Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

RESPIRASI TUMBUHAN

DISUSUN OLEH:

NISA UL HAFIDZAH

(232114071)

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH


Yayuk Putri Rahayu,S.Si.,M.Si.

PRODI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA ALWASHLIYAH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Medan,November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
C6H1206 + 6 02 ——> 6 H2O + 6 CO2 + Energi................................................ 7
BAB III ............................................................................................................. 21
PENUTUP ......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Respirasi tumbuhan adalah salah satu proses biokimia utama yang terjadi
dalam sel tumbuhan, memainkan peran kritis dalam produksi energi yang
diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan produksi senyawa aktif.
Dalam konteks mata kuliah botani farmasi, pemahaman mendalam tentang
respirasi tumbuhan menjadi esensial karena memiliki dampak langsung pada
kandungan senyawa bioaktif dalam tanaman obat.
Proses respirasi tumbuhan melibatkan serangkaian reaksi biokimia
kompleks yang terjadi di dalam mitokondria sel. Glikolisis, siklus asam sitrat, dan
rantai transport elektron adalah tahapan kunci yang mengubah substrat organik
menjadi energi yang dapat digunakan oleh sel. Dalam kaitannya dengan farmasi,
pemahaman tentang mekanisme respirasi ini dapat membantu mengidentifikasi
dan memahami faktor-faktor yang memengaruhi produksi senyawa bioaktif dalam
tanaman obat.
Dalam industri farmasi, bahan-bahan aktif dari sumber alam, termasuk
tumbuhan, sering digunakan sebagai dasar untuk pengembangan obat-obatan.
Pemahaman mendalam tentang respirasi tumbuhan menjadi penting karena proses
ini dapat memengaruhi akumulasi senyawa-senyawa penting, seperti alkaloid,
flavonoid, dan terpenoid, yang memiliki potensi farmakologis tinggi. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang regulasi respirasi tumbuhan dapat memberikan wawasan
yang berharga bagi perancangan formulasi obat yang lebih efektif dan
berkelanjutan.
Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti suhu, kelembaban, dan
ketersediaan air dapat memengaruhi laju respirasi tumbuhan. Dalam
pengembangan obat berbasis tumbuhan, pemahaman tentang bagaimana faktor-
faktor ini memengaruhi kualitas dan kuantitas senyawa aktif dalam tanaman obat
menjadi krusial. Studi mengenai respirasi tumbuhan memberikan dasar untuk
memahami bagaimana kondisi pertumbuhan tumbuhan dapat dioptimalkan agar
menghasilkan kandungan senyawa aktif yang maksimal.
Dengan demikian, penelitian lebih lanjut dalam domain respirasi
tumbuhan dalam konteks farmasi bukan hanya relevan untuk pengembangan obat-
obatan alami tetapi juga untuk memastikan keberlanjutan pasokan bahan baku
obat yang berkualitas tinggi. Makalah ini akan menjelajahi aspek-aspek kunci
respirasi tumbuhan dan mengaitkannya dengan aplikasi praktis dalam industri
farmasi, menyoroti implikasinya dalam pengembangan obat dan pemeliharaan
biodiversitas tumbuhan obat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaiman Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Laju Respirasi Tumbuhan?


2. Bagaimana Peran Respirasi dalam Produksi Senyawa Bioaktif pada Tanaman
Obat
3. Bagiaman Dampak Respirasi terhadap Pertumbuhan dan Keseimbangan
Energi Tanaman

1.3 Tujuan Penulisan

Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor-faktor eksternal


seperti suhu, kelembaban, dan ketersediaan air terhadap laju respirasi tumbuhan,
dengan fokus pada potensi pengelolaan pertumbuhan tanaman.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Respirasi


Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa
senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada
hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2
sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O.
Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan
dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang
secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air.
Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk
dalam reaksi-reaksi respirasi.
Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat
sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi
akan dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis
(anabolisme),gerak, dan pertumbuhan.
2.1.1 Jenis Jenis Respirasi Pada Tumbuhan
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan
menjadi, Respirasi Aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen bebas untuk
mendapatkan energi dan Respirasi Anaerob atau biasa disebut dengan proses
fermentasi yaitu Respirasi yang tidak menggunakan oksigen namun bahan
bakunya adalah seperti karbohidrat, asam lemak, asam amino sehingga hasil
respirasi berupa karbondioksida, air dan energi dalam bentuk ATP.
Karbohidrat merupakan substrat Respirasi utama yang terdapat dalam sel
tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat Respirasi yang penting , diantaranya
adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa; pati; asam
organik; dan protein (digunakan pada keadaan & spesiestertentu.)

Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:

C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O + energi

Reaksi di atas merupakan persamaan rangkuman dari reaksi-reaksi yang terjadi


dalam proses respirasi. Contoh: Respirasi pada Glukosa, reaksi sederhananya:

C6H1206 + 6 02 ——> 6 H2O + 6 CO2 + Energi


Respirasi Aerob vs Anaerob

2.1.2 Subtrat Respirasi


Subtrat respirasi antara lain
a. Karbohidrat
b. Pati
c. Lapid (lemak,minyak)
d. Asam Organik
e. Protein ( pada spesies Tertentu)
 Jika karbohidrat seperti sukrosa,fruktosa,atau pati yang digunakan sebagai
subtrat pada proses respirasi dan jika senyawa tersebut reoksidasi secara
sempurna,makan jumlah O2 yang digunakan akan persis sama dengan jumlah
CO2 yang dihasilkan
 Nisbah c02?02 ini disebut kuosien respirasi atau disingkat RQ (respiratory
quantient)
 Tetapi jika bahan cadangan yang dominan bukan pati,misalnya lemak atau
minyak makan nilai RQ dapat menjadi lebih rendah Nilai RQ serendah 0,7
dapat terjadi sebagai contoh adalah oksidasi asam lemak yang umum di
jumpai,yaitu asam olean

2.1.3 Bagian Tumbuhan yang paling aktif respirasi


Bagian bagaian tumbuhan yang paling aktif melakukan respirasi yaitu:
a. Kuncup Bunga
b. Tunas
c. Biji yang masih tumbuh atau muncul akar
d. Ujung batang
e. Ujung akar
2.2 Proses Respirasi Pada Tumbuhan

a. Proses respirasi membutuhkan bahan bahan atau subtrat dalam prosesnya


sebagai sumber energi yang akan dipecah
b. Proses respirasi yang bagus pada tanaman dipengaruhi oleh kecukupan
substrat di dalamnya dan beberapa faktor seperti suhu,kelembaban,dan
jumlah oksigen yang diserap
c. Pertumbuhan tanamana juga di pengaruhi oleh proses respirasi karena
merupakan rangkaian dari sistem metabolisme tumbuhan
d. Sama halnya seperti pada hewan ataupun manusia bahwa respirasi merupakn
pin penting dalam keseimbangan memeprtahankan hidup
e. Jika faktor faktor pendukung respirasi tidak terpenuhi atau kurang,tumbuhan
juga akan menghasilkan energi untuk dirinya sedikit.
f. Semakin buruknya sistem respirasi pada tumbuhan juga bisa berdampak
kematian tumbuhan atau ditunjuk dengan tumbuhan yang mengering.
2.2.1 Tahapan proses Respirasi
1. Penangkapan oksigen dari udara bebas di lingkungan
2. Proses transportasi gas gas dalam tumbuhan dan mengalami difusi melalaui
ruang antar sel,sitoplasma dan membran sel.
3. Setelah mengambil 02 dari udara 02 kemudian digunakan dalam proses
repsirasi dengan beberapa tahapan.
4. Proses respirasi pada tanaman memiliki beberapa tahapan yaitu dari mulai
tahap glikolisis,dekarbosilasi oksidatof,siklus krebs (siklus asam sitrat) dan
transportasi?transfer elektron.
2.2.2 Reaksi pada Respirasi
2.2.2.1 Glikolisis
Pada tahap awal dari glikolisis (dari kata latin, glykos = gula; lysis =
pemecahan), karbohidrat diubah menjadi heksosa fosfat, yang kemudian dipecah
menjadi dua molekul triosa fosfat. Selanjutnya kedua molekul triosa fosfat
tersebut dioksidasi menjadi dua molekul piruvat. Disamping menyiapkan substrat
untuk oksidasi dalam siklus asam sitrat, glikolisis juga menghasilkan sejumlah
kecil ATP dan NADH.
Ketika oksigen molekular tidak tersedia, seperti pada akar tumbuhan yang
terendam, glikolisis dapat menjadi sumber energi utama bagi sel. Dalam kondisi
seperti ini, fermentasi yang berlangsung di dalam sitosol, mendaur ulang NADH
yang dihasilkan dari glikolisis dengan cara mereduksi piruvat.
Glikolisis terjadi pada semua organisme (prokariot dan eukariot). Secara
prinsip reaksi-reaksi dalam glikolisis dan fermentasi dalam tumbuhan hampir
sama dengan yang terjadi dalam sel hewan,Tetapi glikolisis pada tumbuhan
memiliki mekanisme pengaturan yang khas, berlangsung secara paralel antara
glikolisis sitotol dan plastida, serta jalur-jalur alternatif dari reaksi-reaksi glikolisis
di dalam sitosol. Pada hewan, substrat utama respirasi adalah glukosa dan produk
akhirnya adalah piruvat. Pada tumbuhan, sukrosa merupakan bentuk gula utama
yang ditranslolasikan dan oleh karenanya merupakan jenis gula utama yang
diimpor oleh jaringan/organ non fotositesis, maka sukrosa diyakini merupakan
substrat utama respirasi tumbuhan dan hasil akhirnya tidak hanya piruvat, tetapi
juga dapat berupa asam organik lainnya yaitu malat.
Pada tahap awal glikolsis, sukrosa dipecah menjadi dua monosakarida,
glukosa dan fruktosa, yang dapat segera masuk ke lintasan glikolisis. Terdapat
dua lintasan yang memecah sukrosa di dalam tumbuhan. Pertama, pada sebagian
besar jaringan tumbuhan, enzim sukrosa sintase yang ada di dalam sitosol,
digunakan untuk memecah sukrosa dengan cara menggabungkan sukrosa dengan
UDP menjadi fruktosa dan UDP-glukosa. Kemudian enzim UDP-glukosa-
pirofosforilase mengubah UDP-glukosa dan pirofosfat (PPi) menjadi UTP dan
glukosa-6-fosfat (Gambar 2). Kedua, pada beberapa jaringan tumbuhan,
enzim invertase yang terdapat pada dinding sel, vakuola atau sitosol
menghidrolisis sukrosa menjadi dua heksosa, yaitu fruktosa dan glukosa, yang
kemudian difosforilasi dalam suatu reaksi yang menggunakan ATP.
Plastida, seperti kloroplas dan amiloplas, dapat juga menyediakan substrat
untuk glikolisis. Pati disintesis dan dipecah hanya di dalam plastid. Plastid
mengubah pati menjadi triosa fosfat menggunakan enzim-enzim glikolisis yang
mengubah heksosa fosfat menjadi triosa fosfat. Senyawa karbon yang diperoleh
dari pemecahan pati masuk ke dalam lintasan glikolisis di dalam sitosol. Senyawa
karbon tersebut terutama dalambentuk heksosa fosfat yang ditranslokasikan dari
amiloplas atau triosa fosfat yang ditranslokasikan dari kloroplas. Hasil fotosintesis
dapat juga langsung masuk lintasan glikolisis dalam bentuk triosa fosfat.
Pada tahap awal glikolisis, tiap unit heksosa difosforilasi dua kali dan
dipecah menjadi dua molekul triosa fosfat. Bergantung apakah pemecahan
tersebut menggunakan enzim sukrosa sintase atau invertas, serangkaian reaksi
pemecahan tersebut menggunakan dua sampai empat molekul ATP untuk tiap unit
sukrosa. Reaksi-reaksi tersebut juga melibatkan dua dari tiga reaksi tidak dapat
balik penting dari lintasan glikolisis yang dikatalisis oleh enzim heksokinase dan
fosfofruktokinase . Reaksi fosfofruktokinase adalah satu dari titik kendali
glikolisis baik pada tumbuhan maupun hewan.
Ketika molekul gliseraldehid-3-fosfat terbentuk, lintasan glikolisis
memulai memanen energi pada tahap pemanenan energi dari glikolisis. Enzim
gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase mengkatalisis oksidasi aldehid untuk
membentuk asam karboksilat dan mereduksi NAD+ menjadi NADH. Reaksi
tersebut melepas energi bebas dalam jumlah cukup untuk melakukan fosforilasi
gliseraldehid-3-fosfat menggunakan fosfat inorganik dan membentuk 1,3-
bisfosfogliserat. Molekul ini merupakan suatu pemberi gugus fosfat yang cukup
kuat karena memiliki standar energi bebas untuk hidrolisis yan gcukup tinggi (-
49.3 kJ per mol atau –11.8 kkal per mol).
Pada tahap berikutnya gugus fosfat dari ato carbon ke 1 dari 1,3-
bisfosfogliserat dipindhakan ke molekul ADP untuk membentuk ATP dan
molekul 3-fosfogliserat. Untuk tiap sukrosa yang masuk glikolisis akan dihasilkan
empat ATP dari reaksi ini. Sintesis ATP dengan cara tersebut disebut fosforilasi
tingkat substrat, yang melibatkan pemindahan langsung sebuah gugus fosfat dari
molekul substrat ke ADP untuk membentuk ATP. Sintesis ATP melalui proses ini
berbeda mekanismenya dengan sintesis ATP melalui fosforilasi oksidatif di
mitokondria atau sintesis ATP pada proses fotosintesis.
Pada dua reaksi berikutnya, fosfat dari molekul 3-fosfogliserat
dipindahkan ke ataom karbon ke dua dan kemudian sebuah molekul air dilepas
menghasilkan senyawa yang disebut fosfoenol piruvat (PEP). Gugus fosfat dari
PEP memiliki standar energi bebas yang tinggi (-61.9 kJ per mol atau –14.8 kkal
per mol), sehingga PEP merupakan suatu donor fosfat yang baik untuk
membentuk ATP. Dengan menggunakan PEP sebagai substrat, enzim piruvat
kinase memindahkan gugus fosfat dari PEP ke ADP untuk membentuk ATP dan
piruvat. Tahap terahir ini, yang merupakan tahap tidak dapat balik ketiga yang
penting dalam glikolisis, menghasilkan empat molekul ATP untuk tiap molekul
sukrosa yang masuk ke dalam lintasan glikolisis.
Di dalam tumbuhan, selain PEP diubah ke bentuk piruvat, PEP juga dapat
mengalami karboksilasi untuk membentuk asam organik oksaloasetat (OAA)
dengan bantuan enzim PEP karboksilase. OAA kemudian direduksi menjadi malat
dengan bantuan enzim malat dehidrogenase dan menggunakan NADH. Malat
yang dihasilkan dapat disimpan di dalam vakuola atau ditransport ke mitokondria
dan masuk ke siklus asam sitrat.
2.2.2.2 Siklus Krebs
Selama abad ke 19, ahli-ahli biologi meneliti pengaruh keberadaan
oksigen terhadap metabolisme respirasi. Pada kondisi tidak ada oksigen, sel
memproduksi etanol atau asam laktat, sementara apabila ada oksigen, sel
mengkonsumsi oksigen dan meproduksi CO2 dan H2O. Pada tahu 1937, seorang
ahli kimi Inggris kelahiran Jerman, Hans A. Krebs, melaporkan penelitiannya
tentang siklus asam sitrat (juga disebut siklus asam trikarboksilat atau siklus
Krebs). Siklus asam sitrat menerangkan bagaimana piruvat diubah menjadi
molekul CO2 dan H2O dalam suatu rangkaian reaksi kimia yang bersiklus. Siklus
asam sitrat berlangsung di dalam matriks mitokondria.
Siklus asam sitrat disebut juga siklus asam trikarboksilat untuk
menunjukkan pentingnya dua molekul trikarboksilas, citrat dan isositrat, sebagai
dua intermediet pertama dari siklus ini. Untuk berlangsungnya siklus asam sitrat,
piruvat yang dihasilkan dari glikolisis harus ditrasport ke dalam matriks
mitrokondria melalui protein transport khusus yang terdapat pada membran dalam
mitrokondria. Setelah piruvat ada di dalam matriks, piruvat kemudian
didekarboksilasi dalam suatu reaksi opksidasi oleh ensim piruvat dehidrogenase.
Hasil dari reaksi ini adalah NADH, CO2 dan asam asetat dalam bentuk asetil koA.
Piruvat dehidrogenase merupakan kompleks enzim yang mengkatalisis
keseluruhan tiga proses ini, yaitu dekarboksilasi, oksidasi dan konjugasi asam
asetat dengan KoA (Gambar 4).
Pada reaksi berikutnya enzim sitrat sintase menggabungkan grup asetil
dari asetil koA dengan OAA, suatu asam dikarboksilat beratom karbon empat,
untuk menghasilkan sitrat, yang kemudian diisomerasi oleh enzim aconitase untuk
menghasilkan isositrat. Dua tahap reaksi berikutnya adalah reaksi dekarbokislasi
oksidatif berurutan yang masing-masing menghasilkan satu meolekul NADH,
melepas satu moelkul CO2 dan membentuk suksinil koA. Sampai tahap ini sudah
tiga molekul CO2 dilepas untuk tiap piruvat yang masuk ke mitokondria, atau 12
molekul CO2 dari tiap molekul sukrosa yang dioksidasi.
Tahap berikutnya adalah oksidasi suksinil koA menjadi OAA, sehingga
memungkinkan siklus asam sitrat terus berputar. Mula-mula energi bebas yang
tersedia dari ikatan tioester pada seuksinil koA disimpan di dalam ATP dari ADP
dan Pi melalui proses fosforilasi tingkat substrat yang dikatalisis oleh enzim
suksinil koA sitetase. Suksinat yang dihasilkan dioksidasi menjadi fumarat oleh
enzim suksinat edhidrogenase, yang berada pada membran dalam mitokondria dan
merupakan enzim yang juga berperan di dalam rantai transport elektron.
Elektron dan proton dilepas dari suksinat dari suatu reaksi redoks yang
melibatkan FAD (flavin adenin dinukleotida). FAD secara kovalen.
terikat pada sisi aktif dari suksinat ehidrogenase dan melangsungkan reduksi FAD
menjadi FADH2. Dua tahap terakhir dari siklus asam sitrat adalah hidrasi fumarat
menjadi malat, yang selanjutnya dioksidasi oleh malat dehidrogenase menjadi
OAA dan menghasilkan satu molekul NADH. Sebagai kesimpulan, setiap piruvat
yang masuk mitokondria akan menghasilkan tiga molekul CO 2, empat molekul
NADH, satu molekul FADH2 dan satu molekul ATP.
Siklus Asam Sitrat Tumbuhan Memiliki Keunikan
Siklus asam sitrat tumbuhan (Gambar 4) tidak identik dengan siklus asam
sitrat yang terjadi pada mitokondria hewan. Sebagai contoh apda tahapan yang
dikatalisis oleh enzim suksinil koA sintetase, di tumbuhan menghasilkan ATP,
sedangkan pada hewan menghasilkan GTP.
Perbedaan yang kedua adalah adanya aktifitas enzim NAD+-malat yang tidak
dijumpai pada organisme lain. Enzim ini mengkatalisis reaksi dekarboksilasi
oksidatif dari malat menjadi piruvat:
Malat + NAD+ → piruvat + CO2 + NADH
Keberadaan enzim NAD +-malat memungkinkan mitokondria tumbuhan
mampu melakukan lintasan alternatif dari metabolisme PEP yang dihasilkan
melalui glikolisis. Seperti diketahui, malat dapat disintesis dari PEP di sitosol
dengan bantuan enzim PEP karboksilase dan malat dehidrogenase. Malat
kemudian ditransport ke dalam matriks mitokondria, dimana enzim NAD +-malat
dapat mengoksidasinya menjadi piruvat. Reaksi ini memungkinkan oksidasi
sempurna dari itermediat-intermediat siklus asam sitrat, seperti malat atau sitrat.
Alternatif lain dari jalur metabolisme PEP adalah digunakannya malat
sebagai pengganti intermediat siklus asam sitrat. Malat yang masuk ke
mitokondria hasil PEP karboksilase dapat mengisi kekurnag malat akibat
keluarnya intermediat respirasi dari siklus. Misal 2 oksoglutarat dapat keluar
siklus dan digunakan dalam asimilasi nitrogen. Hal ini dapat menyebabkan
kekurang malat untuk kelangsung siklus. Adanya malat yang masuk ke matriks
dari sitosol hasil metabolisme PEP dapat memenuhi kekurangan malat tersebut,
sehingga siklus tetap berjalan.
Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam oksaloasetat
(4C) menjadi asam piruvat (6C). selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur
menjadi berbagai macam zat yang akhirnya menjadi asam oksalosuksinat. Dalam
perjalanannya, 1C (CO2) dilepaskan. Pada tiap tahapan, dilepaskan energi dalam
bentuk ATP dan hidrogen. ATP yang dihasilkan langsung dapat digunakan.
Sebaliknya, hidrogen berenergi digabungkan dengan penerima hidrogen yaitu
NAD dan FAD, untuk dibawa ke sistem transport elektron. Dalam tahap ini
dilepaskan energi, dan hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air.
Seluruh reaksi siklus krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas
(aerob). Siklus krebs berlangsung didalam mitokondria (Syamsuri, 1980).

2.2.2.3 Sistem Transpor ELektron

Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada dua
macam. Pertama dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau GTP
(Guanin Tripospat). Energi ini merupakan energi siap pakai yang langsung dapat
digunakan. Kedua dalam bentuk transport elektron, yaitu NADH (Nikotin Adenin
Dinokleutida) dan FAD (Flafin adenine dinukleotida) dalam bentuk FADH2.
Kedua macam sumber elektron ini dibawa kesistem transfer elektron. Proses
transfer elektron ini sangat komplek, pada dasarnya, elektron dan H+ dan NADH
dan FADH2 dibawa dari satu substrak ke substrak yang lain secara berantai. Setiap
kali dipindahkan, energi yang terlepas digunakan untuk mengikatkan fosfat
anorganik (P) kemolekul ADP sehingga terbentuk ATP. Pada bagian akhir
terdapat oksigen sebagai penerima, sehingga terbentuklah H2O. katabolisme 1
glukosa melalui respirasi aerobik menghasilkan 3 ATP. Setiap reaksi pada
glikolisis, siklus krebs dan transport elektron dihasilkan senyawa – senyawa
antara. Senyawa itu digunakan bahan dasar anabolisme (Syamsuri, 1980).

2.3 Respirasi Anaerobik (Anaerob)

Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk


mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik
menggunakan senyawa tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal
dehida, sehingga pengikat hidrogen dan membentuk asam laktat atau alcohol.
Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan
tumbuhan yang terendam air, biji – biji yang kulit tebal yang sulit ditembus
oksigen, sel – sel ragi dan bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada
peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa, galaktosa
dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol,
karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan
karbondioksida, energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik.
Reaksinya :

C6H12O6 Ragi >> 2C2H5OH + 2CO2 + 21Kal

Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan.


Bahkan bakteri anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat
hidup jika berhubungan dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka
tertutup sehingga member kemungkinan bakteri tambah subur (Syamsuri, 1980).
2.4 Proses Aseptor ATP
1. Glikolisis:
a. Proses Pembentukan ATP:
Dalam glikolisis, ATP dibentuk melalui dua tahapan fosforilasi substrat:
b. Fosforilasi pada Tahap 1: Dua molekul ATP digunakan untuk mengfosforilasi
glukosa menjadi glukosa-6-fosfat dan kemudian menjadi fruktosa-1,6-
bisfosfat.
c. Fosforilasi pada Tahap 3: Empat molekul ATP dihasilkan sebagai hasil
langsung dari reaksi-reaksi fosforilasi substrat di dalam jalur glikolisis.
Dengan demikian, secara bersih, glikolisis menghasilkan 2 molekul ATP.
2. Siklus Krebs (Siklus Asam Sitrat):
a. Proses Pembentukan ATP:
Dalam siklus Krebs, ATP tidak langsung dihasilkan secara signifikan. Namun,
setiap putaran siklus Krebs menghasilkan NADH dan FADH2 yang kemudian
berpartisipasi dalam rantai transport elektron untuk menghasilkan ATP melalui
fosforilasi oksidatif.
3. Rantai Transport Elektron:
a. Proses Pembentukan ATP: Rantai transport elektron merupakan lokasi utama
pembentukan ATP melalui fosforilasi oksidatif. Proton (H+) dipompa
melintasi membran mitokondria selama perpindahan elektron, menciptakan
gradien elektrokimia.
b. Pompa Proton: Elektron dari NADH dan FADH2 bergerak melalui kompleks
protein dalam rantai transport, yang aktif memompa proton melintasi
membran mitokondria.
c. Sintesis ATP: Gradien elektrokimia yang dihasilkan digunakan untuk
menggerakkan proton kembali ke dalam mitokondria melalui enzim ATP
sintase. Proses ini menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.

2.5 Rantai Transportasi Elektron Respiratori


Dari daur krebs akan kelujar elektron dan ion H2 yang dibawa sebagai
NADH2,sehingga di dalam mitokondria (dengan adanya siklus krebs yang
dilanjutkan dengan oksidasi melalaui sistem pengangkutan produk sampingan
respirasi selain CO2 bproduk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya di buang
ke luar tubuh melalaui semata pada tumbuhan melalui paru paru pada pristiwa
pernafasan hewan tingkat tinggi
- Transfer Elektron
Transfer elektron merupakan rangkaian yang melibatkan pembawa elektron.
2.6 Manfaat Respirasi Bagi Tumbuhan
1. Produksi Energi:
Respirasi adalah sumber utama energi untuk tumbuhan. Melalui tahap-tahap
seperti glikolisis, siklus Krebs, dan fosforilasi oksidatif, tumbuhan menghasilkan
adenosin trifosfat (ATP), yang merupakan mata uang energi seluler.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan:
Energi yang dihasilkan melalui respirasi digunakan untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Ini mencakup pembelahan sel,
pemanjangan akar dan pucuk, serta pembentukan struktur baru.
3. Produksi Senyawa Bioaktif:
Melalui respirasi, tumbuhan menghasilkan senyawa-senyawa organik yang
esensial untuk fungsi seluler. Beberapa senyawa ini memiliki peran penting dalam
pertahanan tumbuhan, respons terhadap stres, dan interaksi dengan lingkungan
sekitar.
4. Regulasi Keseimbangan Energi:
Respirasi membantu tumbuhan dalam mengatur keseimbangan energi dan
memastikan bahwa sumber daya yang diperoleh dari fotosintesis dan respirasi
seimbang. Ini memungkinkan tumbuhan untuk beradaptasi dengan perubahan
kondisi lingkungan.
5. Toleransi terhadap Stres:
Proses respirasi dapat membantu tumbuhan mengatasi kondisi stres, seperti
kekurangan oksigen atau kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
Reservasi energi yang dihasilkan selama respirasi dapat digunakan dalam kondisi
sulit untuk mempertahankan vitalitas dan kelangsungan hidup tumbuhan.
6. Metabolisme Respirasi pada Malam Hari:
Meskipun fotosintesis dominan pada siang hari, tumbuhan tetap melakukan
respirasi pada malam hari. Proses ini, yang disebut sebagai metabolisme respirasi,
membantu memenuhi kebutuhan energi tumbuhan selama periode tanpa cahaya
matahari.
7. Ketersediaan ATP untuk Reaksi Seluler:
ATP yang dihasilkan melalui respirasi digunakan sebagai sumber energi untuk
berbagai reaksi seluler, termasuk transportasi nutrisi, sintesis protein, dan berbagai
proses biokimia lainnya yang mendukung fungsi sel.
Respirasi, oleh karena itu, tidak hanya memenuhi kebutuhan energi tumbuhan,
tetapi juga berkontribusi pada regulasi keseimbangan metabolik dan kelangsungan
hidup tumbuhan dalam lingkungan yang selalu berubah.
2.7 Laju Respirasi
Laju respirasi klimaterik sering terkait dengan perubahan fisiologis dan
kimiawi signifikan selama pematangan buah, mempengaruhi penampilan, rasa,
dan tekstur buah. Ini juga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan
tingkat kematangan buah pada saat panen.laju respirasi non-klimaterik berkaitan
dengan aktivitas respirasi normal tanaman yang tidak tergantung pada
pematangan buah. Ini mungkin lebih konstan dan kurang berkorelasi dengan
perubahan kualitas buah.ketika merencanakan panen dan penyimpanan buah-
buahan, pemahaman tentang laju respirasi klimaterik dan non-klimaterik sangat
penting untuk mengelola kualitas dan umur simpan produk pertanian dengan
efektif.

2.6.1 Faktor Faktor yang mempengaruhi laju respirasi


Laju respirasi tumbuhan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor internal maupun eksternal. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi laju
respirasi termasuk:
1. Suhu:
Suhu merupakan faktor kunci yang mempengaruhi laju respirasi. Umumnya, laju
respirasi meningkat dengan kenaikan suhu. Ini karena suhu yang lebih tinggi
meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik yang terlibat dalam proses respirasi.
2. Tingkat Kelembaban:
Kelembaban juga dapat memengaruhi laju respirasi. Tumbuhan cenderung
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dalam kondisi kelembaban yang
lebih tinggi.
3. Ketersediaan Oksigen:
Respirasi merupakan proses yang membutuhkan oksigen. Ketersediaan oksigen
yang cukup diperlukan untuk mendukung laju respirasi yang optimal. Kondisi
yang menghambat sirkulasi oksigen, seperti kelembaban tinggi atau cairan tanah
yang jenuh, dapat mempengaruhi respirasi.
4. Ketersediaan Nutrisi:
Nutrisi, terutama karbohidrat, berperan dalam menyediakan substrat untuk
respirasi. Ketersediaan nutrisi yang memadai dapat meningkatkan laju respirasi
tumbuhan.
5. Kematangan:
Pada tahap kematangan buah dan organ tumbuhan tertentu, laju respirasi dapat
meningkat secara signifikan. Proses ini sering dikaitkan dengan produksi etilen
dan pematangan buah.
6. Ketersediaan Air:
Ketersediaan air yang cukup penting untuk mendukung proses respirasi. Kondisi
kekeringan dapat menghambat laju respirasi karena kelembaban yang rendah
dapat mempengaruhi aktivitas enzim.
7. Jenis Tanaman dan Jaringan:
Berbagai jenis tanaman dan jaringan dalam tanaman memiliki tingkat respirasi
yang berbeda. Misalnya, biji mungkin memiliki laju respirasi yang lebih rendah
daripada daun.
8. Faktor Genetik:
Perbedaan genetik antara spesies atau varietas tanaman dapat memengaruhi laju
respirasi. Beberapa tanaman mungkin memiliki kecenderungan untuk
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi atau lebih rendah.
9. Faktor Fisiologis:
Faktor-faktor fisiologis, seperti tingkat aktivitas metabolisme, keadaan kesehatan
tumbuhan, atau fase pertumbuhan, dapat mempengaruhi laju respirasi.
10. Kondisi Lingkungan Eksternal:
Faktor-faktor lingkungan seperti cahaya, radiasi, dan polutan juga dapat
memengaruhi laju respirasi.
Pemahaman yang baik tentang faktor-faktor ini penting untuk manajemen
pertanian, penyimpanan buah dan sayur, dan pengelolaan lingkungan tumbuhan
secara umum.
2.6.2 Zat penghambat Respirasi
Terdapat zat penghambat Respirasi yaitu:
a. Sianida
b. Fluoride
c. Lodo asetat
d. Co diberikan pada jaringan
e. Eter,aseton,Kloroform
Zat zat tersebut merupakan zat kimia yang juga bisa mempengaruhi tumbuh
kembang tanaman apabila terpapar olehnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan di atas dapat ditarik kesimpulan
berupa :
1. Respirasi pada makhluk hidup, jika semakin besar volume organisme maka
respirasi yang berlangsung semakin cepat. Begitu juga organisme yang
memiliki struktur tubuh kompleks, akan lebih cepat.
2. Respirasi dapat terjadi dalam kondisi aerob dan anaerob
3. Respirasi mempunyai tahapan di dalam sel sebelum menjadi sempurna untuk
di gunakan oleh tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Champbell, N.A,dkk.2002. “Biologi”. Edisi lima Jilid satu. Erlangga:Jakarta

Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Jasin,Maskoeri.1989. “Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi”. Bina


Pustakatama:Surabaya

Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.

Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah


Tropik. PT Gramedia. Jakarta.

Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Syamsuri. I. 2000. Biologi. Erlangga. Jakar

Anda mungkin juga menyukai