Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PERBEDAAN ANATOMI DAUN SERTA

AKAR PISANG BANGIL PADA DATARAN RENDAH


DAN TINGGI
1)
Adelia Khumairoh P., 2)Moh. Rizal Iwan F., 3)Sheilla Zulfaiza A. R.
1,2,3)
Pendidikan Biologi, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban

Email : sheillazulfaiza@gmail.com
3)

ABSTRACT

Banana plants (Musa sp.) have various types of plants and are very easy to find in various places. The
purpose of this study was to analyze and identify the anatomy of bangil banana plants with different
variables. The technique of collecting data is by taking samples directly in two different places as the
independent variable, in the highlands and lowlands. The method used is an experimental method, carried
out in the biology laboratory of the University of PGRI Ronggolawe Tuban. The leaves and roots are the
main focus used in this banana plant anatomy study. The types of banana plants taken is bangil banana.
The results of this experiment show that some network structures that look different from one another.
Keywords : banana, analysis, anatomy, experiment

ABSTRAK

Tumbuhan pisang (Musa sp.) memiliki jenis tumbuhan yang beragam dan sangat mudah dijumpai
di berbagai tempat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengidentifikasi anatomi
tumbuhan pisang bangil dengan variable yang berbeda. Teknik pengumpulan data yaitu dengan
mengambil sampel secara langsung di dua tempat yang berbeda sebagai variable bebasnya, di dataran
tinggi dan dataran rendah. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, dilakukan di laboratorium
biologi Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Bagian daun dan akar menjadi fokus utama yang digunakan
dalam penelitian anatomi tumbuhan pisang ini. Jenis tumbuhan pisang yang diambil yaitu pisang bangil.
Hasil dari eksperimen ini ada beberapa struktur jaringan yang terlihat berbeda satu sama lain.

Kata Kunci : pisang, analisis, anatomi, eksperimen

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Tanaman pisang merupakan salah satu tanaman yang mudah tumbuh dan dapat dijumpai di mana
saja, baik itu di dataran tinggi maupun dataran rendah. Semua bagian tubuh tumbuhan pisang bisa
dimanfaatkan untuk segala kebutuhan manusia, mulai dari buah, daun, bunga, hingga bagian batangnya.
Tumbuhan ini juga memiliki berbagai macam jenis buah atau memiliki banyak spesies. Ada pisang raja,
pisang ambon, pisang mas, pisang bangil, pisang susu, pisang ulin, pisang hijau, dan masih banyak lagi.
Tentu dari beberapa jenis tersebut memiliki ciri morfologi yang berbeda, baik itu dari morfologi pohon,
bentuk dan warna buah, dan rasa buahnya.

Untuk kejelasan semua varietas pisang dapat dilakukan dengan cara menyeleksi atau memilih
beberapa ciri tertentu yang khas dan dapat dibedakan secara jelas dari kelompok satu dengan kelompok
yang lain, istilah ini disebut dengan kultivular pisang (Ii & Teori, 1993).

Secara morfologi, tanaman pisang terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah. Masing-
masing bagian ini memiliki fungsi dan manfaat yang berbeda tentunya. Dari setiap jenis tanaman pisang
memiliki ciri tersendiri dengan jenis tanaman pisang yang lain. Baik itu dari bentuk buah, maupun ukuran
batangnya. Pada batang pisang sendiri memiliki ciri fisik bulat silindris dan berlapis. Satu lapis batang
pisang biasa disebut dengan pelepah pisag atau batang semu. Selain itu, batang pisang tidak memiliki
kambium sehingga teksturnya lebih lunak dari pada pohon yang berkayu. Dalam penelitian ini akan
difokuskan perbedaan anatomi pada daun dan akar tanaman pisang kepok atau biasa disebut dengan pisang
bangil (Musa balbisiana C.). Perbedaan struktur jaringan apa saja yang ada pada daun dan akar pisang,
dengan melihat beberapa faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan pada penelitian ini.

PENJELASAN MATERI
Pisang merupakan buah yang mudah didapat, memiliki nilai ekonomi, budaya, serta nilai gizi yang
tinggi. Pisang juga merupakan buah yang sangat bergizi yang mengandung sumber vitamin mineral dan
juga karbohidrat. Pada buah pisang, varietas, waktu panen, iklim, dan keadaan tanah mempengaruhi
kandungan gula, pati dan air yang terdapat dalam buah pisang. Menurut sejarah, tanaman pisang berasal
dari Asia Tenggara. Indonesia merupakan penghasil pisang nomor 4 di dunia. Pisang dapat tumbuh di
daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Oleh karena itu pisang di tetapkan sebagai salah satu
komoditas buah unggulan Nasional (Ii & Pisang, 2009).

Kedudukan tanaman pisang dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut:

Klasifikasi Tumbuhan Pisang

Kingdom Plantae

Phyllum Magnoliophyta

Class Liliopsida
Ordo Musales

Family Musaceae

Genus Musa
Tabel 1. Klasifikasi Taksonomi Tumbuhan Pisang

SOLUSI
Ketinggian tempat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, semakin tinggi tempat
penanaman, tinggi tanaman dan ukuran daun semakin menurun. Hal ini di sebabkan oleh adanya unsur-
unsur iklim di antara perbedaan lokasi atau tempat tersebut, di mana unsur-unsur iklim sangat
mempengaruhi proses fisiologi tanaman (Gandari et al., 2019). Dengan adanya penelitian ini maka,
memudahkan dalam membedakan anatomi tumbuhan pisang bangil (Musa balbisiana C.) yang berbeda
ketinggian tempat dan menambah literasi.

TUJUAN

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor elevasi ketinggian
terhadap anatomi tumbuhan pisang bangil (Musa balbisiana C.).
2. Mengetahui perbedaaan jaringan yang ada pada beberapa sampel yang telah diambil.

METODE

Penelitian ilmiah ini disusun dengan menggunakan metode eksperimen, lebih spesifiknya yaitu
metode penelitian kualitatif. Proses pengumpulan data menggunakan kondisi nyata, objektif, dan
dilakukan sendiri oleh penyusun. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran secara langsung,
melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Eksperimen adalah suatu
tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat
dinikmati masyarakat secara aman dan dalam pembelajaran melibatkan peneliti dengan mengalami dan
membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu (Rismawati et al., 2006).

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi, Universitas PGRI


Ronggolawe Tuban. Dengan melakukan pengamatan secara langsung menggunakan mikroskop yang ada,
maka diperoleh hasil penelitian dengan objektif.
ALAT DAN BAHAN

Di dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan yaitu mikroskop cahaya, kaca benda,
kaca penutup, silet, pipet tetes, gelas ukur, kamera handphone, laptop, tissue dan kuas. Kemudian, bahan
yang digunakan adalah daun muda dan akar pisang dari dua tempat yang berbeda yaitu dataran tinggi dan
dataran rendah, Eosin Y, alkohol, aquades, dan air bersih.

PROSEDUR PENELITIAN

Pada penelitian ini penulis membuat preparat segar dengan irisan membujur pada bagian bawah
daun dan irisan melintang pada bagian akar. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan kedua sampel dilakukan pada pagi hari dan berasal dari dua tempat yaitu dataran rendah
dan dataran tinggi.
2. Usahakan mengambil daun yang masih muda.
3. Setelah alat dan bahan tersedia, mulailah dengan pembersihan kaca benda dengan tissue.
4. Buatlah sediaan irisan membujur bagian bawah pada daun dan melintang pada bagian akarnya
menggunakan silet.
5. Tetesi dengan alkohol 1-2 tetes selama 5 menit (didiamkan), kemudian bersihkan dengan aquades dan
tissue, lalu tutup menggunakan tutup benda.
6. Mengamati bagian-bagian yang mulai tampak.
7. Jika sudah menemukan bagian-bagian yang ingin diamati, selanjutnya beri warna menggunakan eosin
Y secukupnya. Tunggu selama 5 menit.
8. Bersihkan menggunakan aquades dan tissue. Kemudian amati di mikroskop dan difoto.
9. Penggunaan kuas adalah untuk mengatur irisan yang memungkinkan bergeser karena proses
pembersihan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAUN

Daun adalah salah satu organ tumbuhan yang penting dan pada umumnya setiap tumbuhan
memiliki sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada
bagian lain pada tubuh tumbuhan. Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang
dinamakan klorofil, Oleh karena itu daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau
daerah-daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula (Tjitrosoepomo. 2007:7).
Morfologi daun pisang pada umumnya yaitu helaian daun terbentuk lanset memanjang yang
letaknya tersebar dengan bagian bawah daun yang tampak berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun
yang panjangnya antara 30-40 cm (American Journal of Sociology, 2019).

Keterangan :

E : Epidermis, adalah jaringan yang terletak di paling luar, berfungsi melindungi permukaan tumbuhan.
S : Stomata, adalah salah satu organ tumbuhan yang terdapat pada jaringan epidermis daun, berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas, contohnya CO 2 yang diperlukan dalam proses fotosintesis tumbuhan.
Stomata bisa diamati ketika daun disayat membujur.
TD : Tulang daun, adalah bagian daun yang berguna untuk memberi kekuatan pada daun dan juga sebagai
penguat.
Dalam hal ini, penulis memberikan kode A dan B. Di mana kode A menunjukkan sampel tanaman pisang
bangil yang ada di dataran rendah, sedangkan kode B menunjukkan sampel tanaman pisang bangil yang
ada di dataran tinggi.

Gambar 1. Jaringan epidermis bawah daun Gambar 2. Jaringan epidermis bawah daun
pisang bangil dengan perbesaran 100 kali pisang bangil dengan perbesaran 40 kali

Hasil dan Perbandingan :

1. Penulis membuat preparat daun pisang bangil bagian bawah, karena pada umumnya jumlah stomata
yang ada pada bagian bawah daun lebih banyak daripada jumlah stomata yang ada pada bagian atas
permukaan daun.
2. Dari pengamatan, jumlah stomata lebih banyak ditemukan pada daun pisang bangil B (dataran tinggi)
daripada daun pisang bangil A (dataran rendah).
3. Stomata pada daun pisang bangil B (dataran tinggi) lebih rapat daripada daun pisang A (dataran
rendah).
4. Stomata pisang bangil A (dataran rendah), minimal bisa dilihat jelas pada perbesaran 100 kali.
Sedangkan, stomata pada pisang bangil B (dataran tinggi) ketika diamati dengan perbesaran 40 kali
sudah terlihat jelas. Hal ini membuktikan bahwa struktur jaringan epidermis pada daun pisang bangil B
lebih baik daripada daun pisang bangil A (dataran rendah).

Gambar 3. Stomata pada jaringan epidermis Gambar 4. Stomata pada jaringan epidermis
bawah daun pisang bangil dengan perbesaran 400 bawah daun pisang bangil dengan
kali perbesaran 1000 kali

Perbandingan :

1. Stomata yang ditemukan pada daun pisang bangil A (dataran rendah) dan B (dataran tinggi) terlihat
dikelilingi oleh 4-5 sel tetangga.
2. Stomata daun pisang bangil A (dataran rendah), maksimal hanya dapat dilihat pada perbesaran 40
kali. Ketika diperbesar menjadi 1000 kali, maka stomata ini tidak bisa dilihat dengan jelas atau buram.
Sedangkan, stomata pada pisang bangil B (dataran tinggi) ketika masih bisa dilihat dengan sangat baik
pada perbesaran 1000 kali.
3. Sel epidermis pada daun pisang bangil A (dataran rendah) hampir sama dengan sel epidermis pisang
bangil B (dataran tinggi), yaitu berbentuk segi enam, segi lima, dan ada juga yang tidak beraturan.
Gambar 6. Jumlah stomata terbuka dan tertutup
Gambar 5. Jumlah stomata terbuka dan tertutup
pada daun pisang bangil B dengan perbesaran
pada daun pisang bangil A dengan perbesaran
1000 kali
400 kali

Keterangan :

1. Lingkaran berwarna merah menunjukkan stomata yang terbuka, sedangkan pada lingkaran kuning
menunjukkan stomata tertutup.
2. Stomata pisang bangil A (dataran rendah) terlihat masih sama. Jumlah stomata yang terbuka ada 12
stomata, dan ada 2 stomata yang tertutup pada perbesaran maksimal 400 kali. Sedangkan, pada stomata
daun pisang bangil B (dataran tinggi) terdapat 6 stomata terbuka dan 1 stomata yang tertutup pada
perbesaran hingga 1000 kali. Memang pengukuran atau perbandingan banyaknya stomata pada kedua
sampel kurang relevan, karena perbesaran yang digunakan berbeda. Hal ini dikarenakan pada sampel A
maksimal hanya mampu menjangkau objek dengan perbesaran 400 kali, dan sampel B perbesaran
maksimal sampai 1000 kali.
3. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak stomata, semakin banyak CO 2 yang diserap untuk
proses fotosintesis tanaman ketika stomata-stomata tersebut sedang terbuka.

AKAR

Akar adalah bagian pokok tumbuhan yang ketiga (setelah batang dan daun). Akar merupakan
bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop)
atau menuju ke air (hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya. Akar sendiri memiliki fungsi
memperkokoh tumbuhan, menyerap air dan zat-zat makanan dari dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat
makanan yang diserap ke seluruh bagian tumbuhan, dan pada beberapa jenis tanaman akar sebagai tempat
untuk menyimpan makanan (Tjitrosoepomo. 2007:91). Tanaman pisang merupakan tanaman monokotil,
sehingga memiliki sistem akar serabut. Dimana ukuran akarnya relatif lebih kecil dari akar tunggang,
tetapi menyebar banyak.

Keterangan :

E : Epidermis, adalah jaringan yang terletak di paling luar, berfungsi melindungi permukaan tumbuhan.
K : Korteks, adalah bagian akar yang dibatasi oleh epidermis dan endodermis.
EN : Endodermis, adalah bagian dari jaringan akar yang terdiri atas satu lapis sel. Endodermis berada di
antara korteks dan jaringan pengangkut.
F : Floem, adalah jaringan yang berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh
tumbuhan.
X : Xylem, adalah jaringan yang berfungsi mengangkut air dan zat hara dari akar ke daun.
SA : Serabut akar, adalah cabang-cabang akar halus atau akar kecil yang berbentuk serabut keluar dari
akar utama pada tanaman pisang bangil.

Gambar 7. Akar pisang bangil yang diiris secara melintang dengan perbesaran 40 kali
Gambar 8. Akar pisang bangil yang diiris secara melintang dengan perbesaran 40 kali

Perbandingan :

1. Struktur korteks pada akar pisang bangil A (dataran rendah) lebih rapat daripada korteks tanaman
pisang bangil B (dataran tinggi).
2. Pada pisang bangil B (dataran tinggi), struktur selnya tidak beraturan dan pada bagian jaringan
epidermisnya terdapat banyak serabut akar. Adanya serabut akar yang banyak diprediksi lebih
memudahkan pathogen yang ada di dalam tanah untuk menyerang tanaman pisang bangil, sehingga
pathogen yang masuk dapat menyebabkan tanaman pisang bangil menjadi tidak sehat dan merusak
struktur sel pada akar tanaman.
3. Sedangkan, perbedaannya dengan pisang bangil A (dataran rendah) tidak memiliki serabut akar.
Sehingga pathogen juga sulit untuk masuk dan struktur sel lebih terjaga dari kerusakan.
4. Epidermis yang dimiliki akar pisang bangil A (dataran rendah) terlihat lebih tipis daripada
epidermis yang dimiliki akar pisang bangil B (dataran tinggi).
5. Floem yang dimiliki akar pisang bangil A (dataran rendah) dan akar pisang bangil B (dataran
tinggi) menunjukkan hasil yang sama yaitu, keduanya memiliki floem yang ukurannya tipis.
6. Xylem pada akar pisang bangil A (dataran rendah) memilki jumlah yang lebih banyak dan juga
lebih kecil daripada xylem pada akar pisang bangil B (dataran tinggi). Hal ini dibuktikan dengan
xylem yang berjumlah 34 untuk akar pisang bangil A (dataran rendah), dan 28 untuk akar pisang
bangil B (dataran tinggi). Dengan ketebalan xylem yang dimiliki oleh akar pisang bangil B
(dataran tinggi) dapat mengakibatkan cepatnya pengangkutan, sehingga tanaman pisang akan cepat
mengalami istilah layu pada tanaman.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil analisis anatomi daun serta akar pisang bangil pada dataran tinggi dan rendah ini
menghasikan sebuah kesimpulan dimana sel epidermis pada daun pisang bangil yang ada di dataran
rendah hampir sama dengan sel epidermis pisang bangil yang ada di dataran tinggi yaitu berbentuk segi
enam, segi lima dan ada juga yang tidak beraturan. Stomata pisang bangil yang dari dataran tinggi terlihat
terbuka dan lebih rapat daripada stomata yang ada pada daun pisang bangil dari dataran rendah. Stomata
keduanya juga dikelilingi oleh 4-5 sel penjaga.
Struktur korteks pada akar pisang bangil yang ada di dataran rendah lebih rapat daripada korteks
yang ada di dataran tinggi. Pada pisang bangil dataran tinggi, struktur selnya tidak beraturan dan memiliki
banyak serabut akar. Xylem terdapat pada akar pisang bangil yang ada di dataran rendah memilki jumlah
yang lebih banyak dan juga lebih kecil daripada xylem pada akar pisang bangil yang ada di dataran tinggi.

Saran

Dalam pembuatan preparat sebaiknya jangan terlalu lama dalam proses pewarnaan karena akan
berpengaruh pada hasil pengamatan. Gunakan silet yang masih baru dan berhati-hatilah dalam menyayat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Iin Murtini, M. Pd., selaku dosen
pembimbing mata kuliah Anatomi Tumbuhan yang telah membimbing dan membantu penulis dalam
penyusunan artikel ilmiah ini sehingga penelitian dapat terselesaikan dengan baik.

DAFTAR RUJUKAN

American Journal of Sociology. (2019). 済 無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.

Gandari, M., Darmawan, N., Bina, S., Bali, U., Penelitian, A., Sampling, T., Persentase, H., Jiwa, S.,
Pasekan, B., Sembung, D., Mengwi, K., & Badung, K. (2019). 3) 1), 2) Dan 3). 5(2), 47–58.

Ii, B. A. B., & Pisang, T. (2009). 15. Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.). 2008, 8–59.
Ii, B. A. B., & Teori, A. D. (1993). Teori Kultivar Pisang. 9–37.

Rismawati, Ratman, & Dewi, A. I. (2006). Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan
Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No . 1 Balukang 2. Jurnal Kreatif
Tadulako Online, 4(1), 199–215.xzx

Tjitrosoepomo, Gembong, 2007. Morfologi Tumbuhan Cetakan ke-16, Gadjah Mada, Universitas Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai