Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“TANAMAN C3, C4 DAN CAM”

Disusun Oleh:
Nama : Irvan Mahmudi
NIM : 195040200113012
Kelas : Agroekoteknologi PSDKU-A
Asisten : Handy Budiman Sutikno

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2
2.1 Pengertian Tanaman C3, C4, dan CAM....................................................2
2.2 Perbedaan Tanaman C3, C4, dan CAM ....................................................3
2.3 Proses Fotosintesis Tanaman C3, C4, dan CAM.......................................4
BAB III. METODOLOGI........................................................................................6
3.1 Alat dan Bahan...........................................................................................6
3.2 Cara Kerja..................................................................................................6
3.3 Analisi Perlakuan ....................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................7
4.1 Hasil...........................................................................................................7
4.2 Pembahasan...............................................................................................7
BAB V. PENUTUP..................................................................................................9
5.1 Kesimpulan................................................................................................9
5.2 Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
LAMPIRAN...........................................................................................................11
DAFTAR TABEL

Table 1. Data Hasil Pengamatan Warna Daun setelah ditetesi KI..........................7


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman adalah mahluk hidup yang mendapat makanannya sendiri dengan
fotosintesis. Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM
lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3.
Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mereka mengikat CO2 dari atmosfir dan
produk awal yang dihasilkan dari proses assimilasi. Pada tanaman C3, enzim yang
menyatukan CO2 adalah RuBP dalam proses awal assimilasi, yang  juga dapat mengikat
O2pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi . Jika konsentrasi CO2 di
atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2 akan lebih
menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi akan bertambah
besar.
Tipe crassulacean acid metabolism ( CAM) merupakan tipe tanaman yang
mengambil CO2 pada malam hari, dan mengunakannya untuk fotosistensis pada siang
harinya. Tumbuhan CAM yang dapat mudah ditemukan adalah nanas, kaktus, dan
bunga lili.
Dalam kaitannya dengan proses fotosintesis, tumbuhan dibagi menjadi tumbuhan
C3, C4 dan CAM, masing-masing mempunyai cara tersendiri untuk mengelola
kebutuhan dasar fotosintesis yaitu karbon dioksida dan air. Perbedaan cara mengelola
kebutuhan tersebut terletak pada perbedaan morfologi dan fisiologi kelompok tumbuhan
tersebut. Morfologi dan fisiologi merupakan bentuk adaptasi suatu organism untuk
bertahan hidup. Tumbuhan CAM, merupakan contoh tubuhan dengan morfologi yang
khusus, daun tebal, kecil, duri, batang berair, agar dapat bertahan hidup di iklim yang
ekstrim.
Dalam pertanian, ketiga kelompok tanaman ini memiliki cara yang berbeda dalam
budidayanya karena memiliki cara metabolism yang berbeda. Tanaman CAM, nanas,
harus mendapatkan tempat di daerah yang kering, penyinaran matahari terik dan
kelembaban rendah agar optimal, akan berbeda dengan padi sawah, C3, yang butuh air
cukup banyak, selain itu, jagung dan tebu, C4, membutuhkan iklim kering hamper
seperti tanaman CAM.
Ada beberapa perbedaan dalam fotosintesis tumbuhan C3, C4 dan CAM. Jalur
CAM serupa dengan jalur C dalam hal karbon dioksida terlebih dahulu dimasukkan
4

kedalam senyawa organic intermediet sebelum karbon dioksida ini memasuki siklus
Calvin. Perbedaannya ialah bahwa pada tumbuhan C , kedua langkah ini terjadi pada
4

ruang yang terpisah. Langkah ini terpisahkan pada dua jenis sel. Pada tumbuhan CAM,
kedua langkah dipisahkan untuk sementara. Fiksasi karbon terjadi pada malam hari, dan
siklus calvin berlangsung selama siang hari. Untuk lebih jelasnya, maka akan dipelajari
lebih detail mengenai tanaman C3, C4 dan CAM.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan analisis
anatomi daun khususnya pada tanaman C3 dan C4 serta dapat menjelaskan perbedaan
utama antara kedua jenis tanaman tersebut dalam anatomi daunnya, Selain itu agar
dapat memahami tentang fotosintesis tanaman C3, C4, dan CAM
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah mahasiswa
mengetahui dan memahami perbedaan tanaman C3, C4, dan CAM berdasarkan anatomi
daunya, serta mengetahui dan memahami proses fotosintesis pada tanaman tersebut.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tanaman C3, C4, dan CAM
Tanaman C3 adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan senyawa phospho
gliseric acid yang memiliki 3 atom C pada proses fiksasi CO 2 oleh ribolusa
diphosphat (Budiarti, 2008).
Definisi lain diungkapkan oleh Sitompul, (1995) bahwa tanaman C3 adalah
tanaman yang mempunyai lintasan atau siklus PCR (Photosynthetic Carbon Reduction)
atau sering disebut siklus calvin yang dapat menghasilkan asam organik yang
mengandung 3 atom C dan jaringan yang terlibat dalam proses fotosintesis adalah
jaringan mesofil. Lintasan itu dimulai dari pengikatan CO2 dengan RBP dan RuBP.
C3 plant is a plant in which the first product of photosynthesis is a 3-carbon
acid, glycerate 3-phosphate (phosphoglyceric acid). Most plants are C3 plants. They
are characterized by high carbon dioxide compensation points owing to
photorespiration. Terjemahan: Tanaman C3 adalah tanaman di mana produk pertama
fotosintesisnya adalah asam 3-karbon, glycerate 3-fosfat (asam fosfogliserat).
Kebanyakan tumbuhan merupakan tumbuhan C3. Mereka dicirikan oleh titik
kompensasi karbon dioksida tinggi karena fotorespirasi (Bailey, 2003).
C3 plant is the majority of photosynthetic plants that produce, as the initial steps
of CO incorporation, a three-carbon compound, phosphoglyceric acid (PGA), as the
first stable intermediate (CALVIN CYCLE). Terjemahan: Tumbuhan C3 merupakan
tumbuhan mayoritas fotosintetik yang menghasilkan, sebagai langkah awal
penggabungan CO, senyawa tiga karbon, asam fosfogliserat (PGA), sebagai intermediet
stabil pertama (CALVIN CYCLE) (Rittner, 2004).
Tanaman C4 adalah kelompok tumbuhan yang melakukan persiapan reaksi
gelap fotosintesis melalui jalur 4 karbon / 4C (jalur hatch-slack) sebelum memasuki
siklus calvin, untuk meminimalkan keperluan fotorespirasi (Budiarti, 2008).
Sedangkan Gardner, (1991) menyatakan bahwa tanaman C4 adalah tanaman
dengan hasil pertama dalam fotosintesis di mesofil berupa suatu molekul dengan 4
atom C.
C4 plant is a plant in which the first product of photosynthesis is a 4-carbon
dicarboxylic acid, oxaloacetic acid. Terjemahan: Tumbuhan C4 merupakan tumbuhan
yang hasil fotosintesisnya pertama kali adalah 4-karbon asam dikarboksilat, asam
oksaloasetat (Bailey, 2003).
C4 plant A small number of plants that incorporate CO 2 using a carboxylase
for the CO2 capture, producing a four-carbon compound (carboxylic acid) as a stable
intermediary in the first step of photosynthesis. C4 plants (e.g., corn) supply CO2 for
the CALVIN CYCLE. Terjemahan: Tanaman C4 sejumlah kecil tanaman yang
memasukkan CO2 menggunakan karboksilase untuk menangkap CO2, menghasilkan
senyawa empat karbon (asam karboksilat) sebagai perantara yang stabil pada langkah
pertama fotosintesis. Tanaman C4 (misalnya jagung) memasok CO2 untuk Silklus
Calvin (Rittner, 2004).
Gardner, (1991) menyatakan bahwa tanaman CAM adalah tanaman yang dapat
berubah seperti tanaman C3 pada saat pagi hari (suhu rendah) dan dapat berubah
seperti tanaman C4 pada siang hari dan malam hari.
Sama halnya dengan Gardner, Lakitan, (2007) mendefinisikan tanaman CAM
sebagai tanaman yang membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari,
memiliki laju fotosintesis yang rendah bila dibandingkan dengan tanaman C3 dan C4.
CAM (crassulacean acid metabolism) A metabolic adaptation of certain plants,
particularly xerophytes (desert loving, e.g., succulents), in arid areas that allows them
to take up CO2 at night, not during the day, store it as organic acid (malic), and
release CO2 by decarboxylation of the acids for fixing into sugar. This reduces
transpirational water loss during photosynthesis. The CALVIN CYCLE occurs during
the day. Terjemahan: CAM (crassulacean acid metabolism) merupakan adaptasi
metabolik pada tanaman tertentu, terutama xerophytes (daerah gurun, misalnya
sukulen), di daerah kering yang memungkinkan mereka mengambil CO2 di malam
hari, bukan di siang hari, menyimpannya sebagai asam organik (malat), dan
melepaskan CO2 melalui dekarboksilasi asam untuk difiksasi menjadi gula. Hal ini
dapat mengurangi kehilangan air transpirasional selama fotosintesis. SIKLUS
CALVIN terjadi pada siang hari (Rittner, 2004).
CAM (crassulacean acid metabolism) plant is a form of photosynthesis first
discovered in the family Crassulacaeae and since found in many other succulent
plants, such as cacti. It allows plants of arid environments to keep their stomata closed
to conserve water during the day, opening them at night to exchange gases.
Terjemahan: Tanaman CAM (metabolisme asam crassulacean) adalah bentuk
fotosintesis yang pertama kali ditemukan di keluarga Crassulacaeae dan sejak
ditemukan di banyak tanaman sukulen lainnya, seperti kaktus. Hal ini memungkinkan
tanaman di lingkungan yang gersang untuk menjaga stomata mereka tetap tertutup
untuk menghemat air di siang hari, membukanya di malam hari untuk bertukar gas
(Bailey, 2003).
2.2 Perbedaan Tanaman C3, C4, dan CAM
Hopskin, (2008) mejelaskan bahwa potongan melintang daun C3 menandakan
mayoritas sel yang mengandung kloroplas, dan mesofil. Berbeda dengan C3, C4
memiliki dua tipe sel yang mengandung kloroplas, mesofil dan bundle sheath
(Taiz,2002). Tumbuhan C4 cenderung memiliku suhu optimum yang lebih tinggi (30–
45 0C) dibangingkan tumbuhan C3 (20–25 0C). tidak seperti tumbuhan C3,
fotosintesis pada C4 tidak terhambat oleh oksigen dan memiliki CO2 compensation
point yang lebih rendah.CO2 compensation adalah banyaknya konsentrasi CO2 yang
diambil untuk fotosintesis dengan CO2 yang digunakan untuk respirasi. C3 berkisar
antara 20 hingga 100 µl CO2 per liter sedangkan C4 berkisar 0 hingga 5 µl l -1.
2.3 Siklus atau Proses Fotosintesis Tanaman C3, C4, dan CAM
Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP
merupakan substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam
proses awal asimilasi, juga dapat mengikat O 2 pada saat yang bersamaan untuk proses
fotorespirasi (fotorespirasi adalah respirasi, proses pembongkaran karbohidrat untuk
menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada siang hari). Jika konsentrasi
CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2 akan lebih
menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi akan bertambah
besar.
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO 2 pada tanaman
C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2.
Lokasi terjadinya asosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang
mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO 2 yang sudah
terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel "bundle sheath" (sekelompok sel-sel di
sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena
tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat
kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil dan
sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi
fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m -2 s-1 sangat tinggi. , laju asimilasi
tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2.
Jalur CAM serupa dengan jalur C4 dalam hal karbon dioksida terlebih dahulu
dimasukkan kedalam senyawa organic intermediet sebelum karbon dioksida ini
memasuki siklus Calvin. Perbedaannya ialah bahwa pada tumbuhan C , kedua langkah
4

ini terjadi pada ruang yang terpisah. Langkah ini terpisahkan pada dua jenis sel. Pada
tumbuhan CAM, kedua langkah dipisahkan untuk sementara. Fiksasi karbon terjadi
pada malam hari, dan siklus calvin berlangsung selama siang hari. (Hopkins, 2004)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
 Mikroskop : untuk mengamati gambar mikroskopis daun
 Kaca Preparat : sebagai wadah preparat
 Cover Glass : sebagai penutup kaca preparat
 Cutter : untuk mengiris daun tanaman
3.1.2 Bahan
 Daun Tanaman : sebagai bahan pengamatan
 Daun Kacang Kedelai : sebagai objek pengamatan tanaman C3
 Daun Jagung : sebagai objek pengamatan tanaman C4
 Wortel : untuk membantu pengirisan daun
 Air : untuk mempermudah pengamatan
3.2 Cara Kerja
Menyiapkan alat berupa mikroskop, kaca preparat dan cover glass

Menyiapkan daun tanaman C3 dan C4

Mengiris tipis daun dengan bantuan wortel

Meletakkan daun yang telah diiris pada kaca preparat

Meneteskan sedikit air pada kaca preparat

Menutup kaca preparat dengan cover glass

Mengamati anatomi daun tanaman dengan bantuan mikroskop dan


mendokumentasikannya
3.3 Analisa Perlakuan
Dalam pengamatan anatomi daun pada dua jenis tanaman, yaitu tanaman C3 dan
C4 maka tahapan yang dilakukan antara lain yang pertama menyiakan semua alat dan
bahan yang akan digunakan. alat yang dibutuhkan yaitu mikroskop yang berfungsi
untuk membantu dalam proses pengamatan anatomi, dikarenakan anatomi daun tersebut
dapat terlihat ketika diperbesar melalui mikroskop. Selanjutnya ada cutter yang
digunakan untuk mngeiris daun spesimen, kaca preparat berfungsi sebagai wadah atau
tempat irisan daun spesimen yang nantinya akan diletakkan di bawah lensa
mikroskop,dan juga ada cover glass juga digunakan untuk menutupi spesimen daun
yang telah diletakkan di kaca preparat agar daun tidak bergeser dan dapat terlihat jelas
di mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu daun tanaman jagung sebagai
contoh spesimen jenis tanaman C4, daun kacang-kacangan sebagai spesimen jenis
tanaman C4, wortel digunakan untuk mempermudah dalam mengiris daun yang tipis,
dan juga air untuk membasahi spesimen agar anatomi daun semakin terlihat jelas. Yang
kedua yaitu, mengiris daun menjadi bagian yang tipis menggunakan cutter dengan
bantuan wortel. Setelah daun diiris tipis, kemudian daun tersebut diletakkan diatas kaca
preparat. Sebelum diletakkan ada mikroskop, daun tersebut di tetesi sedikit air agar
struktur anatomi menjadi lebih nyata dan menyatu. Setelah ditetesi air, langkah
berikutnya yaitu menutupnya menggunakan cover glass agar tidak bergeser dan
kemudian diletakkan dibawah lensa mikroskop untuk mengetahui anatomi dari masing-
masing daun dari jenis yang berbeda. Catat hasil pengamatan yang telah dilakukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Table 1. Perbedaan anatomi daun pada dengan mikroskop
No
Tanaman Dokumentasi
.
1

C3 (Kacang Kedelai)

(Perkasa, 2017)
2

C4 (Jagung)

(Sukewijaya, 2017)

4.2 Pembahasan
4.1.1 Perbedaan Anatomi Daun
Daun jagung (Zea mays) memiliki jaringan epidermis, klorofil, stomata,
dan sel kipas, mesofil daun, jaringan spons (bunga karang), jaringan pembuluh
dan jaringan palisade (tiang). Sistem jaringan pengangkut pada daun terletak
didalam tulang tulang daun beserta vena-venanya, pada penampang melintang
daun berkas pengangkut ini terdiri dari 1 ikatan pembuluh, yang xylemnya
terletak menghadap ke permukaan atas daun dan floemnya ke permukaan bawah
daun.
Nurhayati et al, (2016) menjelaskan bahwa dalam pengamatannya
terhadap jaringan daun pada tanaman jagung terdapat jaringan epidermis atas dan
bawah daun jagung berbentuk persegi sampai persegi panjang serta memiliki tepi
yang bergerigi. Selain itu, daun jagung memiliki sel penutup, sel tetangga serta
celah stomata. Setiap sel penutup diiringi satu sel tetangga dengan sumbu sel
penutup yang sejajar sumbu sel tetangga serta celah stomata, sel penutup stomata
terletak sejajar dengan sel epidermis. Stomata pada daun jagung memiliki bentuk
yang memanjang dengan bagian ujung membesar, berdinding tipis, dan berbentuk
kecil dibagian tengah yang membuktikan bahwa pada daun jagung terdapat
modifikasi epidermis berupa stomata yang berbentuk halter (memanjang)
(Saraswati, 2015).
Pada pengamatan daun kacang kedelai terlihat stomata nya berbentuk
ginjal (tipe heleborus), dengan dinding punggung dan perut tipis, sedangkan
dinding bagian atas dan bawah lebih tebal. Panjang sel penutup srta celah stomata
daun tanaman kacang tanah dikelilingi oleh dua buah sel tetangga tegak lurus dan
disebut tipe parasitik.
Stomata pada umumnya diapit oleh sepasang sel penjaga. Sel penajag
tersebut mengontrol diameter stomata dengan cara merubah bentuk dan akan
menyempitkan atau melebarkan celah diantara kedua sel tersebut (Campbell,
2003).
4.1.2 Pengaruh Perbedaan Anatomi Daun Terhadap Fotosintesis
Perkasa, (2017) menjelaskan bahwa tnaman jagung adalah tanaman C4
yang memiliki seludang pembuluh. Dalam proses fotosintesisnya CO 2 yang sudah
terikat oleh PEP akan ditransfer ke sel-sel bundle shet (seludang pembuluh) yanh
merupakan sekelompok sel-sel disekitar xylem dan floem dimana kemudian
pengikatan dengan RuBp terjadi. Karena tingginya konsentrasi CO 2 sel-sel
seludang pembuluh ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan bereaksi dengan
RuBp, sehingga fotorespirasi sangat kecil, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi
terhadap CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m/s
sangat tinggi.
Tanaman kacang kedelai adalah tanaman C3 yang tidak memiliki seludang
pembuluh (bundle shet). Sehingga mempunyai efisiensi fotosintesis yang rendah
karena enzim enzim rubisco mempunyai peran ganda yakni sebagai pengikat CO 2
dan pengaktifan oksigenase dalam fotorespirasi. Pada tanaman C3, pemanfaatn
CO2 hanya sebesar 50% karena adanya fotorespirasi, sehingga efisiensi
fotosintesis rendah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa perbedaan tanaman C3 yaitu
kacang panjang memiliki kerapatan sel yang rendah sehingga klorofilnya juga terdapat
dalam jumlah yang sedikit, dan tidak memiliki ikatan seludang pembuluh serta klorofil
pada ikatan inti tidak berkembang, sedangkan tanaman C4 yaitu jagung memiliki
kerapatan sel tinggi sehingga jumlah klorofil lebih banyak, karena klorofil tidak hanya
terdapat pada mesofil dan pada seludang pembuluh juga.Dari pengamatan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada tanaman C4 memiliki seludang pembuluh
yang memberikan manfaat pada tanaman tersebut. Perbedaan anatomi daun tanaman C3
dan C4 berpengaruh terhadap fotosintesis yang terjadi. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan jumlah stomata yang berpengaruh terhadap jumlah klorofil, dan fiksasi CO2
pada tanaman. Perbedaan antara tumbuhan C3 dengan C4 berdasarkan pengamatan
anatomi dapat diketahui dengan keberadaan seludang pembuluh ketika dibuat sayatan
secara melintang. Apabila tumbuhan tersebut memiliki seludang pembuluh digolongkan
tumbuhan memiliki fotosintesis C4 dan apabila tidak memiliki seludang pembuluh
digolongkan memiliki tipe fotosintesis C3. Untuk tanaman CAM biasanya terdapat pada
tanaman yang sukulen atau mengandung banyak air.
5.2 Saran
Meskipun kegiatan praktikum dilakukan secara daring, diharapkan untuk
praktikan tetap semangat dan mencari litelatur tutorial lain untuk menambah wawasan
di setiap materi kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Cambell, N.A, J.B. Reece and L.G.Mitchell. 2003. Biologi. (Terjemahan: L.Rahayu,
E.I.M Adil, N Anita, Andri, W.F Wibowo, W.Manalu). Erlangga, Jakarta.
Campbell, N.A., Williamson, B., dan Heyden, R.J. 2006. Biology: Exploring Life.
Boston, Massachusetts: Pearson Prentice Hall.
Bailey, Jill. 2003. The Facts on File Dictionary of Botany. Market House Books, Ltd.
Aylesbury.
Budiarti. 2008. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Hopkins, William G. dan Norman P. A. Hüner. 2008. Introduction to Plant Physiology:
Fourth Edition. JohnWiley & Sons, Inc. Hoboken.
Hopkins WG, Hϋner NPA. 2004. Introduction to Plant Physiology. Hoboken: John
Wiley & Sons. Hal. 17 29.
Lakitan, 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Grafindo.
Nurhayati, Mukarlina, dan Linda, R. (2016). Struktur anatomi akar, batang dan daun
anthurium plowmanii croat., anthurium hookeri kunth. dan anthurium
plowmanii × anthurium hookeri. Jurnal Protobiont, 5 (1), (pp.24-29).
Prasetyo.2008.Tanaman Budidaya dan Macamnya.UGM Press.Yogyakarta
Perkasa, A. Y., Siswanto, T., Shintarika, F., & Aji, T. G. (2017). Studi Identifikasi
Stomata pada Kelompok Tanaman C3, C4 dan CAM. Jurnal Pertanian Presisi
(Journal of Precision Agriculture), 1(1).
Rittner, Don., dan Timothy, L. McCabe. 2004. Encyclopedia Of Biology. New York.
The Facts on File Inc.
Saraswati, D. (2015). Membuat preparat stomata. Laporan Praktikum Botani di
publikasi. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Sitompul, SM. 1995. Fisiologi Tanaman Tropis. Universitas Mataram. Lombok.
Sukewijaya, M.I., dkk. (2017). Penuntun Praktikum Botani. Fakutas Pertanian :
Universitas Udayana.
Taiz, Lincoln dan Eduardo Zeiger. 2002. Plant Physiology: 3rd edition. Sinauer
Associates. USA.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Perkasa, 2017
Lampiran 2. Jurnal Nurhayati et al, 2016

Anda mungkin juga menyukai