Jika dilihat secara tren, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia cenderung fluktatif. Pada
2016, terjadi kebakaran hutan dan lahan seluas 438.363,19 ha. Pada 2017, terjadi penurunan
kebakaran hutan dan lahan sebanyak 165.483,92 ha atau turun 62%. Kemudian pada 2018
mengalami peningkatan hingga 219% menjadi 529.266,64 ha. Pada setahun setelahnya pun
kembali meningkat 211% mencapai 16 juta ha. Namun, kembali menurun 82% pada 2020.
Bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia setiap tahun terus berulang. Kejadian ini
tentunya menyebabkan kerusakan lingkungan, defisit air, kematian tumbuh-tumbuhan dan
hewan, polusi udara dan tanah, terganggunya keseimbangan ekosistem, krisis pangan, dan
lain-lain. Diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan yang serius dari pelbagai
elemen masyarakat Indonesia dan dunia. Sumber: katadata.co.id, dicopy pada 29 Maret
2022, Pkl. 14.05
Pertanyaan:
1. Dengan mengacu pada bacaan di atas, pandangan hidup (filsafat) antroposentrisme
dan biosentrisme bisa menjadi pemicu lahirnya krisis ekologi. Coba jelaskan dua
pandangan tersebut dan apa peluang yang bisa digunakan untuk mengatasi dua
pandangan hidup tersebut!
2. Eco-spiritual memberikan imperatif (perintah moral) religius-spiritual bagi manusia
untuk kembali menghargai alam. Jelaskan maksud eco-spiritual!
3. Iman ekologis terwujud dalam sikap peduli pada lingkungan. Bagaimana caranya
kita menunjukkan sikap peduli pada lingkungan? Dan Apa hasil dari sikap peduli
tersebut?
Jawaban:
Reference:
https://www.britannica.com/topic/anthropocentrism
https://www.britannica.com/topic/biocentrism/Challenges
Reference:
https://universespirit-factnet.nationbuilder.com/what_is_eco_spirituality
https://universespirit.org/node/765/universespirit.org
Apabila dilakukan dalam skalal besar maka manusia dapat terluput dari katastrofi
yang mungkin terjadi sebagaimana ada di teks tentang kebakaran hutan di atas serta
memulihkan keseimbangan ekosistem secara perlahan.
Dalam Laudato Si, Sri Paus menyatakan pendidikan ekologi dan spiritual juga dapat
menjadi solusi untuk mengatasi krisis ekologi. Tidak terbatas pada itu, berbagai
permasalahan seperti gaya hidup konsumerisme juga menjadi sumber masalah bagi
ekologi.
Reference:
https://catholicclimatecovenant.org/files/resource/attachment/LaudatoSiSummaryand
ActionSteps.pdf
https://www.vatican.va/content/dam/francesco/pdf/encyclicals/documents/papa-
francesco_20150524_enciclica-laudato-si_en.pdf