafas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida.
6.1.2 Fungsi dari KOH dalam percobaan adalah untuk mengikat gas buangan
karbondioksida dari respirasi belalang.
6.1.3 Fungsi eosin pada percobaan sebagai petunjuk laju kecepatan pernafasan.
6.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi respirasi pada belalang adalah ukuran atau
berat badan tubuh belalang, ketersediaan oksigen yang cukup dalam ruangan
(respirometer), suhu ruangan.

6.2 Saran
6.2.1 Keberhasilan percobaan/eksperimen ini tergantung tergantung pada bocor
tidaknya alat. Disarankan hubungan antara tabung dan bagian berskala diolesi
dengan vaselin lalu diputar-putar.
6.2.2 Perubahan suhu udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air yang sudah
bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu
sebaiknya percobaan diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar.
Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
6.2.3 Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan KOH yang
biasanya meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang
bersih dan tabung tertutup, maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi,
karena merekat oleh KOH.
DAFTAR PUSTAKA

http://humanosinalma.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-biologi-pernapasan_21.html

http://wikispot-wikispot.blogspot.com/2012/03/makalah-tentang-respirasi-hewan.html

http://lkpdb-nh.blogspot.com/2013/03/praktikum-biologi-pada-serangga.html

http://rheeaputri.blogspot.com/2012/11/laporan-praktikum-biologi-respirasi.html

http://febriani61.blogspot.com/2013/09/laporan-praktikum-biologi-tentang.html

http://mayaafi.blogspot.com/2013/04/laporan-respirasi-serangga.html

http://nuraininafisah.blogspot.com/2014/02/laporan-praktikum-respirasi-pada.html

http://biologiscient.blogspot.com/2012/05/makalah-praktikum-perkembangan-hewan.html
LAMPIRAN

# Alat

Nama alat Gambar Fungsi


Untuk
mengukur
kecepatan
pernapasan
beberapa
Respirometer macam
sederhana organisme
hidup seperti
serangga,
bunga, akar,
kecambah yang
segar.

Untuk
Neraca mengetahui
massa belalang.

Untuk
membersihkan
Kapas / tisu kotoran selama
proses
praktikum.
Untuk
mengambil
larutan eosin
Pipet tetes
yang akan di
teteskan pada
pipa berskala.

Untuk
mengetahui
Stopwatch / waktu yang
HP ditempuh
larutan eosin
tiap menitnya

# Bahan

Nama bahan Gambar Fungsi


Sebagai
komponen
Belalang
utama
praktikum.

Mengikat
Krostal KOH
oksigen.

Memperjelas
laju konsumsi
Larutan eosin
oksigen pada
pipa berskala.

Menutup celah
antar tabung
dengan pipa
Plastisin/vaselin berskala agar
tidak terjadi
pertukaran
udara.

# proses praktikum

Gambar Keterangan
Menimbang belalang

Merakit alat

Mengamati pergerakan
laju eosin

Memasukan belalang ke
dalam tabung
Mengolesi tabung
dengan vaselin

Menetesi ujung pipa


berskala dengan larutan
eosin

Anda mungkin juga menyukai