Anda di halaman 1dari 15

PERMAKULTUR SEBAGAI JAWABAN UNTUK

KESEHATAN MANUSIA, BUMI, DAN PELESTARIAN


KEANEKARAGAMAN HAYATI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Biologi Dasar
Dosen Pengampu:
Dra. Daawia,M.Sc

Disusun oleh:
Kezia Blessing Mambi
(2022051064025)
Kelas : B

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas
limpahan rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul,
“Permakultur sebagai jawaban untuk Kesehatan Manusia, Bumi dan Pelestarian
Keanekaragaman Hayati” dapat terselesaikan dengan baik.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Tuhan karuniai
kepada saya sehingga makalah ini dapat saya susun melalui beberapa sumber,
yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada ibu Dra.Daawia,M.Sc sebagai
dosen pengampu mata kuliah biologi dasar yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam pembelajaran.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan saya. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jayapura, 26 November 2022

Kezia Blessing Mambi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………....i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...ii
BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang …………………………………….…….………….1
1.2 1.4 Rumusan Masalah …………………………………………………..2
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………2
BAB II: PEMBAHASAN ……...………………………………………....... 3
2.1 Definisi Permakultur……...……………………………....................3
2.2 Permakultur di Indonesia ……………………………………………5
2.3 Etika Dasar Permakultur……………………..…………….………...6
2.4 Prinsip Permakultur ………. ……...……………………………… .7
2.5 Dampak dan Manfaat Permakultur……………………………….. . .9
BAB III: PENUTUP ………………..……………………………………....11
3.1 Kesimpulan…………………………………….
………………………..11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………… ..………….…..12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar dari kita sekarang memahami bahwa cara hidup kita di
planet ini harus berubah jika umat manusia ingin bertahan. Kita dihadapkan
pada berbagai tantangan yang mengancam keberadaan kita.
Teknik pertanian monokultur telah dihadapkan pada
permasalahan kerusakan lingkungan akibat pemakaian pestisida dan
penurunan keanekaragaman spesies. Namun ada sebuah sistem pertanian yang
sebenarnya bisa selaras dengan alam tanpa menimbulkan kerusakan yang
berlebih, yaitu permakultur.
Istilah permakultur diciptakan pada tahun 1970-an oleh David Holmren dan
Bill Mollison, dua orang Australia yang berdedikasi pada penggunaan lahan
yang berkelanjutan. Meskipun mereka yang pertama menggunakan kata
tersebut, cita-cita permakultur dalam arti modern telah ada setidaknya sejak
awal abad ke-20, dan praktik yang membentuk inti permakultur sudah ada
sejak ribuan tahun yang lalu.

Permakultur.adalah teknik yang mengintegrasikan tanah, sumber daya,


manusia, dan lingkungan melalui sinergi yang saling menguntungkan meniru
sistem tanpa limbah, sistem loop tertutup yang terlihat dalam beragam sistem
alam menurut Permaculture Research Institute . Mempelajari permakultur dan
menerapkan solusi holistik, dapat diterapkan dalam konteks pedesaan dan
perkotaan pada skala apa pun. Sistem ini adalah kotak alat multidisiplin
termasuk pertanian, pemanenan air dan hidrologi, energi, bangunan alam,
kehutanan, pengelolaan limbah, sistem hewan, budidaya, teknologi tepat guna,
ekonomi serta pengembangan masyarakat.

Pelaksanaan permakultur dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional


dan memberikan kesempatan bagi petani untuk memperoleh bahan makanan
mereka sendiri tanpa perlu mengeluarkan biaya lagi (Didarali & Gambiza,
2019). Melalui permakultur, petani dapat mengurangi biaya yang perlu

1
2

mereka keluarkan untuk memperoleh bahan pangan. Bahan pangan dari hasil
permakultur juga terbukti memiliki lebih banyak nutrisi, sehingga bermanfaat
bagi kesehatan para petani maupun konsumen yang membeli bahan pangan
dari petani tersebut.
Dalam sektor pertanian, permakultur merupakan salah satu jenis sistem
pertanian yang membutuhkan proses desain tertentu untuk menjadikan sistem
pertanian tersebut lebih berkelanjutan (Rossum, 2018). Tujuan permakultur
adalah memulihkan tanah, menghemat air, dan mengarahkan aliran limbah.
Prinsipnya adalah membuat sistem produksi tanaman dengan memperhatikan
fungsi masing-masing tanaman dan interaksi antar tanaman dimana
komponen-komponen di dalamnya saling menguntungkan satu sama lain.
Prosesnya terinspirasi oleh hubungan sehari-hari yang ditemukan di alam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Permakultur ?
2. Bagaimana Permakultur di Indonesia ?
3. Apa saja Etika dalam Permakultur ?
4. Bagaimana Prinsip Permakultur Terhadap kesehatan manusia, bumi, dan
keanekaragaman hayati ?
5. Bagaimana Manfaat dan dampak permakultur bagi kesehatan manusia,
bumi,dan keanekaragaman hayati? ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi permakultur
2. Untuk mengetahui Permakultur di Indonesia
3. Untuk mengetahui Etika dalam Permakultur
4. Untuk mengetahui Prinsip Permakultur Terhadap kesehatan manusia,
bumi, dan keanekaragaman hayati
5. Untuk mengetahui Manfaat dan dampak permakultur bagi kesehatan
manusia, bumi,dan keanekaragaman hayati?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Permakultur


Menutut istilahnya, permakultur (permaculture) adalah cabang ilmu desain
dan teknik ekologis yang mengembangkan pengolahan lahan, arsitektur
berkelanjutan, dan sistem pertanian swadaya berdasarkan ekosistem alam
(Hemenway, 2009). Permakultur pada awalnya merupakan gabungan dari kata
dari “permanent agriculture” atau pertanian permanen, tetapi kemudian
disesuaikan menjadi “permanent culture” atau budaya permanen untuk memenuhi
aspek-aspek sosial yang ada dalam konsep ini (Paul, 2011). Kegiatan permakultur
mencakup pengelolaan sumber daya air terintegrasi yang mengembangkan
arsitektur berkelanjutan. Selain itu untuk mengelola habitat dan sistem pertanian
regeneratif yang terpelihara dengan model dari ekosistem alam. Selain itu,
permakultur juga memiliki banyak cabang lain seperti desain ekologi, teknik
ekologi, desain regeneratif, desain lingkungan serta konstruksi.

Ada tiga etika dasar yang menjadi inti dari keseluruhan konsep permakultur
(Holmgren, 2002), yaitu kepedulian terhadap bumi melalui penyediaan untuk
semua sistem kehidupan untuk terus berlanjut dan berkembang biak. Etika yang
kedua adalah kepedulian terhadap manusia dengan memberikan ketentuan bagi
orang untuk mengakses sumber daya yang diperlukan untuk keberadaan mereka.
Pada etika ketiga yakni menetapkan batasan untuk populasi dan konsumsi.
Dengan mengatur kebutuhan kita sendiri, kita dapat menyisihkan sumber daya
untuk memajukan prinsip diatas (Mollison, 1988).

Permakultur memiliki konsep yang serupa dengan konsep pertanian terpadu


dan pertanian organik, namun permakultur memberi penekanan pada desain,
perencanaan pertanian dan integrasinya dengan implementasi berupa praktek
pertanian. Permakultur berangkat dari pemikiran Bill Mollison “bekerjalah
dengan alam, bukan melawannya”. Manusia berperan sebagai desainer untuk
kehidupannya sendiri dan memiliki tanggung jawab terhadap masa depannya dan
bumi. Prinsip utamanya adalah bertanggung jawab akan eksistensi manusia dan

3
4

keturunannya, termasuk menjaga keberlangsungan puspa, satwa, dan makhluk


hidup lainnya.

