Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

RESPIRASI TUMBUHAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan
Dosen Pengampu: Anisatu Z. Wakhidah, S.Si., M.Si.

Oleh :

Kelompok 2 Kelas A

1. Abel Lavanie Revita Putri 220108001


2. Era Fauzira 2201080012
3. Latifatul Nurhasanah 2201081008
4. Suhada Nur Muklasin 2201080033

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan taufik,
nikmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang berjudul “Respirasi
Tumbuhan”. Dengan terselesaikanya tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Anisatu Z. Wakhidah, M.Si. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.
2. Orang tua yang telah membiayai dan memberikan dukungan serta semangat kepada penulis.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam hal ini besar kemungkinan makalah yang penulis susun ini masih kurang dari
kesempurnaan yang diharapkan, itu semua karena terbatasnya kemampuan yang ada pada penulis. Demi
penyempurnaan dari isi makalah ini, maka kritik dan saran dari semua pihak, akan penulis terima dengan
senang hati. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya
serta kepada semua pihak pembaca makalah ini demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
pendidikan. AmiinYa Rabbal ‘Alamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Metro, 08 September 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................I
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................II
DAFTAR ISI....................................................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Respirasi............................................................................................................
B. Alat Respirasi Pada Tumbuhan...........................................................................................
C. Tahapan Respirasi Di Dalam Organel Dan Sel...................................................................
D. Respirasi Pada Tumbuhan Tingkat Tinggi..........................................................................
E. Respirasi Pada Tumbuhan Tingkat Rendah...........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Respirasi tidak hanya terdapat pada hewan dan manusia tetapi , juga terdapat pada
tumbuhan. Tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernafasannya, umumnya diserap melalui daun
(stomata). Pada keadaan aerob, tumbuhan melakukan respirasi aerob. Bila dalam keadaan anaerob
atau kurang oksigen, jaringan melakukan respirasi secara anaerob. Misal pada akar yang
tergenang air. Pada respirasi aerob, terjadi pembakaran (oksidasi) zat gula (glukosa) secara
sempurna, sehingga menghasilkan energi jauh lebih besar (36 ATP) daripada respirasi anaerob (2
ATP saja). Demikian pula respirasi yang terjadi pada jazad renik (mikroorganisma). Sebagian
mikroorgaanisme melakukan respirasi aerobik (dengan zat asam), anerobik (tanpa zat asam) atau
cara keduanya (aerobik fakultatif).
Respirasi merupakan bagian penting di dalam kehidupan tumbuhan untuk beradaptasi
dengan lingkungan nya. Dengan demikian diharapkan dapat mengetahui bagaimana tahapan
respirasi sebenarnya pada tumbuhan dengan harapan dapat memperoleh manfaat pengetahuan
dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian respirasi?
2. Bagaimanakah alat respirasi pada tumbuhan?
3. Bagaimanakah tahapan respirasi di dalam organel dan sel?
4. Bagaimanakah respirasi pada tumbuhan tingkat tinggi?
5. Bagaimanakah respirasi pada tumbuhan tingkat rendah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian respirasi.
2. Untuk mengetahui alat respirasi pada tumbuhan.
3. Untuk mengetahui tahapan respirasi di dalam organel dan sel.
4. Untuk mengetahui respirasi pada tumbuhan tingkat tinggi.
5. Untuk mengetahui respirasi pada tumbuhan tingkat rendah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RESPIRASI
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi
dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia.
Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua
aktivitas makhluk hidup memerlukan energi begitu juga dengan tumbuhan. Respirasi terjadi pada
seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar,
batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah
kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi
karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka
respirasi terjadi pada sel (Campbell, 2002).
Tumbuhan hijau bernapas dengan mengambil oksigen dari lingkungan, tidak semua
tumbuhan bernapas dengan menggunakan oksigen. Tumbuhan tak berklorofil benapas tanpa
memerlukan oksigen. Tujuan proses pernapasan, yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa
bernapas terjadi pelepasan energi. Tumbuhan yang bernapas secara anaeraob mendapatkan energi
dengan car menguraikan bahan-bahan tertentu dimana mereka hidup. Dalam proses pernapasan
aerob / anaerab. akan dihasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Gas dan uap air tersebut
dikeluarkan dari tubuh. Oksigen diperlukan dan karbon dioksida yang dihasilkan masuk dan
keluar dari tubuh secara difusi. Gas-gas tersebut masuk dan keluar melalui stomata yang ada pada
permukaan daun dan inti sel yang ditemukan pada kulit batang pegangan. Akar yang berada
dalam tanah juga dapat melakukan proses keluar msuknya gas. Tumbuhan yang hidup di daerah
rawa/berlumpur mempunyai akar yang mencuat keluar deari tanah. Akar ini disebut akar panas.
Kandungan katalis disebut juga enzim, enzim sangat penting untuk siklus reaksi respirasi
(sebaik-baiknya proses respirasi). Beberapa reaksi kimia membolehkan mencampur dengan
fungsi dari enzim atau mengkombinasikan sisi aktifnya. Penggunaan ini akan dapat dilihat
hasilnya pada inhibitor dari aktivitas enzim (Kimball, 1983). Mahluk hidup memerlukan respirasi
untuk mempertahankan hidupnya, begitu pula pada tumbuhan. Respirasi pada tumbuhan
menyangkut proses pembebasan energi kimiawi menjadi energi yang diperlukan untuk aktivitas
hidup tumbuhan. Pada siang hari, laju proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan sepuluh kali
lebih besar dari laju respirasi. Hal itu menyebabkan seluruh karbondioksida yang dihasilkan dari
respirasi akan digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Respirasi yang dilakukan
tumbuhan menggunakan sebagian oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis, sisanya akan
berdifusi ke udara melalui daun. Reaksi yang terjadi pada proses respirasi sebagai berikut :
C6 H12 O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2 O

Reaksi penguraian glukosa sampai menjadi H 2O, CO2 dan energi melalui tiga tahap, yaitu
glikolisis, daur Krebs, dan transpor elektron respirasi. Glikolisis merupakan peristiwa perubahan
glukosa menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber
elektron berenergi tinggi dan 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa. Daur Krebs (daur
trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan penguraian asam piruvat secara aerob menjadi
CO2 dan H2O serta energi kimia. Reaksi ini terjadi disertai dengan rantai transportasi elektron
respiratori. Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh melalui
stomata pada tumbuhan. Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Proses respirasi
ini menghasilkan senyawa-senyawa yang penting sebagai pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa
tersebut meliputi asam amino untuk protein, nukleotida untuk asam nukleat, dan karbon untuk
pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid
seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin. Sedangkan energi yang
ditangkap dari proses oksidasi dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul
lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang dijelaskan sebagai berikut:
a) Ketersediaan substrat Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan
respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia
cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
b) Ketersediaan Oksigen Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies. Bahkan, pengaruh oksigen
berbeda antara organ satu dengan yang lain pada tumbuhan yang sama.
c) Suhu Umumnya, laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10°C. Namun, hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
d) Tipe dan umur tumbuhan Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan
metabolisme sehingga kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-
masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan
tumbuhan yang tua (Ross, 1995).

a. Tumbuhan Merespirasikan Hampir Setengah dari Hasil Fotosintesis


Banyak faktor dapat mempengaruhi laju respirasi tumbuhan atau organ
tumbuhan, seperti spesies dan kebiasaan hidup dari tumbuhan, jenis dan umur organ
tumbuhan, faktor lingkungan seperti konsentrasi oksigen, suhu, hara dan suplai air. Laju
respirasi tumbuhan secara keseluruhan umumnya lebih rendah dibanding laju respirasi
jaringan hewan. Perbedaan ini dikarenakan volume sel tumbuhan terisi oleh vakola yang
besar dan dinding sel yang keduanya tidak memiliki mitokondria. Akan tetapi, laju
respirasi pada beberapa jaringan tumbuhan sama tingginya dengan laju respirasi jaringan
hewan. Pada kenyataannya, mitokondria tumbuhan berespirasi lebih cepat dari
mitokondria hewan.
Meskipun secara umum tumbuhan laju respirasi yang rendah, kontribusi respirasi
terhadap keseluruhan penggunaan karbon di dalam tumbuhan sangatlah penting, kerana
semua jaringan tumbuhan berespirasi selama 24 jam per hari. Bahkan respirasi jaringan
fotosintetik dapat menggunakan sejumlah besar hasil fotosintesis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 30 – 60% hasil fotosintesis tumbuhan herba hilang melalui respirasi.
Pada pohon muda, kira-kira sepertiga dari fotosintat hilang direspirasikan dan menjadi
dua kali lipat pada pohon yang lebih tua, sebagai akibat menurunnya rasio jaringan
fotosintetik dan nonfotosintetik. Di daerah tropik, 70-80% dari hasil fotosintesis harian
hilang melalui respirasi karena tingginya laju respirasi gelap akibat suhu malam yang
tinggi.

b. Respirasi Selama Fotosintesis

Gambar 1. Perbedaan Respirasi Siang dan Malam


Sumber: Kompas.com (2020)

Mitokondria terlibat dalam metabolisme dari organ fotosintetik, baik melalui


respirasi cahaya (fotrespirasi) maupun respirasi gelap. Fotorespirasi menghasilkan
mengoksidasi hasil fotosintesis menjadi glisin yang kemudian dioksidasi menjadi serin di
dalam mitokondria. Pada saat yang bersamaan, mitokondria juga melakukan respirasi
melalui siklus asam sitrat (respirasi gelap).
Pada organ fotosintetik seperti daun, aktifitas piruvat dehidrogenase dalam
kondisi cahaya menurun sebesar 25%, yang menghakibatkan laju respirasi secara
keseluruhan menurun. Respirasi mitokondria pada organ fotosintetik berperan dalam (1)
mensuplai ATP dan (2) mensuplai kerangka karbon untuk biosintesis, seperti 2-
oxoglutarat untuk assimilasi nitrogen.

c. Laju Respirasi Jaringan dan Organ Tumbuhan


Laju respirasi jaringan bergantung pada aktifitas metabolik dari jaringan tersebut.
Secara umum semakin tinggi aktifitas metabolisme dari suatu jaringan, semakin tinggi
laju respirasi dari jaringantersebut. Tunas yang sedang berkemang menunjukkan laju
respirasi yang sangat tinggi dan umumnya laju respirasi jaringan vegetatif akan menurun
dari titik pertumbuhan ke daerah yang lebih terdiferensiasi. Jaringan tumbuhan yang telah
dewasa, biasanya laju respirasinya tetap atau menurun dengan lambat dengan
bertambahanya umur dan tingkat penuaan. Kekecualian terjadi pada kondisi klimakterik,
dimana peningkatan laju respirasi terjadi pada proses pemasakan buah dan penuaan daun
yang gugur/lepas dan bunga potong. Hal ini dikarenakan adanya produksi etilen
endogenous yang dapat meningkatkan aktifitas lintasan alternatif resisten sianida pada
membran dalam mitokondria.

d. Fungsi Mitokondria Sangat Penting selama Perkembangan Polen


Jumlah mitokondria dan ekspresi protein respirasi di dalam anter yang sedang
berkembang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan proses perkembangan polen adalan proses
yang memerlukan banyak energi. Karakter fisiologis yang berkaitan langsung dengan
mitokondria tumbuhan adalah karakter sterilitas jantan sitoplasma (cytoplasmic male
sterility atau cms). Tanaman yang memiliki karakter cms tidak dapat menghasilkan polen
yang viabel, oleh karenanya tumbuhan seperti itu disebut tanaman jantan steril. Isitilah
sitoplasma menunjukkan pada pola pewarisan sifat ini tidak mengikuti pola pewarisan
Mendel, tetapi sifat ini diwariskan secara maternal dari genom mitokondria. Tanaman
cms sangat penting dalam pemulaiaan tanaman karena galur jantas steril yang stabil dapat
digunakan untuk menghasilkan benih hibrida.

Karakter cms pada tanaman disebabkan oleh adanya mutasi pada DNA
mitokondria yang menyandikan subunit kompleks protein yang terlibat dalam fosforilasi
oksidatif. Pada jagung, tanaman cms-T memiliki perubahan susunan DNA sedemikian
rupa sehingga dihasilkan protein URF13. Protein ini ketika berinteraksi dengan toksin
Hm-T, yang dihasilkan oleh cendawan Bipolaris maydis yang menyerang jagung, dapat
menyebabkan kebocoran membran dalam mitokondria.

B. ALAT RESPIRASI TUMBUHAN


Seperti dijelaskan sebelumnya, proses respirasi diawali dengan proses pertukaran gas
oksigen dan karbon dioksida melalui alat pernapasan. Alat pernapasan tumbuhan letaknya
tersebar. Tumbuhan dapat melakukan pertukaran gas melalui stomata, lenti sel, dan rambut akar.
Pada tumbuhan tertentu, pernapasan melalui alat khusus, misalnya akar napas pada tumbuhan
bakau maupun beringin. Berikut ini akan dijelaskan alat-alat pernapasan tumbuhan :
a. Stomata
Stomata atau mulut daun terdiri atas celah atau lubang yang dikelilingi oleh dua sel
penjaga dan terletak di daun. Stomata berfungsi sebagai tempat pertukaran gas pada
tumbuhan, sedangkan sel penjaga berfungsi untuk mengatur, membuka dan menutupnya
stomata. Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup
saat hari gelap.
Gambar 1. Stomata
Sumber: https://himaba.fkt.ugm.ac.id/2020/10/23/stomata/

Membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh kandungan air dan ion
kalium di dalam sel penjaga. Ketika sel penjaga memiliki banyak ion kalium, air dari sel
tetangga akan masuk ke dalam sel penjaga secara osmosis. Akibatnya, dinding sel penjaga
yang berhadapan dengan celah stomata akan tertarik ke belakang, sehingga stomata menjadi
terbuka. Sebaliknya, ketika ion kalium keluar dari sel penjaga, air dari sel penjaga akan
berpindah secara osmosis ke sel tetangga. Akibatnya, sel tetangga mengembang dan
mendorong sel penjaga ke arah celah sehingga stomata menutup.
Bentuk dan posisi stomata pada daun beragam, tergantung spesies tumbuhannya.
Secara teknis, yang dimaksud dengan stomata adalah celah yang ada diantara dua sel penjaga
(guard cell), sedangkan aparatus stomata adalah kedua sel penjaga tersebut. Berdampingan
dengan sel penjaga terdapat sel-sel epidermis yang juga telah termodifikasi, yang disebut
sebagai sel pendukung (subsidiary cell).
Dalam proses transpirasi, air menguap dari dinding sel parenkim palisade dan
parenkim spongy ke ruang interseluler. Kedua jenis sel-sel parenkim ini secara kolektif
disebut sebagai sel-sel mesofil. Rongga udara yang relatif luas yang berada di bawah posisi
stomata di dalam daun disebut sebagai rongga substomatal.
Stomata umumnya terdapat pada permukaan bawah daun. Tetapi ada beberapa
spesies tumbuhan di mana stomata dapat dijumpai pada kedua permukaan daunnya (atas dan
bawah). Ada pula tumbuhan yang hanya mempunyai stomata pada permukaan atas daunnya,
misalnya pada bunga lili air. Untuk tumbuhan dalam air tidak memiliki stomata sama sekali.
Sel penjaga pada tanaman dikotil umumnya berbentuk seperti sepasang ginjal.
Keunikan dari sel penjaga ini adalah bahwa serat halus selulosa (cellulose microfibril) pada
dinding selnya tersusun melingkari sel penjaga, pola susunan yang demikian disebut sebagai
miselasi radial (radial micellation). Karena serat selulosa ini relatif tidak elastis, maka jika
sel penjaga menyerap air, maka sel ini tidak dapat membesar diameternya, tetapi dapat
memanjang. Karena sepasang sel penjaga ini melekat satu sama lain pada kedua ujungnya,
maka jika keduanya memanjang (akibat menyerap air) maka keduanya akan melengkung ke
arah luar. Kejadian ini akan menyebabkan celah stomata membuka.

b. Lentisel

Gambar 2. Lentisel
Sumber: https://biologimediacenter.com/jaringan-pada-tumbuhan-1-jaringan-meristem/

Pada tumbuhan dikotil, selain kambium intervasikuler yang membentuk xilem dan
floem sekunder ada juga kambium gabus yang menghasilkan parenkima gabus dan lapisan
gabus. Lapisan gabus akan menggantikan epidermis. Lapisan gabus terdiri atas sel-sel mati
dan membantu melindungi batang. Kambium gabus, parenkima gabus, dan lapisan gabus
akan mengelupas dan lepas sebagai bagian kulit. Akibatnya, timbul lubang-lubang di batang
yang disebut lentisel. Lentisel memungkinkan sel-sel tetap hidup di dalam batang melalui
pertukaran gas dengan udara luar.

c. Rambut Akar
Gambar 3. Rambut Akar
Sumber:

Selain untuk menghisap air dan garam-garam mineral, rambut akar berfungsi
sebagai alat pernapasan. Sel-sel rambut akar akan mengambil oksigen pada pori-pori tanah.
Akar adalah salah satu bagian pokok tubuh tumbuhan berkormus dan merupakan organ
vegetatif tumbuhan.

d. Alat Pernafasan Khusus


Kemampuan tumbuhan beradaptasi terhadap lingkungan menghasilkan alat
pernapasan khusus. Tumbuhan bakau yang hidup di lingkungan air laut mempunyai akar
yang tumbuh ke atas permukaan tanah untuk memperoleh oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida. Akar tersebut disebut akar napas.
Pohon beringin dan anggrek mempunyai akar gantung untuk bernapas. Akar tersebut
tumbuh dari batang dan menggantung kearah tanah. Pada saat masih menggantung, akar ini
menyerap uap air dan gas dari udara. Akan tetapi setelah masuk ke tanah, akar tersebut
berfungsi menyerap air dan garam mineral. Tumbuhan yang hidup di air seperti enceng
gondok dan kangkung, batangnya mempunyai rongga-rongga udara yang besar berfungsi
untuk menyalurkan oksigen.
Gambar 4. Akar Napas pada tumbuhan bakau
Sumber: id.wikipedia.org (2022)

Gambar 5. Akar Gantung pada tumbuhan beringin


Sumber: http://www.tumbuhanmyid (2021)
Gambar 6. Batang Berongga pada tumbuhan kangkong
Sumber: ciptacendekia.com (2022)

C. TAHAPAN RESPIRASI DI DALAM ORGANEL DAN SEL


Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Respirasi Aerobik (aerob)
Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk
mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat dituliskan:
C6H12O6 + 6H2O –> 6H2O + 6CO2 + 675 kal
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang terjadi
dari awal hingga terbentuknya energi. Proses utama respirasi adalah mobilitas senyawa organik
dan oksidasi senyawa-senyawa tersebut secara terkendali untuk membebaskan energi bagi
pemeliharaan dan perkembangan tumbuhan. Mula-mula akan kita perhatikan reaksi keseluruhan
dari oksidasi satu molekul heksosa berikut ini:
C6H12O6 + 6O2  6CO2 + 6H2O + Energi
Reaksi respirasi (disebut juga reaksi biologis) suatu karbohidrat, misalnya glukosa
berlangsung dalam 4 tahapan yaitu :
a. Glikolisis
Merupakan serangkaian reaksi yang menguraikan satu molekul glukosa menjadi dua
molekul asam piruvat. Jalur reaksi ini disebut juga jalur EmbdenMeyerhoff Parnas (EMP)
(dinamakan menurut tiga peneliti utama) jalur ini juga merupakan dasar dari respirasi
anaerobic atau fermentasi. Persamaan reaksi keseluruhan glikolisis dapat dituliskan sebagai
berikut:
C6H12O6  2C3H4O3 + 4H
Glukosa Piruvat
Dari persamaan terlihat bahwa satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul asam
piruvat. Namun, glikolisis bukan merupakan reaksi satu tahap, tetapi adalah serangkaian
reaksi yang erat kaitannya yang mengarah ke pembentukan piruvat. Reaksi glikolisis
berlangsung dalam sitoplasma dan tidak memerlukan adanya oksigen. Glikolisis dapat dibagi
dalam dua fase utama yaitu fase persiapan dan fase oksidasi. Pada fase persiapan, glukosa
diubah menjadi dua senyawa tiga karbon dan pada fuse oksidasi kedua senyawa tiga karbon
itu senlanjutnya diubah menjadi asam piruvat.

Gambar 7. Tahapan Glikolisis


Sumber: https://www.siswapedia.com/proses-dan-tahapan-glikolisis/

b. Dekarboksilasi Oksidatif Piruvat


Asam piruvat yaitu suatu senyawa 3C diubah menjadi senyawa 2C (AsetilkoA) dengan
melepaskan CO2. Telah kita lihat bahwa penguraian karbohidrat pada kondisi anaerob
berlangsung melalui glikolisis dan dihasilkan asam piruvat. Tetapi, jika tersedia cukup
oksigen terjadi dekarboksilasi oksidatif dari asam piruvat membentuk asetil- KoA. Reaksi ini
sangat kompleks dan memerlukan beberapa kofaktor dari suatu kompleks enzim. Kofaktor
yang diperlukan untuk keberhasilan pembentukan asetil-SKoA adalah tiamin pirofosfat
(TPP), NAD, koenzimA (KoA-SH) dan asam lipoat. Pembentukan asetil-SKoA dari asam
piruvat berlangsung dalam 4 langkah reaksi, yaitu antara lain:
1) Pembentukan suatu kompleks antara TPP dan piruvat diikuti dengan dekarboksilasi asam
piruvat.
2) Unit asetildehida yang tertinggal setelah dekarboksilasi, bereaksi dengan asam lipoat
membentuk kompleks aseti asam lipoat. Dalam reaksi ini asam lipoat tereduksi dan
aldehida dioksidasi menjadi asam. Asam yang baru terbentuk itu membentuk suatu
tioester dengan asam lipoat.
3) Pelepasan gugus asetil dari asam lipoat ke koenzim A-SH, hasil reaksinya adalah asetil
KoA dan asam lipoat tereduksi.
4) Regenerasi asam lipoat teroksidasi dengan memindahkan elektron dari asam lipoat
teredksi ke NAD. Reaksi terakhir ini penting agar suplai asam lipoat teroksidasi secara
bersinambungan selalu tersedia untuk pembentukan asetil S-KoA dari asam piruvat.
Selain itu, dua elektron yang dipindahkan ke NAD membentuk NADH2 akan diteruskan
ke rantai respiratoris (sistem angkutan elektron) akan menghasilkan tiga molekul ATP.
Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat menjadi asetil-SKoA ini berlangsung dalam
mitokondria.

c. Daur Sitrat
Senyawa 2C yang dihasilkan pada tahap dekarboksilasi oksidatif piruvat diuraikan
menjadi CO2. Daur ini dinamakan daur asam sitrat karena senyawa C6 yang pertama kali
dibentuk dalam daur ini adalah asam sitrat. Daur ini juga dikenal dengan nama daur krebs,
menurut Sir Hans Krebs yang bersama-sama ilmuwan-ilmuwan lain menguraikan jalur ini.
Nama lain daur ini ialah daur asam trikarboksilat karena dalam daur ini ikut serta asam-asam
dengan tiga gugus karboksil. Glikolisis dan fermentase adalah merupakan proses yang tidak
relatif dalam melepaskan energi. Tetapi, pada keadaan aerob asam piruvat hasil akhir
glikolisis dapat mengalami dekarboksilasi oksidatif dengan KoAH membentuk asetil KoA.
Asetil KoA merupakan rantai penghubung antara glikolisis dan siklus Krebs. Melalui
asosiasi sistem pengangkutan elektron oksidasi dari siklus Krebs dapat menghasilkan 24
ATP. Reaksi siklus Krebs dan sistem pengangkutan elektron memerlukan oksigen dan
berlangsung dalam mitokondria.
Gambar 8. Daur Asam Sitrat
Sumber:

1. Pembentukan Asam Sitrat


Reaksi pertama siklus Krebs adalah kondensasi asetil SKoA dengan asam oksaloasetat
membentuk asam, sitrat dan membebaskan koenzim A dengan bantuan enzim
kondensasi.
2. Regenerasi Asam Oksaloasetat
Reaksi yang melibatkan 4 oksidasi dan 3 molekul H2O (satu molekul digunakan dalam
reaksi kondensasi) asam oksaloasetat diregenerasi dari asam sitrat. Dalam proses
tersebut dihasilkan 2 molekul CO2 dan 8 molekul H.

d. Oksidasi Terminal dalam Rantai Respiratoris


Hydrogen yang dihasilkan oleh substrat pada tahap (1) hingga (3) akhimya berkombinasi
dengan air. Agar hal ini dapat berlangsung, terjadi suatu angkutan elektron sepanjang suatu
rantai sistem redoks, yaitu suatu sistem angkutan atau transpor elektron. Energi yang
dibebaskan oleh angkutan elektron ini digunakan untuk pembentukan ATP. Pembentukan
ATP dalam sistem angkutan elektron (rantai respiratoris) dikenal juga sebagai fosforilasi
oksidatifbiologis. Telah dinyatakan sebelumnya bahwa proses keseluruhan oksidasi biologis
mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan energi dan menyediakan senyawa antara untuk
sintesis. Jika dihitung jumlah ATP yang dihasilkan oksidasi biologis itu, dengan bahan awal
oksidasi adalah satu molekul glukosa, maka diperoleh 38 molekul ATP.
2. Respirasi Anaerobik (anaerob)
Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan energi tanpa
menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa tertentu misalnya asam
fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat hidrogen dan membentuk asam laktat atau
alcohol. Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang
terendam air, biji-biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel-sel ragi dan bakteri
anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan
baku seperti fruktosa, galaktosa dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya
adalah alcohol, karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan
karbondioksida, energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik. Reaksinya :
C6H12O6 Ragi  2C2H5OH + 2CO2 + 21 Kal
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan bakteri
anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat hidup jika berhubungan
dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka tertutup sehingga member
kemungkinan bakteri tambah subur (Lukman, 1997).
Sejauh ini kita telah membicarakan respirasi yang berlangsung pada tingkat organel dan sel.
Lalu bagaimana pengetahuan ini dapat dikaitkan dengan fungsi tumbuhan secara keseluruhan di
alam? Pada bagian ini kita akan membahas respirasi tumbuhan dalam berbagai kondisi di alam.

D. RESPIRASI PADA TUMBUHAN TINGGKAT TINGGI


Respirasi pada tumbuhan tingkat tinggi berlangsung secara aerob, pada pernafasan ini terjadi
proses pembebasan energi dari sari makanan di dalam sel tubuh melalui proses oksidasi biologis, Oksidasi
biologis adalah suatu reaksi antara sari makanan dengan oksigen yang menghasilkan karbon dioksida
(CO2), air (H2O) dan energi. Reaksi kimia ini merupakan reaksi enzimatis, enzim berperan sebagai
katalisator (pemercepat proses reaksi). Energi yang dihasilkan dari pernafasan digunakan oleh tumbuhan
untuk mewlakukan berbagai kegiatan hidupnya, misalnya untuk pertumbuhan dan melakukan kegiatan di
dalam hidupnya, misalnya untuk pertumbuhan,, pembentukan protein mengangkut mineral dari dalam
tanah, berkembang biak,serta melakukan proses fotosintesis.

E. RESPIRASI PADA TUMBUHAN TINGKAT RENDAH


Respirasi pada tumbuhan tingkat rendah ada yang aerob dan ada yang anaerob. Respirasi anaerob
disebut juga dengan fermentasi (proses pengubahan senyawa utama menjadi senyawa bentuk lain dengan
bantuan enzim), misalnya proses pembentukan alkohol dari glukosa dengan bantuan jamur ragi
(Saccharomyces) seperti pembuatan tempe (Wilskins, 1993).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi
dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan
manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam hari.
2. Tumbuhan dapat melakukan pertukaran gas melalui stomata, lenti sel, dan rambut akar. Pada
tumbuhan tertentu, pernapasan melalui alat khusus, misalnya akar napas pada tumbuhan
bakau maupun beringin. Berikut ini akan dijelaskan alat-alat pernapasan tumbuhan.
3. Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu : respirasi aerob dan anaerob.
4. Banyak faktor dapat mempengaruhi laju respirasi tumbuhan atau organ tumbuhan, seperti
spesies dan kebiasaan hidup dari tumbuhan, jenis dan umur organ tumbuhan, faktor
lingkungan seperti konsentrasi oksigen, suhu, hara dan suplai air.

B. Saran
Pada penyusunan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritikan yang bersifat
membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan dimasa mendatang. Kami juga
berharap semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi kami penyusun dan para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Champbell, N.A,dkk.2002. “Biologi”. Edisi lima Jilid satu. Erlangga:Jakarta


Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Jasin,Maskoeri.1989. “Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi”. Bina Pustakatama:Surabaya

Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.

Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. PT Gramedia. Jakarta.

Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Syamsuri. I. 2000. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai