Anda di halaman 1dari 16

PROSES RESPIRASI PADA POHON

DISUSUN OLEH

NAMA : YONGKY ERIK SETIAWAN

NIM : 203020404050

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca pahami dan
terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………................................ i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………….. 1
B. Tujuan…………………………………………………………………………….. 1
C. Manfaat…………………………………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian………………………………………………………………………….. 2
B. Macam-macam Respirasi………………………………………………………… 2
C. Substrat Respirasi………………………………………………………………… 3
D. Mekanisme Respirasi…………………………………………………………... 3-7
E. Faktor-Faktor…………………………………………………………………… 7-9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………... 10

3.2 Saran………………………………………………………………………………. 11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… ………………. .. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua sel aktif melakukan respirasi sepanjang hidupnya, menyerap oksigen dan
melepaskan karbondioksida. Namun respirasi adalah lebih dari sekedar pertukaran gas-gas.
Respirasi adalah proses oksidasi reduksi yang mengoksidasi senyawa-senyawa menjadi
karbondioksida, sedangkan oksigen yang diserap direduksi menjadi air (H2O). Proses utama
respirasi adalah mobilitas senyawa organik dan oksidasi senyawa-senyawa tersebut secara
terkendali untuk menghasilkan energi bagi pemeliharaan dan perkembangan pohon.
Fisiologi pohon merupakan cabang biologi yang mempelajari tentang proses metabolisme
yang terjadi di dalam tubuh pohon yang menyebabkan pohon tersebut dapat hidup. Laju
proses-proses metabolisme ini dipengaruhi oleh (dan dapat pula tergantung pada) faktor-
faktor lingkungan mikro di sekitar pohon tersebut.
Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang proses-proses yang
terjadi dalam respirasi pada pohon beserta faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi.

B. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi.
2. Memahami pengertian respirasi pada pohon dan proses-proses yang terjadi dalam
respirasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi.

C. Manfaat Penulisan Maakalah


1. Sebagai bahan informasi bagi penulis tentang respirasi pada tumbuhan, proses-proses
yang terjadi dalam respirasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi.
2. Sebagai bahan informasi tambahan dalam mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Respirasi
Respirasi adalah suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat
sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Respirasi bisa juga
diartikan sebagai reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi. Energi ini
digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan seperti sintesis (anabolisme),
gerak, pertumbuhan, perkembangan. Energi kimia yang dihasilkan dari proses respirasi
adealah energi kimia dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya (NADH
dan FADH). Respirasi juga menghasilkan karbondioksida yang berperan pada
keseimbangan karbon di alam.
Respirasi pada pohon berlangsung siang dan malam karena cahaya bukan
merupakan syarat. Jadi proses respirasi selalu berlangsung sepanjang waktu selama
pohon hidup.

B. Macam respirasi
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:
1. Respirasi Aerob, yaitu respirasi yang memerlukan oksigen, penguraiannya lengkap
sampai menghasilkan energi, karbondioksida, dan uap air.
2. Respirasi Anaerob, yaitu respirasi yang tidak memerlukan oksigen tetapi penguraian
bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi ini jarang terjadi, hanya dalam keadaan
khusus.

2
C. Substrat Respirasi
Substrat respirasi adalah setiap bahan organik pohon yang teroksidasi sebagian
(menjadi senyawa teroksidasi) atau reteduksi sempurna (menjadi karbondioksida dan uap
air) dalam metabolisme respiratoris. Umumnya substrat untuk respirasi adalah zat yang
tertimbun dalam jumlah yang relatif banyak dalam sel pohon dan bukan zat yang
merupakan senyawa antara hasil dari penguraian. Hasil penguraian biasanya disebut
metabolik antara.
Karbohidrat merupakan substrat utama respirasi dalam sel-sel pohon dengan
glukosa sebagai molekul pertama. Substrat respirasi yang paling penting di antara
karbohidrat adalah sukrosa (disakarida= glukosa dan fruktosa) dan pati (sering terdapat
dalam sel pohon sebagai cadangan karbohidrat). Dalam beberapa jaringan pohon, selain
karbohidrat, senyawa lain kadang-kadang dapat menjadi substrat respirasi. Pada biji-biji
tertentu, seperti jarak, mengandung lemak yang sangat tinggi sebagai bahan cadangan
yang terdapat di dalam jaringan endosperma yang mengelilingi embrio. Selama beberapa
hari pertama perkecambahan, lemak ini akan diubah menjadi sukrosa yang selanjutnya
diserap dan direspirasi oleh embrio yang sedang tumbuh.

D. Mekanisme Respirasi
1. Mekanisme Respirasi Aerob
Reaksi respirasi (disebut juga oksidasi biologis) suatu karbohidrat, misalnya glukosa,
berlangsung dalam empat tahapan, yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif piruvat,
daur sitrat, dan oksidasi terminal dalam rantai respiratoris.

1. Glikolisis
Glikolisis adalah serangkaian reaksi kimia yang mengubah gula heksosa,
biasanya glukosa, menjadi asam piruvat. Reaksi glikolisis berlangsung di
dalam sitoplasme sel dan tidak memerlukan adanya oksigen. Glikolisis dapat
dibagi dalam dua fase utama, yaitu:

3
2. Dekarboksilasi Oksidatif Piruvat
Dekarboksilasi oksidatif piruvat adalah reaksi antara yang menghasilkan
asetil-CoA. Dekarboksilasi oksidatif piruvat adalah proses pengubahan asam
piruvat yang dihasilkan pada tahap akhir glikolisis menjadi senyawa asetil-
CoA, yang jika direaksikan dengan asam oksaloasetat akan masuk ke dalam
siklus krebs. Reaksi berlangsung pada membran luar mitokondria. Reaksi ini
sangat kompleks dan memerlukan beberapa kofaktor dan suatu kompleks
enzim.

3. Siklus Krebs
Siklus krebs (daur asam sitrat atau daur trikarboksilat) merupakan
pembongkaran asam piruvat secara aerob menjadi karbondioksida dan air
serta sejumlah energi kimia. Asetil-CoA merupakan mata rantai penghubung
antara glikolisis dan siklus krebs. Reaksi ini berlangsung di dalam matriks
mitokondria. Siklus krebs terjadi dalam 2 fase utama:

4. Transpor Elektron dan Fosforilasi Oksidatif

Proses glikolisis dan siklus krebs menghasilkan energi yang tersimpan

dalam bentuk NADH dan FADH. Untuk menghasilkan ATP diperlukan sistem

transpor elektron.

4
Transpor elektron ini berlangsung di dalam membran mitokondria

sebelah dalam. Walaupun dalam reaksi ini akan diserap O2 dan dihasilkan

H2O, namun NADH dan FADH tidak dapat bereksi langsung dengan oksigen

dan molekul air tersebut. Elektron yang terlibat ditransfer melalui beberapa

senyawa perantara sebelum H2O dibentuk. Senyawa-senyawa ini membentuk

sistem pengangkutan elektron pada mitokondria. Pengangkutan elektron

berlangsung mulai dari senyawa perantara yang secara termodifikasi sulit

direduksi (senyawa dengan potensial reduksi negatif) menuju senyawa yang

mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk menerima elektron

(senyawa dengan potensial reduksi yang lebih tinggi atau bahkan positif).

Oksigen mempunyai kecenderungan tertinggi untuk menerima elektron.

Setiap senyawa pembawa elektron dalam sistem ini hanya menerima elektron

dari senyawa pembawa lainnya yang letaknya berdekatan dengannya.

Senyawa-senyawa pembawa elektron ini tersusun secara terbaris pada bagian

dalam membran mitokondria. Pada setiap mitokondria terdapat ribuan sistem

pengangkutan elektron.

5
Pembentukan ATP dalam sistem transpor elektron (rantai respiratoris)
dikenal juga sebagai fosforilasi oksidatif biologis. Proses keseluruhan oksidasi
biologis mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan energi dan menyediakan
senyawa antara untuk sintesis. Jika dihitung jumlah ATP yang dihasilkan
dalam oksidasi biologis, dengan bahan awal adalah satu molekul glukosa,
maka akan diperoleh 38 molekul ATP.

5. Jalur Pentosa Fosfat


Glikolisis dan siklus krebs bukan merupakan rangkaian reaksi satu-
satunya bagi tumbuhan untuk mendapatkan energi dari oksidasi gula menjadi
karbondioksida dan air. Lintasan yang berbeda ini disebut dengan Lintasan
Pentosa Fosfat (LPF), karena terbentuk senyawa antara yang terdiri atas lima
atom karbon. Lintasan ini juga disebut sebagai Lintasan Fosfoglukonat.

Beberapa senyawa lintasan pentosa fosfat juga anggota daur calvin,


tempat gula fosfat disintesis di kloroplas. Perbedaan utama antara daur calvin
dan lintasan pentosa fosfat adalah pada lintasan pentosa fosfat gula fosfat
tidak disintesis melainkan dirombak. Dalam hal ini, reaksi pentosa fosfat
serupa dengan reaksi glikolisis hanya perbedaannya lintasan pentosa fosfat
penerima elektronnya selalu NADP+, sedangkan di glikolisis penerima
elektronnya adalah NAD+. Jalur pentosa fosfat ini terjadi di dalam sitoplasma
sel.
Dari jalur LPF, dua molekul NADP direduksi bagi setiap molekul CO 2
yang dilepaskan dari glukosa, yang akan menghasilkan enam molekul ATP.
Jika 3-fosfogliseraldehida yang dihasilkan LPF masuk ke jalur glikolisis dan
selanjutnya ke siklus krebs, maka energi yang dihasilkan adalah 37 ATP per
molekul glukosa yang dioksidasi. Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada
gambar berikut ini.

6
2. Mekanisme Respirasi Anaerob
Pada kebanyakan tumbuhan dan hewan respirasi yang berlangsung adalah
respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat pada
suatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut akan melangsungsungkan respirasi
anaerob untuk dapat bertahan hidup. Pada umumnya respirasi anaerob pada makhluk
hidup hanya terjadi jika persediaan oksigen bebas ada di bawah batas minimum.
Respirasi anaerob lazim disebut sebagai fermentasi.
a. Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel tanpa membutuhkan
oksigen. Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh
hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi
beberapa komponen lainnya dapat juga dihasilkan dari proses fermentasi ini
seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum
digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur,
dan minuman beralkohol lainnya.

b. Respirasi IntraMolekuler
Respirasi antar atau intramolekul terjadi sama seperti pada proses
fermentasi. Respirasi anaerob pada tumbuhan disebut juga respirasi
intramolekul, mengingat, bahwa respirasi ini hanya terjadi di dalam molekul
saja.dalam respirasi anaerob, oksigen tidak diperlukan; juga di dalam proses
ini hanya ada pengubahan zat organik yang satu menjadi zat organik yang
lain. Contohnya perubahan gula menjadi alkohol, di mana pada hakikatnya
hanya ada pergeseran tempat-tempat antara molekul glukosa dan molekul
alkohol.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu:
1. Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu
sendiri, yaitu :

7
a. Jumlah plasma dalam sel
Jaringan-jaringan meristematis muda memiliki sel-sel yang masih penuh dengan
plasma dengan viabilitas tinggi biasanya mempunyai kecepatan respirasi yang
lebih besar daripada jaringan-jaringan yang lebih tua di mana jumlah plasmanya
sudah lebih sedikit
.
b. Jumlah substrat respirasi dalam sel
Tersedianya substrat respirasi pada tumbuhan merupakan hal yang penting dalam
melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang sedikit akan
melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Sebaliknya, tumbuhan dengan
kandungan substrat yang banyak akan melakukan respirasi dengan laju yang
tinggi. Substrat utama respirasi adalah karbohidrat.
c. Umur dan tipe tumbuhan
Respirasi pada tumbuhan muda lebih tinggi dari tumbuhan yang sudah
dewasa atau lebih tua. Hal ini dikarenakan pada tumbuhan muda jaringannya juga
masih muda dan sedang berkembang dengan baik. Umur tumbuhan juga akan
memepengaruhi laju respirasi. Laju respirasi tinggi pada saat perkecambahan dan
tetap tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif awal (di mana laju pertumbuhan juga
tinggi) dan kemudian akan menurun dengan bertambahnya umur tumbuhan.
2. Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar sel atau lingkungan, terdiri atas:
1. Suhu
Pada umumnya dalam batas-batas tertentu kenaikan suhu menyebabkan pula
kenaikan laju respirasi. Kecepatan reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing
spesies tumbuhan. Perlu diingat, kenaikan suhu yang melebihi batas minimum
kerja wnzim, akan menurunkan laju respirasi karena enzim respirasi tidak dapat
bekerja dengan baik pada suhu tertalu tinggi.

8
2. Kadar O2 udara
Pengaruh kadar oksigen dalam atmosfer terhadap kecepatan respirasi akan
berbeda-beda tergantung pada jaringan dan jenis tumbuhan, tetapi meskipun
demikian makin tinggi kadar oksigen di atmosfer maka makin tinggi kecepatan
respirasi tumbuhan.
3. Kadar air dalam jaringan
Pada umumnya dengan naiknya kadar air dalam jaringan kecepatan respirasi juga
akan meningkat. Ini nampak jelas pada biji yang sedang berkecambah.
4. Cahaya
Cahaya dapat meningkatkan laju respirasi pada jaringan tumbuhan yang
berklorofil karena cahaya berpengaruh pada tersedianya substrat respirasi yang
dihasilkan dari proses fotosintesis.
5. Luka dan stimulus mekanik
Luka atau kerusakan jaringan (stimulus mekanik) pada jaringan daun
menyebabkan laju respirasi naik untuk sementara waktu, biasanya beberapa menit
hingga satu jam. Luka memicu respirasi tinggi karena tiga hal, yaitu: (1) oksidasi
senyawa fenol terjadi dengan cepat karena pemisahan antara substrat dan
oksidasenya dirusak; (2) proses glikolisis yang normal dan katabolisme oksidatif
meningkat karena hancurnya sel atau sel-sel sehingga menambah mudahnya
substrat dicapai enzim respirasi; (3) akibat luka biasanya sel-sel tertentu kembali
ke keadaan meristematis diikuti pembentukan kalus dan penyembuhan atau
perbaikan luka.
6. Garam-garam mineral
Jika akar menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah, laju respirasi
meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi yang diperlukan pada saat garam/ion
diserap dan diangkut. Keperluan energi itu dipenuhi dengan menaikkan laju
respirasi. Fenomena ini dikenal dengan respirasi garam.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan pada bab II adalah
sebagai berikut:
1. Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi. Energi
ini digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan seperti sintesis
(anabolisme), gerak, pertumbuhan, perkembangan. Energi kimia yang dihasilkan dari
proses respirasi adealah energi kimia dalam bentuk ATP atu senyawa berenergi tinggi
lainnya (NADH dan FADH). Proses respirasi selalu berlangsung sepanjang waktu
selama tumbuhan hidup.
2. Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi pada tumbuhan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Respirasi Aerob : Umum terjadi pada semua makhluk hidup termasuk tumbuhan,
berlangsung seumur hidup, energi yang dihasilkan besar, tidak merugikan
tumbuhan, memerlukan oksigen, hasil akhir berupa karbondioksida dan uap air.
b. Respirasi Anaerob : Hanya terjadi dalam keadaan khusus, bersifat sementara
(hanya pada fase tertentu saja), energi yang dihasilkan kecil, jika terjadi terus
menerus akan menghasilkan senyawa yang bersifat racun bagi tumbuhan, tidak
memerlukan oksigen, hasil akhirnya berupa alkohol atau asam laktat dan
karbondioksida.
3. Mekanisme respirasi aerob meliputi proses glikolisis, dekarboksilasi oksidatif piruvat,
siklus krebs, sistem transpor elektron dan fosforilasi oksidatif, serta jalur pentosa
fosfat.
4. Mekanisme respirasi anaerob meliputi proses fermentasi dan respirasi intramolekul.
5. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respirasi terdiri dari:
a. Faktor internal : Jumlah plasma dalam sel, jumlah substrat respirasi dalam sel,
umur dan tipe tumbuhan.

10
b. Faktor eksternal : Suhu, kadar oksigen dan karbondioksida di atmosfer, kadar air
dalam jaringan, cahaya, luka dan stimulus mekanik, serta pengangkutan garam-
garam mineral dari dalam tanah.

B. Saran
Adapun saran penulis adalah perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang proses-
proses respirasi pada tumbuhan dan diadakannya percobaan sederhana yang spesifik
untuk membuktikan bahwa pohon melakukan respirasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Anna F., David C. Logan, dkk. 2006. Biology Journal: Heterogeneity of Plant Mitochondrial
Responses Underpinning Respiratory Acclimation to the Cold in Arabidopsis thaliana Leaves.
Journal Compilation, 2006, Blackwell Publishing Ltd, Plant, Cell and Environment, 29, 940-949.
(diakses pada 25 Januari 2011)

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.

http://www.territorioscuola.com/wikipedia/es.wikipedia.php%3Ftitle%3DCiclo_de_las_pentosas&rurl.
(diakses pada 3 Februari 2011)

Rocha, Marcio, Francisco licausi, dkk. 2010. Biology Journal: Glicolysis and the Tricarboxylic Acid
Cycle Are Linked by Alanine Aminotransferase during Hypoxia Induced by Waterlogging of
Lotus japonicas. Plant Physiology, March 2010, Vol. 152, pp. 1501-1513,
www.plantphysiol.org. (diakses pada 26 Januari 2011)

Salisbury, F. B. 1985. Plant Physiology. California: Utah State University, Wadsworth Publishing
Company, Belmot.

Santosa. 1990. Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM Press.

Sastramihardja, D., Arbayah S. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologi-ITB, Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik, Dirjend Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Sweetlove, Lee J., Aaron Fait, dkk. 2007. The Mitochondrion: An Integration Point of Cellular
Metabolism and signaling. Critical Review in Plant Science, 26: 17-47, 2007, Taylor & Francis
Group, LLC. (diakses pada 18 Januari 2011)

Tcherkez, Guillaume, Aline Mahe, dkk. 2009. Biology Journal: In Folio Respiratory Fluxomics Revealed
by C Isotopic Labeling and H/D Isotope Effects Highlight the Noncyclic Nature of the
Tricarboxylic Acid “Cycle” in Illiminated Leaves. Plant Physiology, October 2009, Vol. 151, pp.
620-630, ww.plantphysiol.org. (diakses pada 26 Januari 2011)

Zalbaza, Ana, Joost T. van Dongen, dkk. 2009. Biology Journal: Regulation of Respiration and
Fermentation to Control The Plant Internal Oxygen Concentration. Plant Physiology, February
2009, Vol. 149, pp. 1087-1098, www.plantphysiol.org. (diakses pada 26 Januari 2011)

12

Anda mungkin juga menyukai