Faktanya, kata “permakultur” dirumuskan oleh Bill Mollison dan David


Holmgren di pertengahan tahun 1970. Saat itu, pengertian permakultur
didefinisikan sebagai “Sebuah sistem terintegrasi dan kian berevolusi yang terdiri
dari spesies tanaman dan hewan yang hidupnya tahan lama (awet) dan berguna
untuk umat manusia “. Akan tetapi, definisi atau arti permakultur yang lebih baru
juga bisa dirumuskan sebagai “lanskap yang dirancang secara sadar, yang mampu
menirukan pola dan interaksi yang ada di alam, sembari menghasilkan makanan,
serat, dan energi untuk pemenuhan kebutuhan (masyarakat) lokal”. Dengan kata
lain, permakultur adalah rancangan dari ekosistem agrikultur yang produktif dan
memiliki keberagaman, stabilitas, dan ketahanan layaknya ekosistem alam.
Permakultur mengintegrasikan tanah, sumber daya, manusia, serta lingkungan
dalam relasi sinergi yang saling menguntungkan. Konsep utamanya ialah untuk
menciptakan lanskap yang mampu mensimulasi lingkungan alam, terutama dalam
hal bagaimana alam membentuk siklus yang melingkar dan tertutup, sehingga
tidak ada sampah yang dihasilkan, sembari menghasilkan sesuatu yang berguna
untuk manusia. Disiplin ilmu permakultur didasarkan pada observasi mengenai
apa yang membuat sistem alam bekerja dan tahan lama, kemudian merumuskan
prinsip yang sederhana dan efektif, dan pada akhirnya mengaplikasikan prinsip
tersebut untuk mereplika alam dalam segala hal yang kita buat, mulai dari taman,
kebun, bangunan, komunitas, dan bahkan kota atau perkotaan.

Permakultur sebagai sebuah manifestasi kegiatan berkebun dalam komunitas,


berdasarkan pada pemanfaatan lahan umum, akan memberikan efek dalam tingkat
kohesi dalam masyarakat, seperti membangun semangat gotong royong dan
kepemilikan bersama. Namun, jumlah lahan yang dimiliki bukan lagi menjadi
masalah dan batasan bagi orang yang ingin mencoba permakultur secara mandiri,
karena masih banyak cara yang dapat digunakan untuk memperluas bidang tanam,
seperti melalui teknik taman vertikal maupun akuaponik. Media penanaman
alternatif masih bisa dilakukan dengan memanfaatkan dinding, pagar, dan atap
bangunan, sehingga tidak selalu membutuhkan hamparan yang luas dalam
mewujudkan permakultur.
5

2.2 Permakultur di Indonesia

Menurut penelitian Putro dan Miyaura pada tahun 2020, permakultur di


Indonesia sudah ada sejak tahun 1999 di Bali. Pada saat itu, permakultur masih
merupakan konsep yang sangat asing. Aplikasi permakultur di Indonesia pada
mulanya difasilitasi oleh Yayasan IDEP di Bali pada tahun 1999. Yayasan
tersebut didirikan sebagai sarana pelatihan bagi masyarakat yang menderita krisis
keuangan dan sosial tahun 1998 di Indonesia. Selama periode ini, permakultur
digunakan sebagai alat pendidikan bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan
untuk menjadi mandiri dalam hal menghasilkan makanan, tempat tinggal, dan
energi selama periode krisis dan/atau bencana. Operasi Yayasan IDEP pun
berkembang lebih jauh dan pertanian milik mereka menjadi bank benih lokal di
Bali. Mereka juga bertindak sebagai konsultan bagi masyarakat pedesaan di
seluruh bagian timur Indonesia (Bali, Flores, dan Sulawesi) yang tertarik untuk
menerapkan permakultur.

Beberapa tahun kemudian, banyak muncul Lembaga-lembaga yang


mengfasilitasi pertanian permakultur di berbagai daerah di Bali. Seperti misalnya
oleh Bumi Langit Institute pada tahun 2006, Taman Organik Jiwa Damai pada
tahun 2010, dan Moksa Ubud Plant-based Restaurant pada tahun 2016. Mayoritas
sistem permakultur yang diterapkan di Indonesia merupakan lahan pertanian yang
berperan sebagai perpanjangan dari sistem kebun rumah lokal. Walaupun
pertanian permakultur di Indonesia menggunakan praktik atau sistem permakultur
yang berbeda, kebanyakan dari mereka berbagi praktik umum daur ulang tanaman
dan sisa tanaman lain dari dalam pertanian sebagai pemakaian organik. Para
pemilik pertanian permakultur di Indonesia membuat keputusan ini untuk
menghindari outsourcing apabila memungkinkan. Misalnya, tanaman ruderal
yang dipotong dan dikeringkan serta gulma dari pertanian didaur ulang sebagai
pupuk hijau, kompos, atau mulsa di atas permukaan tanah.

Selain itu, pertanian permakultur di Indonesia tidak selalu fokus pada


masalah terkait pertanian seperti ketahanan pangan, tetapi juga fokus pada
kontribusi sosial melalui program pendidikan dan pelatihan. Contohnya, Yayasan
6

IDEP, Bumi Langit Institute, dan Jiwa Damai diciptakan dengan tujuan awal
untuk membantu masyarakat setempat yang mengalami kesusahan secara finansial
akibat krisis ekonomi tahun 1998. Pengaruh-pengaruh seperti ini menyebabkan
setiap pertanian permakultur di Indonesia memiliki karakteristik uniknya masing-
masing.

Konsep permakultur dapat menjadi solusi berkelanjutan yang dapat


meningkatkan jumlah petani di Indonesia, mengedukasi para petani tentang
dampak buruk dari penerapan pola tanam monokultur, dan meningkatkan
ketahanan pangan nasional. Tren pertanian organik beberapa tahun terakhir telah
melanda beberapa wilayah di Indonesia. Namun, permakultur masih menjadi
konsep yang cukup asing bagi kebanyakan petani di Indonesia.

2.3 Etika Dasar Permakultur

Permakultur memiliki tiga etika dasar yang menjadi inti dari keseluruhan
konsep tersebut (Holmgren, 2002).

1.Earth Care (Merawat Bumi)

Prinsip dasar dari etika ini ialah untuk merawat dan menjaga alam, baik tanahnya,
airnya, iklim, maupun aspek-aspek lain. Meski begitu, visi yang awalnya
bertujuan untuk menjaga dan merawat semua makhluk hidup maupun benda mati
kini berkembang dan turut mengakomodir pemahaman yang komprehensif dan
mendalam tentang keputusan-keputusan yang dibuat manusia dalam
kesehariannya. Keputusan-keputusan itu sebagian besar berkaitan dengan pola
konsumsi manusia, seperti pakaian yang kita pakai dan makanan yang kita santap.
Bukan, permakultur tidak mengharuskan setiap orang untuk menanam bahan
makanannya sendiri dan membangun rumpah impian kita sendiri, akan tetapi
penting untuk diingat bahwa kita memiliki tanggung jawab sekaligus kekuatan
sebagai konsumen/pembeli. Oleh karena itu, gunakan kekuatan itu dengan baik
dan jadilah konsumen yang bijak.

2. People Care (Merawat Individu dan Komunitas)


Prinsip ini menekankan bahwa kebutuhan dasar manusia harus dipenuhi, mulai
dari makanan, tempat berlindung, pendidikan, pekerjaan, serta hubungan antar
7

manusia yang sehat. Selain itu, setelah selesai dengan urusan memenuhi
kebutuhan hidup dasar, fokus selanjutnya ialah untuk mewujudkan dan
memberdayakan kekuatan dari komunitas. Jika satu individu saja bisa melakukan
perubahan, maka bayangkan perubahan lebih besar apa lagi yang mampu dicapai
oleh sebuah komunitas masyarakat yang kuat dan berdaya. Baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan, seseorang bisa merasakan keuntungan dari
memberdayakan dan memberikan kembali untuk komunitas lokal mereka.
Layaknya tetangga yang saling membantu satu sama lain, komunitas yang kuat
bisa menjadi awal mula transformasi sosial yang dimulai dari gerakan-gerakan
akar rumput.

3. Fair Share (Pembagian yang Adil)


Etika yang terakhir dan tidak kalah penting berkaitan dengan pemahaman bahwa
kita hanya memiliki satu bumi, dan kita harus berbagi ruang hidup yang hanya
satu ini dengan semua makhluk hidup yang tinggal di dalamnya, sekaligus untuk
generasi mendatang. Dengan kata lain, tidak cukup jika kita hanya merancang
ruang atau lanskap yang menguntungkan diri sendiri dan komunitas kita,
sementara di bagian dunia lain masih banyak orang-orang yang harus berjuang
memenuhi kebutuhan dasar dan hak hidup mereka, seperti misalnya air bersih,
tempat berlindung, dll. Saat kita merawat Bumi, alam merespons dengan
kelimpahan, yaitu lebih banyak keanekaragaman hayati, lebih banyak tumbuhan,
lebih banyak hewan, air lebih sehat, udara lebih sehat, dan sebagainya.

Inilah puncak dari konservasi tanah: Menghormati dan mendorong kelimpahan


tanah yang kita tempati, daripada melihat sumber daya kita langka dengan fokus
pada impor bahan.
Saat kita merawat diri sendiri dan bertindak sebagai konsumen yang bertanggung
jawab, hidup menjadi berlimpah. Kita memiliki akses ke pasokan makanan
rumahan yang sehat dan berlimpah.
Kita sendiri memberikan kelimpahan yang dapat diinvestasikan kembali ke dalam
komunitas kita melalui berbagi makanan, keterampilan, atau bantuan keuangan.
8

2.4 Prinsip Permakultur


Etika permakultur meliputi (1) Peduli terhadap bumi, (2) Peduli terhadap
masyarakat, (3) Peduli terhadap masa depan.
Prinsip-prinsip Permakultur diantaranya:
a. Komponen yang beraneka ragam
Ditujukan untuk menggabungkan jenis-jenis makanan, tumbuh-tumbuhan dan
ternak yang bermanfaat ke dalam desain. Ini ditujukan untuk membangun
kestabilan sebuah sistem polikultur yang interaktif dalam usaha untuk memenuhi
kebutuhan manusia dan lingkungan sekitar.
b. Sumber-sumber biologi
Gunakan metode-metode dan proses-proses alami untuk menjalankan semua
kegiatan. Cari bahan-bahan yang ada pada alam (tanaman, binatang, bakteri)
seperti pupuk organik dari kotoran ternak atau cacing yang menyuburkan tanah
sehingga mendukung rancangan sistem dan menghemat masukan energi dari luar.
c. Unsur ganda
Dukung setiap kebutuhan penting dalam berbagai cara, sehingga apabila ada salah
satu yang gagal, tidak akan menghambat jalan proses yang lain. Juga, perlu
diketahui bahwa hampir selalu ada beberapa cara untuk setiap proses. Contohnya
pupuk organik tanaman bisa dihasilkan dari beberapa sumber seperti dari kotoran
ternak yang dipelihara dan bisa juga dari cacing, sehingga apabila satu unsur
mengalami kegagalan atau kekurangan masih bisa teratasi.
d. Fungsi Ganda
Kebanyakan bahan bisa digunakan dalam berbagai macam cara dan untuk
berbagai macam fungsi. Satu peraturan pokok dalam permakultur adalah mencoba
untuk merancang tiga fungsi untuk setiap unsur sistem. Ini akan menghemat
ruang, waktu dan biaya.
e. Rangkaian alami
Bekerja sama dengan alam dan proses-proses alami. Pikirkan perkembangan ke
depan dengan mengadakan penelitian dan observasi kalau diperlukan. Seperti
menanam tanaman kacang-kacangan untuk menyuburkan tanah dan
mengobservasi pengaruhnya terhadap tanaman lainnya yang ditanam.
f. Lokasi berhubungan
9

