Anda di halaman 1dari 7

KEARIFAN LOKAL DAN LINGKUNGAN

Pembahasan

1. Kearifan Lokal

Konsep kearifan lokal menurut Mitchell, et al. (2000) berakar dari sistem
pengetahuan dan pengelolaan lokal atau tradisional. Kearifan lokal adalah
kumpulan pengetahuan dan cara berpikir yang berakar dalam kebudayaan suatu
kelompok manusia, yang merupakan hasil pengamatan selama kurun waktu yang
lama (Babcock, 1999 sebagaimana dikutip oleh Arafah, 2002). Sedangkan menurut
Zakaria (1994) sebagaimana dikutip oleh Arafah (2002), pada dasarnya kearifan
lokal atau kearifan tradisional dapat didefinisikan sebagai pengetahuan kebudayaan
yang dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu yang mencakup sejumlah pengetahuan
kebudayaan yang berkenaan dengan model-model pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya alam secara lestari. Kearifan tersebut berisikan gambaran tentang
anggapan masyarakat yang bersangkutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
struktur lingkungan, fungsi lingkungan, reaksi alam terhadap tindakan-tindakan
manusia, dan hubungan-hubungan yang sebaiknya tercipta antara manusia
(masyarakat) dan lingkungan alamnya.

a. Fungsi Kearifan Lokal

Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004), menjelaskan bahwa


bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai,
norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini
mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi
tersebut antara lain adalah:

1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya alam.


2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.
3. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

1
b. Golongan Kearifan Lokal

Dilihat dari struktur dan tingkatannya kearifan lokal berada pada tingkat
culture. Hal ini berdasarkan sebuah skema sosial budaya yang ada di Indonesia
dimana terdiri dari masyarakat yang bersifat majemuk dalam struktur sosial, budaya
(multikulural) maupun ekonomi. Ranjabar (Machfiroh, 2011:16) mengatakan
bahwa dilihat dari sifat majemuk masyarakat Indonesia, maka harus diterima bahwa
adanya tiga golongan kebudayaan yang masing-masing mempunyai coraknya
sendiri, ketiga golongan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kebudayaan suku bangsa (yang lebih dikenal secara umum di Indonesia


dengan nama kebudayaan daerah.
2. Kebudayaan umum local.
3. Kebudayaan nasional.

2. Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang berada di luar individu


yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme (Nasrudin
2008:2). Lingkungan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Lingkungan
dapat berubah fungsinya karena berbagai faktor, salah satunya karena adanya era
global. Dampak masalah lingkungan dapat dirasakan oleh seluruh penduduk bumi
dengan adanya gejala-gejala alam yang menunjukkan ketidakwajarannya. Masalah
lingkungan hidup ternyata berkaitan erat dengan kearifan lokal. Hal ini dapat
diketahui bahwa adanya kearifan lokal justru lebih dahulu berperan dalam menjaga
kelestarian lingkungan sebelum gerakan-gerakan peduli lingkungan bermunculan.
Bahkan dalam hal tertentu kearifan lokal lebih berperan dalam menjaga ekosistem
daripada hukum yang ditetapkan dalam mengatur pola masyarakat. Adanya mitos,
ritual, dan pitutur luhur yang erat kaitannya dengan alam mampu mengatur
masyarakat sedemikian rupa dalam hubungannya dengan lingkungan sekitar.

Menurut undang-undang No 23 tahun 1997 Pasal 1. Lingkungan hidup adalah


kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

2
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain; Pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.

Menurut undang-undang No 23 tahun 1997 pasal 3 Pengelolaan lingkungan


hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas
berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

a. Sasaran Pengelolaan Lingkungan

Menurut undang-undang No 23 tahun 1997 pasal 4 Sasaran pengelolaan


lingkungan hidup adalah :

1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan


lingkungan hidup.
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang
memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha
dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.

3
b. Manfaat Lingkungan Hidup

Dengan kemampuan yang dimilikinya, manusia tidak hanya dapat


menyesuaikan diri. Akan tetapi, manusia juga dapat memanfaatkan potensi
lingkungan untuk lebih mengembangkan kualitas kehidupannya. Bagi manusia,
selain sebagai tempat tinggalnya,

lingkungan hidup juga dapat dimanfaatkan sebagai:

1. Media penghasil bahan kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan).


2. Wahana bersosialisasi dan berinteraksi dengan makhluk hidup atau manusia
lainnya.
3. Sumber energi.
4. Sumber bahan mineral yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
kelangsungan hidup manusia.
5. Media ekosistem dan pelestarian flora dan fauna serta sumber alam lain yang
dapat dilindungi untuk dilestarikan.

c. Masalah-Masalah pada Lingkungan Hidup

Dalam lingkungan hidup masyarakat di Indonesia, banyak terjadi


permasalahan di sungai, laut, tanahdan hutan yaitu sebagai berikut:

1. Pencemaran sungai dan laut sungai dan laut dapat tercemar dari kegiatan
manusia seperti penggunaan bahan logam berat, pembuangan limbah cair
kapal dan pemanfaatan air panas. Secara biologis, fisik dan kimia senyawa
seperti logam tidak dapat dihancurkan. Di berbagai sektor industridan rumah
tangga seperti pemakaian bahan-bahan dari plastik.
2. Pencemaran tanah bisa dapat tercemar apabila penggunaan secara berlebihan
terhadap pupuk dan bahan pestisida. Pencemaran tanah mempunyai ciri yaitu
adanya perubahan tanahmenjadi kering dan keras, hal ini disebabkan oleh
jumlah kandungan garam yang sangat besar yang terdapat di dalam tanah.
Selain itu, pencemara tanah juga dapat disebabkanoleh sampah plastik karena

4
pada umumnya sampah plastik tidak mengalami proses penghancuran secara
sempurna.
3. Pencemaran hutan juga bisa mengalami kerusakan apabila dalam
pemanfaatannya tidak terkendalidengan baik. Hutan merupakan salah satu
sumber daya alam yang dapat diperbaharui.Salah satu contoh pencemaran
atau kerusakan hutan adalah adanya penebangan secaraliar. Jika kegiatan
tersebut dilakukan secara terus-menerus maka dapat mengakibatkan
penggundulan hutan.

3. Hubungan Kearifan Lokal dan Lingkungan

Kearifan lokal masyarakat sudah ada didalam kehidupan masyarakat


semenjak zaman dahulu dimulai dari zaman prasejarah hingga saat ini. Kearifan
lokal merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan
lingkungan sekitarnya yang bisa bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat,
petuah nenek moyang atau budaya setempat yang terbangun secara alamiah dalam
suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya.

Berdasarkan tinjauan agama, kearifan adat yang dipahami sebagai segala


sesuatu yang didasari pengetahuan dan diakui akal serta dianggap baik oleh
ketentuan agama. Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alamiah dan niscaya
bernilai baik. Karena kebiasaan tersebut merupakan tindakan sosial yang berulang-
ulang dan mengalami penguatan (reinforcement). Apabila suatu tindakan itu tidak
dianggap baik oleh masyarakat maka ia tidak akan mengalami penguatan secara
terus menerus.

Pergerakan secara alami terjadi secara sukarela karena dianggap baik dan
mengandung kebaikan. Adat yang tidak baik akan hanya terjadi apabila terjadi
pemaksaan oleh penguasa. Bila demikian ia tidak tumbuh secara alamiah akan
tetapi dipaksakan. Secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem
pengetahuan masyarakat lokal/pribumi (indegenous knowledge systems) yang
bersifat empirik dan pragmatis. Bersifat empirik karena hasil olahan masyarakat
secara lokal berangkat dari fakta-fakta yang terjadi disekeliling kehidupan mereka.

5
Bertujuan pragmatis karena seluruh konsep yang terbangun sebagai hasil olah pikir
dalam sistem pengetahuan itu bertujuan untuk pemecahan masalah sehari-hari
(daily problem solving). Kearifan lokal merupakan sesuatu yang berkaitan secara
spesifik dengan budaya tertentu (budaya lokal) dan mencerminkan cara hidup suatu
masyarakat tertentu (masyarakat lokal). Dengan kata lain, kearifan lokal
bersemanyam pada budaya lokal (local culture). Di Indonesia istilah budaya lokal
juga sering disepadakan dengan budaya etnik/subetnik. Setiap bangsa, etnik, dan
sub etnik memiliki kebudayaan yang mencakup tujuh unsur, yaitu: bahasa, sistem
pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
pencaharian, sistem religi, dan kesenian. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional
itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyi-nyanyian, ritual-ritual, dan
juga aturan atau hukum setempat. Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat
hanya ketika masyarakat yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan
mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah,
kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dari budaya lokal.

6
DAFTAR PUSTAKA

Fajarini, Ulfa. 2014. Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter.


Sosio didaktika. Vol 1. No 2. Jakarta.

Aulia, dkk. 2010. Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Di
Kampung Kuta. ISSN; 1978-4333. Vol 04. No 03. IPB. Bandung.

Yunus, Rasid. 2012. Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat
Karakter Bangsa. ISBN 978-602-280-315-7. Jakarta.

Wibowo, H. A, dkk. 2012. Kearifan Lokal Dalam Menjaga Lingkungan Hidup


(Studi Kasus Masyarakat Di Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten
Kudus). JESS 1. No 1. Universitas Negeri Semarang; Semarang.

Thamrin, Husna. 2013. Kearifan Lokal Dalam Pelestarian Lingkungan (The


Local Wisdom In Environmental Sustainable). Vol. 16 No. 1.
Khutubkhanah.

Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang Nomor 23 Tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 1997. No. 1. Sekretariat
Negara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai