Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

RESPIRASI TUMBUHAN

Dosen Pengampu:
Dr. Eko Budi Minarno, M.P
Azizatur Rahmah, M. Sc
Ruri Siti Resmisari, M.Si

Asisten Praktikum:
Abdi Wahyu Nugroho

Oleh:
Nama : Rofifah Az Zahro
NIM/Kelas : 19620060/Biologi C
Tanggal praktikum : 30 September 2021

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup mempunyai salah satu ciri yakni bernafas. Bernafas bukan hanya
sekedar pertukaran antara CO2 dan O2 namun juga terdapat proses didalamnya. Proses yang
terjadi yakni energi kimia yang ada pada tubuh makhluk hidup yang tersimpan dalam
bentuk karbohidrat diubah dan digunakan untuk menjalankan proses-proses metabolisme.
Proses ini biasa disebut dengan respirasi.
Tanaman maupun tumbuhan selain melakukan fotosintensis juga melakukan respirasi
atau yang biasa disebut dengan proses pernafasan. Respirasi yaitu proses masuknya oksigen
dan keluarnya karbondioksida sebagai hasil proses respirasi. Respirasi salah satu proses
metabolisme primer yang merupakan proses esensial bagi kehidupan tumbuhan.
Hal ini sesuai dengan Al Quran surat Al An’am ayat 99 yang artinya :
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air
itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuhtumbuhan itu
tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah)
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi orang-orang yang beriman”
Berdasarkan ayat tersebut, dijelaskan mengenai proses fotosintesis segala jenis
tumbuhan. Bagaimana sebuah cahaya dikelola sedemikian rupa hingga akhirnya
menghasilkan buah-buahan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Selain itu manfaat
lainnya dari adanya tumbuh-tumbuhan ini adalah sebagai penyuplai oksigen bagi manusia
agar kelangsungan hidupnya bisa terus-menerus terjaga. Hal ini sesuai dengan pembahasan
topic praktikum mengenai respirasi tumbuhan yang mennghasilkan oksigen. Maka,
praktikum ini sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui pengaruh tipe jaringan
tumbuhan terhadap laju respirasi, serta untuk menambah keimanan atas kekuasaan Allah
SWT. melalui proses alam tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada praktikum ini yakni :
1. Bagaimana pengaruh tipe jaringan tumbuhan terhadap laju respirasi?
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini yakni :
1. Untuk mengetahui tipe jaringan tumbuhan terhadap laju respirasi
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yakni agar mahasiswa dapat mengetahui tipe jaringan
tumbuhan terhadap laju respirasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respirasi pada Tumbuhan


Respirasi merupakan proses penguraian senyawa organik kompleks menjadi senyawa
sederhana yang menghasilkan energi berbentuk ATP (Adenosin Trifosfat) dan
karbondioksida serta air melalui proses oksidasi dalam molekul organik. Respirasi sebagai
proses oksidasi bahan organik di dalam sel yang berlangsung secara aerobik dan anaerobik.
(Setiowati dan Furqonita, 2007).
Respirasi adalah suatu proses biologis, yaitu oksigen diserap untuk digunakan pada
proses pembakaran (oksidatif) yang menghasilkan energi diikuti oleh pengeluaran sisa
pembakaran berupa gas karbondioksida dan air. Substrat yang paling banyak diperlukan
tanaman untuk proses respirasi dalam jaringan tanaman adalah karbohidrat dan asam-asam
organik bila dibandingkan dengan lemak dan protein. respirasi dapat dibedakan dalam tiga
tingkat : (a) pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, (b) oksidasi gula menjadi
asam piruvat dan (c) transformasi piruvat dan asam-asam organik secara aerobic menjadi
karbondioksida, air dan energi. Protein dan lemak dapat pula berperan sebagai substrat
dalam proses pemecahan ini (Paramita, 2010)
Respirasi ini menghasilkan energi yang diperlukan tanaman. Respirasi juga sering
dikatakan sebagai kebalikan dari fotosintesis. Hal tersebut dikarenakan dalam fotosintesis
merombak karbondioksida dan air dengan bantuan energi matahari menghasilkan glukosa
dan oksigen, sedangkan pada respirasi merombak oksigen dan glukosa yang menghasilkan
air dan karbondioksida (Hapsari, 2016). Kebutuhan oksigen yang diperlukan pada reaksi
respirasi dapat dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan pernyataan Imamah et al. (2016),
bahwa semakin tinggi suhu lingkungan maka akan semakin cepat kerja enzim dan semakin
banyak oksigen yang dibutuhkan, begitu juga sebaliknya. Respirasi dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan suhu dan peningkatan CO2 jangka panjang, dan respon fotosintesis
terhadap CO2 yang meningkat dapat diatur secara turun karena keterbatasan biogeokimia
(Smith and Dukes, 2012).
Respirasi sel tumbuhan merupakan oksidasi molekul organik oleh oksigen dari udara
membentuk karbondioksida dan air. Oleh karena itu metode respirasi umum kadang-
kadang diberi tambahan kata aerob. Dari segi reaksi kimia, respirasi adalah oksidasi karbon
dari molekul glukosa dan reduksi oksigen yang reaksinya digambarkan secara sederhana
sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6C02 + 6Hp + Energi. (Advinda, 2018)
Sebagian besar energi yang dilepaskan selama respirasi sekitar 2870 KJ atau 686 Kkal
per mol glukosa berupa bahang. Bila suhu rendah bahang ini dapat merangsang
metabolisme dan mengungkan bagi beberapa spesies tertentu. Yang lebih penting dari
bahang adalah energi yang terhimpun dalam ATP, sebab senyawa ini digunakan untuk
berbagai proses essensial tertentu. (Harahap, 2012)
Biasanya hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi C02 dan
Hp sedangkan sisanya digunakan dalam proes sintesis. Energi yang ditangkap dari proses
oksidasi sempuma beberapa senyawa dapat digunakan untuk mensintesis molekullain yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan. Laju respirasi meningkat sebagai akibat dari permintaan
pertumbuhan, tapi dari beberapa senyawa yang hilang dialihkan ke dalam beberapa reaksi
sintesis dan tidak pemah muncul sebagai C02 (Harahap, 2012)
2.2 Macam-Macam Respirasi
Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel,
berlangsung secara aerobik maupun anaerobik (Tjitrosomo, 1983). Respirasi aerobik
adalah suatu proses pernapasan yang membutuhkan oksigen bebas dari udara dan air.
(Sallisbury dan Ross, 1995)
2.2.1 Respirasi Aerob
Proses terjadinya respirasi terdiri dari tiga tahapan yaitu glikolisis, siklus krebs dan
transfer elektron. (Sallisbury dan Ross, 1995).
1. Glikolisis adalah proses yang berlangsung dengan mengunakan bantuan 10 jenis
enzim yang berfungsi sebagai katalis di dalam sitoplasma yang terdapat pada sel
eukaryotik (eukaryotic cells). Inti dari keseluruhan proses Glikolisis adalah untuk
mengkonversi glukosa menjadi produk akhir berupa piruvat. Pada proses Glikolisis,
1 molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya akan terpecah
menjadi produk akhir berupa 2 molekul piruvat (piruvat) yang memiliki 3 atom
karbom. Proses ini berjalan melalui beberapa tahapan reaksi yang disertai dengan
terbentuknya beberapa senyawa antara seperti Glukosa 6-fosfat dan Fruktosa 6-
fosfat. Selain akan menghasilkan produk akhir berupa molekul piruvat, proses
glikolisis ini juga akan menghasilkan molekul ATP serta molekul NADH (1
NADH3 ATP). Molekul ATP yang terbentuk ini kemudian akan diekstrak oleh sel-
sel tubuh sebagai komponen dasar sumber energi. Melalui proses glikolisis ini 4
buah molekul ATP & 2 buah molekul NADH (6 ATP) akan dihasilkan serta pada
awal tahapan prosesnya akan mengkonsumsi 2 buah molekul ATP sehingga total 8
buah ATP akan dapat terbentuk (Dermawan, 1983).
2. Siklus asam sitrat (siklus kreb) adalah asam piruvat yang dioksidasi menjadi CO2
dan air. Bila cukup oksigen asam piruvat dapat ditransfer ke dalam mitokondria
melalui pertukaran dengan OH- pada membran dalam. Piruvat dalam teknisnya
bukan merupakan bagian dari siklus asam sitrat. Di dalam matriks asam piruvat
pertama kali didekarboksilasi kemudian dioksidasi oleh kompleks multi enzim
piruvat dehidroginase. Enzim ini mengkatalisir rangkaian lima reaksi dimana satu
mol piruvat diubah menjadi Asetil CoA dengan adanya protein sulfur Coenzim A.
Perubahan asam piruvat menjadi Asetil CoA melalui siklus oksidasi asam piruvat
(Burhan, 1987).
3. Rantai Transpor Elektron (electron transport chain). Di dalam proses ini, elektron-
elektron yang terkandung didalam molekul NADH & FADH ini akan dipindahkan
ke dalam aseptor utama yaitu oksigen (O2). Pada akhir tahapan proses ini, elektron
yang terdapat di dalam molekul NADH akan mampu untuk menghasilkan 3 buah
molekul ATP sedangkan elektron yang terdapat dalam molekul FADH akan
menghasilkan 2 buah molekul ATP (Irawan, 2007).

2.2.2 Respirasi Anaerob

Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak


menggunakan oksigen bebas sebagai penerima atom hydrogen (H) terakhir, tetapi
menggunakan senyawa tertentu (Dwijoseputro, 1985).

Contoh dari respirasi anaerob adalah fermentasi. Walaupun glikolisis dapat


berfungsi dengan baik tanpa O2, akan tetapi oksidasi lebih lanjut dari piruvat dan
NADH oleh mitokondria memerlukan oksigen. Karena itu, bila oksigen terbatas maka
NADH dan piruvat mulai tertimbun. Keadaan ini menyebabkan tumbuhan melakukan
respirasi anaerobik atau fermentasi, yaitu membentuk etanol atau asam laktat
(Wiraatmaja, 2016).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Respirasi


Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia jaringan, ukuran
produk, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu,
gas etilen, ketersediaan O2dan CO2. (Wills et al , 1981). Proses respirasi pada
tumbuhan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni
1. Substrat respirasi.
Respirasi sangat dipengaruhi oleh jenis substrat respirasi yang digunakan, hal
ini terlihat dari nilai RQ yang dihasilkan. Respirasi quotien (RQ) adalah perbandingan
antara CO2 yang dihasilkan dengan O2 yang digunakan (Wiraatmaja, 2016). Respirasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu substrat yang tergantung pada ketersediaan
substrat utama dalam bentuk karbohidrat, temperatur dapat mempengaruhi kerja
suatu enzim dan oksigen yang berfungsi sebagai tempat penerimaan elektron pada
daur krebs (Pavlick et al, 2013). RQ sangat dipengaruhi oleh jenis substrat yang
digunakan, jika substrat respirasinya adalah karbohidrat (sukrosa dan pati) maka volume
O2 yang diambil sama dengan CO2 yang dilepaskan sehingga nilai RQ =1. Sedangkan
bila protein dan lemak sebagai substrat respirasi maka RQ-nya kurang dari 1, sebab
lebih banyak O2 yang diperlukan untuk mengubah karbon menjadi CO2 dan hidrogen
menjadi H2O. Apabila gliserol trioleat sebagai substrat maka reaksi respirasinya adalah:
C57H104O6 + 83 O2 57 C02 + 52 H2O
Sedangkan bila asam organik seperti asam sitrat sebagai substrat respirasi, maka nilai
RQ –nya lebih dari 1. (Wiraatmaja, 2016).
2. Temperatur.
Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan respirasi. Pada O0C
respirasi sangatlah sedikit, sedang pada 300C-400C sangatlah cepat. Tetapi apabila
temperaturterus menerus diatas 300C maka kegiatan respirasitersebut hanya sebentar
saja. Sehabis 3 jam tampaklah berkurangnnyakegiatan tersebut. Mungkin hal ini
disebabkan karena non-aktifnya enzim-enzim, bertimbun tumbuhnya CO2, kurangnya
O2 dan kurangnay persediaan substrat. Antara 100-300 kegiatan kenaikan respirasi ada
2 sampai 2,5 kali, dengan kata lain perkataan, Q10-nya antara temperatur-temperatur
optimum, respirasi makin berkurang. Dibawah 00C respirasi sangatlah sukar untuk
diselidiki, namun ada beberapa jaringan tanaman yang masih dapat diamati kegiatan
respirasinya pada temperature -20C (Dwijoseputro, 1985).
3. Jenis dan Umur Tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme,
dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-
masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang
dalam masa pertumbuhan (Grander, 1991).
4. Oksigen (O2 )
Persediaan oksigen sangat mempengaruhi proses respirasi, tetapi peranannya
tergantung pada jenis tumbuhan. Pada umumnya, sistem udara antar sel dari daun ke
akar sangat penting bagi tumbuhan berbatang hampa (rumput dan teki), sehingga lebih
toleran terhadap penggenangan. Perendaman dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan keracunan hampir disemua tumbuhan, terutama bila tidak ada oksigen
disekitar akar sehingga keadaan ini menjadi anaerob. (Wiraatmaja, 2016).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mandiri Fisiologi Tumbuhan yang berjudul “Respirasi Tumbuhan”


dengan menggunakan sampel berupa Rimpang Jahe (Zingiber officinale), Kecambah (Vigna
radiata), Kuncup Bunga Dadap Merah (Erythrina variegate), Pucuk Daun Pucuk Merah
(Syzygium paniculatum), dan Air Kapur Ca(OH)₂ ini dilaksanakan pada hari Kamis, 30
September 2021 sampai dengan 04 Oktober 2021 di Jl. Sunan Kalijaga Dalam No. 31,
Dinoyo, Lowokwaru, Kota Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Botol plastic bening yang ada tutupnya 5 buah
2. Benang 5 helai
3. Kain kassa 5 buah
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Air kapur jernih Secukupnya
2. Rimpang jahe (Zingiber officinale) Secukupnya
3. Kuncup Bunga Dadap Merah (Erythrina variegate) Secukupnya
4. Pucuk Daun Pucuk Merah (Syzygium paniculatum) Secukupnya
5. Kecambah (Vigna radiata) Secukupnya
3.3 Langkah Kerja
Langkah kerja dalam praktikum ini yakni :
1. Diisi masing-masing botol dengan air kapur jernih sebanyak ¼ bagian dari botol.
2. Diberi masing-masing botol label A, B, C, D, E, setelah itu botol tersebut ditutup
dengan rapat.
3. Disiapkan rimpang jahe, kecambah, pucuk daun, dan kuncup bunga, kemudian
dibungkus masing-masing bahan tersebut dengan kain kassa. Volume bahan yang
dibungkus disesuaikan dengan lubang mulut botol, agar bisa masuk ke dalam botol
4. Botol A sampai dengan D, diisi dengan bahan bagian tumbuhan yang telah dibungkus
kain kassa. Khusus botol E hanya diisi air kapur (sebagai control).
5. Dibuka masing-masing botol A, B, C, D, kecuali botol E.
6. Diikat bungkusan bahan tersebut dengan benang, dan dimasukkan ke dalam botol
dalam keadaan tergantung di atas permukaan air kapur. Bungkusan bahan jangan
terendam air kapur, diusahakan ada jarak dengan permukaan air kapur paling tidak 2
cm.
7. Ujung benang lainnya diikatkan di leher botol, dan semua bungkusan bahan masuk ke
dalam botol. Setelah itu ditutup rapat botol tersebut.
8. Setelah 24 jam diamati air kapur, dan dibandingkan tingkat kekeruhan air kapur pada
seluruh botol (A, B, C, D, dan E). Botol dengan air kapur paling keruh diberi tanda
positif (+) dengan jumlah (+) paling banyak. Semakin bening air kapur, tanda (+)
semakin sedikit.
9. Diulangi pengamatan, setelah 48 jam, dan diberi catatan tingkat kekeruhan air kapur.
Pengamatan dapat ditambah pada 72 jam.
10. Dibandingkan tingkat kekeruhan pada seluruh botol dengan jenis jaringan yang
berbeda (jaringan meristematik dan jaringan penyimpan cadangan makanan seperti
rimpang).
11. Saudara juga dapat mencoba meniup air kapur bening dengan menggunakan sedotan,
dan diamati hasilnya.
12. Untuk pencatatan, sebaiknya dibuat sendiri tabel hasil pengamatan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil dari pengamatan ini yakni :
Bahan Pengamatan Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3
Rimpang Jahe + + +
(Zingiber officinale)
Pucuk daun + ++ +++
(Syzygium
paniculatum)
Kuncup bunga + + ++
(Erythrina crista-
galli)
Kecambah Kacang + +++ ++++
hijau
(Vigna radiata)
Air kapur + + +
(Ca(OH)2)
Keterangan : (+) Air kapur mengalami penambahan kekeruhan.
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yakni membahas mengenai Respirasi Tumbuhan. Terdapat 5 botol
yang berisi air kapur dan diberi 4 jaringan tumbuhan yang berbeda beda dan 1 botol air
kapur sebagai kontrol. Pengamatan dilakukan selama 72 jam. Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan, keempat jaringan tumbuhan tersebut menghasilkan
perbedaan kekeruhan pada air kapur. Penggunaan air kapur pada praktikum ini yakni
berfungsi sebagai indikator pada respirasi tumbuhan, karena air kapur akan berikatan
dengan karbon dioksida yang merupakan hasil dari proses respirasi. Terdapat botol A,B,C,
D dan E. Botol A yang berisi rimpang jahe, Botol B yang berisi pucuk daun Pucuk Merah,
Botol C yang berisi Kuncup bunga Dadap merah, Botol D yang berisi Kecambah Kacang
Hijau dan Botol E yang berisi rendaman air kapur sebagai kontrol. Pada botol A yang berisi
rimpang jahe, air kapur tidak mengalami penambahan kekeruhan pada hari pertama sampai
dengan hari ketiga. Pada botol B yang berisi pucuk daun Pucuk Merah, air kapur
mengalami penambahan kekeruhan secara bertahap dari hari pertama hingga hari ketiga.
Pada botol C yang berisi kuncup bunga Dadap Merah air kapur mengalami perubahan pada
hari kedua menuju ke hari ketiga. Pada botol D yang berisi Kecambah Kacang Hijau, air
kapur sudah mengalami perubahan secara spesifik pada hari kedua hingga hari ketiga.
Sehingga hasil air kapur yang paling keruh terdapat pada botol D yang berisikan kecambah
dilanjut dengan botol B yang berisikan pucuk daun Pucuk Merah. Berikutnya pada botol C
yang berisikan kuncup bunga Dadap Merah, sedangkan yang paling jernih terdapat pada
botol A yang berisikan rimpang jahe. Hal ini disebabkan karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhi respirasi. Hal ini sesuai dengan Adipraja et al (2019) bahwa rendahnya
suhu di sekitar penyimpanan rimpang jahe mengakibatkan rendahnya respirasi dan proses
metabolisme yang merombak pati menjadi gula sederhana, sehingga jumlah rimpang yang
bertunas menjadi rendah. Hal ini juga sesuai dengan Sholikhah et al (2018) bahwa Alasan
mengapa bahan yang digunakan adalah kecambah kacang hijau, karena tumbuhan ini
merupakan suatu organisme yang walaupun ia masih belum berkembang dengan sempurna
tetapi sudah bisa melakukan pernapasan, hal ini terbukti dari hasil percobaan yang telah
diamati dimana kecambah kacang hijau sebagai bahan percobaan mampu melakukan
respirasi. Hal ini juga sesuai dengan Anggrahini (2009) yang menyatakan bahwa kacang
hijau yang baru berkecambah belum banyak melakukan fotosintesis sehingga lebih banyak
melakukan respirasi untuk membakar makanan yang terdapat pada endosperma. kecambah
melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan dengan melibatkan gas
oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap/diperlukan dan menghasilkan gas karbondioksida
(CO2), air (H2O) dan sejumlah energi. Semakin besar suatu tanaman, maka makin besar
pula kebutuhannya akan energi sehingga dalam respirasinya memerlukan oksigen yang
banyak pula.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum Respirasi Tumbuhan yakni, Respirasi merupakan proses
penguraian senyawa organik kompleks menjadi senyawa sederhana yang menghasilkan
energi berbentuk ATP (Adenosin Trifosfat) dan karbondioksida serta air melalui proses
oksidasi dalam molekul organik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Respirasi
Tumbuhan yakni Substrat Respirasi, Temperatur, Ketersediaan Oksigen serta Jenis dan
Umur Tumbuhan. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan bahwa Kecambah
merupakan tanaman yang paling cepat melakukan respirasi. Hal ini dikarenakan kecambah
belum banyak melakukan fotosintesis sehingga lebih banyak melakukan respirasi untuk
membakar makanan yang terdapat pada endosperma dan dipengaruhi oleh semakin besar
suatu tanaman, maka makin besar pula kebutuhannya akan energi sehingga dalam
respirasinya memerlukan oksigen yang banyak pula.
5.2 Saran
Saran dari praktikum ini adalah agar praktikum ini dilaksanakan sesuai jadwalnya
sehingga praktikum berjalan secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Adipraja, M. A., Anwar, S., dan Kusmiyati, F. 2019. Aplikasi Patrobucazol dan Pelapisan Lilin
Lebah Terhadap Mutu Rimpang Benih Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum)
selama penyimpanan. Jurnal Agro Complex. 3(3)

Advinda, Linda. 2018. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish

Anggraini, T. A., & Sukardi, M. P. 2017. Pengaruh Suhu dan Berat Terhadap Konsumsi
Oksigen Elver (Anguilla sp.). Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada

Burhan, Walyati et al. 1997. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Padang: Universitas Andalas

Darmawan dan Baharsjah. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Gramedia

Dwijoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia

Gardner. 1991. Fisiologi Tumbuhan Budidaya. Jakarta : Indonesia University Press

Hapsari S., Zaman, B. dan Andarani, P. 2016. Kemampuan Tumbuhan Kayu Apu (Pistia
stratiotes L) Dalam Menyisihkan Kromimum Total Cr-T dan COD Limbah
Elektroplating. Teknik Lingkungan. Vol 5 No 4

Harahap, Fauziyah. 2012. Fisiologi Tumbuhan Suatu Pengantar. Medan : Perdana Mulya
Sarana IKAPI

Imamah, L., Hasbullah, R., dan Nugroho L. 2016. Arrhenius Model to Predict Respiration Rate
of Minimally Processed Brocoli. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol 4 No 1

Irawan, M. Anwari. 2007. Glukosa dan Metabolisme Energi. Polton Sports and Science
Performance Lab. Vol 1 No 6

Paramita, Octavianti. 2010. Pengaruh Memar Terhadap Pola Perubahan Respirasi, Produksi,
Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Mangifera indica) var Gedong Gincu pada Berbagai
Suhu Penyimpanan. Jurnal Kompetensi Teknik. Vol 2 No 1

Pavlick, R, D, T., Drewr, K., Bohn, B., Reu and Kleidon. 2013. The Jena Diversity and Dinamic
Global Vegetation Model (JeDi – DGVM) : a diverse approach to representing
terrestrial biogeoghraphy and biogeochemistry based on plant functional trade-off.
Biogeoscience. 10(1)

Salisburry, Frank B., dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB

Setiowati, T dan Furqonita, D. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta Timur : Azka Press
Sholikhah, Nur., Kurnia Widi Rahmawati, dan Setiyo Prajoko. 2018. PENGEMBANGAN
RESPIROMETER SEDERHANA DARI BAHAN DAUR ULANG. Indonesian
Journal of Natural Science Education (IJNSE). Vol 1 No 1

Smith, N.G., dan Dukes, J.S. 2012. Plant Resporation and Photosintesis in Global Scale Model:
Incorporating Acclimation to Temperature and CO2. Global Change Biology. (19) 1

Tjitrosomo, Siti Sutami et al. 1983. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa Bandung

Wills, R.A.H., T.H. Lee, D. Graham, W.B. McGlasson, E.G. Hall. l98l. Postharvest An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and vegetables. New South Wales
University Press. Sydney

Wiraatmaja, I Wayan. 2016. Bahan Ajar: Respirasi dan Fotorespirasi. Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana
LAMPIRAN

Dokumentasi kegiatan
Pengamatan
24 Jam

Pengamatan
48 jam

Pengamatan
72 Jam

Keterangan Botol A : Rimpang Jahe (Zingiber officinale)


Botol B : Pucuk daun Pucuk Merah (Syzygium paniculatum)
Botol C : Pucuk bunga Dadap Merah (Erythrina crista-galli)
Botol D : Kecambah Kacang Hijau (Vigna radiata)
Botol E : Air Kapur (Ca(OH)2)

Bahan bahan Praktikum Bahan bahan yang telah dibungkus kasa

Anda mungkin juga menyukai