Tempatkan setiap unsur berhubungan agar bisa menguntungkan satu sama lain.
Sebagai contoh, simpan alat-alat di tempat yang dekat dengan tempat
penggunaannya.
g. Perencanaan energi
Penempatan unsur-unsur sebaik mungkin untuk menghemat energi (termasuk
pupuk, air dan tenaga manusia). Seperti membuat kerangka kerja atau SOP untuk
melakukan setiap aktivitas (pemupukan, penyiraman, membuat kompos, dll)
sehingga dapat terukur dan efisien dalam pengerjaan.
h. Perputaran energi
Dalam sistem alami tidak ada limbah atau polusi. Sisa dari satu proses alami
menjadi sumber untuk proses lainnya. Sedapat mungkin, daur ulang dan gunakan
kembali semua sumber semaksimal mungkin.
i.Skala:
Ciptakan sistem skala pelaksanaan permakultur yang terukur dan sesuai
kemampuan. Pilih teknologi yang sederhana dan sesuai untuk digunakan dalam
desain. Buatlah sistem yang bisa dilakukan, mulai dengan yang kecil dan ambil
langkah-langkah yang mudah untuk mencapai tujuan yang ideal. Seperti apabila
lahan terbatas bisa

2.5 Manfaat dan Dampak Permakultur


Penerapan permakultur dapat menjadi solusi bagi petani untuk perlahan-lahan
meninggalkan pola tanam monokultur. Dengan berbagai praktik permakultur,
seperti wanatani, petani dapat menanam berbagai tumbuhan pertanian dan
memperoleh bahan pangan yang bervariasi tanpa menyebabkan kerusakan
lingkungan. Selain itu, penerapan permakultur dapat membantu petani untuk
mencegah OPT dan mempertahankan kesejahteraan apabila harga bahan pangan
tertentu jatuh di pasar.

Penggunaan bahan-bahan organik dalam permakultur terbukti meningkatkan


kesuburan tanah dan kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air
(Didarali & Gambiza, 2019). Permakultur dapat memperkuat struktur tanah,
meningkatkan infiltrasi air dan kapasitas retensi. Oleh karena itu, permakultur
10

dapat mengurangi resiko kekeringan dan mengurangi biaya yang perlu


dikeluarkan oleh petani karena mereka tidak perlu menggunakan air dari PDAM.

Pelaksanaan permakultur dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional dan


memberikan kesempatan bagi petani untuk memperoleh bahan makanan mereka
sendiri tanpa perlu mengeluarkan biaya lagi (Didarali & Gambiza, 2019). Melalui
permakultur, petani dapat mengurangi biaya yang perlu mereka keluarkan untuk
memperoleh bahan pangan. Bahan pangan dari hasil permakultur juga terbukti
memiliki lebih banyak nutrisi, sehingga bermanfaat bagi kesehatan para petani
maupun konsumen yang membeli bahan pangan dari petani tersebut.

Menarik para petani yang ingin bertani secara mudah tanpa perlu mengeluarkan
biaya yang begitu banyak (Didarali & Gambiza, 2019). Salah satu keuntungan
ekonomi dari penerapan permakultur adalah petani di kemudian hari tidak perlu
mengeluarkan banyak biaya untuk memperbaiki lahan atau membeli bahan
pangan karena sistem pertanian permakultur adalah sesuatu yang berkelanjutan.
Sistem pertanian permakultur memampukan tumbuh-tumbuhan dalam ekosistem
tersebut untuk dapat mendukung satu sama lain dalam jangka waktu yang
panjang. Sehingga, petani tidak perlu melalui berbagai kesulitan untuk mengurus
pertanian permakultur. Selain itu, permakultur bisa diterapkan pada tumbuh-
tumbuhan di kebun rumah seperti buah-buahan, sehingga masyarakat di Indonesia
tidak perlu menjadi petani yang memiliki ladang besar untuk menerapkan
permakultur.

