Anda di halaman 1dari 3

Tugas II – Untuk Pertemuan VI

Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Tahun 2021


Indonesia dikenal sebagai ‘paru-paru dunia’. Betapa tidak, Indonesia menempati posisi kedua
luas hutan terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Kendati demikian, Indonesia yang dijuluki
‘paru-paru dunia’ justru sedang tertimpa krisis akibat kebakaran hutan dan lahan yang terus
berulang.
Sepanjang tahun 2021 terjadi kebakaran hutan di beberapa wilayah di Indonesia. Berdasarkan
data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, hutan dan lahan
yang terbakar di Indonesia mencapai 354.582 hektare (ha) atau mengalami peningkatan
19,4% dibandingkan 296.942 ha pada 2020.
 
Secara kumulatif sejak 2016 hingga 2021, sebanyak 3,43 juta ha hutan dan lahan telah
terbakar di Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan tahunan paling buruk terjadi pada tahun
2019, yakni seluas 1,6 juta ha hutan dan lahan.

Jika dilihat secara tren, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia cenderung fluktatif. Pada
2016, terjadi kebakaran hutan dan lahan seluas 438.363,19 ha. Pada 2017, terjadi penurunan
kebakaran hutan dan lahan sebanyak 165.483,92 ha atau turun 62%. Kemudian pada 2018
mengalami peningkatan hingga 219% menjadi 529.266,64 ha. Pada setahun setelahnya pun
kembali meningkat 211% mencapai 16 juta ha. Namun, kembali menurun 82% pada 2020.

 Bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia setiap tahun terus berulang. Kejadian ini
tentunya menyebabkan kerusakan lingkungan, defisit air, kematian tumbuh-tumbuhan dan
hewan, polusi udara dan tanah, terganggunya keseimbangan ekosistem, krisis pangan, dan
lain-lain. Diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan yang serius dari pelbagai
elemen masyarakat Indonesia dan dunia. Sumber: katadata.co.id, dicopy pada 29 Maret
2022, Pkl. 14.05
 Pertanyaan:
1. Dengan mengacu pada bacaan di atas, pandangan hidup (filsafat) antroposentrisme
dan biosentrisme bisa menjadi pemicu lahirnya krisis ekologi. Coba jelaskan dua
pandangan tersebut dan apa peluang yang bisa digunakan untuk mengatasi dua
pandangan hidup tersebut!
2. Eco-spiritual memberikan imperatif (perintah moral) religius-spiritual bagi manusia
untuk kembali menghargai alam. Jelaskan maksud eco-spiritual!
3. Iman ekologis terwujud dalam sikap peduli pada lingkungan. Bagaimana caranya
kita menunjukkan sikap peduli pada lingkungan? Dan Apa hasil dari sikap peduli
tersebut?

Jawaban:

1. Filsafat Antroposentrisme merupakan pandangan dan pemahaman yang berakar dari


Kisah Penciptaan yang berada di dalam Kitab Suci umat Kristiani yang sering
diumpamakan sebagai bentuk dominasi umat manusia di atas ciptaan yang lainnya.
Sebagaimana di dalam Alkitab Kejadian 1: 28 tertulis
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-
ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di
bumi.”
Pandangan ini cenderung menunjukkan superioritas manusia atas alam dan
menyatakan bahwa alam hanya diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia.

Filsafat Biosentrisme merupakan pandangan dan pemahaman yang memandang


semua makhluk hidup merupakan bagian sinergis dari alam dan memberikan
pertimbangan moral yang sama antara satu makhluk hidup dan makhluk lainnya.
Pandangan ini terlihat baik namun cukup memaksakan pada tingkat ekstrim sehingga
sulit diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari, hal ini dikarenakan biosentrisme
menentang berbagai hal-hal yang merugikan bagi makhluk hidup lainnya, contohnya
adalah manusia yang harus tidak boleh merugikan hewan maupun tumbuhan.

Kedua filsafat tersebut memberikan pandangan yang konstruktif sekaligus destruktif,


Antroposentrisme dapat mendorong eksploitasi besar-besaran sementara
Biosentrisme akan mendorong kepunahan dan krisis. Krisis ekologi justru akan
tercipta dengan implementasi salah satu dari keduanya. Peluang yang dapat
dimanfaatkan dari keduanya adalah dengan menciptakan sebuah pemikiran yang anti
terhadap eksploitasi besar-besaran dan hanya menggunakan sumber daya secara
efektif serta memandang manusia sebagai penjaga dari bumi dan isinya dengan
menciptakan peradaban yang menguntungkan tidak hanya manusia, tetapi juga
lingkungannya.

Reference:
https://www.britannica.com/topic/anthropocentrism
https://www.britannica.com/topic/biocentrism/Challenges

2. Eco-Spiritual adalah pandangan di mana menjadikan manusia sebagai suatu bagian


dari alam, di mana manusia harus memiliki batasan dalam menggunakan sumber
daya yang ada di bumi tanpa eksploitasi besar-besaran. Pandangan eco-spiritual
memberikan sinergis antara sains dan agama untuk terus berdampingan sebagaimana
yang dilakukan dahulu oleh orang-orang suku asli yang hidup bergantung dari alam
dan bersinergi dari alam. Prinsip-prinsip ini harus dapat diteruskan di dunia modern
di mana semakin banyak teknologi memungkinkan untuk kembali menjadikan
manusia sinergi dengan alam. Dalam pandangan eco-spiritual, Tuhan tidak hanya
dipandang sebagai sebuah pencipta alam dan dunia, melainkan juga terlibat di
dalamnya, di dalam alam.

Reference:
https://universespirit-factnet.nationbuilder.com/what_is_eco_spirituality
https://universespirit.org/node/765/universespirit.org

3. Sikap peduli lingkungan yang merupakan perwujudan iman ekologis dapat


ditunjukkan dengan kepedulian kita dengan lingkungan sehari-hari:
Contohnya dengan menghemat penggunaan sumber daya sehari-hari seperti air dan
listrik, tidak menyia-nyiakan makanan, menerapkan prinsip 3R, mengurangi
penggunaan plastik, dan peduli dengan hewan maupun tumbuhan di sekitar.
Hasil yang diperoleh tidak akan langsung berdampak secara instan, tetapi dapat
mengurangi potensi terjadinya hal-hal di atas.

Apabila dilakukan dalam skalal besar maka manusia dapat terluput dari katastrofi
yang mungkin terjadi sebagaimana ada di teks tentang kebakaran hutan di atas serta
memulihkan keseimbangan ekosistem secara perlahan.
Dalam Laudato Si, Sri Paus menyatakan pendidikan ekologi dan spiritual juga dapat
menjadi solusi untuk mengatasi krisis ekologi. Tidak terbatas pada itu, berbagai
permasalahan seperti gaya hidup konsumerisme juga menjadi sumber masalah bagi
ekologi.

Reference:
https://catholicclimatecovenant.org/files/resource/attachment/LaudatoSiSummaryand
ActionSteps.pdf
https://www.vatican.va/content/dam/francesco/pdf/encyclicals/documents/papa-
francesco_20150524_enciclica-laudato-si_en.pdf

Anda mungkin juga menyukai