Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

RESPIRASI DAN FERMENTASI


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Fisiologi Tumbuhan

Dosen Pembimbing :

Dr. Dede Nuraida, M.Si.

NIDN: 0017086601

Disusun Oleh :

1. Niken Ayu Widyawati / NPM: 1103190004


2. Kristin Winda Sari / NPM : 1103190006

PROGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE (UNIROW) TUBAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan tanpa ada hambatan yang berarti. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya, serta kepada kita
semua selaku umatnya yang Insya Allah selalu mengikuti ajaran sunahnya.

Makalah ini merupakan hasil pengetahuan, diskusi dan kerja sama yang kami peroleh.
Maka dari itu, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik sebagai salah satu
persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dengan topik
“Respirasi dan Fermentasi” di UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini dan
jauh dari kata sempurna. Itu dikarenakan keterbatasan yang kami miliki dalam tahap belajar.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini
agar dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Tuban, 30 April 2021

Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Respirasi.................................................................................. 3
1.2 Macam-Macam Respirasi.......................................................................... 3
1.3 Mekanisme Respirasi................................................................................. 4
1.4 Jalur Pentosa Fosfat................................................................................... 12
1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi............................................ 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................................ 17
3.2 Saran.......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua sel aktif melakukan respirasi sepanjang hidupnya menyerap oksigen dan
melepaskan karbondioksida. Namun respirasi adalah lebih dari sekedar pertukaran gas-
gas. Respirasi adalah proses oksidasi reduksi yang mengoksidasi senyawa-senyawa
menjadi karbondioksida, sedangkan oksigen yang diserap direduksi menjadi air (H 2O).
Proses utama respirasi adalah mobilitas senyawa organik dan oksidasi senyawa-
senyawa tersebut secara terkendali untuk menghasilkan energi bagi pemeliharaan dan
perkembangan tumbuhan. Fisiologi tumbuhan merupakan cabang biologi yang
mempelajari tentang proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan yang
menyebabkan tumbuhan tersebut dapat hidup. Laju proses-proses metabolisme ini
dipengaruhi oleh (dan dapat pula tergantung pada) faktor-faktor lingkungan mikro di
sekitar tumbuhan tersebut, Fotosintesis dan respirasi merupakan proses metabolisme
dasar yang terjadi di dalam sel hidup. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam
sel tanpa membutuhkan oksigen yang juga disebut reaksi anaerob. Gula adalah bahan
yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam
laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lainnya dapat juga dihasilkan dari
proses fermentasi ini seperti asam butirat dan aseton. Ini dikarenakan respirasi aerob
akan terhenti sama sekali, sehingga terjadilah respirasi anaerob yang terkadang tidak
mencukupi energi yang dibutuhkannya, dan akumulasi zat beracun akibat respirasi
anaerob dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kematian bagi tumbuhan tersebut.
Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang proses-proses yang
terjadi dalam respirasi sel tumbuhan termasuk respirasi aerob dan anaerob atau yang
lazim disebut fermentasi beserta faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.1.1 Apa Pengertian dari Respirasi?
1.1.2 Apa saja Macam-Macam Respirasi?
1.1.3 Bagaimana Mekanisme terjadinya Respirasi?
1.1.4 Bagaimana Jalur Pentosa Fosfat?
1.1.5 Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain untuk:
1.3.1 Mengetahui Pengertian Respirasi
1.3.2 Mengetahui Macam-Macam Respirasi
1.3.3 Memahami Mekanisme Terjadinya Respirasi
1.3.4 Mengetahui Jalur Pentosa Fosfat
1.3.5 Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Respirasi
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1.4.1 Sebagai suatu sumber atau referensi yang jelas tentang Respirasi dan Fermentasi
1.4.2 Sebagai ilmu untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi seluruh
kalangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Respirasi
Menurut Santosa (1990), “Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk
menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel dan dan kehidupan tumbuhan
dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya. Selain itu respirasi juga
menghasilkan senyawa-senyawa antara yang berguna sebagai bahan sintesis berbagai
senyawa lain. Hasil akhir respirasi adalah CO2 yang berperan pada keseimbangan
karbon dunia. Respirasi berlangsung siang-malam karena cahaya bukan merupakan
syarat”.
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi
senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi
didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob
diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam
respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa
selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit
energi.
Seperti yang diuraikan diatas, respirasi berlangsung baik ketika ada maupun tidak ada
oksigen. Ketika tidak ada oksigen terjadi fermentasi, yang merupakan penguraian gula
yang terjadi tanpa oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling dominan dan
efisient adalah respirasi aerobik, yang menggunakan oksigen sebagai reaktan bersama
dengan bahan-bahan organik (aerobic berasal dari kata Yunani aer, udara dan bios,
kehidupan). Beberapa prokariota menggunakan zat selain oksigen sebagai reaktan
dalam suatu proses yang serupa yang memanen energi kimia tanpa menggunakan
oksigen sama sekali. Proses ini disebut respirasi anaerobik (awalan an- berarti
‘tanpa’). Secara teknis, istilah respirasi seluler mencakup proses aerobik dan
anaerobik. Akan tetapi, istilah tersebut berasal dari sinonim untuk respirasi aerobik
karena adanya hubungan antara proses tersebut dengan respirasi organisme, dimana
sebagian besar organisme menggunakan oksigen.

2.2 Macam – Macam Respirasi


Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
a. Respirasi Aerob

3
Respirasi Aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen, penguraiannya lengkap
sampai menghasilkan energi, karbondioksida, dan uap air. Reaksi yang terjadi pada
Respirasi Aerob adalah:
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 36ATP
b. Respirasi Anaerob
Respirasi Anaerob adalah respirasi yang tidak memerlukan oksigen tetapi penguraian
bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi ini jarang terjadi, hanya dalam keadaan
khusus. Respirasi anaerob adalah respirasi yang tidak melibatkan oksigen. Respirasi
anaerob menggunakan penafasan rantai transport elektron yang tidak membutuhkan
oksigen. Agar transport elektron berfungsi, akseptor eksogen elektron akhir harus
tersedia supaya memungkinkan elektron untuk melewati system.
Dalam respirasi anaerob menggunakan substansi pengurang oksidasi lain, seperti
sulfat, nitrat, belerang atau fumarate. Akseptor elektron memiliki kemampuan
mereduksi yang lebih rendah dari pada oksigen, yang berarti lebih sedikit energi yang
dihasilkan molekul pengoksidasi. Pada kondisi ini, satu sel akan bisa mengubah asam
piruvat menjadi CO2 dan etil alcohol juga membebaskan energy ATP atau oksidasi
asam piruvat dalam sel otot menjadi CO2 dan asam laktat juga ATP. Bentuk reaksi
terakhir dari respirasi anaerob adalah fermentasi yang melibatkan berbagai enzim.
Respirasi anaerob menghasilkan 2ATP.
Perbedaan antara respirasi aerob dan respirasi anaerob dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Respirasi Aerob : Umum terjadi pada semua makhluk hidup termasuk tumbuhan,
berlangsung seumur hidup, energi yang dihasilkan besar, tidak merugikan tumbuhan,
memerlukan oksigen, hasil akhir berupa karbondioksida dan uap air.
2. Respirasi Anaerob : Hanya terjadi dalam keadaan khusus, bersifat sementara
(hanya pada fase tertentu saja), energi yang dihasilkan kecil, jika terjadi terus menerus
akan menghasilkan senyawa yang bersifat racun bagi tumbuhan, tidak memerlukan
oksigen, hasil akhirnya berupa alkohol atau asam laktat dan karbondioksida.

2.3 Mekanisme Respirasi


1. Respirasi Aerob
Reaksi respirasi (disebut juga oksidasi biologis) suatu karbohidrat, misalnya glukosa,
berlangsung dalam empat tahapan, yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif piruvat,
siklus krebs atau daur sitrat, dan transport elektron.

4
a. Glikolisis
Glikolisis adalah serangkaian reaksi kimia yang mengubah gula heksosa,
biasanya glukosa, menjadi asam piruvat. Reaksi glikolisis berlangsung di dalam
sitoplasme sel dan tidak memerlukan adanya oksigen. Glikolisis dapat dibagi
dalam dua fase utama, yaitu :
a. Fase Persiapan (Glukosa diubah menjadi dua senyawa tiga karbon).
Pada fase ini pertama sekali glukosa difosforilasi oleh ATP dan enzim
heksokinase membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP Reaksi berikutnya melibatkan
perubahan gula aldosa menjadi gula ketosa. Reaksi ini dikatalis oleh enzim
fosfoglukoisomerase dan menyebabkan perubahan glukosa-6-fosfat yang
difosforilasi oleh AT dan enzim fosfofruktokinase menghasilkan fruktosa-1,6-
difosfat dan ADP. Selanjutnya fruktosa-1,6-difosfat dipecah menjadi dua molekul
senyawa tiga karbon yaitu gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroasetonfosfat, dengan
bantuan enzim aldolase Dihidroasetonfosfat dikatalis oleh enzim fosfotriosa
isomerase menjadi senyawa gliseraldehida-3-fosfat. Jadi pada fase ini dihasilkan
dua gliseldehida-3-fosfat. Pada fase ini tidak dihasilkan energi tetapi
membutuhkan energi 2 ATP.
b. Fase Oksidasi (Senyawa tiga karbon diubah menjadi asam piruvat)
Dua senyawa gliseraldehida-3-fosfat diubah menjadi 1,3-difosfogliserat. Reaksi
ini melibatkan penambahan fosfat anorganik pada karbon pertama dan reduksi
NAD menjadi NADH 2yang dibantu oleh enzim fosfogliseraldehida
dehidrogenase Dengan adanya ADP dan enzim fosfogliserat kinase, asam 1,3-
difosfogliserat diubah menjadi asam 3-fosfogliserat dan ATP dibentuk Asam 3-
fosfogliserat selanjutnya diubah menjadi asam 2-fosfogliserat oleh aktivitas
enzim fosfogliseromutase. Pelepasan air dari 2-fosfogliserat oleh enzim enolase
membentuk asam fosfoenolpiruvat. Dengan adanya ADP dan piruvat kinase,
asam fosfoenolpiruvat diubah menjadi asam piruvat dan ATP dibentuk. Pada fase
ini dihasilkan dua molekul asam piruvat. Pada fase ini juga dihasilkan energi
sebesar 2 NADH₂ dan 4 ATP. Untuk lebih jelas, jalur glikolisis dapat diamati
pada gambar berikut ini.
Gambar: Skema Glikolisis

5
b. Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif piruvat adalah reaksi antara yang menghasilkan
asetil-CoA. Dekarboksilasi oksidatif piruvat adalah proses pengubahan asam
piruvat yang dihasilkan pada tahap akhir glikolisis menjadi senyawa asetil-
CoA, yang jika direaksikan dengan asam oksaloasetat akan masuk ke dalam
siklus krebs. Reaksi berlangsung pada membran luar mitokondria. Reaksi ini
sangat kompleks dan memerlukan beberapa kofaktor dan suatu kompleks
enzim.
Langkah pertama adalah pembentukan suatu kompleks antara TPP dan piruvat
diikuti dengan dekarboksilasi asam piruvat. Pada langkah kedua, unit
asetaldehida yang tertinggal setelah dekarboksilasi, bereaksi dengan asam
lipoat membentuk kompleks asetil-asam lipoat. Asam lipoat tereduksi dan
aldehida dioksidasi menjadi asam yamg membentuk suatu tioster dengan asam
lipoat. Pada langkah ketiga, terjadi pelepasan gugus asetil dari asam lipat ke
COASH, hasil reaksinya adalah asetil-ScoA dan asam lipoat tereduksi.
Langkah terakhir, adalah regenerasi asam lipoat dengan memindahkan
elektron dari asam lipoat tereduksi ke NAD Reaksi terakhir ini penting agar
suplai asam lipoat teroksidasi secara berkesinambungan selalu tersedia untuk

6
pembentukan asetil-SCOA dari asam piruvat. Pada reaksi ini dihasilkan dua
molekul asetil CoA, energi sebanyak 2 NADH2, dan 2 CO₂.

Gambar: Tahapan Proses Dekarboksilasi Oksidatif

c. Siklus Krebs
Siklus krebs (daur asam sitrat atau daur trikarboksilat) merupakan
pembongkaran asam piruvat secara aerob menjadi karbondioksida dan air serta
sejumlah energi kimia Asetil-CoA merupakan mata rantai penghubung antara
glikolisis dan siklus krebs. Reaksi ini berlangsung di dalam matriks
mitokondria. Siklus krebs terjadi dalam 2 fase utama:
a. Fase Pembentukan Asam Sitrat
Reaksi pertama siklus krebs adalah kondensasi asetil-CoA denga asam
oksaloasetat (asam dikarboksilat berkarbon empat) membentuk asam sitrat
(asam dikarboksilat berkarbon enam) dan membebaskan koenzim A (CoSH)
dengan bantuan enzim kondensasi sitrat.
b. Fase Regenerasi Asam Oksaloasetat
Hidrasi asam sirat oleh enzim akonitase membentuk asam sis-akonitat.
Dengan reaksi yang sama, asam sis-akonitat diubah menjadi asam isositrat.
Reaksi berikutnya adalah asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat
dengan bantuan enzim isositrat dehidrogenase dan NAD atau NADP yang
pada akhimya membentuk NADH atau NADPH2. Reaksi siklus krebs
berikutnya adalah dekarboksilasi asam oksalosuksinat membentuk asam a-
ketoglutarat, dikatalis enzim karboksilase sehingga menghasilkan CO 2.
Selanjutnya, asam a-ketoglutarat diubah menjadi asam suksinil-SCoA dengan
bantuan enzim a-ketoglutarat dehisrogenase dan NAD serta COASH Pada
reaksi ini dibentuk NADH2 dan CO2 Suksinil-SCOA diubah oleh suksinat
tiokinase menjadi asam suksinat dan CoASH Pada reaksi tiokinase energi
yang tersimpan dalam tioester dari suksinil-SCOA digunakan untuk mengubah

7
ADP-iP menjadi ATP. Oksidasi asam suksinat membentuk asam fumarat
dengan bantuan suksinat dehidrogenase dan FAD. Pada reaksi ini FAD diubah
menjadi FADH 2. Asam fumarat mengalami hidrasi menjadi asam malat oleh
enzim fumarase. Asam malat diubah menjadi asam oksaloasetat oleh malat
dehidrogenase. Dalam proses ini NAD direduksi menjadi NADH 2. Jadi
regenerasi asam oksaloasetat melengkapi siklus krebs.
Pada reaksi siklus krebs (dua asetil-CoA) dihasilkan energi sebanyak
6NADH2, 2FADH2, 2 ATP dan 4 CO2. Untuk lebih jelas, dapat diamati pada
gambar berikut ini.
Gambar: Tahapan Siklus Krebs

d. Transpor Elektron dan Fosforilasi Oksidatif


Proses glikolisis dan siklus krebs menghasilkan energi yang tersimpan dalam
bentuk NADH dan FADH. Untuk menghasilkan ATP diperlukan sistem
transpor elektron, Transpor elektron ini berlangsung di dalam membran
mitokondria sebelah dalam. Walaupun dalam reaksi ini akan diserap O dan
dihasilkan H 20, namun NADH dan FADH tidak dapat bereksi langsung
dengan oksigen dan molekul air tersebut. Elektron yang terlibat ditransfer
melalui beberapa senyawa perantara sebelum H2O dibentuk Senyawa-
senyawa ini membentuk sistem pengangkutan elektron pada mitokondria.
Pengangkutan elektron berlangsung mulai dari senyawa perantara yang secara
termodifikasi sulit direduksi (senyawa dengan potensial reduksi negatif)
menuju senyawa yang mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk

8
menerima elektron (senyawa dengan potensial reduksi yang lebih tinggi atau
bahkan positif). Oksigen mempunyai kecenderungan tertinggi untuk menerima
elektron. Setiap senyawa pembawa elektron dalam sistem ini hanya menerima
elektron dari senyawa pembawa lainnya yang letaknya berdekatan dengannya.
Senyawa-senyawa pembawa elektron ini tersusun secara terbaris pada bagian
dalam membran mitokondria. Pada setiap mitokondria terdapat ribuan sistem
pengangkutan elektron.
Lintasan utama transpor elektron dimulai dengan dua elektron dan dua ion H
dipindahkan ke NAD, sehingga direduksi menjadi NADH 2, NADH2
memindahkan dua elektron dan dua ion H ke suatu enzim flavin, flavin
mononukleotida (FMN) atau flavin adenin dinukleotida (FAD), sehingga
mereduksi senyawa tersebut. Energi yang diperlukan untuk mereduksi FAD
kurang dari yang dilepaska oleh oksidasi NADH 2dan energi sisanya
digunakan untuk sintesis satu molekul ATP dari ADP dan iP. Selanjutnya
FADH mereduksi suati enzim besi yang terkait dengan gugus SH. Senyawa ini
mereduksi dua molekul enzim porfirin-besi pemindah elektron yaitu sitokrom
b. Sitokrom b mereduksi senyawa fenolik menjadi kinon dan ubiquinon: pada
titik ini perlu ditambahkan ion H kemudian mereduksi sitokrom c, dua ion H
dan eklektron Elektron dari ubiquinon meninggalkan sistem angkutan. Pada
titik ini, dibebaskan energi yang cukup untuk sintesis molekul ATP kedua
untuk setiap dua elektron yang dipindahkan Sitokrom c mereduksi sitokrom a
yang selanjutnya mereduksi sitokrom a dan pada titik ini dibentuk ATP ketiga
untuk setiap dua elektron yang dipindahkan. Sitokrom a smerupakan anggota
sistem transpor elektron yang dapat bereaksi dengan molekul oksigen.
Sitokrom a dan a membentuk suatu asosiasi molekuler yang disebut sitokrom
oksidase yang secara kimia belum dapat dipisahkan. Dua elektron dipindahkan
ke satu atom oksigen (O2). Ini menyempurnakan pemindahan dua elektron
dari tingkat energi tinggi yang oleh oksidasi substrat disimpan dalam tiga
molekul ATP yang disintesis di sepanjang proses dimiliki substrat (AH2) ke
tingkat energi rendah yang terdapat dalam air Energi yang dilepaskan
angkutan elektron. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.
Gambar: Tahapan Transport Elektron

9
Pembentukan ATP dalam sistem transpor elektron (rantai respiratoris) dikenal
juga sebagai fosforilasi oksidatif biologis. Proses keseluruhan oksidasi biologis
mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan energi dan menyediakan senyawa
antara untuk sintesis. Jika dihitung jumlah ATP yang dihasilkan dalam oksidasi
biologis, dengan bahan awal adalah satu molekul glukosa, maka akan diperoleh 38
molekul ATP.

2. Respirasi Anaerob
Pada kebanyakan tumbuhan dan hewan respirasi yang berlangsung adalah
respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat pada
suatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut akan melangsungsungkan respirasi
anaerob untuk dapat bertahan hidup. Pada umumnya respirasi anaerob pada
makhluk hidup hanya terjadi jika persediaan oksigen bebas ada di bawah batas
minimum. Respirasi anaerob lazim disebut sebagai fermentasi.
a. Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel tanpa membutuhkan oksigen.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa
komponen lainnya dapat juga dihasilkan dari proses fermentasi ini seperti asam

10
butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol
lainnya.
Pada banyak tumbuhan yang biasa tumbuh di darat, penggenangan dalam air
dalam waktu yang lama merupakan ancaman bagi kehidupannya. Hal ini
dikarenakan respirasi aerob akan terhenti sama sekali, sehingga terjadilah respirasi
anaerob yang terkadang tidak mencukupi energi yang dibutuhkannya, dan
akumulasi zat beracun akibat respirasi anaerob dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan kematian bagi tumbuhan tersebut.
Fermentasi yang umum terjadi pada tumbuhan adalah fermentasi alkohol atau
fermentasi etanol. Pada proses fermentasi, satu molekul glukosa diubah menjadi
dua molekul etanol dan dua molekul karbondioksida. Seperti pada glikolisis,
glukosa diubah menjadi asam piruvat selama proses fermentasi. Kemudian asam
piruvat diubah menjadi etanol dan karbondioksida dengan bantuan enzim
karboksilase dan alkohol dehidrogenase. Berikut ini adalah gambar proses
fermentasi etanol.
Gambar : Proses Fermentasi Etanol

b. Respirasi Intra-Molekul
Respirasi antar atau intramolekul terjadi sama seperti pada proses fermentasi.
Respirasi anaerob pada tumbuhan disebut juga respirasi intramolekul, mengingat,
bahwa respirasi ini hanya terjadi di dalam molekul saja.dalam respirasi anaerob,
oksigen tidak diperlukan; juga di dalam proses ini hanya ada pengubahan zat
organik yang satu menjadi zat organik yang lain. Contohnya perubahan gula
menjadi alkohol, di mana pada hakikatnya hanya ada pergeseran tempat-tempat
antara molekul glukosa dan molekul alkohol.

11
Beberapa spesies bakteri dan mikroorganisme dapat melakukan respirasi
intramolekuler. Oksigen yang diperlukan tidak diperoleh dari udara bebas,
melainkan dari suatu persenyawaan. Contoh :
CH3CHOH.COOH + HNO3 → CH3.CO.COOH + HNO2 + H2O + Energi
(asam susu) (asam piruvat).
Respirasi anaerob dapat berlangsung pada biji-bijian seperti jagung, kacang, padi,
biji bunga matahari dan lain sebagainya yang tampak kering. Akan tetapi pada
buah-buhan yang basah mendaging pun terdapat respirasi anaerob. Hasil dari
respirasi anaerob di dalam jaringan-jaringan tumbuhan tinggi tersebut kebanyakan
bukanlah alkohol, melainkan bermacam-macam asam organik seperti asam sitrat,
asam malat, asam oksalat, asam tartarat dan asam susu.

2.4 Jalur Pentosa Fosfat


Setelah tahun 1950, mulai disadari bahwa glikolisis dan siklus krebs bukan
merupakan rangkaian reaksi satu-satunya bagi tumbuhan untuk mendapatkan energi
dari oksidasi gula menjadi karbondioksida dan air. Lintasan yang berbeda ini disebut
dengan Lintasan Pentosa Fosfat (LPF), karena terbentuk senyawa antara yang terdiri
atas lima atom karbon. Lintasan ini juga disebut sebagai Lintasan Fosfoglukonat.
Beberapa senyawa lintasan pentosa fosfat juga anggota daur calvin, tempat gula fosfat
disintesis di kloroplas. Perbedaan utama antara daur calvin dan lintasan pentosa fosfat
adalah pada lintasan pentosa fosfat gula fosfat tidak disintesis melainkan dirombak.
Dalam hal ini, reaksi pentosa fosfat serupa dengan reaksi glikolisis hanya
perbedaannya lintasan pentosa fosfat penerima elektronnya selalu NADP, sedangkan
di glikolisis penerima elektronnya adalah NAD Jalur pentosa fosfat ini terjadi di
dalam sitoplasma sel.
Reaksi LPF pertama melibatkan glukosa-6-fosfat, yang berasal dari perombakan pati
fosforilase di glikolisis, dari penambahan fosfat akhir pada ATP ke glukosa atau
langsung dari fotosintesis. Senyawa ini segera dioksidasi oleh glukosa-6-fosfat
dehidrogenase menjadi 6 fosfoglukono-laktona. Laktona ini secara cepat dihodrolisis
oleh laktonase menjadi 6 fosfoglukonat, kemudian senyawa ini diderkaboksilasi
secara oksidatif menjadi ribulosa-5-fosfat oleh 6-fosfoglukonat dehidrogenase
Selanjutnya ribulosa-5-fosfat oleh isomerase diubah menjadi ribosa-5-fosfat, dan oleh
epimerase diubah menjadi xilulosa-5-fosfat. Ribosa-5-fosfat dan xilulosa-5-fosfat
yang dihasilkan kemudian oleh transketolase diubah menjadi sedoheptulosa-7-fosfat

12
dan 3-fosfogliseraldehid (gliseraldehida-3-fosfat). Selanjutnya oleh transsaldolase,
sedoheptulosa-7-fosfat dan 3-fosfogliseraldehid diubah menjadi eritosa-4-fosfat dan
fruktosa-6-fosfat. Setelah itu xilulosa-5-fosfat dengan eritosa-4-fosfat oleh
transkelotase diubah menjadi 3-fosfogliseraldehida dan fruktosa-6-fosfat, yang
merupakan senyawa antara pada glikolisis Jadi, LPF dapat dianggap sebagai jalur
altematif menuju senyawa yang akan dirombak oleh glikolisis. Reaksi-reaksi ini
dipicu oleh enzim isomerase, epimerase, transketolase, dan transaldolase.
Dari jalur LPF, dua molekul NADP direduksi bagi setiap molekul CO yang
dilepaskan dari glukosa, yang akan menghasilkan enam molekul ATP Jika 3-
fosfogliseraldehida yang dihasilkan LPF masuk ke jalur glikolisis dan selanjutnya ke
siklus krebs, maka energi yang dihasilkan adalah 37 ATP per molekul glukosa yang
dioksidasi Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada gambar berikut ini.
Gambar Proses Jalur Pentosa Fosfat

Fungsi lintasan pentosa fosfat adalah:


1. Produksi NADPH, senyawa ini kemudian dapat dioksidasi untuk menghasilkan
ATP.
2. Terbentuknya senyawa eritosa-4-fosfat, senyawa ini merupakan bahan baku
essensial untuk pembentukan senyawa fenolik seperti sianin dan lignin.

13
3. Menghasilkan ribulosa-5-fosfat yang merupakan bahan baku unit ribosa dan
deoksiribosa pada nukleutida pada RNA dan DNA

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Respirasi


1) Ketersediaan Substrat
Laju respirasi tergantung pada ketersediaan substrat, maka apabila ketersediaan
substrat sedikit maka rendah pula laju respiranya. Demikian sebaliknya bila substrat
yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
2) Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh
tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada
tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan
untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
3) Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10,
dimana C, namun umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10 hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
4) Tipe dan umur tumbuhan.
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan
demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing
spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan.
5) Kadar CO2 dalam udara
Kurangnya O2 atau kelebihan CO2 tampak pada kegiatan respirasi biji-bijian, akar
maupun batang yang terpendam dalam tanah. Jika kadar CO2 naik sampai 10% dan
kadar O2 turun sampai 0% maka respirasi akan terhenti.
6) Persediaan air
Jika kadar air sedikit maka respirasi kecil. Jika biji (direndam air) maka respirasi
menjadi lebih giat. Pada daun yang layu maka respirasi lebih giat ++ gula (timbunan
tepung/KH).
7) Cahaya

14
Cahaya fotosintesis dan substrat repirasi. Cahaya menambah panas , panas
menambah kegiatan respirasi.35
8) Enzim Dalam Respirasi
Enzim-enzim respirasi dapat kita bagi atas golongan-golongan seperti
transpoforilase, desmolase, karboksilase, hidrase, dehidrogenase, oksidase,
peroksidase, katalase.
 Transpoforilase: Enzim ini kegitannya berupa memberi H3PO4 dari molekul
yang satu ke molekul yang lain. Dalam pemberian pospat tersebut beberapa
transpoforilase membutuhkan bantuan ion-ion Mg2+.
 Desmolase: Enzim ini membantu dalam pemindahan atau penggabungan
ikatanikatan karbon seperti aldolase dalam pemecahan fruktosa menjadi
gliseraldehida dan dihidroksiaseton
 Karboksilase: Enzim ini dapat membantu perubahan asam organik secara bolak-
balik. Perubahan asam piruvat menjadi asetaldehida dengan bantuan karboksilase
piruvat. Perubahan asam oksalosuksinat menjadi asam a-ketoglutarat,
berlangsung karena bantuan karboksilase dan ion-ion Mn2+
 Hidrase: Enzim ini berupa penambahan dan pengurangan air dari suatu senyawa
tanpa menyebabkan perubahan terurainya senyawa tersebut. Enolase, fumarase,
akonitase adalah enizim-enzim yang termasuk dalam golongan hidrase.
 Dehidrogenase: Enzim ini berupa pemindahan hidrogen dari zat yang satu ke zat
yang lain. Dehidrogenase dapat menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu
mengambil hidrogen dari zat yang satu serta menambahkan zat tersebut ke zat
yang lain. Zat yang memberikan hidrogen disebut donor sedangkan yang
menerima disebut acseptor.
 Oksidase: Enzim oksidase berupa suatu protein yang mengandung besi atau
tembaga. Tirosinase dan oksidase asam askorbin mengandung tembaga sebagai
koenzim sedangkan oksidase sitokrom dapat berupa besi atau tembaga. Fungsi
oksidase adalah mempergiat penggabungan O2 dengan suatu substrat, sedangkan
pada saat itu mereduksi O2 sehingga terjadi Hp.
 Peroksidase: Enzim ini mempunyai besi sebagai gugus prostetiknya. Fungsi
enzim ini adalah membantu mengoksidasikan senyawa-senyawa fenolat. Oksigen
yang digunakan diambil dari H2O2.

15
 Katalase: Enzim ini terdapat pada sel-sel tanaman maupun hewan. Katalase
mempunyai gugus prostetik berupa besi. Enzim ini dapat dipereleh dalam bentuk
hablur. Fungsi katalase adalah membantu pengubahan hidrogenper-oksida
menjadi air dan oksigen. Molekul-molekul H2O2 selalu terdapat dalam jumlah
yang besar dalam berbagai jaringan. Akan tetapi, jika molekul tersebut dalam
keadaaan banyak dapat menyebabkan keracunan pada jaringan.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan pada bab II adalah
sebagai berikut:
1 Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi
Energi ini digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan seperti sintesis
(anabolisme), gerak, pertumbuhan, perkembangan Energi kimia yang dihasilkan
dari proses respirasi adealah energi kimia dalam bentuk ATP atu senyawa
berenergi tinggi lainnya (NADH dan FADH) Proses respirasi selalu berlangsung
sepanjang waktu selama tumbuhan hidup
2 Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi pada tumbuhan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu A Respirasi Acrob Umum terjadi pada
semua makhluk hidup termasuk tumbuhan, berlangsung seumur hidup, energi
yang dihasilkan besar, tidak merugikan tumbuhan, memerlukan oksigen, hasil
akhir berupa karbondioksida dan uap air b Respirasi Anaerob Hanya terjadi dalam
keadaan khusus, bersifat sementara (hanya pada fase tertentu saja), energi yang
dihasilkan kecil, jika terjadi terus menerus akan menghasilkan senyawa yang
bersifat racun bagi tumbuhan, tidak memerlukan oksigen, hasil akhirnya berupa
alkohol atau asam laktat dan karbondioksida.
3 Mekanisme respirasi aerob meliputi proses glikolisis, dekarboksilasi oksidatif
piruvat, siklus krebs sistem transpor elektron dan fosforilasi oksidatif, serta jalur
pentosa fosfat.
4 Mekanisme respirasi anaerob meliputi proses fermentasi dan respirasi
intramolekul.
5. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respirasi terdiri dari:
a. Faktor internal Jumlah plasma dalam sel, jumlah substrat respirasi dalam sel,
umur dan tipe tumbuhan.
b. Faktor eksternal: Suhu, kadar oksigen dan karbondioksida di atmosfer, kadar air
dalam jaringan,cahaya, luka dan stimulus mekanik, serta pengangkutan garam-
garam mineral dari dalam tanah.

17
3.1 Saran
Adapun saran penulis adalah perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang proses-
proses respirasi pada tumbuhan dan diadakannya percobaan sederhana yang spesifik
untuk membuktikan bahwa tumbuhan melakukan respirasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Khairuna. (2019). Diktat Fisiologi Tumbuhan. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 124.
file:///C:/Users/User/Downloads/makalah-respirasi-pada-tumbuhan.zip

19

Anda mungkin juga menyukai