Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat
kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu
ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Sistem Respirasi ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kita
peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan sistem respirasi pada hewan
vertebrata dan invertebrata serta infomasi dari media massa yang berhubungan
dengan sistem respirasi pada hewan vertebrata dan invertebrata, tak lupa kita
ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah fisiologi hewan atas bimbingan
dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah mendukung sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai sistem respirasi
pada hewan vertebrata dan invertebrata, khususnya bagi tim penyusun. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka tim penyusun mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3

Tujuan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1.

Pengertian Sistem Respirasi......................................................................3

2.2.

Fungsi Sistem Respirasi............................................................................3

2.3.

Pertukaran Gas dan Pengaturan Respirasi.................................................4

BAB III..................................................................................................................31
PENUTUP..............................................................................................................31
3.1.

Kesimpulan..............................................................................................31

3.2.

Saran........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................32

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke
dalam tubuh serta membuang CO 2 dari dalam tubuh.Kita sering mendengar
istilah respirasi eksternal dan internal. Pada dasarnya, pengertian respirasi
eksternal sama dengan bernapas, sedangkan respirasi internal atau respirasi
seluler ialah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan zat
sisa metabolisme sel yang berupa CO2. Penyelenggaraan respirasi harus
didukung oleh alat pernapasan yang sesuai, yaitu alat yang dapat digunakan
oleh hewan untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Alat yang
dimaksud dapat berupa alat pernapasan khusus ataupun tidak.
Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya digunakan dalam
proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.Sebenarnya, hewan dapat
menghasilkan ATP tanpa oksigen.Proses semacam itu disebut respirasi
anaerob. Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat menghasilkan ATP dalam
jumlah banyak. Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak
ialah respirasi aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa hanya
menghasilkan dua molekul ATP, sementara dalam proses aerob, molekul yang
sama akan menghasilkan 36 atau 38 molekul ATP.Oleh karena itu, hampir
semua hewan sangat sangat bergantung pada proses respirasi (pembentukan
ATP) secara aerob.Respirasi sel (internal) akan menghasilkan zat sisa berupa
CO2 dan air,yang harus segera dikeluarkan dari sel.(Isnaeni, 2006:191-192)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4

Apa pengertian Sistem Respirasi?


Apakah fungsi Sistem Respirasi?
Bagaimana mekanisme pertukaran gas dan pengaturan respirasi?
Bagaimana mekanisme respirasi pada vertebrata dan invertebrata?

1.3 Tujuan

1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4

Untuk mengetahui pengertian Sistem Respirasi


Untuk mengetahui fungsi Sistem Respirasi
Untuk mengetahui mekanisme pertukaran gas dan pengaturan respirasi
Untuk mengetahui respirasi pada vertebrata dan invertebrata

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Sistem Respirasi


Sistem respirasi merupakan suatu sistem organ yang berperan dalam
pertukaran gas dalam tubuh. Gas tersebut berupa oksigen dan karbondioksida
yang mana darah yang mengandung CO2 yang kotor diganti dengan O2 yang
bersih. Nantinya CO2 akan dikeluarkan dari dalam tubuh sehingga CO 2 yang
merugikan bagi tubuh dapat dikeluarkan melalui sistem respirasi ini.
Pernapasan atau respirasi merupakan serangkaian langkah proses
pengambilan oksigen dan pengeluaran sisa berupa karbondioksida dan uap
air. Oksigen diperlukan oleh seluruh sel-sel tubuh dalam reaksi biokimia
(oksidasi biologi) untuk menghasilkan energi berupa ATP (adenosin tri
phosphat). Reaksi tersebut menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan
uap air yang kemudian dihembuskan keluar. Jadi tujuan respirasi sebenarnya
adalah untuk membentuk ATP yang diperlukan untuk seluruh aktivitas
kehidupan.

2.2.

Fungsi Sistem Respirasi


Adapun beberapa fungsi sistem respirasi bagi makhluk hidup antara
lain:
1. Menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan
sistem aliran darah.
2. Sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru.
3. Melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur,
dan berbagai keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi
sistem respirasi itu sendiri dan jaringan lain dari patogen.
4. Sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan
bentuk komunikasi lainnya.
5. Memfasilitasi deteksi stimulus olfactory dengan adanya reseptor
olfactory di superior portion pada rongga hidung.

2.3.

Pertukaran Gas dan Pengaturan Respirasi

1. Perbedaan Pertukaran Gas di Air dan di Darat


Pertukaran gas antara tubuh hewan dan lingkungannya selalu terjadi
pada lingkungan aquatic maupun terrestrial. Bernafas, baik di udara
ataupun di air, masing-masing mengandung keuntungan dan kerugian.
Bagi hewan yang bernafas yang di air, kerugian yang pertama ialah
adanya kenyataan bahwa dibandingkan dengan udara, molekul air jauh
lebih padat dan lebih sulit bergerak atau mengalir. Molekul air kira-kira
1000 kali lebih padat dan 60 kali lebih sulit mengalir dari pada udara. Jadi,
dibandingkan dengan udara, air jauh lebih sulit mengalir ke organ
pernafasan. Oleh

karena

itu,

untuk mengalirkan

air

ke

organ

pernafasannya, hewan aquatik harus mengeluarkan energi lebih banyak


dari pada energi yang digunakan oleh hewan terrestrial.
Berbeda dari hewan aquatic, hewan yang bernafas di udara
memperoleh keuntungan karena tidak memerlukan banyak energi untuk
mengalirkan udara ke dalam organ pernafasannya. Akan tetapi, hewan
yang bernafas di udara harus mengeluarkan energi tambahan untuk
melawan gaya gravitasi.
Kandungan oksigen dalam air jauh lebih rendah dari pada kandungan
oksigen di udara. Kandungan oksigen dalam air adalah 10 ml O 2 per liter,
sedangkan kandungan oksigen di udara 200 ml per liter. Jadi, hewan yang
bernafas di udara lebih mudah memperoleh oksigen dari pada hewan
akuatik.
Namun, hewan akuatik memperoleh keuntungan lain. Berkaitan
dengan tingginya kelarutan CO2 dalam air, yang mencapai 20-30 kali lebih
besar dari pada kelarutannya di udara. Hal ini menyebabkan hewan akuatik
sangat mudah membuang CO2 ke lingkungannya, dan hampir tidak
memiliki masalah yang berkaitan dengan pembuangan CO2. Berkaitan
dengan hal itu, rangsang utama untuk bernafas pada hewan akuatik adalah
O2, sedangkan pada hewan terrestrial, stimulus utama untuk bermafas
adalah CO2.

Air mempunyai kapasitas lebih panas dari pada udara. Hal ini
berarti bahwa air lebih efektif untuk mengurangi panas dan suhunya tidak
mudah berubah. Keadaan ini sangat menguntukan bagi hewan yang hidup
di air, yang umumnya bersifat ektotermik. Berbeda dengan air, udara
memiliki kapasitas panas yang rendah sehingga suhu udara sangat mudah
berubah.
2. Mekanisme Transportasi O2 dan CO2
a. Transportasi O2
Transpor oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara, yaitu dengan cara
sederhana (terlarut dalam plasma darah ) atau dengan cara diikat oleh
pigmen respirasi, yaitu senyawa khusus yang dapat mengikat dan melepas
oksigen secara bolak-balik. Beberapa hewan invertebrata sederhana
mentranspor

oksigen

dengan

cara

melarutkannya

dalam

darah.

Sebenarnya, cara semacam itu tidak efektif, namun masih dapat memenuhi
kebutuhan tersebut karena invertebrata sederhana umumnya memiliki
tingkat metabolisme yang tendah.
Hewan yang memiliki tingkat perkembangan lebih tinggi biasanya
mempunyai aktifitas metabolisme yang lebih tinggi dan ukuran tubuh lebih
besar. Mereka memerlukan oksigen dalam jumlah yang lebih besar pula.
Oleh karena itu, hewan tingkat tinggi memerlukan cara pengangkutan
oksigen yang lebih efektif, yakni dengan bantuan pigmen respirasi.
Pigmen respirasi merupakan protein dalam darah (dalam sel darah
atau plasma) yangg memiliki afinitas/ daya gabung tinggi terhadap
oksigen. Pigmen respirasi sangat diperlukan oleh darah / cairan tubuh
untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen. Ada beberapa
macam pigmen respirasi yang dapat ditemukan pada berbagai hewan,
seperti yang disajikan pada tabel 8.1.
Keberadaan pigmen respirasi dalam darah/ cairan tubuh benar-benar
dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen secara bermakna.
Sebagai contoh, keberadaan pigmen hemoglobin dalam darah mamalia
dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan O2 oleh darah sebesar 20 kali
lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat membawa 20 ml oksigen. Tanpa
hemoglobin, darah hanya dapat mengangkut oksigen sebanyak 1 ml per
100 ml darah.
5

Tabel 8.1 Berbagai macam pigmen respirasi pada hewan dan ciri-cirinya

Nama Pigmen Jenis

Lokasi

Warna Pigmen

Contoh

Logam

Hewan
Teroksigenasi Tak
Teroksigenasi

Hemosianin

Cu++

Plasma

Biru

Tak berwarna ketam, udang


laut,

siput

(Gastropoda),
Klorokruorin Fe

++

Plasma

Hijau

cephalopoda.
Cacing

Hijau

Polokhaeta
(pada keempat
Hemeritrin

++

Fe

Plasma dan Merah

familinya
Kuning pucat Sipunkulid,

sel darah

brakhiopoda,
beberapa

++

Hemoglobin Fe

Plasma dan Merah

Keunguan

sel darah

Annelida
Beberapa
cacing pipih,
beberapa
Moluska,
hampir semua
Vertebrata

Hemoglobin (biasa disingkat Hb) merupakan pigmen respiratori


yang paling dikenal, paling banyak dijumpai, dan cara kerjanya paling
efisien. Hb ditemukan dalam darah manusia, Protozoa, dan kebanyakan
filum hewan. Hb tersusun atas senyawa porfirin besi (hemin) yang
berikatan

dengan

protein

globin.

Pada

daerah

yang

memiliki

tekanan/konsentrasi oksigen tinggi, seperti pada permukaan alveoli paru-

paru, Hb sangat mudah berikatan dengan oksigen dan membentuk


oksihemoglobin.
Tekanan O2 tinggi
Hb + O2

HbO2

Penggabungan Hb dan O2 menjadi HbO2 atau proses kebalikannya


dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi oksigen di
lingkungan hewan, seperti telah diuraikan sebelumnya. Konsentrasi
oksigen di suatu lingkungan akan menentukan besarnya tekanan parsial
gas tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap kejenuhan Hb oleh
oksigen.
Kurva pelepasan oksigen Hb untuk memperlihatkan pengaruh pH,
Jika pH turun afinitas Hb terhadap oksigen berkurang dan lebih mudah
melepas oksigen ke jaringan (efek Bohr).
b. Transportasi CO2
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa aktivitas metabolisme
sel akan menghasilkan zat sisa, antara lain CO 2 dan air. Air yang terbentuk
dari proses tersebut dinamakan air metabolik. Keberadaan air metabolik di
dalam tubuh tidak menimbulkan masalah yang rumit karena masih dapat
dimanfaatkan oleh sel tubuh. Namun, keberadaan CO 2 dapat menimbulkan
gangguan fisiologis yang penting. CO2 sangat mudah berikatan dengan air
membentuk asam karbonat yang meiliki kekuatan untuk menciptakan
kondisi asam. Oleh karena itu, CO2 yang terbentuk di jaringan harus segera
diangkut dan dikeluarkan dari tubuh.
Reaksi antara CO2 dan air terjadi melalui persamaan reaksi berikut:
CO2 + H2O

H2CO3

Reaksi pembentukan asam karbonat dapat terjadi dalam cairan


jaringan/ruang ekstrasel, plasma, maupun di dalam sel darah merah.
Pembentukan asam karbonat (H2CO3) yang terjadi di dalam sel darah
merah berlangsung sangat cepat (disebut reaksi cepat) karena di dalamnya
terdapat enzim kaobonat anhidrase yang berperan sebagai katalis.
Darah mengangkut CO2 dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai
senyawa karbamino (ikatan antara CO2 dan Hb), asam karbonat (H2CO3),
hasil reaksi antara CO2 dan air), ion karbonat (HCO3-) dan senyawa
bikarbonat (NaHCO3 dan KHCO3, bentuk yang paling banyak). H2CO3
merupakan senyawa asam yang labil dan mudah terionisasi dengan
menghasilkan ion H+ dan HCO3-. Akan tetapi, transpor CO2 dalam bentuk
H2CO3 dan HCO3- sering kali menyebabkan terjadinya penurunan pH
karena keduanya bersifat asam. Keadaan jaringan yang asam akan dapat
mengganggu kerja enzim dan aktifitas metabolisme sel.
Oleh karena itu, peluang timbulnya suasana asam harus dihindarkan
dengan cara membentuk senyawa yang bersifat sedikit basa (senyawa
bikarbonat). Dalam proses tersebut, ion HCO3- (ion bikarbonat) akan
berikatan dengan ion Na+ atau K+ yang banyak terdapat dalam jaringan,
membentuk NaHCO3 dan KHCO3 (senyawa bikarbonat).
Pengangkutan CO2 dalam bentuk senyawa bikarbonat merupakan
cara

untuk

mempertahankan

keseimbangan

pH.

Mekanisme

mempertahankan pH dengan cara seperti itu dinamakan mekanisme


buffering mempertahankan keseimbangan pH merupakan tugas tambahan
bagi sistem respirasi, di luar tugas utamanya untuk mentranspor O 2 dan
CO2.
2.4. Mekanisme Respirasi pada Vertebrata dan Invertebrata
2.1.1 Mekanisme pernapsan pada vertebrata
1) Sistem Respirasi Pada Ikan
Ikan bernapas pada insang yang terdapat di sisi kanan dan kiri
kepala (kecuali ikan Dipnoi yang bernapas dengan paru-paru). Selain
8

berfungsi sebagai alat pernapasan, insang juga berfungsi sebagai alat


ekskresi dan transportasi garam-garam. Oksigen dalam air akan berdifusi
ke dalam sel-sel insang. Darah di dalam pembuluh darah pada insang
mengikat oksigen dan membawanya beredar ke seluruh jaringan tubuh,
darah akan melepaskan dan mengikat karbondioksida serta membawanya
ke insang. Dari insang, karbondioksida keluar dari tubuh ke air secara
difusi.
Insang (branchia) akan tersusun atas bagian-bagian berikut ini:
a) Tutup insang (operculum). Hanya terdapat pada ikan bertulang
sejati, sedangkan pada ikan bertulang rawan, tidak terdapat tutup
insang. Operculum berfungsi melindungi bagian kepala dan mengatur
mekanisme aliran air sewaktu bernapas,
b) Membrane brankiostega (selaput tipis di tepi operculum),
berfungsi sebagai katup pada waktu air masuk ke dalam rongga mulut,
c) Lengkung insang (arkus brankialis), sebagai tempat melekatnya
tulang tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluransaluran darah dan saluran syaraf,
d) Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk
mencegah keluarnya organisme makanan melalui celah insang,
e) Daun insang, berfungsi dalam sistem pernapasan dan peredaran
darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2,
f) Lembaran (filamen) insang (holobran kialis) berwarna kemerahan,
g) Saringan insang (tapis insang) berfungsi untuk menjaga agar tidak
ada benda asing yang masuk ke dalam rongga insang.
Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda
dan selalu lembab. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air,
sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah.
Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen
mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan
O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang

sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operculum, sedangkan


insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operculum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat
pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan,
alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai
labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin
ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi
yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah ikan
gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan
labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat
punggung.
Mekanisme pernapasan pada ikan
Mekanisme pernapasan pada ikan diatur oleh mulut dan tutup
insang. Pada waktu tutup insang mengembang, membran brankiostega
menempel rapat pada tubuh, sehingga air masuk lewat mulut. Sebaliknya
jika mulut ditutup, tutup insang mengempis, rongga faring menyempit,
dan membran brankiostega melonggar sehingga air keluar melalui celah
dari tutup insang. Air dengan oksigen yang larut di dalamnya membasahi
filamen insang yang penuh kapiler darah dan karbon dioksida ikut keluar
dari tubuh bersama air melalu celah tutup insang. Ikan juga mempuyai
gelembung renang yang berfungsi untuk menyimpan oksigen dan
membantu gerakan ikan naik turun.
Pada beberapa jenis ikan, misalnya gabus, lele atau gurami, rongga
insangnya mempunyai perluasan ke atas yang berupa lipatan-lipatan
tidak teratur yang disebut labirin. Rongga labirin berfungsi menyimpan
udara sehingga jenis ikan tersebut dapat hidup di air kotor dan
kekurangan oksigen.

10

Hal-hal yang berkaitan dengan sistem pernapasan ialah perairan


harus mengandung O2 cukup banyak bila perairan kurang O2, ikan akan
menuju ke permukaan, ke tempat pemasukkan air dan menuju tempat air
yang berarus. Selain itu daun insang harus dalam keadaan lembab.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2 antara
lain :
1. Ukuran dan umur (standia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan lebih
banyak O2,
2. Aktivitas ikan : yang aktif berenang perlu lebih banyak O2,
3. Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan lebih banyak O2.
Sistem Pernapasan pada Ikan Bertulang Sejati
Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan mas. Insang ikan mas
tersimpan dalam rongga insang yang terlindung oleh tutup insang
(operkulum). Perhatikan Gambar 1. Insang ikan mas terdiri dari lengkung
insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang
yang berfungsi untuk menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan
filamen atau lembaran insang. Filamen insang tersusun atas jaringan
lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena mempunyai
banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang.
Di tempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung.

11

Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang
secara difusi. Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke
seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah
menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan
pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan berulangulang.
Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui
mekanisme inspirasi dan ekspirasi.

12

a) Fase inspirasi
Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap
menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,
sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara
dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut
membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. Perhatikan
gambar di samping.
b) Fase ekspirasi
Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup.
Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah insang.
Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh
lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara
pernapasan. Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari
air.
Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang
membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh
darah dari jaringan akan bermuara ke insang, dan dari insang
diekskresikan keluar tubuh.

Sistem Pernapasan Pada Ikan Bertulang Rawan


Insang ikan bertulang rawan tidak mempunyai tutup insang
(operkulum) misalnya pada ikan hiu. Masuk dan keluarnya udara dari
rongga mulut, disebabkan oleh perubahan tekanan pada rongga mulut
yang ditimbulkan oleh perubahan volume rongga mulut akibat gerakan
naik turun rongga mulut.
Bila dasar mulut bergerak ke bawah, volume rongga mulut
bertambah, sehingga tekanannya lebih kecil dari tekanan air di
13

sekitarnya. Akibatnya, air mengalir ke rongga mulut melalui celah mulut


yang pada akhirnya terjadilah proses inspirasi.
Bila dasar mulut bergerak ke atas, volume rongga mulut mengecil,
tekanannya naik, celah mulut tertutup, sehingga air mengalir ke luar
melalui celah insang dan terjadilah proses ekspirasi CO2. Pada saat inilah
terjadi pertukaran gas O2 dan CO2
Sistem Pernapasan Pada Ikan Lele
Ikan lele mempunyai alat pernapasan berupa insang serta labirin
sebagai alat pernapasan tambahannya. Alat pernapasan lele terletak di
kepala bagian belakang. Insang pada ikan merupakan komponen penting
dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan
yang mengeras dengan beberapa filamen insang di dalamnya. Setiap
filamen insang terdiri atas banyak lamela yang merupakan tempat
pertukaran gas.
Bentuk alat pernapasan tambahan (labirin) ikan lele seperti
rimbunan dedaunan. Labirin berwarna kemerahan yang terletak di bagian
atas lengkung insang kedua dan keempat. Fungsi labirin ini mengambil
oksigen dari atas permukaan air sehingga dapat mengambil oksigen
secara langsung dari udara. Dengan alat pernapasan tambahan ini, ikan
lele mampu bertahan hidup dalam kondisi oksigen (O2) yang minimum.
2) Sistem Respirasi pada Amphibi
a. Mekanisme Respirasi pada Amphibi
Sistem respirasi pada hewan katak, oksigen berdifusi lewat selaput
rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu yang
bernapas dengan insang karena hidupnya di air.
Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan
karena tipis danbanyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu.
Pada sat terjadi gerakan gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung
14

terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan
berdifusi masuk melalui selaput rongga selaput rongga yang tipis. Selain
bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit,
ini di mungkinkan karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan
mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi.
Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena
kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan dibawa ke jantung. Dari
jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit paru-paru
(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan
karbondioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit katak
bernapas juga dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik
paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang
berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan
paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk-bentuk seperti kantung
sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut
dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang
keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara
(kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit
berdifusi pada gelembung-gelembng di paru-paru.
Urutan mekanisme inspirasi pada katak yaitu otot sternohiodeus
berkontraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk
melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan
otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil.
Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru
lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas. Oksigen
diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru.

15

Adapun mekanisme ekspirasi pada katak yaitu otot-otot perut dan


sternohiodeus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan
keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan
koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi
yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga
mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang
kaya dengan CO2 akan keluar.
b. Respirasi pada Salamander
Respirasi salamander berbeda dengan species lain. Salamander
memiliki insang eksternal insang eksternal yang terlihat seperti gumpalan
di kedua sisi kepala. Beberapa salamander yang terestrial menggunakan
paru-paru untuk bernafas, meskipun paru-parunya hanya sederhana
seperti kantung, tidak seperti organ-organ yang lebih kompleks yang
ditemukan pada mamalia. Namun di kebanyakan anak spesies, seperti
Olm, memiliki paru-paru dan insang.
Beberapa spesies terestrial juga memiliki kemampuan seperti
katak, dapat bernafa melalui kulit mereka, sebuah proses yang dikenal
sebagai respirasi valerian di mana kapilernya tersebar di seluruh
epidermis, dan di dalam mulut. Bahkan beberapa spesies dengan paruparu bisa bernafas melalui kulit dengan cara ini. Kulit salamander
mengeluarkan lendir, yang membantu menjaga kelembaban mereka
ketika pada lahan kering, dan mempertahankan keseimbangan garam
mereka sementara dalam air, serta memberikan pelumas selama
berenang.Salamander juga mengeluarkan racun dari kelenjar di kulit
mereka, dan beberapa tambahan memiliki kelenjar kulit . salamander
juga mengganti kulit luar mereka secara teratur saat mereka tumbuh, dan
kemudian memakan kelupasan yang dihasilkan.
3) Sistem Respirasi pada Reptil

16

Reptilia mempunyai kulit bersisik yang kering yang kurang dapat


ditembus oleh air, sehingga cairan yang hilang dari badan melalui kulit
sedikit. Maka, reptilia tak terbatas hidup di tempat-tempat basah,
meskipun sebenarnya banyak yang hidup di tempat-tempat yang
demikian. Kadal dan ular terdapat berlimpah di gurun pasir yang
merupakan salah satu habitat yang terkering. Sementara, kulit yang
bersisik adalah suatu adaptasi untuk hidup aman dalam udara kering, dan
tidak berguna sebagi alat pertukaran gas. Untuk fungsi pertukaran gas,
reptilia tergantung pada paru-parunya. Tidak hanya paru-parunya yang
mempunyai permukaan relatif lebih besar dari pada amphibi, tetapi juga
pertukaran gas dalam paru-paru benar-benar efisien.
Secara umum reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Tetapi
pada beberapa reptilia, pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit
disekitar kloaka. Pada reptilia umumnya udara luar masuk melalui lubang
hidung, trakea, bronkus, dan akhirnya ke paru-paru. Lubang hidung
terdapat di ujung kepala atau moncong. Umumnya reptilia mempunyai
trachea yang panjang dimana dindingnya disokong oleh sejumlah cincin
cartilago. Udara keluar dan masuk ke dalam paru-paru karena gerakan
tulang rusuk. Sistem pernafasan pada reptilia lebih maju dari Amphibi.
Laring terletak di ujung anterior trachea. Dinding laring dibentuk oleh
tulang rawan kriterokoidea dan tulang rawan krikodea. Trakhea dan
bronkhus berbentuk panjang dan dibentuk oleh cincin-cincin tulang
rawan. Tempat percabangan trakhea menjadi bronkhus disebut bifurkatio
trakhea. Bronkhus masuk ke dalam paru-paru dan tidak bercabangcabang lagi. Paru-paru reptilia berukuran relatif besar, berjumlah
sepasang. Struktur dalamnya berpetak-petak seperti rumah lebah,
biasanya bagian anterior lebih banyak berpetak daripada bagian posterior.
Paru-paru dikelilingi oleh rongga dada yang bertulang rusuk.
Tulang-tulang rusuk ini dapat secara bergantian merenggang, dan
kemudian merapat oleh karena adanya perangkap otot-otot tulang rusuk
yang berlawanan. Bila tulang-tulang rusuk merenggang, volume rongga

17

dada akan meningkat. Perluasan ini menimbulkan sebagian paru-paru


hampa dan segera terisi oleh karena masuknya udara segar. Udara yang
segar tentu membawa persediaan oksigen yang baru bagi jaringan paruparu yang basah itu. Kontraksi rongga dada kemudian mendesak udara
keluar dari paru-paru. Udara yang dihembuskan miskin akan oksigen,
tetapi kaya akan karbondioksida yang diterima ketika di dalam paru-paru
(Kimball, 1999).
Pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida terjadi di
dalam paru-paru. Keluar masuknya udara dari dan keluar paru-paru
karena adanya gerakan-gerakan dari tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih
sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi
memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas
tidak efektif. Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks,
dengan

beberapa

belahan-belahan

yang

membuat

paru-parunya

bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya


bunglon

Afrika

mempunyai

pundi-pundi

hawa

cadangan

yang

memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.


Mekanisme Pernafasan pada reptil adalah sebagai berikut :

Fase Inspirasi
Tulang rusuk merenggang dan volume rongga dada meningkat,
sehingga paru-paru yang kosong akan terisi oleh udara yang

banyak mengandung oksigen


Fase ekspirasi
Tulang rusuk merapat, sehingga udara yang mengandung CO2
dan uap air akan terdesak keluar dari paru-paru.

4) Sistem Respirasi pada Aves


c. Mekanisme Respirasi pada Aves
Alat pernapasan pada burung adalah paru-paru. Ukuran paru-paru
relativ kecil dibandingkan ukuran tubuh burung. Paru-paru burung
terbentuk oleh bronkus primer, bronkus sekunder, dan pembuluh
18

bronkiolus. Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus.


Mesobronkus merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus bercabang
menjadi dua set bronkus sekunder arterior dan posterior yang disebut
ventrobronkus dan dorsobronkus dihubungkan oleh parobronkus.
Paru-paru burung memiliki 1000 buah parabronkus yang bergaris
tengah 0,5 mm. Paru-paru burung memiliki perluasan yang disebut
kantong udara yang mengisi daerah selangka dada atas, dada bawah,
daerah perut, daerah tulang humerus dan daerah leher.
Berturut-turut dari luar ke dalam. Susunan alat pernapasan
burung adalah sebagai berikut:
a) Lubang hidung,
b) Celah tekak pada dasar faring, berhubungan dengan trakea,
c) Trakea, berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk
cincin yang tersusun di sepanjang trakea,
d) Siring (alat suara), terletak di bagian bawah trakea. Dalam siring
terdapat otot sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan
trakea, serta berfungsi untuk menimbulkan suara. Selain itu terdapat
juga otot siringialis yang menghubungkan siring dengan dinding
trakea sebelah dalam. Dalam rongga siring terdapat selaput yang
mudah bergetar. Getaran selaput suara tergantung besar kecilnya
ruangan siring yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot
siringalis,
e) Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus
kanan dan kiri,
f) Bronkus (cabang trakea) terletak di antara siring dan paru-paru,
g) Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut
pleura.
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi
di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak
dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.

19

Paru-paru burung berhubungan dengan kantong udara melalui


perantaraan bronkus rekurens. Selain berfungsi sebagai alat bantu
pernapasan

saat

terbang,

kantong

udara

juga

membantu

memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara.


Kantong udara juga berfungsi mencegah hilangnya panas dengan
menyelubungi alat-alat dalam untuk mencegah kedinginan dan
mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung perenang.
Perubahan massa jenis terjadi dengan cara memperbesar atau
memperkecil kantong udara. Kantong udara terdapat pada pangkal
leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antar
tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks
posterior), rongga perut (saccus abdominalis), ketiak (saccus
axillaris).
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada
tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang
terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya
panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan
bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat
sirink (alat suara yang terletak pada bagian bawah trakea) yang pada
bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat
bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus
bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus
sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian
ventral) dan dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus
dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100
atau lebih). .
Parabronkus berupa tabung- tabung kecil. Di parabronkus
bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi.
Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau

20

pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke


perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan
paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi
difusi gas pernapasan, pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai
penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena
adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi
efisien.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat
udara (O2) di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang
mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas
maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen
pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi
apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada
kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan
tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya
udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida keluar. Bersamaan
dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk
ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler
di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada
saat ekspirasi maupun inspirasi.
Selain itu, pada waktu burung tidak terbang, pernapasan terjadi
karena gerakan tulang dada sehingga tulang-tulang rusuk bergerak ke
muka dan ke arah bawah. Akibatnya, rongga dada membesar dan
paru-paru akan mengempis sehingga udara dari kantong udara
kembali ke paru-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui
parabronkus pada waktu inspirasi dan ekspirasi sehingga fungsi
paru-paru burung lebih efisien daripada paru-paru mamalia.
Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari
berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh.
d. Respirasi pada Pingunin

21

Penguin dapat berenang dan menyelam di bawah air untuk


waktu yang lama dengan hanya satu kali tarikan napas tunggal
karena organ tubuh penguin tetap dapat berfungsi cukup baik ketika
tingkat oksigen sangat-sangat rendah di paru-paru dimana pada
tingkat oksigen yang sama, manusia akan langsung kehilangan
kesadarannya.
Dibandingkan dengan manusia, penguin memiliki lebih
banyak oksigen yang beredar dalam darah mereka karena mereka
memiliki volume darah yang lebih tinggi dan darah mereka juga
mengandung lebih banyak hemoglobin, protein yang mengangkut
oksigen melalui darah. Ditambah lagi penguin juga memiliki
mioglobin lebih banyak dalam tubuh mereka, yang menyimpan
oksigen dalam otot. Sehingga ketika mereka sedang menyelam,
mereka memiliki banyak cadangan oksigen yang dapat mereka
gunakan. Dan tidak seperti manusia, penguin juga akan menurunkan
detak jantung mereka ketika mereka sedang menyelam, sehingga
mereka dapat menghemat cadangan oksigen yang mereka miliki.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penguin juga
memiliki kemampuan untuk mengendalikan bagaimana dan kapan
otot mereka menggunakan oksigen. Penguin dapat beralih di antara
dua mode penggunaan oksigen. Pertama, menghentikan pasokan
oksigen ke otot mereka, dan kedua, memberi otot mereka semburan
pasokan oksigen tambahan sesaat untuk menjaga agar otot mereka
tetap dapat bekerja.
Penguin memiliki dua pola yang berbeda ketika sedang
menyelam. Salah satu pola yang digunakan yaitu mereka akan
menutup aliran darah ke otot sepenuhnya, sehingga otot tidak lagi
mendapat pasokan oksigen dari darah, tetapi seluruh bagian tubuh
lainnya, terutama otak dan jantung, tetap mendapat suplai darah.
Sementara dalam pola penyelaman lainnya, para peneliti melihat
bahwa otot mendapatkan banyak pasokan oksigen.

22

5) Sistem Respirasi pada Mamalia


a. Mekanisme Respirasi pada Mamalia
Mamalia merupakan jenis hewan menyusui. Organ pernapasan
pada mamalia sama dengan organ pernapasan pada manusia. Adapun
beberapa alat pernapasan mamalia terdiri atas rongga hidung,
tenggorokan, bronkhus, dan paru-paru. Dalam paru-paru terdapat
bronkhiolus yang merupakan percabangan dari bronkhus dan alveolus.
Dinding alveolus berimpitan dengan dinding pembuluh kapiler darah
yang juga terdiri atas Satu lapis sel. Oksigen masuk ke dalam kapiler
darah dan karbon dioksida keluar dari kapiler darah melalui proses
difusi.
Berdasarkan tempat terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2,
pernapasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Pernapasan luar/respirasi eksternal, yaitu pertukaran O2 dalam


alveolus dengan CO2 dalam darah.

23

Pernapasan

dalam/respirasi

internal,

yaitu

pertukaran

gas

O2 dengan CO2dari aliran darah dengan sel-sel tubuh.


Mekanisme pernapasan luar dan pernapasan dalam pada
Mamalia dapat dilihat dari gambar berikut:

Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus


dan jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di
alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan
dengan haemoglobin (Hb)

dalam

darah

yang

disebut

dengan

deoksigenasi yang kemudian menghasilkan senyawa oksihemoglobin


(HbO) seperti reaksi berikut :

24

Adapun

tahapan

proses

pengikatan oksigen diatas adalah sebagai berikut :

Alveolus memiliki O2 lebih tinggi dari pada O2 di dalam darah.

O2 masuk ke dalam darah melalui difusi melewati membran


alveolus

Di dalam darah, O2 sebagian besar (98%) diikat oleh Hb yang


terdapat pada Eritrosit menjadi Oksihemoglobin (HbO2).

Selain diikat oleh Hb, sebagian kecil O2 larut di dalam plasma


darah (2%).

Setelah berada di dalam darah, O2 kemudian masuk ke jantung


melalui vena pulmonalis untuk diedarkan ke seluruh tubuh yang
membutuhkan melalui jaringan sel untuk proses oksidasi.

O2 yang sudah terikat pada hemoglobin dalam bentuk


oksihemoglobin tadi diangkut menuju sel, dengan reaksi:

25

O2 dalam darah kemudian dilepaskan menuju jaringan sel


melalui proses difusi. O2 yang masuk ke dalam jaringan kemudian
akan diberikan pada mitokondria (organela sel) untuk respirasi
seluler. Dari respirasi selular itulah energi dihasilkan. Tetapi dalam
peristiwa ini tidak hanya O2 saja yang diperlukan, melainkan juga
makanan yg terlarut dalam darah.
Proses oksidasi/ pembakaran dalam sel akan menghasilkan
CO2 sebagai hasil respirasi sel yang kemudian akan diangkut lewat
kapiler vena darah menuju alveolus. CO2 dalam alvelous ini akan
dikeluarkan lewat paru-paru.Pengangkutan CO2 keluar tubuh
umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut:

Adapun tahapan proses pengeluaran karbondioksida diatas


adalah sebagai berikut :

26

Di jaringan, CO2 lebih tinggi dibandingkan yang ada di dalam


darah. Ketika O2 di dalam darah berdifusi ke jaringan, maka CO 2
di jaringan akan segera masuk ke dalam darah.

Ketika CO2 berada di dalam darah sebagian besar (70%)


CO2akan diubah menjadi ion bikarbonat(HCO3)

20% CO2 akan

terikat

oleh

Hb

pada

Eritrosit.

Sedangkan 10%CO2 lainnya larut dalam plasma darah.

Di dalam darah, CO2 di bawa ke jantung, kemudian oleh jantung


CO2 dalam darah dipompa ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis.

Di paru-paru CO2 akan dikeluarkan dari tubuh melalui ekspirasi.

b. Mekanisme Respirasi pada Paus


Paus adalah mamalia yang hidup di dalam air, mereka tetap
bernafas menggunakan paru-paru dan tidak memiliki kemampuan
mengambil udara dari air seperti ikan dan insangnya. Ikan paus
sesekali muncul ke permukaan air untuk bernapas karena ia
membutuhkan oksigen. Saat menghirup udara, lubang hidung ikan
paus membuka, sedangkan saat ia menyelam atau berada di dalam air
ia akan menutup lubang hidungnya.
Dalam proses bernapas, seekor paus harus muncul ke
permukaan laut untuk mengeluarkan udara yang sudah terpakai, lalu
menghirup udara segar sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya
sebelum ia menyelam lagi. Udara terpakai yang akan dikeluarkan
relatif lebih hangat dibanding udara permukaan laut karena paus
adalah mamalia yang sudah memiliki kemampuan mengatur suhu
tubuh sendiri sehingga suhu tubuhnya akan lebih tinggi dari suhu
lingkungan sekitarnya. Udara dan uap air yang disemburkan keluar itu

27

akan mengalami kondensasi begitu bertemu dengan suhu lingkungan


yang lebih dingin sehingga kelihatannya paus seperti menyemburkan
air dari lubang pernafasannya.
2.1.2 Sistem Respirasi pada Invertebraata
1. Mekanisme Respirasi pada Belalang
Proses respirasi pada serangga, sama dengan pada organisme lain,
merupakan proses pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam
mitokondria. Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem,
yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat atau organ yang
disebut spirakulum (spiracle),

juga tabung-tabung trakhea dan

trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah


tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam
jaringan dengan satu proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam
jaringan. Tekanan O2 di udara dengan demikian harus lebih besar
daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO 2 dalam
jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara (Abercrombie,
1993) .
Belalang bernafas menggunakan trakea yang mana didalamnya
terdapat spirakel (pembuluh trakea) dan trakeolus. Spirakel atau stigma
merupakan jalan keluar masuknya udara dari dan ke dalam sistem trakea,
terdapat di kerangka luar (eksoskeleton), berbentuk pembuluh silindris
yang berlapis zat kitin, terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh,
dan merupakan tempat bermuaranya pembuluh trakea. Pada umumnya
spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga
beristirahat.

28

Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke


seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut CO2 basil respirasi untuk
dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya
berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas
pernapasan. Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara
mudah berdifusi ke jaringan.

Mekanisme pernapasan pada belalang diatur oleh otot perut


(abdomen). Ketika otot perut (abdomen) berelaksasi, volume trakea
normal sehingga udara masuk. Sebaliknya, ketika otot abdomen
berkontraksi, volume trakea mengecil sehingga udara keluar. Adapun
mekanisme pernapasan pada belalang yaitu udara masuk melalui empat
pasang spirakel depan dan keluar melalui enam pasang spirakel belakang.

29

Oksigen dari luar masuk lewat spirakel, kemudian menuju pembuluhpembuluh trakea, selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi
cabang halus yang disebut trakeolus. Dengan demikian, oksigen
dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.

30

BAB III
PENUTUP
3.1.
1.

Kesimpulan
Sistem respirasi merupakan suatu sistem organ yang berperan
dalam pertukaran gas dalam tubuh. Gas tersebut berupa oksigen dan
karbondioksida yang mana darah yang mengandung CO2 yang kotor

diganti dengan O2 yang bersih.


2.
Fungsi sistem respirasi yaitu menyediakan permukaan untuk
pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah. Sebagai jalur untuk
keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru. Melindungi permukaan
respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan berbagai keadaan
lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri
dan jaringan lain dari patogen. Sumber produksi suara termasuk untuk
berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya. Memfasilitasi
deteksi stimulus olfactory dengan adanya reseptor olfactory di superior
portion pada rongga hidung.
3.
Transpor oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara, yaitu
dengan cara sederhana (terlarut dalam plasma darah ) atau dengan cara
diikat oleh pigmen respirasi. Darah mengangkut CO 2 dalam beberapa
bentuk, yaitu sebagai senyawa karbamino (ikatan antara CO 2 dan Hb),
asam karbonat (H2CO3), hasil reaksi antara CO2 dan air), ion karbonat
(HCO3-) dan senyawa bikarbonat (NaHCO3 dan KHCO3, bentuk yang
paling banyak). H2CO3 merupakan senyawa asam yang labil dan mudah
terionisasi dengan menghasilkan ion H+ dan HCO3-. Akan tetapi,
transpor CO2 dalam bentuk H2CO3 dan HCO3- sering kali menyebabkan
terjadinya penurunan pH karena keduanya bersifat asam. Keadaan
jaringan yang asam akan dapat mengganggu kerja enzim dan aktifitas
metabolisme sel.
3.2.

Saran

DAFTAR PUSTAKA

31

Ana. 2014. Sistem Pernapasan pada Katak. http://www.materibiologi.com


[Diakses tanggal 1 Oktober 2015).
Goenarso, Darmadi. 2005. Fisiologi Hewan. UT
Isnaeni,Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.Yogyakarta: Kanisius
Kastawi,Yusuf. Zoologi Avertebrata.Malang:FMIPA UM
Kimball, john W. 1999. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

32

Anda mungkin juga menyukai