Penerapan permakultur dapat membantu meningkatkan ketahanan lingkungan


terhadap perubahan iklim. Dengan permakultur, petani dapat mengurangi
penggunaan pestisida yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan-hewan
yang memakan hasil pertanian, mencegah pemanasan global karena menanam
berbagai tumbuh-tumbuhan dan pepohonan, serta menyuburkan lahan-lahan yang
gundul akibat penebangan ilegal. Selain itu, penerapan permakultur memampukan
manusia untuk mendaur ulang segala sumber daya alam yang ada, sehingga
mencegah pemborosan dan pencemaran lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permaculture adalah sebuah pengetahuan dan kesadaran dalam menata dan
pemeliharaan terhadap sebuah ekosistem pertanian produktif yang di dalamnya
terdapat keberagaman, daya tahan dan stabilitas. Dalam integrasi yang penuh
harmoni ini, integrasi antara landscape dan manusia terwujud sebagai penyedia
bagi makanan, energi, perumahan (penaung), kebutuhan-kebutuhan materi lainnya
dan kebutuhan non-materi, dan semua ini terjadi dalam sebuah tatanan yang
berkesinambungan. Tanpa pertanian permanen akses pada sumber-sumber yang
berkah akan terputus dan tidak mungkin ada stabilitas keteraturan dalam
masyarakat. Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam permaculture meliputi
perencanaan yang baik dan bijaksana, penggunaan sumber-sumber alam dengan
amat hati-hati, serta pendekatan yang beradab (ethical) dengan menghargai semua
kehidupan. Prinsip tersebut dimaksudkan agar perencanaan maupun penggunaan
serta kegiatan yang dilakukan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia. Hal ini menuntut manusia untuk berpikir kreatif
serta produktif sehingga perilaku konsumtif dapat ditekan dan tidak menjadi
kebiasaan. Meskipun tidak terlihat seperti itu, permakultur adalah proses
perencanaan, strategis, analitis, dan teknis yang sebenarnya. Ini adalah alat yang
sangat efektif dan relevan, seperti cetak biru arsitek selama proyek konstruksi.
Permakultur berupaya menciptakan ekosistem yang harmonis dan menghargai
alam dan seluruh penghuninya.
12

DAFTAR PUSTAKA

Didarali, Z., & Gambiza, J. (2019). Permaculture: Challenges and Benefits in


Improving Rural Livelihoods in South Africa and Zimbabwe.
Sustainability, 1(11), 3–19

Feineigle, M. (2012). Hügelkultur: Composting Whole Trees with Ease.

Neurafarm.com. (2021). Mengenal Arti dan Prinsip Permakultur. 28 November


2022. https://www.neurafarm.com/

Wanaswara.com. (2021). Mengenal Permakultur, Sistem Pertanian yang


Berkelanjutan. 28 November 2022. https://www.wanaswara.com/

Agribisnia.uma.ac.id. (2020). Permakultur “Pertanian Permanen”. 26 November


2022. https://www.agribisnis.uma.ac.id/

Bambang,P.(2021). Dampak dan Manfaat Permakultur. 26 November 2022.

https://www.pustakaborneo.com/

Masterplandesa.com. (2018). Permakultur Sebagai Katalisator Desa Agrowisata


di Indonesia. 26 November 2022. https://www.masterplandesa.com/

Caritra.org.com. (2017). Memahami Lebih Dalam tentang Permakultur. 27


November 2022. https://www.caritraorg.com/

Denymeitasari.lecture.ub.ac.id. (2017). Permakultur. 27 November 2022.


https://www.denymeitasari.lecture.ub.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai