Anda di halaman 1dari 13

i

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 1
1.3 Manfaat ............................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 2
2.1 Pengertian Respirasi Tanaman ............................................................................ 2
2.2 Macam-Macam Respirasi Tanaman.................................................................... 2
2.3 Tahapan Respirasi Tanaman ............................................................................... 3
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Respirasi Tanaman ................................................ 3
BAB III METODOLOGI ................................................................................................. 5
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................... 5
3.2 Cara Kerja ........................................................................................................... 6
3.3 Analisa Perlakuan ............................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 9
4.1 Hasil .................................................................................................................... 9
4.2 Pembahasan......................................................................................................... 9
4.2.1 Perbandingan antara Perendaman Terhadap Laju Respirasi ........................... 9
4.2.2 Pengaruh Lama Waktu Perkecambahan Terhadap Respirasi .......................... 9
BAB V PENUTUP....................................................................................................... 11
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 11
5.2 Saran ................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman merupakan makhluk hidup yang menggunakan energi dari cahaya
matahari untuk membuat zat makanannya melalui proses fotosintesis. Melalui
proses tersebut air akan dipecah menjadi H2 dan O2, selanjutnya H2 akan
digunakan kembali sebagai sedangkan O2 akan dilepaskan ke udara. Seperti
makhluk hidup yang lainnya, tanaman juga membutuhkan O2 untuk proses
respirasi. Pada tanaman O2 yang digunakan untuk respirasi adalah O2 hasil
fotosintesis. Tetapi jumlah O2 hasil fotosintesis yang dilepaskan ke udara lebih
banyak dibandingkan dengan O2 yang akan digunakan sebagai respirasi.
Respirasi merupakan proses pengambilan oksigen (O2) untuk memecah
senyawa-senyawa organik menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
Karbohidrat merupakan substrat respirasi terpenting pada tanaman, adapun
substrat lainnya yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa, pati, asam organik, dan
protein.
Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam
sel, dan berlangsung secara aerobik atau anaerobik. Respirasi sangat diperlukan
karena reaksi kimia yang terjadi di dalam sel tanaman sangat bergantung pada
oksigen sebagai substansi yang sangat penting. Sedangkan substansi yang
dihasilkan pada respirasi adalah gas karbondioksida (CO2). Bagian tanaman
yang aktif melakukan respirasi adalah bagian tanaman yang sedang tumbuh,
seperti pada biji yang berkecambah.
1.2 Tujuan
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui proses respirasi tanaman dan
menghitung banyaknya respirasi tanaman melalui evolusi CO2.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu untuk memahami proses respirasi
tanaman dan menghitung banyaknya respirasi tanaman melalui evolusi CO2
serta pentingnya perlakuan perendaman dan lama waktu perkecambahan
terhadap proses respirasi.
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Respirasi Tanaman


Respirasi tanaman merupakan pemanfaatan energi bebas dalam makanan
menjadi energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Di dalam sel ATP
digunakan untuk aktivitas dan proses fotosintesis tanaman (Novitasari, 2017).
Respirasi tanaman merupakan metabolisme primer dan merupakan proses
esensial bagi kehidupan tanaman (Paramita, 2010).
Plant respiration is the controlled oxidation of energy-rich photosynthetic
end products (i.e. starch and sucrose) via the pathways of glycolysis, the
tricarboxylic acid (TCA) cycle and mitochon drial electron transport chain,
producing CO2 and adenosine triphosphate (ATP) (O’Leary dan Plaxton,
2016). Menurut O’Leary dan Plaxton bahwa respirasi tanaman adalah oksidasi
terkontrol dari produk akhir fotosintetik yang kaya energi (yaitu pati dan
sukrosa) melalui jalur glikolisis, siklus asam trikaboksilat (TCA) dan rantai
transport elektron mitokondria, menghasilkan CO2 dan adenosin trifosfat
(ATP).
Respiration is an oxidative process controlled by three pathways:
glycolysis, the tricarboxylic acid (TCA) cycle, and oxidative phosphorylation
(OXPHOS). Respiratory metabolism is ubiquitous in all organisms, but with
differences among each other. For example in plants, because their high
plasticity, respiration involves metabolic pathways with unique characteristics.
In this way, in order to avoid states of low energy availability, plants exhibit
great flexibility to bypass conventional steps of glycolysis, TCA cycle, and
OXPHOS (Toro and Pinto, 2015). Menurut Toro and Pinto (2015) respirasi
adalah proses oksidatif yang dikendalikan oleh tiga jalur: glikolisis, siklus asam
trikarboksilat (TCA), dan fosforilasi oksidatif (OXPHOS). Metabolisme
pernapasan ada di mana-mana di semua organisme, tetapi dengan perbedaan di
antara keduanya satu sama lain. Misalnya pada tumbuhan, karena plastisitasnya
tinggi, respirasi melibatkan jalur metabolisme dengan unik karakteristik.
Dengan cara ini, untuk menghindari keadaan ketersediaan energi yang rendah,
tanaman menunjukkan fleksibilitas yang tinggi untuk memotong langkah
konvensional glikolisis, siklus TCA, dan OXPHOS.
2.2 Macam-Macam Respirasi Tanaman
Menurut Jeffrey dan Pommerville (2010) macam-macam respirasi
berdasarkan kebutuhan oksigennya dibedakan menjadi:
1. Respirasi aerob merupakan respirasi yang memerlukan oksigen
sebagai aseptor elektron untuk pembentukan energi (ATP).
3

2. Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak memerlukan oksigen


pada proses metabolismenya.
2.3 Tahapan Respirasi Tanaman
Menurut Campbell et al. (2012) bahwa tahap pertama dalam reaksi respirasi
disebut glikolisis dan terjadi bersamaan dengan tidak adanya oksigen. Proses
ini terjadi pada sitoplasma sel di dalam cairan sitosol, yang merupakan bahan
gel yang terdapat di dalam sel individu tanaman. Glikolisis yang terjadi dalam
sitosol mengawali perombakan dengan pemecahan glukosa menjadi dua
molekul senyawa yang disebut piruvat. Tahapan kedua yaitu dekarboksilasi
oksidatif merupakan proses pengubahan asam piruvat menjadi asetil KoA.
Tahapan ketiga yaitu siklus Krebs, yang terjadi dalam matriks mitokondria
menyempurnakan pekerjaan ini dengan menguraikan turunan piruvat menjadi
karbondioksida, air (H2O), dan energi kimia. Dengan demikian, karbondioksida
yang dihasilkan oleh respirasi merupakan fragmen molekul organik yang
teroksidasi. Sebagian tahap glikolisis dan siklus Krebs ini merupakan reaksi
redoks di mana enzim dehidrogenase mentransfer elektron dari substrat ke
NAD+ dan membentuk NADH. Sehingga dihasilkan 2 ATP, 6 NADH, dan 2
FADH2.
Pada tahapan keempat respirasi, rantai transpor elektron menerima elektron
dari produk hasil perombakan kedua langkah yang pertama tersebut (biasanya
melalui NADH) dan melewatkan elektron ini dari satu molekul ke molekul yang
lain. Pada akhir rantai ini, elektron digabungkan dengan ion hidrogen dan
oksigen molekuler untuk membentuk air. Energi yang dilepas pada setiap
langkah rantai tersebut disimpan dalam suatu bentuk yang digunakan oleh
mitokondria untuk membuat ATP. Sintesis ATP ini disebut fosforilasi oksidatif
karena sintesis ini digerakkan oleh reaksi redoks yang mentransfer elektron dari
makanan ke oksigen.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Respirasi Tanaman
Faktor yang mempengaruhi respirasi tanaman menurut terdiri dari:
1. Faktor lingkungan
a. Suhu
Suhu yang diperlukan untuk proses respirasi harus optimal, jika suhu
terlalu tinggi akan menyebabkan inaktifnya enzim-enzim sehingga
menghambat respirasi (Lestari et al., 2008).
b. Kadar O2 dan CO2
Oksigen dapat mempengaruhi respirasi yang terjadi pada tanaman.
Pada tanaman yang tumbuh di air yang tergenang proses penyerapan
4

oksigennya memiliki modifikasi jaringan aerenkim, seperti pada


tanaman padi (Lestari et al., 2008).
c. Cahaya
Cahaya dapat meningkatkan fotosintesis sehingga akan dihasilkan
fotosintat yang banyak sebagai substrat respirasi. Selan itu, cahaya juga
mampu meningkatkan suhu yang dapat mendukung respirasi (Lestari et
al., 2008).
2. Faktor tanaman
a. Jenis dan umur tanaman
Umur tanaman sangat berpengaruh terhadap laju respirasi, karena
selama proses perkecambahan belum melakukan fotosintesis maka
cadangan makanan digunakan untuk proses pemanjangan (Rakatika dan
Hernawati, 2014).
b. Ketersediaan substrat
Tanaman dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan
respirasi dengan laju yang rendah, dan jika substrat yang tersedia cukup
banyak maka laju respirasi akan meningkat (Rakatika dan Hernawati,
2014).
5

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat

Nama Alat Fungsi


Timbangan digital Untuk menimbang biji jagung
Oven Untuk mengeringkan biji jagung
Botol kecil Tempat KOH
Buret Alat titrasi KOH
Pipet tetes Untuk mengambil larutan
Labu Erlenmeyer Tempat perkecambahan biji
Gelas ukur Wadah larutan
Cawan petri Untuk meletakkan biji

b. Bahan

Bahan Fungsi
Biji jagung Spesimen yang diamati
Aquades Membasahi tisu dalam labu
Erlenmeyer
Tali Untuk mengikat botol kecil
Plastik Untuk menutup labu erlenmeyer
Karet Untuk mengikat plastik ketika
menutup labu erlenmeyer
HCL 1N Menetralkan KOH
BaCl2 Mengendapkan hasil respirasi
Phenolpthalen Indikator warna
KOH 2N Mengikat CO2
6

3.2 Cara Kerja


Mempersiapkan alat bahan

Menandai labu Erlenmeyer dan cawan petri dengan kode ABCDE

Setiap perlakuan berisi 10 biji jagung. Lalu menimbang biji jagung


dan mencatat beratnya. Kemudian biji jagung ditempatkan
dicawan petri.

Perlakuan A
Memasukkan biji jagung ke dalam oven

Biji jagung dikeringkan dengan oven 2x24 jam (80oC)

Setelah itu, menimbang berat kering biji jagung

Perlakuan BCDE

Merendam jagung dengan kode C, D, E selama 10 menit dan


jagung B tidak direndam

Selagi menunggu 10 menit, memasukkan tissu ke dalam erlenmayer

Membasahi tissu dengan aquades/air

Memasukkan biji jagung ke masing-masing labu Erlenmeyer


sesuai dengan kode

Memasukkan KOH 25 ml ke dalam botol kecil dan diikat


menggunakan tali ke mulut labu Erlenmeyer

Lalu menutup labu Erlenmeyer dengan plastik


dan karet.
Erlenmayer dibiarkan dengan perlakuan masing-masing. Erlenmayer B (tanpa
direndam, dikecambahkan 2 hari), C (direndam, dikecambahkan 2 hari), D
(direndam, dikecambahkan 4 hari), E (direndam, dikecambahkan 6 hari)
7

Titrasi

Memasukkan HCl 1 N ke dalam buret

Mengambil KOH 10 ml untuk control

Memasukkan KOH ke dalam erlenmayer

Meneteskan BaCl2 sebanyak 2 tetes

Meneteskan phenolftalein 2 tetes

Titrasi dengan menetesi KOH dengan HCl 1 N secara perlahan


sampai berubah warna bening

Lakukan pada Erlenmeyer lainnya dan dokumentasi serta catat


hasil titrasi
3.3 Analisa Perlakuan
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu dengan
mempersiapkan alat dan bahan dan menandai labu erlenmeyer serta cawan petri
dengan kode A, B, C, D, E. Selanjutnya menimbang biji jagung dan mencatat
beratnya. Setelah ditimbang, biji jagung tersebut ditempatkan pada cawan petri.
Untuk perlakuan A langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan biji
jagung ke dalam oven untuk dikeringkan selama 2×24 jam dengan suhu 80˚C.
Setelah dikeringkan selanjutnya biji jagung akan ditimbang untuk mengukur
berat keringnya. Untuk perlakuan B, C, D, E langkah pertama yang dilakukan
yaitu dengan merendam jagung C, D, E selama 10 menit, sedangkan biji jagung
B tidak dilakukan perendaman. Langkah kedua yaitu masukkan tisu ke dalam
erlenmeyer dan basahi tisu dengan menggunakan aquades. Setelah tisu
dibasahi, langkah selanjutnya yaitu memasukkan biji jagung ke dalam masing-
masing labu erlenmeyer yang sesuai dengan kode. Kemudian masukkan KOH
sebanyak 25 ml ke dalam botol kecil dan diikat menggunakan tali ke mulut labu
erlenmeyer. Setelah itu tutup labu erlenmeyer dengan menggunakan plastik dan
karet. Langkah terakhir yaitu erlenmeyer dibiarkan sesuai dengan perlakuan
masing-masing, pada erlenmeyer B dengan perlakuan tanpa perendaman dan
dilakukan perkecambahan selama 2 hari, erlenmeyer C dengan perlakuan
perendaman dan dilakukan perkecambahan selama 2 hari, erlenmeyer D dengan
perlakuan perendaman dan dilakukan perkecambahan selama 4 hari, serta
erlenmeyer E dengan perlakuan perendaman dan dilakukan perkecambahan
8

selama 6 hari. Pada metode titrasi langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan
memasukkan HCl 1 N ke dalam buret, selanjutnya yaitu mengambil KOH
sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebagai kontrol. Langkah
ketiga yaitu meneteskan BaCl2 sebanyak 2 tetes, lalu selanjutnya meneteskan
phenolftalein sebanyak 2 tetes. Langkah berikutnya yaitu dengan melakukan
titrasi dengan menetesi KOH dan HCl 1 N secara perlahan sampai berubah
warna menjadi bening. Kemudian proses titrasi tersebut dilakukan pada
erlenmeyer lainnya hingga proses titrasi selesai dokumentasikan dan catat hasil
titrasi tersebut.
9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No. Sampel Volume Titrasi Evolusi CO2


(ml) [mg/(g.t)]
1. B 18 0,203
2. C 17 0,406
3. D 14,5 0,456
4. E 12 0,473

4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan antara Perendaman Terhadap Laju Respirasi
Pada hasil pengamatan perendaman biji jagung yang dilakukan
bahwa pada biji jagung dengan perlakuan B tidak direndam, sedangkan pada
biji jagung C, D, dan E dilakukan perendaman terlebih dahulu selama 10
menit. Berdasarkan pada tabel hasil dapat diketahui bahwa biji jagung B
memiliki evolusi CO2 sebanyak 0,203 mg/jam yang lebih rendah
dibandingkan dengan biji jagung C, D, dan E. Evolusi CO2 merupakan hasil
samping dari pembentukan energi metabolisme. Jika terjadi laju respirasi
yang aktif maka CO2 akan lebih mudah untuk berdifusi keluar. Hal ini
disebabkan karena kandungan perendaman pada biji jagung dapat
menyebabkan masuknya oksigen ke dalam biji dan dinding sel diimbibisi
oleh air, sehingga gas oksigen akan masuk ke dalam sel secara difusi.
Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air maka persediaan
oksigen meningkat pada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih
aktifnya respirasi. Selain itu, CO2 yang dihasilkan oleh respirasi juga akan
lebih muda berdifusi keluar (Ai dan Ballo, 2010).
4.2.2 Pengaruh Lama Waktu Perkecambahan Terhadap Respirasi
Pada hasil pengamatan lama waktu perkecambahan bahwa pada biji
jagung B dan C dikecambahkan selama 2 hari, biji jagung D dikecambahkan
selama 4 hari, dan biji jagung E dikecambahkan selama 6 hari. Dihasilkan
evolusi CO2 sebesar 0,203 mg/jam pada sampel B, 0,406 mg/jam pada
sampel C, 0,456 mg/jam pada sampel D, serta 0,473 mg/jam pada sampel E.
Sehingga dapat diketahui bahwa pada sampel biji jagung E yang memiliki
lama waktu perkecambahan selama 6 hari memiliki kandungan evolusi CO2
yang lebih tinggi 0,473 mg/jam dibandingkan dengan sampel lainnya. Pada
sampel B dan C yang dikecambahkan selama 2 hari memberikan kandungan
evolusi CO2 yang lebih rendah yaitu 0,203 mg/jam pada sampel B dan 0,406
10

mg/jam pada sampel C. Dari pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa


lama waktu perkecambahan dapat memberikan hasil yang berbeda terhadap
kandungan evolusi CO2. Semakin lama waktu perkecambahan maka akan
menghasilkan kandungan evolusi CO2 yang tinggi. Kandungan evolusi CO2
tersebut diperoleh dari hasil proses respirasi. Jika proses respirasi berjalan
dengan aktif maka pada prosesnya akan banyak menyerap O2 serta akan
mengeluarkan banyak hasil CO2. Respirasi pada saat perkecambahan biji
terjadi ketika aulikula, radikula, dan plumula akan beralih ke endosperm
atau kotiledon setelah cadangan makanan habis. Aktivitas respirasi tertinggi
terjadi ketika radikula menembus kulit biji (Ai dan Ballo, 2010).
11

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Proses perendaman biji jagung memiliki evolusi CO2 yang tinggi
dikarenakan pada biji yang terendam air maka oksigen akan mudah masuk ke dalam
kulit biji sehingga proses transpirasi dapat terjadi secara aktif. Pada biji jagung yang
tidak dilakukan perendaman memiliki kandungan evolusi CO2 yang rendah. Pada
lama waktu perkecambahan juga berpengaruh terhadap respirasi. Semakin lama
waktu perkecambahan biji jagung yang dilakukan maka akan semakin banyak biji
jagung tersebut melakukan proses respirasi. Sehingga pada biji jagung dengan
perkecambahan sedikit akan menghasilkan proses respirasi yang sedikit. Hal ini
dikarenakan proses respirasi terjadi secara aktif pada tanaman yang masih
mengalami pertumbuhan terutama pada biji yang sedang berkecambah.
5.2 Saran
Praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar, meskipun dilakukan
secara daring para asisten praktikum masih tetap bersemangat dalam
menyampaikan materi praktikum. Hanya saja perlu penambahan waktu dalam
pengumpulan laporan. Saran untuk pelaksanaan praktikum kedepannya untuk
diadakan penayangan video terkait praktikum yang dilaksanakan agar mahasiswa
lebih mudah memahami praktikum yang dilaksanakan secara daring.
12

DAFTAR PUSTAKA

Ai, N. S., Ballo, M. 2010. Peranan Air dalam Perkecambahan Biji. Jurnal Ilmiah
Sains. 10(2): 190-193.
Campbell, Neil, A., & Jane B. Reece. 2012. Biology Edisi 8 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Jeffrey, C., dan J. C. Pommerville. 2010. Microbial Growth and Nutrition (Chapter
5). Jones & Bartlett Learning Publisher, Sudbury MA.
Lestari, G. W., Solichatun, Sugiyarto. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil,
dan Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) setelah
Pemberian Asam Giberelat (GA3). Bioteknologi. 5(1): 1-9.
Novitasari, Rahmah. 2017. Proses Respirasi Seluler pada Tumbuhan. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi. Jurusan Pendidikan
Biologi. Fakultas MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta 2017. 89-96 hlm.
O'Leary, B. M., Plaxton, W. C. 2016. Plant Respiration. In: eLS. John Wiley &
Sons. Ltd: Chichester. DOI: 10.1002/9780470015902.a0001302.pub3.
Paramita, Octaviani. 2010. Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi,
Produksi Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Mangifera indica L.) Var
Gedong Gincu pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Jurnal Kompetisi Teknik.
2(1).
Rakatika, R. R., Hernawati, D. 2014. Perbedaan Konsumsi Oksigen (O2) pada
Proses Respirasi Kecambah. Penelitian Internal. Universitas Siliwangi.
Tasikmalaya.
Toro, G., and Pinto, M. 2015. Plant Respiration Under Low Oxygen. Chilean
JJournal of Agricultural Research. 75(1): 57-70.

Anda mungkin juga menyukai