Anda di halaman 1dari 23

RESPIRASI TANAMAN DARAT

DAN
TANAMAN AIR

MAKALAH

Disusun dan Diajukan guna Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata kuliah : Botani Farmasi
Dosen Pengampu: Apt.Ubun Fadly, M.Farm

Oleh:

M. Fardan Rizqulloh

NIM. 42120024

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


FARMASI
BUMIAYU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua sel aktif melakukan respirasi sepanjang hidupnya, menyerap
oksigen dan melepaskan karbondioksida. Namun respirasi adalah lebih dari
sekedar pertukaran gas-gas. Respirasi adalah proses oksidasi reduksi yang
mengoksidasi senyawa-senyawa menjadi karbondioksida, sedangkan oksigen
yang diserap direduksi menjadi air (H2O). Proses utama respirasi adalah
mobilitas senyawa organik dan oksidasi senyawa-senyawa tersebut secara
terkendali untuk menghasilkan energi bagi pemeliharaan dan perkembangan
tumbuhan.
Botani Farmasi merupakan keahlian berisi pokok bahasan tentang
klasifikasi dan pengelompokan tumbuhan tingkat tinggi, morfologi tumbuhan
karakteristik tumbuhan, betuk organ vegetative tumbuhan dan organ geeratif
tumbuhan, struktur anatomi dan proses fisiologi dan metabolism pada
tumbuhan. Laju proses-proses metabolisme ini dipengaruhi oleh (dan dapat
pula tergantung pada) faktor-faktor lingkungan mikro di sekitar tumbuhan
tersebut. Fotosintesis dan respirasi merupakan proses metabolisme dasar yang
terjadi di dalam sel hidup.
Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang proses-
proses yang terjadi dalam respirasi sel tumbuhan beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi respirasi.

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Botani Farmasi.
2. Memahami pengertian respirasi pada tumbuhan dan proses-proses yang
terjadi dalam respirasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi.

C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi penulis tentang respirasi pada tumbuhan,
proses-proses yang terjadi dalam respirasi, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi respirasi.
2. Sebagai bahan informasi tambahan dalam mata kuliah Fisiologi
Tumbuhan.
 

BAB II
RESPIRASI PADA TUMBUHAN
A. Pengertian Respirasi dan Macam Respirasi
a. Pengertian Respirasi
Respirasi adalah suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam
zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen.
Respirasi bisa juga diartikan sebagai reaksi oksidasi senyawa organik untuk
menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan
tumbuhan seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan, perkembangan.
Energi kimia yang dihasilkan dari proses respirasi adealah energi kimia dalam
bentuk ATP atu senyawa berenergi tinggi lainnya (NADH dan FADH).
Respirasi juga menghasilkan karbondioksida yang berperan pada
keseimbangan karbon di alam.
Respirasi pada tumbuhan berlangsung siang dan malam karena cahaya
bukan merupakan syarat. Jadi proses respirasi selalu berlangsung sepanjang
waktu selama tumbuhan hidup.

b. Macam respirasi
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
1) Respirasi Aerob, yaitu respirasi yang memerlukan oksigen, penguraiannya
lengkap sampai menghasilkan energi, karbondioksida, dan uap air.
2) Respirasi Anaerob, yaitu respirasi yang tidak memerlukan oksigen tetapi
penguraian bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi ini jarang terjadi,
hanya dalam keadaan khusus.
  

B. Perbedaan Respirasi Aerob dan Respirasi Anaerob


Perbedaan antara respirasi aerob dan respirasi anaerob dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1) Respirasi Aerob : Umum terjadi pada semua makhluk hidup termasuk
tumbuhan, berlangsung seumur hidup, energi yang dihasilkan besar, tidak
merugikan tumbuhan, memerlukan oksigen, hasil akhir berupa
karbondioksida dan uap air.
2) Respirasi Anaerob : Hanya terjadi dalam keadaan khusus, bersifat
sementara (hanya pada fase tertentu saja), energi yang dihasilkan kecil,
jika terjadi terus menerus akan menghasilkan senyawa yang bersifat racun
bagi tumbuhan, tidak memerlukan oksigen, hasil akhirnya berupa alkohol
atau asam laktat dan karbondioksida.

a) Substrat Respirasi
Substrat respirasi adalah setiap bahan organik tumbuhan yang teroksidasi
sebagian (menjadi senyawa teroksidasi) atau reteduksi sempurna (menjadi
karbondioksida dan uap air) dalam metabolisme respiratoris. Umumnya
substrat untuk respirasi adalah zat yang tertimbun dalam jumlah yang relatif
banyak dalam sel tumbuhan dan bukan zat yang merupakan senyawa antara
hasil dari penguraian. Hasil penguraian biasanya disebut metabolik antara.
Karbohidrat merupakan substrat utama respirasi dalam sel-sel tumbuhan
dengan glukosa sebagai molekul pertama. Substrat respirasi yang paling
penting di antara karbohidrat adalah sukrosa (disakarida= glukosa dan
fruktosa) dan pati (sering terdapat dalam sel tumbuhan sebagai cadangan
karbohidrat). Dalam beberapa jaringan tumbuhan, selain karbohidrat,
senyawa lain kadang-kadang dapat menjadi substrat respirasi. Pada biji-biji
tertentu, seperti jarak, mengandung lemak yang sangat tinggi sebagai bahan
cadangan yang terdapat di dalam jaringan endosperma yang mengelilingi
embrio. Selama beberapa hari pertama perkecambahan, lemak ini akan diubah
menjadi sukrosa yang selanjutnya diserap dan direspirasi oleh embrio yang
sedang tumbuh.
Pada keadaan tertentu dalam beberapa jaringan tumbuhan juga, beberapa
asam organik dapat digunakan sebagai substrat respirasi, misalnya asam
organik berkerbon empat (asam malat) yang ditimbun dalam daun tumbuhan
sukulen familia Crassulaceae, asam malat ini direspirasi menjdi
karbondioksida dan air melalui mekanisme khusus; asam organik berkarbon
dua (asam glikolat), yang ditimbun dalam daun yang disinari sebagian besar
tumbuhan tinggi juga dapat digunakan untuk respirasi. Protein jarang
direspirasi kecuali dalam keadaan tertentu. Protein berperan sebagai substrat
respirasi selama tahap awal perkecambahan biji yang mengandung protein
tinggi sebagai cadangan makanan. Protein akan diubah menjadi asam-asam
amino yang kemudian asam amino diubah menjadi senyawa antara respirasi
karbohidrat. Dengan demikian, asam amino direspirasi oleh jalur yang
digunakan oleh respirasi glukosa.

C. Mekanisme Respirasi

1. Mekanisme Respirasi Aerob

Reaksi respirasi (disebut juga oksidasi biologis) suatu karbohidrat,


misalnya glukosa, berlangsung dalam empat tahapan, yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif piruvat, daur sitrat, dan oksidasi terminal dalam
rantai respiratoris.

1. Glikolisis

Glikolisis adalah serangkaian reaksi kimia yang mengubah gula heksosa,


biasanya glukosa, menjadi asam piruvat. Reaksi glikolisis berlangsung di
dalam sitoplasme sel dan tidak memerlukan adanya oksigen. Glikolisis dapat
dibagi dalam dua fase utama, yaitu:

a) Fase Persiapan (Glukosa diubah menjadi dua senyawa tiga karbon)

Pada fase ini pertama sekali glukosa difosforilasi oleh ATP dan enzim
heksokinase membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Reaksi berikutnya
melibatkan perubahan gula aldosa menjadi gula ketosa. Reaksi ini dikatalis
oleh enzim fosfoglukoisomerase dan menyebabkan perubahan glukosa-6-
fosfat yang difosforilasi oleh ATP dan enzim fosfofruktokinase menghasilkan
fruktosa-1,6-difosfat dan ADP. Selanjutnya fruktosa-1,6-difosfat dipecah
menjadi dua molekul senyawa tiga karbon yaitu gliseraldehida-3-fosfat dan
dihidroasetonfosfat, dengan bantuan enzim aldolase. Dihidroasetonfosfat
dikatalis oleh enzim fosfotriosa isomerase menjadi senyawa gliseraldehida-3-
fosfat. Jadi pada fase ini dihasilkan dua gliseldehida-3-fosfat. Pada fase ini
tidak dihasilkan energi tetapi membutuhkan energi 2 ATP.

b) Fase Oksidasi (Senyawa tiga karbon diubah menjadi asam piruvat)

Dua senyawa gliseraldehida-3-fosfat diubah menjadi 1,3-difosfogliserat.


Reaksi ini melibatkan penambahan fosfat anorganik pada karbon pertama dan
reduksi NAD menjadi NADH2 yang dibantu oleh enzim fosfogliseraldehida
dehidrogenase. Dengan adanya ADP dan enzim fosfogliserat kinase, asam
1,3-difosfogliserat diubah menjadi asam 3-fosfogliserat dan ATP dibentuk.
Asam 3-fosfogliserat selanjutnya diubah menjadi asam 2-fosfogliserat oleh
aktivitas enzim fosfogliseromutase. Pelepasan air dari 2-fosfogliserat oleh
enzim enolase membentuk asam fosfoenolpiruvat. Dengan adanya ADP dan
piruvat kinase, asam fosfoenolpiruvat diubah menjadi asam piruvat dan ATP
dibentuk. Pada fase ini dihasilkan dua molekul asam piruvat. Pada fase ini
juga dihasilkan energi sebesar 2 NADH2 dan 4 ATP.

            Untuk lebih jelas, jalur glikolisis dapat diamati pada gambar berikut ini.

 
2. Dekarboksilasi Oksidatif Piruvat
Dekarboksilasi oksidatif piruvat adalah reaksi antara yang menghasilkan
asetil-CoA. Dekarboksilasi oksidatif piruvat adalah proses pengubahan asam
piruvat yang dihasilkan pada tahap akhir glikolisis menjadi senyawa asetil-
CoA, yang jika direaksikan dengan asam oksaloasetat akan masuk ke dalam
siklus krebs. Reaksi berlangsung pada membran luar mitokondria. Reaksi ini
sangat kompleks dan memerlukan beberapa kofaktor dan suatu kompleks
enzim.
Langkah pertama adalah pembentukan suatu kompleks antara TPP dan
piruvat diikuti dengan dekarboksilasi asam piruvat. Pada langkah kedua, unit
asetaldehida yang tertinggal setelah dekarboksilasi, bereaksi dengan asam
lipoat membentuk kompleks asetil-asam lipoat. Asam lipoat tereduksi dan
aldehida dioksidasi menjadi asam yamg membentuk suatu tioster dengan
asam lipoat. Pada langkah ketiga, terjadi pelepasan gugus asetil dari asam
lipoat ke CoASH, hasil reaksinya adalah asetil-ScoA dan asam lipoat
tereduksi. Langkah terakhir, adalah regenerasi asam lipoat dengan
memindahkan elektron dari asam lipoat tereduksi ke NAD. Reaksi terakhir ini
penting agar suplai asam lipoat teroksidasi secara berkesinambungan selalu
tersedia untuk pembentukan asetil-SCoA dari asam piruvat. Pada reaksi ini
dihasilkan dua molekul asetil-CoA, energi sebanyak 2 NADH2, dan 2 CO2.
Berikut ini adalah reaksi sederhana dekarboksilasi oksidatif piruvat:
Asam piruvat + CoA + NAD+    →  Asetil-CoA + CO2 + NADH + H+

Proses Dekarboksilasi Oksidatif Piruvat


3. Siklus Krebs

Siklus krebs (daur asam sitrat atau daur trikarboksilat) merupakan


pembongkaran asam piruvat secara aerob menjadi karbondioksida dan air
serta sejumlah energi kimia. Asetil-CoA merupakan mata rantai penghubung
antara glikolisis dan siklus krebs. Reaksi ini berlangsung di dalam matriks
mitokondria. Siklus krebs terjadi dalam 2 fase utama :

a) Fase Pembentukan Asam Sitrat

Reaksi pertama siklus krebs adalah kondensasi asetil-CoA denga asam


oksaloasetat (asam dikarboksilat berkarbon empat) membentuk asam sitrat
(asam dikarboksilat berkarbon enam) dan membebaskan koenzim A (CoSH)
dengan bantuan enzim kondensasi sitrat.

b) Fase Regenerasi Asam Oksaloasetat

Hidrasi asam sirat oleh enzim akonitase membentuk asam sis-akonitat.


Dengan reaksi yang sama, asam sis-akonitat diubah menjadi asam isositrat.
Reaksi berikutnya adalah asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat
dengan bantuan enzim isositrat dehidrogenase dan NAD atau NADP yang
pada akhirnya membentuk NADH2 atau NADPH2. Reaksi siklus krebs
berikutnya adalah dekarboksilasi asam oksalosuksinat membentuk asam α-
ketoglutarat, dikatalis enzim karboksilase sehingga menghasilkan CO2.
Selanjutnya, asam  α-ketoglutarat diubah menjadi asam suksinil-SCoA
dengan bantuan enzim α-ketoglutarat dehisrogenase dan NAD serta CoASH.
Pada reaksi ini dibentuk NADH2 dan CO2. Suksinil-SCoA diubah oleh
suksinat tiokinase menjadi asam suksinat dan CoASH. Pada reaksi tiokinase
energi yang tersimpan dalam tioester dari suksinil-SCoA digunakan untuk
mengubah ADP+iP menjadi ATP. Oksidasi asam suksinat membentuk asam
fumarat dengan bantuan suksinat dehidrogenase dan FAD. Pada reaksi ini
FAD diubah menjadi FADH2. Asam fumarat mengalami hidrasi menjadi
asam malat oleh enzim fumarase. Asam malat diubah menjadi asam
oksaloasetat oleh malat dehidrogenase. Dalam proses ini NAD direduksi
menjadi NADH2. Jadi regenerasi asam oksaloasetat melengkapi siklus krebs.

Pada reaksi siklus krebs (dua asetil-CoA) dihasilkan energi sebanyak 6


NADH2, 2 FADH2, 2 ATP dan 4 CO2. Untuk lebih jelas, dapat diamati pada
gambar berikut ini.

   Gambar 2.3. Proses Siklus Krebs

4. Transpor Elektron dan Fosforilasi Oksidatif

Proses glikolisis dan siklus krebs menghasilkan energi yang tersimpan


dalam bentuk NADH dan FADH. Untuk menghasilkan ATP diperlukan
sistem transpor elektron. Transpor elektron ini berlangsung di dalam
membran mitokondria sebelah dalam. Walaupun dalam reaksi ini akan
diserap O2 dan dihasilkan H2O, namun NADH dan FADH tidak dapat bereksi
langsung dengan oksigen dan molekul air tersebut. Elektron yang terlibat
ditransfer melalui beberapa senyawa perantara sebelum H2O dibentuk.
Senyawa-senyawa ini membentuk sistem pengangkutan elektron pada
mitokondria. Pengangkutan elektron berlangsung mulai dari senyawa
perantara yang secara termodifikasi sulit direduksi (senyawa dengan potensial
reduksi negatif) menuju senyawa yang mempunyai kecenderungan yang lebih
besar untuk menerima elektron (senyawa dengan potensial reduksi yang lebih
tinggi atau bahkan positif). Oksigen mempunyai kecenderungan tertinggi
untuk menerima elektron. Setiap senyawa pembawa elektron dalam sistem ini
hanya menerima elektron dari senyawa pembawa lainnya yang letaknya
berdekatan dengannya. Senyawa-senyawa pembawa elektron ini tersusun
secara terbaris pada bagian dalam membran mitokondria. Pada setiap
mitokondria terdapat ribuan sistem pengangkutan elektron.

Lintasan utama transpor elektron dimulai dengan dua elektron dan dua
ion H+ dipindahkan ke NAD, sehingga direduksi menjadi NADH 2. NADH2-
memindahkan dua elektron dan dua ion H+ ke suatu enzim flavin, flavin
 

mononukleotida (FMN) atau flavin adenin dinukleotida (FAD), sehingga


mereduksi senyawa tersebut. Energi yang diperlukan untuk mereduksi FAD
kurang dari yang dilepaska oleh oksidasi NADH2 dan energi sisanya
digunakan untuk sintesis satu molekul ATP dari ADP dan iP. Selanjutnya
FADH2 mereduksi suati enzim besi yang terkait dengan gugus SH. Senyawa
ini mereduksi dua molekul enzim porfirin-besi pemindah elektron yaitu
sitokrom b. Sitokrom b mereduksi senyawa fenolik menjadi kinon dan
ubiquinon; pada titik ini perlu ditambahkan ion H + dan eklektron. Elektron
dari ubiquinon kemudian mereduksi sitokrom c, dua ion H + meninggalkan
sistem angkutan. Pada titik ini, dibebaskan energi yang cukup untuk sintesis
molekul aTP kedua untuk setiap dua elektron yang dipindahkan. Sitokrom c
mereduksi sitokrom a yang selanjutnya mereduksi sitokrom a 3 dan pada titik
ini dibentuk ATP ketiga untuk setiap dua elektron yang dipindahkan.

Sitokrom a3 merupakan anggota sistem transpor elektron yang dapat


bereaksi dengan molekul oksigen. Sitokrom a dan a3 membentuk suatu
asosiasi molekuler yang disebut sitokrom oksidase yang secara kimia belum
dapat dipisahkan. Dua elektron dipindahkan ke satu atom oksigen (  O2). Ini
menyempurnakan pemindahan dua elektron dari tingkat energi tinggi yang
dimiliki substrat (AH2) ke tingkat energi rendah yang terdapat dalam air.
Energi yang dilepaskan oleh oksidasi substrat disimpan dalam tiga molekul
ATP yang disintesis di sepanjang proses angkutan elektron. Untuk lebih
jelasnya perhatikan
gambar berikut.

  Proses Transpor Elektron

Pembentukan ATP dalam sistem transpor elektron (rantai respiratoris)


dikenal juga sebagai fosforilasi oksidatif biologis. Proses keseluruhan
oksidasi biologis mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan energi dan
menyediakan senyawa antara untuk sintesis. Jika dihitung jumlah ATP yang
dihasilkan dalam oksidasi biologis, dengan bahan awal adalah satu molekul
glukosa, maka akan diperoleh 38 molekul ATP.

 
5.  Jalur Pentosa Fosfat

Setelah tahun 1950, mulai disadari bahwa glikolisis dan siklus krebs
bukan merupakan rangkaian reaksi satu-satunya bagi tumbuhan untuk
mendapatkan energi dari oksidasi gula menjadi karbondioksida dan air.
Lintasan yang berbeda ini disebut dengan Lintasan Pentosa Fosfat (LPF),
karena terbentuk senyawa antara yang terdiri atas lima atom karbon. Lintasan
ini juga disebut sebagai Lintasan Fosfoglukonat.

Beberapa senyawa lintasan pentosa fosfat juga anggota daur calvin,


tempat gula fosfat disintesis di kloroplas. Perbedaan utama antara daur calvin
dan lintasan pentosa fosfat adalah pada lintasan pentosa fosfat gula fosfat
tidak disintesis melainkan dirombak. Dalam hal ini, reaksi pentosa fosfat
serupa dengan reaksi glikolisis hanya perbedaannya lintasan pentosa fosfat
penerima elektronnya selalu NADP+, sedangkan di glikolisis penerima
elektronnya adalah NAD+. Jalur pentosa fosfat ini terjadi di dalam sitoplasma
sel.

Reaksi LPF pertama melibatkan glukosa-6-fosfat, yang berasal dari


perombakan pati fosforilase di glikolisis, dari penambahan fosfat akhir pada
ATP ke glukosa atau langsung dari fotosintesis. Senyawa ini segera
dioksidasi oleh glukosa-6-fosfat dehidrogenase menjadi 6-fosfoglukono-
laktona. Laktona ini secara cepat dihodrolisis oleh laktonase menjadi 6-
fosfoglukonat, kemudian senyawa ini diderkaboksilasi secara oksidatif
menjadi ribulosa-5-fosfat oleh 6-fosfoglukonat dehidrogenase. Selanjutnya
ribulosa-5-fosfat oleh isomerase diubah menjadi ribosa-5-fosfat, dan oleh
epimerase diubah menjadi xilulosa-5-fosfat. Ribosa-5-fosfat dan xilulosa-5-
fosfat yang dihasilkan kemudian oleh transketolase diubah menjadi
sedoheptulosa-7-fosfat dan 3-fosfogliseraldehid (gliseraldehida-3-fosfat).
Selanjutnya oleh transsaldolase,  sedoheptulosa-7-fosfat dan 3-
fosfogliseraldehid  diubah menjadi eritosa-4-fosfat dan fruktosa-6-fosfat.
Setelah itu xilulosa-5-fosfat dengan eritosa-4-fosfat oleh transkelotase diubah
menjadi 3-fosfogliseraldehida dan fruktosa-6-fosfat, yang merupakan
senyawa antara pada glikolisis. Jadi, LPF dapat dianggap sebagai jalur
alternatif menuju senyawa yang akan dirombak oleh glikolisis. Reaksi-reaksi
ini dipicu oleh enzim isomerase, epimerase, transketolase, dan transaldolase.  

Dari jalur LPF, dua molekul NADP direduksi bagi setiap molekul
CO2 yang dilepaskan dari glukosa, yang akan menghasilkan enam molekul
ATP. Jika 3-fosfogliseraldehida yang dihasilkan LPF masuk ke jalur
glikolisis dan selanjutnya ke siklus krebs, maka energi yang dihasilkan adalah
37 ATP per molekul glukosa yang dioksidasi. Untuk lebih jelasnya dapat
diamati pada gambar berikut ini.

Proses Jalur Pentosa Fosfat


Fungsi lintasan pentosa fosfat adalah:

1.      Produksi NADPH, senyawa ini kemudian dapat dioksidasi untuk


menghasilkan ATP.

2.      Terbentuknya senyawa eritosa-4-fosfat, senyawa ini merupakan bahan baku


essensial untuk pembentukan senyawa fenolik seperti sianin dan lignin.

3.      Menghasilkan ribulosa-5-fosfat yang merupakan bahan baku unit ribosa dan


deoksiribosa pada nukleutida pada RNA dan DNA.

2. Mekanisme Respirasi Anaerob

Pada kebanyakan tumbuhan dan hewan respirasi yang berlangsung


adalah respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob
terhambat pada suatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut akan
melangsungsungkan respirasi anaerob untuk dapat bertahan hidup. Pada
umumnya respirasi anaerob pada makhluk hidup hanya terjadi jika persediaan
oksigen bebas ada di bawah batas minimum. Respirasi anaerob lazim disebut
sebagai fermentasi.

1) Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel tanpa membutuhkan


oksigen. Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh
hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi
beberapa komponen lainnya dapat juga dihasilkan dari proses fermentasi ini
seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum
digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur,
dan minuman beralkohol lainnya.
Pada banyak tumbuhan yang biasa tumbuh di darat, penggenangan dalam
air dalam waktu yang lama merupakan ancaman bagi kehidupannya. Hal ini
dikarenakan respirasi aerob akan terhenti sama sekali, sehingga terjadilah
respirasi anaerob yang terkadang tidak mencukupi energi yang
dibutuhkannya, dan akumulasi zat beracun akibat respirasi anaerob dalam
waktu yang lama akan mengakibatkan kematian bagi tumbuhan tersebut.

Fermentasi yang umum terjadi pada tumbuhan adalah fermentasi alkohol


atau fermentasi etanol. Pada proses fermentasi, satu molekul glukosa diubah
menjadi dua molekul etanol dan dua molekul karbondioksida. Seperti pada
glikolisis, glukosa diubah menjadi asam piruvat selama proses fermentasi.
Kemudian asam piruvat diubah menjadi etanol dan karbondioksida dengan
bantuan enzim karboksilase dan alkohol dehidrogenase. Berikut ini adalah
gambar proses fermentasi etanol.

Proses Fermentasi Etanol

2) Respirasi IntraMolekuler

Respirasi antar atau intramolekul terjadi sama seperti pada proses


fermentasi. Respirasi anaerob pada tumbuhan disebut juga respirasi
intramolekul, mengingat, bahwa respirasi ini hanya terjadi di dalam molekul
saja.dalam respirasi anaerob, oksigen tidak diperlukan; juga di dalam proses
ini hanya ada pengubahan zat organik yang satu menjadi zat organik yang
lain. Contohnya perubahan gula menjadi alkohol, di mana pada hakikatnya
hanya ada pergeseran tempat-tempat antara molekul glukosa dan molekul
alkohol.

Beberapa spesies bakteri dan mikroorganisme dapat melakukan respirasi


intramolekuler. Oksigen yang diperlukan tidak diperoleh dari udara bebas,
melainkan dari suatu persenyawaan. Contoh :

CH3CHOH.COOH + HNO3 →  CH3.CO.COOH + HNO2 + H2O + Energi

(asam susu)                                          (asam piruvat)

Respirasi anaerob dapat berlangsung pada biji-bijian seperti jagung,


kacang, padi, biji bunga matahari dan lain sebagainya yang tampak kering.
Akan tetapi pada buah-buhan yang basah mendaging pun terdapat respirasi
anaerob. Hasil dari respirasi anaerob di dalam jaringan-jaringan tumbuhan
tinggi tersebut kebanyakan bukanlah alkohol, melainkan bermacam-macam
asam organik seperti asam sitrat, asam malat, asam oksalat, asam tartarat dan
asam susu.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dapat dibedakan menjadi dua


faktor, yaitu:

1. Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh


tumbuhan itu sendiri, yaitu :

a. Jumlah plasma dalam sel

Jaringan-jaringan meristematis muda memiliki sel-sel yang


masih penuh dengan plasma dengan viabilitas tinggi biasanya
mempunyai kecepatan respirasi yang lebih besar daripada jaringan-
jaringan yang lebih tua di mana jumlah plasmanya sudah lebih
sedikit.

b. Jumlah substrat respirasi dalam sel

Tersedianya substrat respirasi pada tumbuhan merupakan hal


yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan
kandungan substrat yang sedikit akan melakukan respirasi dengan
laju yang rendah pula. Sebaliknya, tumbuhan dengan kandungan
substrat yang banyak akan melakukan respirasi dengan laju yang
tinggi. Substrat utama respirasi adalah karbohidrat.

c. Umur dan tipe tumbuhan

Respirasi pada tumbuhan muda lebih tinggi dari tumbuhan yang


sudah dewasa atau lebih tua. Hal ini dikarenakan pada tumbuhan
muda jaringannya juga masih muda dan sedang berkembang dengan
baik. Umur tumbuhan juga akan memepengaruhi laju respirasi. Laju
respirasi tinggi pada saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase
pertumbuhan vegetatif awal (di mana laju pertumbuhan juga tinggi)
dan kemudian akan menurun dengan bertambahnya umur tumbuhan.

2. Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar sel atau
lingkungan, terdiri atas:

a. Suhu

Pada umumnya dalam batas-batas tertentu kenaikan suhu


menyebabkan pula kenaikan laju respirasi. Kecepatan reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies tumbuhan.
Perlu diingat, kenaikan suhu yang melebihi batas minimum kerja
wnzim, akan menurunkan laju respirasi karena enzim respirasi tidak
dapat bekerja dengan baik pada suhu tertalu tinggi.
b. Kadar O2 udara

Pengaruh kadar oksigen dalam atmosfer terhadap kecepatan


respirasi akan berbeda-beda tergantung pada jaringan dan jenis
tumbuhan, tetapi meskipun demikian makin tinggi kadar oksigen di
atmosfer maka makin tinggi kecepatan respirasi tumbuhan.

c. Kadar CO2 udara

Semakin tinggi konsentrasi karbondioksida diperkirakan dapat


menghambat proses respirasi. Konsentrasi karbondioksida yang
tinggi menyebabkan stomata menutup sehingga tidak terjadi
pertukaran gas atau oksigen tidak dapat diserap oleh tumbuhan.
Pengaruh hambatan yang telah diamati pada respirasi daun mungkin
disebabkan oleh hal ini.

d. Kadar air dalam jaringan

Pada umumnya dengan naiknya kadar air dalam jaringan


kecepatan respirasi juga akan meningkat. Ini nampak jelas pada biji
yang sedang berkecambah.

e. Cahaya

Cahaya dapat meningkatkan laju respirasi pada jaringan


tumbuhan yang berklorofil karena cahaya berpengaruh pada
tersedianya substrat respirasi yang dihasilkan dari proses
fotosintesis.

f. Luka dan stimulus mekanik

Luka atau kerusakan jaringan (stimulus mekanik) pada


jaringan daun menyebabkan laju respirasi naik untuk sementara
waktu, biasanya beberapa menit hingga satu jam. Luka memicu
respirasi tinggi karena tiga hal, yaitu: (1) oksidasi senyawa fenol
terjadi dengan cepat karena pemisahan antara substrat dan
oksidasenya dirusak; (2) proses glikolisis yang normal dan
katabolisme oksidatif meningkat karena hancurnya sel atau sel-sel
sehingga menambah mudahnya substrat dicapai enzim respirasi; (3)
akibat luka biasanya sel-sel tertentu kembali ke keadaan
meristematis diikuti pembentukan kalus dan penyembuhan atau
perbaikan luka.

g. Garam-garam mineral

Jika akar menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah,


laju respirasi meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi yang
diperlukan pada saat garam/ion diserap dan diangkut. Keperluan
energi itu dipenuhi dengan menaikkan laju respirasi. Fenomena ini
dikenal dengan respirasi garam.

 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan pada bab II


adalah sebagai berikut:

Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan


energi. Energi ini digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan
seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan, perkembangan. Energi
kimia yang dihasilkan dari proses respirasi adealah energi kimia dalam
bentuk ATP atu senyawa berenergi tinggi lainnya (NADH dan FADH).
Proses respirasi selalu berlangsung sepanjang waktu selama tumbuhan hidup.

  Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi pada tumbuhan


dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

Respirasi Aerob : Umum terjadi pada semua makhluk hidup termasuk


tumbuhan, berlangsung seumur hidup, energi yang dihasilkan besar, tidak
merugikan tumbuhan, memerlukan oksigen, hasil akhir berupa
karbondioksida dan uap air.

      Respirasi Anaerob : Hanya terjadi dalam keadaan khusus, bersifat sementara


(hanya pada fase tertentu saja), energi yang dihasilkan kecil, jika terjadi terus
menerus akan menghasilkan senyawa yang bersifat racun bagi tumbuhan,
tidak memerlukan oksigen, hasil akhirnya berupa alkohol atau asam laktat
dan karbondioksida.

Mekanisme respirasi aerob meliputi proses glikolisis, dekarboksilasi


oksidatif piruvat, siklus krebs, sistem transpor elektron dan fosforilasi
oksidatif, serta jalur pentosa fosfat.
      Mekanisme respirasi anaerob meliputi proses fermentasi dan respirasi
intramolekul.

      Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respirasi terdiri dari:

       Faktor internal : Jumlah plasma dalam sel, jumlah substrat respirasi dalam sel,
umur dan tipe tumbuhan.

      Faktor eksternal : Suhu, kadar oksigen dan karbondioksida di atmosfer, kadar


air dalam jaringan, cahaya, luka dan stimulus mekanik, serta pengangkutan
garam-garam mineral dari dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Anna F., David C. Logan, dkk. 2006. Biology Journal; Heterogeneity


of Plant Mitochondrial Responses Underpinning Respiratory Acclimation to
the Cold in Arabidopsis thaliana Leaves. Journal Compilation, 2006,
Blackwell Publishing Ltd, Plant, Cell and Environment, 29, 940-949. (diakses
pada 25 Januari 2011)

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.

Rocha, Marcio, Francisco licausi, dkk. 2010. Biology Journal: Glicolysis and the
Tricarboxylic Acid Cycle Are Linked by Alanine Aminotransferase during
Hypoxia Induced by Waterlogging of Lotus japonicas. Plant Physiology,
March 2010, Vol. 152, pp. 1501-1513

Salisbury, F. B. 1985. Plant Physiology. California: Utah State University,


Wadsworth Publishing Company, Belmot.

Santosa. 1990. Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM Press.

Sastramihardja, D., Arbayah S. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA


Biologi-ITB, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, Dirjend Pendidikan
Tinggi, Depdikbud.

Sweetlove, Lee J., Aaron Fait, dkk. 2007. The Mitochondrion: An Integration


Point of Cellular Metabolism and signaling. Critical Review in Plant Science,
26: 17-47, 2007, Taylor & Francis Group, LLC. (diakses pada 18 Januari
2011)

Tcherkez, Guillaume, Aline Mahe, dkk. 2009. Biology Journal: In Folio


Respiratory Fluxomics Revealed by C Isotopic Labeling and H/D Isotope
Effects Highlight the Noncyclic Nature of the Tricarboxylic Acid “Cycle” in
Illiminated Leaves. Plant Physiology, October 2009, Vol. 151, pp. 620-630

Zalbaza, Ana, Joost T. van Dongen, dkk. 2009. Biology Journal: Regulation of


Respiration and Fermentation to Control The Plant Internal Oxygen
Concentration. Plant Physiology, February 2009, Vol. 149, pp. 1087-1098

Anda mungkin juga menyukai