Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BOTANI FARMASI

‘RESPIRASI TUMBUHAN’
Dosen pengampu:
Apt. Nur Fadilah Bakri, S.Si., M.Si

Disusun oleh:
Kezia Claudia Saul (2022051064010) (A)
Mahaputri Dyta Meidazalsa (2022051064020) (A)
Irene Riang Wangloan (2022051064040) (A)
Nadya Ode (2022051064006) (B)
Kezia Blessing Mambi (2022051064025) (B)
Tristania M R Wulan (2022051064036) (B)
Olivia sarid Taudufu (2022051064055) (B)
Sarah Laba (2022051064007) (C)
Stephanie N C Mamoribo (2022051064017) (C)
Angella Ekhad Prakoso (2022051064038) (C)
Lita Febrianti Tampang (2022051064078) (C)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua
yang telah Dia berikan kepada kami sehingga kami dapat membuat makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Respirasi Tumbuhan” ini
bertujuan agar pembaca dapat mengetahui definisi dan proses respirasi pada
tumbuhan dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani Farmasi yang kami
pelajari di Universitas Cenderawasih Jayapura.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini, khususnya ibu Apt. Nur Fadilah
Bakri, S.Si., M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah botani farmasi yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari
berbagai sumber di internet dan buku yang akan kami paparkan sumbernya pada
daftar pustaka. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Meskipun kami telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik


baiknya namun kami sebagai manusia biasa bisa menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya kami sebagai penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bisa membuat kami menjadi lebih baik
membuat makalah selanjutnya dan dapat dijadikan bahan evaluasi .

Demikian, semoga makalah ini dapat di terima dan dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Jayapura, 22 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………....i
DAFTAR ISI………………………………………………………………..ii
BAB I: PENDAHULUAN…………………………….……………………1
1.1 Latar Belakang …………………………………….…….…………1
1.2 1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………….2

1.3 Tujuan Penulisan ...…………………………………………………2


BAB II: PEMBAHASAN ……...……………………………………….......3
2.1 Pengertian Respirasi Tumbuhan ……...…………………………….3
2.2 Respirasi Aerob Pada Tumbuhan ……………..………………….…4
2.3 Inspirasi dari Tahapan Glikolisis .……..……………………………6
2.4 Respirasi dari Tahapan Asam Piruvat ……………..………………..7
2.5 Rantau Transpor Elektron pada Tumbuhan ……………..………….11
2.6 Respirasi Anaerob Pada Tumbuhan ……………..…………………14
2.7 Regulasi Respirasi Tumbuhan ……………..……………………….17
2.8 Interaksi Respirasi dan Fotosintesis ……………..…………………20
BAB III: PENUTUP ………………..……………………….……………...22
3.1 Kesimpulan…………………………………….……………………22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………… ..………….…..23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kekayaan alam. Dari
kekayaan alam tersebut tentunya terdapat banyak keanekaragaman hayati yang
dijumpai. Salah satunya yaitu berbagai tumbuhan yang memiliki jenis yang
berbeda-beda. Tumbuhan memiliki ciri yang khas yaitu adanya klorofil atau
zat hijau daun yang digunakan untuk proses fotosintesis. Setiap makhluk
hidup pasti memiliki ciri adanya kehidupan, salah satunya yaitu bernapas atau
respirasi. Sama halnya dengan makhluk hidup yang lain, tumbuhan pun
melakukan proses bernapas. Sel pada tumbuhan dan hewan menggunakan
respirasi seluler sebagai alat untuk mengubah energi tersimpan menjadi bahan
kimia yang dikonsumsi oleh sel individual.
Namun, pernapasan pada tumbuhan berbeda dibandingkan dengan
pernapasan pada hewan atau manusia karena pernapasan pada tumbuhan lebih
kompleks prosesnya. Tumbuhan memiliki alat respirasi diantaranya yaitu
stomata, lenti sel, dan ujung akar. Tanpa adanya respirasi tumbuhan akan
mengalami kemunduran fisiologis karena respirasi merupakan proses yang
vital bagi kehidupan tumbuhan. Salah satu proses metabolisme primer adalah
respirasi, dimana proses ini merupakan proses esensial bagi kehidupan
tumbuhan. Tanpa adanya metabolisme primer, suatu organism akan terganggu
pertumbuhan, perkembangan, serta reproduksinya, dan akhirnya mati.
Respirasi adalah proses pelepasan energi kimia, molekul-molekul organik
dalam sel pada mitokondria. Pada proses fotosintesis terjadi pembentukan gula
dari molekul CO2 dan H2O dengan bantuan cahaya matahari. Pelepasan
energi kimia dalam respirasi ini terjadi melalui dua proses penting, yaitu
berlangsung antara lain: Proses oksidasi, disini terjadi pelepasan hidrogen atau
hidrogenase dimana pada proses aerobik penerima elektron terakhir adalah
O2, disini O2 sebagai adaptor, proses perombakan molekul dimana akbat dari
oksidatif ikatan karbon dari molekul dirombak sehingga akhirnya hanya
tinggal satu karbondioksida (Dermawan, 1983).
Reaksi yang terjadi selama proses respirasi merupakan kebalikan dari
reaksi yang terjadi selama fotosintesis. Hasil akhir dari fotosintesis adalah
glukosa, sedangkan pada respirasi adalah air. Proses terjadinya respirasi terdiri
dari tiga tahapan yaitu glikolisis, siklus krebs dan transfer elektron (Salissbury
and Ross, 1995).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan respirasi tumbuhan?
2. Bagaimana respirasi aerob pada tumbuhan?
3. Bagaimana proses terjadinya respirasi dari tahapan glikolisis?
4. Bagaimana proses terjadinya respirasi dari tahapan siklus asam sitrat?
5. Bagaimana proses terjadinya respirasi dari tahapan rantai transport
elektron?
6. Bagaimana respirasi anaerob pada tumbuhan?
7. Apa saja factor internal dan eksternal dalam respirasi tumbuhan?
8. Bagaimana hubungan antara respirasi dan fotosintesis dalam tumbuhan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian respirasi tumbuhan.
2. Untuk mengetahui bagaimana respirasi aerob pada tumbuhan.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya respirasi dari tahapan
glikolisis.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya respirasi dari tahapan
siklus asam sitrat.
5. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya respirasi dari tahapan
rantai transport elektron.
6. Untuk mengetahui bagaimana respirasi anaerob pada tumbuhan.
7. Untuk mengetahui apa saja factor internal dan eksternal dalam respirasi
tumbuhan.
8. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara respirasi dan fotosintesis
dalam tumbuhan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Respirasi Tumbuhan

Menurut Winarno dan Kartakusuma (1981), respirasi adalah suatu proses


metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa
yang lebih kompleks seperti pati, gula, protein, lemak, dan asam organik,
sehingga menghasilkan molekul yang sederhana seperti CO2, air serta energi
dan molekul lain yang dapat digunakan oleh sel untuk reaksi sintesa. Respirasi
adalah suatu proses biologis, yaitu oksigen diserap untuk digunakan pada
proses pembakaran (oksidatif) yang menghasilkan energi diikuti oleh
pengeluaran sisa pembakaran berupa gas karbondioksida dan air. Substrat
yang paling banyak diperlukan tanaman untuk proses respirasi dalam jaringan
tanaman adalah karbohidrat dan asam-asam organik bila dibandingkan dengan
lemak dan protein. respirasi dapat dibedakan dalam tiga tingkat : (a)
pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, (b) oksidasi gula menjadi
asam piruvat dan (c) transformasi piruvat dan asam-asam organik secara
aerobic menjadi karbondioksida, air dan energi. Protein dan lemak dapat pula
berperan sebagai substrat dalam proses pemecahan ini (Paramita, 2010). Pada
hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan
menjadi energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP
digunakan sebagai sumber energi bagi seluruh aktivitas hidup yang
memerlukan energi. Menurut Campbell et al (2002), aktivitas hidup yang
memerlukan energi antara lain, kerja mekanis (kontraktil dan motilitas),
transpor aktif (mengangkut molekul zat atau ion yang melawan gradien
konsentrasi zat), produksi panas (bagi tubuh burung dan hewan menyusui).
Namun, selain ketiga tujuan tersebut, energi dibutuhkan oleh tubuh untuk
transfer materi genetik dan metabolisme sendiri. Jadi respirasi seluler adalah
proses perombakan molekul organik kompleks yang kaya akan energi
potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah (proses
katabolik) pada tingkat seluler. Pada respirasi sel,oksigen terlibat sebagai
reaktan bersama dengan bahan bakarorganik dan akan menghasilkan air,
karbon dioksida, serta produk energi utamanya ATP. ATP (adenosin trifosfat)
memiliki energi untuk aktivitas sel seperti melakukan sintesis biomolekul dari
molekul pemula yang lebih kecil, menjalankan kerja mekanik seperti pada
kontraksi otot, dan mengangkut biomolekul atau ion melalui membrane
menuju daerah berkonsentrasi lebih tinggi.

2.2 Respirasi Aerob Pada Tumbuhan.

Respirasi aerob pada tumbuhan adalah serangkaian proses biokimia yang


melibatkan pengubahan glukosa menjadi energi dan melepaskan gas
karbondioksida dan air sebagai produk sampingan. Selama respirasi aerob,
tumbuhan menggunakan oksigen dari udara untuk mengurai glukosa pada
mitokondria, yang sering disebut sebagai pembangkit listrik sel. Energi yang
dihasilkan dalam proses ini digunakan untuk mendukung aktivitas sel, termasuk
sintesis protein dan pengangkatan ion.

Dalam respirasi aerob, glukosa terlebih dahulu dipecah oleh glikolisis,


proses yang terjadi di sitoplasma sel. Glikolisis menciptakan dua molekul piruvat,
yang kemudian diubah menjadi asetil-KoA dan diangkut ke dalam mitokondria
dengan bantuan transportor membran dalam sel. Di dalam mitokondria, asetil-
KoA bergabung dengan oksigen di dalam siklus asam sitrat, juga dikenal sebagai
siklus Krebs. Selama siklus ini, setiap molekul asetil-KoA dipecah menjadi
karbon dioksida dan hidrogen. Hidrogen ions kemudian diangkut melintasi
membran mitokondria dan menghasilkan energi dalam fosforilasi oksidatif. Energi
yang dihasilkan selama fosforilasi oksidatif digunakan untuk sintesis ATP dan
respirasi disempurnakan dengan melepaskan air dan karbondioksida.

Respirasi aerob pada tumbuhan memiliki beberapa persamaan dengan


respirasi aerob pada hewan dan bakteri, namun ada beberapa perbedaan penting.
Salah satu perbedaan terbesar adalah bahwa tumbuhan dapat melakukan
fotosintesis, proses di mana mereka menggunakan energi matahari untuk
mengubah karbondioksida menjadi glukosa. Fotosintesis memerlukan
karbondioksida dan melepaskan oksigen ke udara. Oleh karena itu, selama siang
hari, sel-sel tumbuhan bisa melakukan respirasi aerob dan fotosintesis secara
bersamaan. Selain itu, respirasi aerob pada tumbuhan tidak memerlukan
pengandaian membran mitokondria untuk menghasilkan energi sebagaimana
bakteri.

Contoh dari keseluruhan proses respirasi aerob pada tumbuhan ini terlihat
dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Ayala et al. (2015). Penelitian ini
menunjukkan bahwa tumbuhan lada melakukan respirasi saat menanggapi stres
persekitaran, seperti kekeringan. Penelitian menemukan bahwa meskipun respirasi
pada tanaman lada meningkat ketika terjadi kekeringan, fotosintesis tetap
berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun respirasi aerob pada
tumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi lingkungan, fotosintesis pada
tumbuhan tetap berlangsung.

Respirasi aerob pada tumbuhan terjadi di mitokondria, organel sel yang


berfungsi sebagai tempat produksi energi dalam sel. Proses respirasi aerob pada
tumbuhan melibatkan serangkaian tahapan reaksi kimia kompleks yang memecah
glukosa menjadi karbon dioksida, air, dan energi. Reaksi ini menggunakan
oksigen dan menghasilkan energi dalam bentuk ATP (adenosine triphosphate),
yang digunakan oleh sel untuk berbagai fungsi.

Proses respirasi aerob pada tumbuhan meliputi tiga tahapan utama, yaitu
glikolisis, siklus Krebs, dan fosforilasi oksidatif. Glikolisis terjadi dalam
sitoplasma sel dan memecah molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat,
menghasilkan sedikit energi dalam bentuk ATP. Selanjutnya, piruvat masuk ke
dalam mitokondria dan terlibat dalam reaksi siklus Krebs, yang menghasilkan
lebih banyak energi dalam bentuk ATP. Proses ini juga menghasilkan karbon
dioksida sebagai produk sampingan. Akhirnya, molekul yang kaya akan energi
yang dihasilkan dari siklus Krebs digunakan dalam proses fosforilasi oksidatif,
yang menghasilkan lebih banyak ATP dan air sebagai produk akhir.
Contoh dari proses respirasi aerob pada tumbuhan adalah saat tumbuhan
mengambil nutrisi dari tanah dan melakukan fotosintesis untuk menghasilkan
glukosa dan oksigen. Glukosa kemudian digunakan oleh tumbuhan untuk
melakukan respirasi aerob, menghasilkan energi yang diperlukan untuk berbagai
fungsi sel.

2.3 Respirasi Dari Tahapan Glikolisis

Glikolisis adalah tahap pertama respirasi aerob pada tumbuhan dan terjadi
di sitoplasma. Tahap ini memecah glukosa menjadi piruvat melalui serangkaian
reaksi kimia. Pada tahap ini, glukosa yang bersumber dari fotosintesis atau
metabolisme bahan organik dipecah menjadi dua molekul asam piruvat, yang
disertai dengan produksi ATP dan NADH. Selain itu, tahap glikolisis memerlukan
sedikit energi untuk dimulai, namun menghasilkan banyak energi

Contoh dari proses glikolisis pada tumbuhan adalah ketika tumbuhan


menerima gula sebagai sumber karbohidrat dan mengubahnya menjadi glukosa
untuk dipecah menjadi energi pada tahap berikutnya.

Berikut adalah tahapan pada proses glikolisis:

- Glukosa berubah menjadi glukosa 6-fosfat disertai dengan pemecahan


ATP

menjadi Adenosin Difosfat (ADP) yang dibutuhkan untuk menjadi sumber

energi.

-Setelah itu, glukosa 6-fosfat diubah lagi menjadi fruktosa 6-fosfat.

- Fruktosa 6-fosfat kemudian diubah lagi menjadi fruktosa 1,6 bifosfat

dengan penguraian ATP menjadi ADP.

- Kemudian, fruktosa 1,6 difosfat dipecah lagi menjadi 1 molekul

gliseraldehid 3-fosfat atau PGAL dan 1 molekul dihidroksiaseton atau

DHAP.
- Molekul DHAP kemudian diubah menjadi PGAL sehingga menghasilkan

2 molekul PGAL.

- Molekul PGAL kemudian diubah lagi menjadi 1,3 bifosfogliserat dengan

mengikat fosfat organik. Jadi setiap 1 molekul PGAL akan menghasilkan 1

NADH.

- 1,3 bifosfogliserat akan diubah lagi menjadi 3-fosfogliserat dimana ATP

adalah sumber energi.

- 3-fosfogliserat berubah menjadi 2-fosfogliserat.

- 2-fosfogliserat kemudian berubah menjadi senyawa fosfoenolpiruvat

(PEP)

- Kemudian yang terakhir fosfoenolpiruvat berubah menjadi asam piruvat

dan ATP dibentuk.

- ATP menjadi sumber energi untuk mengantarkan ke mitokondria.

2.4 Respirasi Dari Tahapan Asam Piruvat

Siklus asam sitrat terjadi di dalam mitokondria tumbuhan

Siklus Krebs merupakan pusat bagi seluruh aktivitas metabolisme tubuh.


Siklus ini tidak hanya digunakan untuk memproses karbohidrat namun juga
digunakan untuk memproses molekul lain seperti protein dan juga lemak.
Sebelum memasuki Siklus Asam Sitrat (Citric Acid Cycle) molekul piruvat akan
teroksidasi terlebih dahulu di dalam mitokondria menjadi Acetyl-Coa dan CO.
Molekul Acetyl CoA yang merupakan produk akhir dari proses konversi Pyruvate
kemudian akan masuk kedalam Siklus Krebs.

Inti dari proses yang terjadi pada siklus ini adalah untuk mengubah 2 atom
karbon yang terikat didalam molekul Acetyl-CoA menjadi 2 molekul karbon
dioksida (CO2), membebaskan koenzim A serta, memindahkan energi yang
dihasilkan pada siklus ini ke dalam senyawa NADH, FADH dan GTP. Selain
menghasilkan CO dan GTP, dari persamaan reaksi dapat terlihat bahwa satu
putaran Siklus Krebs juga akan menghasilkan molekul NADH & molekul FADH .
Untuk melanjutkan proses metabolisme energi, kedua molekul ini kemudian akan
diproses kembali secara aerobik di dalam membran sel mitokondria melalui
proses Rantai Transpor Elektron untuk menghasilkan produk akhir berupa ATP
dan air (Irawan, 2007).

Contoh dari proses siklus Krebs pada tumbuhan adalah ketika tumbuhan
menggunakan asam piruvat yang dihasilkan dari glikolisis dalam proses respirasi
aerob untuk menghasilkan lebih banyak energi jangka panjang, seperti yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi.

Berikut adalah langkah-langkah utama dalam siklus asam sitrat:

1. Tahap Awal:

• Asetil-CoA, yang dihasilkan dari dekarboksilasi asam piruvat,


bergabung dengan oksaloasetat (OAA) untuk membentuk asam
sitrat.

• Reaksi ini dikatalisis oleh enzim citrate synthase.

2. Reaksi Dehidrogenasi Isositrat:


• Asam sitrat mengalami dehidrogenasi dan dekarboksilasi untuk
menghasilkan alfa-ketoglutarat.

• Dalam reaksi ini, NAD+ diubah menjadi NADH + H+, dan satu
molekul CO2 dilepaskan.

• Enzim isocitrate dehidrogenase mengkatalisis reaksi ini.

3. Reaksi Dehidrogenasi Alfa-Ketoglutarat:

• Alfa-ketoglutarat mengalami dehidrogenasi untuk menghasilkan


suksinil-CoA.

• Dalam reaksi ini, NAD+ diubah menjadi NADH + H+, dan satu
molekul CO2 dilepaskan.

• Enzim alfa-ketoglutarat dehidrogenase mengkatalisis reaksi ini.

4. Reaksi Suksinil-CoA:

• Suksinil-CoA mengalami reaksi di mana gugus suksinilnya


ditransfer ke guanosin difosfat (GDP), menghasilkan guanosin
trifosfat (GTP).

• Enzim suksinil-CoA sintetase mengkatalisis reaksi ini.

• GTP kemudian dapat berkonversi menjadi ATP melalui fosforilasi


substrat.

5. Reaksi Suksinat:

• Suksinat mengalami dehidrogenasi untuk menghasilkan fumarat.

• Dalam reaksi ini, flavin adenin dinukleotida (FAD) diubah menjadi


FADH2.

• Enzim suksinat dehidrogenase mengkatalisis reaksi ini.

6. Reaksi Fumarat:

• Fumarat dihidrasi menjadi malat.


• Enzim fumarase mengkatalisis reaksi ini.

7. Reaksi Malat:

• Malat mengalami dehidrogenasi untuk membentuk oksaloasetat


(OAA).

• Dalam reaksi ini, NAD+ diubah menjadi NADH + H+.

• Enzim malat dehidrogenase mengkatalisis reaksi ini.

Setelah reaksi malat, siklus asam sitrat kembali ke tahap awal di mana
oksaloasetat bergabung dengan asetil-CoA untuk memulai siklus baru.

• Asam sitrat mengalami dehidrogenasi dan dekarboksilasi untuk


menghasilkan alfa-ketoglutarat.

• Dalam reaksi ini, NAD+ diubah menjadi NADH + H+, dan satu
molekul CO2 dilepaskan.

• Enzim isocitrate dehidrogenase mengkatalisis reaksi ini.

3. Reaksi Dehidrogenasi Alfa-Ketoglutarat:

• Alfa-ketoglutarat mengalami dehidrogenasi untuk menghasilkan


suksinil-CoA.

• Dalam reaksi ini, NAD+ diubah menjadi NADH + H+, dan satu
molekul CO2 dilepaskan.

• Enzim alfa-ketoglutarat dehidrogenase mengkatalisis reaksi ini.

4. Reaksi Suksinil-CoA:

• Suksinil-CoA mengalami reaksi di mana gugus suksinilnya


ditransfer ke guanosin difosfat (GDP), menghasilkan guanosin
trifosfat (GTP).
• Enzim suksinil-CoA sintetase mengkatalisis reaksi ini.

• GTP kemudian dapat berkonversi menjadi ATP melalui fosforilasi


substrat.

5. Reaksi Suksinat:

• Suksinat mengalami dehidrogenasi untuk menghasilkan fumarat.

• Dalam reaksi ini, flavin adenin dinukleotida (FAD) diubah menjadi


FADH2.

• Enzim suksinat dehidrogenase mengkatalisis reaksi ini.

6. Reaksi Fumarat:

• Fumarat dihidrasi menjadi malat.

• Enzim fumarase mengkatalisis reaksi ini.

7. Reaksi Malat:

• Malat mengalami dehidrogenasi untuk membentuk oksaloasetat


(OAA).

• Dalam reaksi ini, NAD+ diubah menjadi NADH + H+.

• Enzim malat dehidrogenase mengkatalisis reaksi ini.

Setelah reaksi malat, siklus asam sitrat kembali ke tahap awal di mana
oksaloasetat bergabung dengan asetil-CoA untuk memulai siklus baru.

2.5 Rantai Transpor Elektron pada Tumbuhan


Transfer elektron atau transpor elektron merupakan proses produksi ATP
(energi) dari NADH dan FADH2 yang dihasilkan dalam glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, dan siklus krebs. Transfer elektron terjadi di membran dalam
mitokondria, yang dibantu oleh kelompok-kelompok protein yang terdapat pada
membran tersebut. Proses ini disebut juga dengan fosforilasi oksidatif dan
ditemukan pada tahun 1948 oleh Eugene Kennedy dan Albert Lehninger. Transfer
elektron merupakan tahapan terakhir dari respirasi aerob yang nantinya akan
menghasilkan ATP dan H2O sebagai hasil akhirnya. Dalam transfer elektron,
oksigen berperan sebagai penerima elektron terakhir yang nantinya akan
membentuk H2O yang akan dikeluarkan dari sel.

Respirasi aerob merupakan proses pemecahan glukosa menghasilkan


energi dengan adanya oksigen yang akan menghasilkan sisa air dan
karbondioksida. Sedangkan repirasi anaerob merupakan pemecahan glukosa
menghasilkan energi tanpa adanya oksigen dengan hasil akhir berupa asam laktat
(pada hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme) dan alkohol (pada jamur bersel
satu / yeast). Energi yang dihasilkan dari respirasi aerob lebih banyak (36 / 38
ATP) dibandingkan energi yang dihasilkan melalui respirasi anaerob (2 ATP).
Oleh karena itu, tubuh selalu mengutamakan terjadinya respirasi aerob
dibandingkan anaerob. Respirasi aerob terjadi melalui empat tahapan yaitu
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transfer elektron.

Mengapa disebut dengan transfer elektron? karena dalam prosesnya terjadi


transfer elektron dari satu protein ke protein yang lain. Elektron yang ditransfer
berasal dari NADH dan FADH2 yang telah terbentuk sebelumnya. Elektron akan
ditransfer dari tingkat energi tinggi menuju tingkat energi yang lebih rendah
sehingga akan melepaskan energi yang akan digunakan untuk membentuk ATP.
Pada membran dalam mitokondria terdapat komplek protein I, komplek protein II,
ubiquinon (Q), komplek protein III, sitokrom c (cyt c), dan komplek protein IV.
Elektron akan ditransfer ke masing-masing protein tersebut untuk membentuk
ATP. Sedangkan molekul O2 akan berperan sebagai penerima elekron terakhir
yang nantinya akan berubah menjadi H2O. ATP akan dihasilkan oleh enzim ATP
sintase melalui proses yang disebut kemiosmosis.
Tahapan transfer elektron adalah sebagai berikut.

1. NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I.


Peristiwa ini membebaskan energi yang memicu dipompanya H+ dari
matriks mitokondria menuju ruang antar membran. NADH yang telah
kehilangan elektron akan berubah menjadi NAD+.

2. Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.

3. Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan
memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.

4. Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.

5. Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan
memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.

6. Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian


berikatan dengan 2 ion H+ membentuk H2O.

7. Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi


memicu dipompanya 3 H+ keluar menuju ruang antar membran. H+ atau
proton tersebut akan kembali menuju matriks mitokondria melalui enzim
yang disebut ATP sintase.

8. Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut


membentuk ATP secara bersamaan. Karena terdapat 3 H+ yang masuk
kembali ke dalam matriks, maka terbentuklah 3 molekul ATP. Proses
pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan dengan
kemiosmosis.

Penjelasan di atas adalah proses transfer elektron yang berasal dari molekul
NADH. Bagaimana dengan elektron yang berasal dari FADH2 ?

FADH2 akan mentransfer elektronnya bukan kepada komplek protein I, namun


pada komplek protein II. Transfer pada komplak protein II tidak memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran. Setelah dari komplek
protein II, elektron akan ditangkap oleh ubiquinon dan proses selanjutnya sama
dengan transfer elektron dari NADH. Jadi pada transfer elektron yang berasal dari
FADH2 hanya terjadi 2 kali pemompaan H+ keluar menuju ruang antar mebran.
Oleh sebab itu dalam proses kemiosmosis hanya terbentuk 2 molekul ATP saja.

Jadi pada satu NADH yang menjalani transfer elektron akan menghasilkan 3
molekul ATP. Sedangkan satu molekul FADH2 yang menjalani transfer elektron
akan menghasilkan 2 molekul ATP. Dan pada akhir dari respirasi aerob molekul
glukosa. Respirasi ini akan menghasilkan energi sebanyak 36 / 38 ATP dengan
hasil akhir berupa CO2 dan H2O yang akan dikeluarkan dari tubuh sebagai zat
sisa respirasi. Satu molekul glukosa dengan 6 atom C, ketika mengalami respirasi
aerob akan melepaskan 6 molekul CO2. Karbondioksida tersebut dibebaskan pada
tahap dekarboksilasi oksidatif dan siklus krebs.

2.6 Respirasi Anaerob pada Tumbuhan

Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak


menggunakan oksigen bebas sebagai penerima atom hidrogen ( H ) terakhir, tetapi
menggunakan senyawa tertentu ( seperti : etanol, asam laktat ) .Asam piruvat yang
dihasilkan pada tahapan glikolisis dapat dimetabolisasi menjadi senyawa yang
berbeda ( ada/tersedianya oksigen atau tidak ) .Pada kondisi aerobik ( tersedia
oksigen ) sistem enzim mitokondria mampu mengkatalisis oksidasi asam piruvat
menjadi H2O dan CO2 serta menghasilkan energi dalam bentuk ATP ( Adenosin
Tri Phosphat ).
Pada kondisi anaerobik ( tidak tersedia oksigen ), suatu sel akan dapat
mengubah asam piruvat menjadi CO2 dan etil alkohol serta membebaskan energi (
ATP ). Atau oksidasi asam piruvat dalam sel otot menjadi CO2 dan asam laktat
serta membebaskan energi ( ATP ).Bentuk proses reaksi yang terakhir disebut,
lazim dinamakan fermentasi. Proses ini juga melibatkan enzim-enzim yang
terdapat di dalam sitoplasma sel.

Pada respirasi anaerob, tahapan yang ditempuh meliputi :

1. Tahapan glikolisis, dimana 1 molekul glukosa ( C6 ) akan diuraikan


menjadi asam piruvat, NADH dan 2 ATP

2. Pembentukan alkohol ( fermentasi alkohol ), atau pembentukan asam


laktat ( fermentasi asam laktat )

3. Akseptor elektron terakhir bukan oksigen, tetapi senyawa lain seperti :


alkohol, asam laktat

4. Energi ( ATP ) yang dihasilkan sekitar 2 ATP

Beberapa proses reaksi yang berlangsung secara anaerob ( Respirasi Anaerob ) :


Fermentasi alkohol : Proses ini terjadi pada beberapa mikroorganisme
seperti jamur ( ragi ), dimana tahapan glikolisis sama dengan yang terjadi pada
respirasi aerob. Setelah terbentuk asam piruvat ( hasil akhir glikolisis ), asam
piruvat mengalami dekarboksilasi (: sebuah molekul CO2 dikeluarkan ) dan
dikatalisis oleh enzim alkohol dehidrogenase menjadi etanol atau alkohol dan
terjadi degradasi molekul NADH menjadi NAD+ serta membebaskan
energi/kalor. Proses ini dikatakan sebagai “pemborosan” karena sebagian besar
energi yang terkandung dalam molekul glukosa masih tersimpan di dalam alkohol.
Itulah sebabnya, alkohol/etanol dapat digunakan sebagai bahan bakar. Fermentasi
alkohol pada mikroorganisme merupakan proses yang berbahaya bila konsentrasi
etanolnya tinggi. Secara sederhana, reaksi fermentasi alkohol ditulis :

2CH3COCOOH -———> 2CH3CH2OH + 2CO2 + 28 kkal

asam piruvat etanol/alcohol

Fermentasi asam laktat : Pada sel hewan ( juga manusia ) terutama pada
sel-sel otot yang bekerja keras , energi yang tersedia tidaklah seimbang dengan
kecepatan pemanfaatan energi karena kadar O2 yang tersedia tidak mencukupi
untuk kegiatan respirasi aerob ( reaksi yang membutuhkan oksigen ). Proses
fermentasi asam laktat dimulai dari lintasan glikolisis yang menghasilkan asam
piruvat. Karena tidak tersedianya oksigen maka asam piruvat akan mengalami
degradasi molekul ( secara anaerob ) dan dikatalisis oleh enzim asam laktat
dehidrogenase dan direduksi oleh NADH untuk menghasilkan energi dan asam
laktat. Secara sederhana reaksi fermentasi asam laktat ditulis sebagai berikut.

2CH3COCOOH -———> 2CH3CHOHCOOH + 47 kkal

asam piruvat asam laktat

Dalam keadaan normal, respirasi seluler organisme dilakukan melalui proses


fosforilasi oksidatif yang memerlukan oksigen bebas. Sehingga hasil ATP respirasi
sangat tergantung pada pasokan oksigen yang cukup bagi selnya. Tanpa oksigen
elektronegatif untuk menarik electron pada rantai transport electron, fosforilasi
oksidatif akan terhenti. Akan tetapi, fermentasi memberikan suatu mekanisme
sehingga sebagian sel dapat mengoksidasi makanan dan menghasilkan ATP tanpa
bantuan oksgen. Misalnya, pada tumbuhan darat yang tanahnya tergenang air
sehingga akar tidak dapat melakukan respirasi aerob karena kadar oksigen dalam
rongga tanah sangat rendah.

Secara prosedural, fermentasi merupakan suatu perluasan glikolisis yang dapat


menghasilkan ATP hanya dengan fosforilasi tingkat substrat sepanjang terdapat
pasokan NAD+ yang cukup untuk menerima electron selama langkah oksidasi
dalam glikolisis. Mekanisme fermentasi tidak dapat mendaur ulang NAD+ dari
NADH karena tidak mempunyai agen pengoksidasi (kondisi anaerob). Sehingga
yang terjadi adalah NADH melakukan transfer electron ke piruvat atau turunan
piruvat.

2.7 Regulasi Respirasi Tumbuhan

Dalam proses respirasi ada faktor-faktor yang mempengaruhinya dan faktor-faktor


ini dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal dalam respirasi adalah faktor yang berasal dari dalam tumbuhan
sendiri, seperti :

a. Jumlah plasma dalam sel.

Jaringan-jaringan meristematik (jaringan yang masih muda) terdapat sel-sel yang


masih penuh dengan plasma dengan viabilitas tinggi biasanya mempunyai
kecepatan respirasi yang lebih besar daripada jaringan-jaringan yang lebih tua
dengan jumlah plasmanya sudah lebih sedikit.

b. Jumlah substrat respirasi dalam sel.

Jumlah substrat respirasi pada tumbuhan merupakan hal yang penting dalam
melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang sedikit akan
melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Sebaliknya, tumbuhan dengan
kandungan substrat yang banyak akan melakukan respirasi dengan laju yang
tinggi. Substrat utama respirasi adalah karbohidrat.

c. Umur dan tipe tumbuhan.

Tingkat respirasi yang terjadi pada tumbuhan muda akan lebih tinggi dari
tumbuhan yang sudah dewasa atau lebih tua. Hal ini dikarenakan pada tumbuhan
muda jaringannya juga masih muda dan sedang berkembang dengan baik. Umur
tumbuhan juga akan memepengaruhi laju respirasi. Laju respirasi tinggi pada saat
perkecambahan dan tetap tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif awal (di mana
laju pertumbuhan juga tinggi) dan kemudian akan menurun dengan bertambahnya
umur tumbuhan.

Gambar. Proses Respirasi pada Tumbuhan

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal dalam respirasi merupakan faktor yang berasal dari luar sel atau
lingkungan, yaitu:

a. Suhu.

Secara umum pada batas-batas tertentu kenaikan suhu menyebabkan pula


kenaikan laju respirasi. Kecepatan reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing
spesies tumbuhan. Namun, kenaikan suhu yang melebihi batas minimum kerja
enzim, akan menurunkan laju respirasi karena enzim respirasi tidak dapat bekerja
dengan baik pada suhu tertalu tinggi.

b. Kandungan O2 udara.

Pengaruh kadar oksigen dalam atmosfer terhadap kecepatan respirasi akan


berbeda-beda tergantung pada jaringan dan jenis tumbuhan, tetapi meskipun
demikian makin tinggi kadar oksigen di atmosfer maka makin tinggi kecepatan
respirasi tumbuhan.

c. Kandungan CO2 udara.

Semakin tinggi konsentrasi karbondioksida diperkirakan dapat menghambat


proses respirasi. Konsentrasi karbondioksida yang tinggi menyebabkan stomata
menutup sehingga tidak terjadi pertukaran gas atau oksigen tidak dapat diserap
oleh tumbuhan. Pengaruh hambatan yang telah diamati pada respirasi daun
mungkin disebabkan oleh hal ini.

d. Kandungan air dalam jaringan.

Pada umumnya dengan naiknya kandungan air dalam jaringan kecepatan respirasi
juga akan meningkat. Ini nampak jelas pada biji yang sedang berkecambah.

e. Cahaya.

Cahaya akan mendorong laju respirasi pada jaringan tumbuhan yang berklorofil
karena cahaya berpengaruh pada tersedianya substrat respirasi yang dihasilkan
dari proses fotosintesis.

f. Luka dan stimulus mekanik.

Luka atau kerusakan jaringan (stimulus mekanik) pada jaringan daun


menyebabkan laju respirasi naik untuk sementara waktu, biasanya beberapa menit
hingga satu jam. Luka memicu respirasi tinggi karena tiga hal, yaitu:

1) oksidasi senyawa fenol terjadi dengan cepat karena pemisahan antara


substrat dan oksidasenya dirusak;
2) proses glikolisis yang normal dan katabolisme oksidatif meningkat karena
hancurnya sel atau sel-sel sehingga menambah mudahnya substrat dicapai
enzim respirasi
3) akibat luka biasanya sel-sel tertentu kembali ke keadaan meristematis
diikuti
pembentukan kalus dan penyembuhan atau perbaikan luka.

g. Garam-garam mineral.

Bila terjadi penyerapan garam-garam mineral dari dalam tanah, maka laju
respirasi akan meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi yang diperlukan pada
saat garam/ion diserap dan diangkut. Keperluan energi itu dipenuhi dengan
menaikkan laju respirasi. Fenomena ini dikenal dengan respirasi garam.

2.8 Interaksi Respirasi dan Fotosintesis


Respirasi dan fotosintesis merupakan proses metabolik yang sangat
penting dalam tumbuhan. Respirasi merujuk pada proses penguraian zat makanan
yang melibatkan oksidasi senyawa organik menjadi CO2 dan H2O dengan
pelepasan energi dalam bentuk ATP. Sedangkan fotosintesis merujuk pada proses
produksi senyawa organik dari CO2 dan H2O dengan bantuan energi cahaya
matahari. Meskipun didasarkan pada reaksi kimia yang berseberangan, respirasi
dan fotosintesis bertautan dalam tumbuhan karena fotosintesis membutuhkan CO2
dan mensintesakan O2 sebagai produk, sedangkan dalam respirasi, O2 digunakan
sebagai substrat dan CO2 dilepaskan sebagai produk.

Dalam hubungan antara respirasi dan fotosintesis, fotosintesis menghasilkan


glukosa dan O2 sebagai produk dan selama respirasi, senyawa organik dioksidasi
secara progresif untuk menghasilkan energi yang tumbuhan butuhkan. Selain itu,
ketersediaan O2 merupakan persyaratan penting dalam proses respirasi. Oleh
karena itu, fotosintesis dan respirasi merupakan proses metabolisme yang
berkelanjutan di tumbuhan, di mana mereka bergantung satu sama lain untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhan tumbuhan.

Dalam keadaan cahaya, tumbuhan melakukan fotosintesis. Dalam proses


fotosintesis, karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) diserap oleh tumbuhan melalui
stomata dan diubah menjadi glukosa dan oksigen (O2) dengan bantuan energi
cahaya. Glukosa yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai sumber energi dan
bahan baku untuk sintesis senyawa organik lainnya, sementara oksigen (O2)
dilepaskan ke atmosfer sebagai produk sampingan.

Oksigen yang dihasilkan dalam fotosintesis kemudian dapat digunakan dalam


proses respirasi tumbuhan. Prosedur respirasi menghasilkan energi yang
digunakan tumbuhan untuk proses metabolisme, pertumbuhan, dan reproduksi.
Selain itu, CO2 juga dihasilkan sebagai produk sampingan dalam proses respirasi
dan kemudian dapat digunakan kembali dalam proses fotosintesis dalam suatu
siklus.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Respirasi adalah suatu proses biologis, yaitu oksigen diserap untuk digunakan
pada proses pembakaran (oksidatif) yang menghasilkan energi diikuti oleh
pengeluaran sisa pembakaran berupa gas karbondioksida dan air. Respirasi
tumbuhan memiliki peran krusial dalam menghasilkan energi bagi tumbuhan dan
mempengaruhi perkembangan. Respirasi tumbuhan penting dalam produksi ATP,
Pertumbuhan dan perkembangan sel , Transportasi Nutrisi, Reaksi metabolisme,
dan adaptasi terhadap lingkungan . Dengan demikian, respirasi tumbuhan adalah
proses yang berkelanjutan dan vital bagi kehidupan mereka. Melalui respirasi
yang berkesinambungan, tumbuhan dapat memenuhi kebutuhan energi, tumbuh
dengan baik, menjalankan berbagai fungsi seluler, dan beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., et al. Molecular Biology of the Cell. 6th edition
Garland Science, 2014.

Anonim ,2022, Respirasi Aerob: Pengertian Tahapan & Perbedaan pada Anaerob
, Jakarta, sampoernaacademy.

Ayala, N.G.,dkk. (2015). Respiratory metabolism of chili plants under drought


and rehydration conditions. PLoS ONE 10:e0128865. Doi:
10.1371/journal.pone.0128865.

Berg, J.M., Tymoczko, J.L., Gatto, G.J. Stryer, L. Biochemistry. 8th edition. W.H
Freeman and Company, 2015.

Campbell et al. 2002. Biologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., et al. Biology. 11th edition. Pearson,
2016.

Darmawan dan Baharsjah. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT


Gramedia.Jakarta.

Dever, L.V., dkk (2014). The role of mitochondria in the activation/maintenance of


adaptive responses to hypoxia. Hypoxia, 2: 91-106.

Kimball’s Biology Pages. (2004). The Light-Dependent Reactions of


Photosynthesis.

Lodish, H., Berk, A., Zipursky, S.L., et al. Molecular Cell Biology. 4 th edition.
W.H. Freeman and Company, 2000.

Nelson DL, Cox MM. (2008). Principles of Biochemistry, Fifth Edition. W. H.


Freeman and Company.
Nelson, D.L., Cox, M.M. Lehninger Principles of Biochemistry. 7th edition. W.H.
Freeman and Company, 2017.

Panji Tok, 2015, Proses dan Tahapan Transfer/Transpor Elektron , EDUBIO

Paramita, Octavianti. 2010. “Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola


Respirasi, Produksi Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Mangifera Indica
L)Var Gedong Gincu pada Berbagai Suhu Penyimpanan”. Jurnal
Kompetensi Teknik Vol.2, No.1.

Raghavendra, A.S., Sage, R.F., dkk (2010). Photosynthesis in silico:


Understanding Complexity from Molecules to Ecosystems. Springer-
Verlag Berlin Heidelberg.

Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB. Bandung.

Siedow, J.N., dkk (2000) Respiration and photorespiration. In: Buchanan, B.B.,
Gruissem, W., Jones, R.L. (eds) Biochemistry & molecular biology of
plants. American Society of Plant Physiologists, Rockville, MD, pp 676–
728.

Taiz, L., & Zeiger, E. (2013). Plant physiology (5th ed.). Sunderland, MA: Sinauer
Associates, Inc

von Caemmerer, S., Furbank, R.T., dkk(2012). The C4 pathway: an efficient CO2
pump. Photosynthesis Research, 114(1): 269-281.

Winarno, F.G dan M. Aman Kartakusuma. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sentra
Hudaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai