Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

Manajemen Pemberian Oksigen

Oleh:
Khofidhotur Rohmah
NIM. 23106016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa :
Kasus Laporan Pendahuluan / Asuhan Kebidanan :
Ruang Praktik :
Rumah Sakit / Lahan Praktik :

Jember, November 2023

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

............................................ ............................................
NIK/NIDN NIK/NIDN

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya mampu mengerjakan laporan ini yang
membahas tentang manajemen pemberian oksigen.
Dalam rangka memenuhi target mata kuliah keterampilan dasar kebidanan
dan praktek klinik. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada
1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi Jember.
2. Pembimbing Akademik Universitas dr.Soebandi Jember.
3. Kepala Ruangan.
4. Pembimbing Klinik.
5. Semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan atau laporan
ini.
Tentunya laporan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
sempurnaanya laporan ini.

Jember, November 2023

Khofidhotur Rohmah

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6
1.3 Tujuan........................................................................................................6
1.4 Metode Penulisan......................................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
2.1 Pengertian Pemberian Oksigen..............................................................8
2.1.2 Tujuan Pemberian Oksigen..............................................................10
2.1.3 Indikasi Pemberian Oksigen...........................................................11
2.1.4 Kontraindikasi Pemberian Oksigen.................................................11
2.1.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Oksigen.........12
2.1.6 Prosedur Pemberian Oksigen...........................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk hidup yang terdiri dari sel sebagai unit
kehidupan dasarnya. Setiap organ tubuh manusia tersusun atas sekelompok
sel yang berbeda – beda yang disatukan oleh struktur pendukung
interseluler. Setiap jenis sel yang ada dalam tubuh ini akan memiliki fungsi
yang berbeda satu sama lainnya, akan tetapi semua sel dalam tubuh manusia
memiliki karakteristik atau sifat yang sama yaitu memerlukan oksigen untuk
menghasilkan energi yang diperlukan sel dalam melakukan aktivitas dalam sel
untuk proses kehidupan manusia (Guyton, 2010).

Pada metabolisme pada manusia akan melibatkan oksigen (O2) untuk


menghasilkan energi yang akan digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari melalui berbagai proses reaksi kimia. Dari berbagai proses reaksi kimia
tersebut akan dihasilkan gas karbon dioksida (CO2) sebagai produk sisa yang
perlu dikeluarkan oleh sel. Respirasi atau pernapasan dapat didefinisikan sebagai
proses pertukaran gas-gas (memperoleh oksigen atau O2 untuk digunakan
oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida atau CO2 yang dihasilkan
oleh sel-sel tubuh) antara organisme hidup dan lingkungan sekitarnya
(Latief, Suryadi & Dachlan 2015).
Terdapat dua macam respirasi pada manusia yaitu respirasi internal dan
eksternal. Respirasi internal adalah pertukaran gas-gas (oksigen atau O2 dan
karbon dioksida atau CO2) antara darah dan jaringan. Respirasi eksternal
adalah pertukaran gas-gas (oksigen atau O2 dan karbon dioksida atau CO2) antara
darah dan udara sekitar. Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu
ventilasi (proses masuknya udara sekitar dan pembagian udara tersebut ke
alveoli), distribusi (distribusi dan pencampuran molekul-molekul gas
intrapulmoner), difusi (proses masuknya gas-gas menem-bus selaput alveolo-
kapiler) dan perfusi (pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler paru
yang adekuat) (Latief, Suryadi & Dachlan 2015).

5
Pada kondisi normal, manusia dapat menghirup udara atmosfir yang
mengandung oksigen melalui sistem respirasi yang akan dikirimkan hingga
alveoli. Pada alveoli, oksigen akan segera berdifusi ke dalam aliran paru melalui
proses aktif akibat perbedaan tekanan di dalam darah, sebagian besar (97%)
oksigen akan terikat dengan hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil (3%) akan
larut dalam plasma yang selanjutnya akan diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh untuk keperluan metabolisme. Tetapi pada beberapa manusia yang
memiliki gangguan dalam sistem tubuhnya terutama sistem pernafasan, maka
akan terjadi gangguan dalam proses pendistribusian oksigen sehingga
oksigenasi dalam tubuh akan menjadi tidak adekuat. Oleh karena itulah,
diperlukan sebuah tindakan yang dapat menunjang tercukupinya pasokan oksigen
yang dibutuhkan oleh tubuh (Mangku, 2017).

Terapi oksigen merupakan salah satu tindakan yang dapat digunakan


untuk mempertahankan oksigenisasi tubuh. Pemberian terapi oksigen akan
menyesuaikan dengan konsentrasi oksigen yang dibutuhkan oleh pasien, yaitu :
konsentrasi oksigen rendah (24% - 36% oksigen), konsentrasi oksigen sedang
(40%-60%) dan konsentrasi oksigen tinggi (hingga 100%), sehingga alat
yang digunakan dalam pemberian oksigen pun akan disesuaikan dengan
konsentrasi oksigen yang diberikan (Widianto, 2013).

Menurut Black & Hawks (2014), terdapat dua macam respirasi pada
manusia yaitu
respirasi internal dan eksternal. Respirasi internal adalah pertukaran gas-gas
(oksigen atau O2
dan karbon dioksida atau CO2) antara darah dan jaringan. Respirasi
eksternal adalah
pertukaran gas-gas (oksigen atau O2 dan karbon dioksida atau CO2) antara darah
dan udara
sekitar. Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu ventilasi (proses
masuknya udara
sekitar dan pembagian udara tersebut ke alveoli), distribusi (distribusi dan
pencampuran
molekul-molekul gas intrapulmoner), difusi (proses masuknya gas-gas
menem-bus selaput
alveolo-kapiler) dan perfusi (pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler
paru yang

6
adekuat).
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa pengertian pemberian oksigen ?
B. Apa tujuan dari pemberian oksigen ?
C. Apa saja indikasi dari pemberian oksigen ?
D. Apa saja kontraindikasi dari pemberian oksigen ?
E. Sebutkan hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemberian oksigen ?
F. Bagaimana prosedur pemberian oksigen ?

1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui pengertian pemberian oksigen.


B. Untuk mengetahui tujuan dari pemberian oksigen.
C. Untuk mengetahui indikasi dari pemberian oksigen.
D. Untuk mengetahui kontraindikasi dari pemberian oksigen.
E. Untuk mengetahui hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemberian
oksigen.
F. Untuk mengetahui prosedur pemberian oksigen.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan pengumpulan data dari berbagai sumber aplikasi yang
berkaitan dengan cara mencari, membaca dan mempelajari.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemberian Oksigen


Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan yang
berfungsi untuk mempertahankan oksigenasi. Sedangkan menurut Mangku &
Senapathi (2017), terapi oksigen merupakan suatu intervensi medis berupa
upaya pengobatan dengan pemberian oksigen untuk mencegah atau memerbaiki
hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat
dengan cara meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem respirasi,
meningkatkan daya angkut O2 ke dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan
atau ekstraksi O2 ke jaringan.
Pemberian terapi oksigen kepada pasien harus disesuaikan dengan
konsentrasi oksigen yang dibutuhkan oleh pasien, apakah konsentrasi oksigen
rendah (24%-36% oksigen), konsentrasi oksigen sedang (40%-60%) atau
konsentrasi oksigen tinggi (hingga 100%) (Rilantono, 2016). Terdapat dua alat
yang dapat digunakan dalam pemberian terapi oksigen (Fishman, 2014) :
A. Nasal Kanul

8
Nasal kanul ialah alat yang sederhana dan nyaman digunakan untuk
penyampaian oksigen, dengan panjang sekitar 1,5 cm menonjol pada
bagian tengah selang sekali pakai dan dimasukkan ke dalam hidung. Nasul
kanal memberikan aliran oksigen sebanyak 1 – 5 Liter/menit yang
menghasilkan O2 dengan konsentrasi 24 – 40% tergantung pola
ventilasi pasien. Beberapa kerugian dalam penggunaan nasal kanul :
dapat terjadinya iritasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri
sinus dan epitaksis, serta kerusakan kulit pada telingan dan hidung jika
pemakaian nasl kanul terlalu ketat.
B. Masker Oksigen
Masker oksigen merupakan alat yang digunakan untuk memasukkan
oksigen, kelembapan, atau kelembapan yang hangat. Alat ini dipasang
tepat di atas mulut dan hidung serta diamankan pada tempatnya dengan
tali pengikat. Terdapat dua jenis masker oksigen utama, yaitu yang
menyampaikan konsentrasi oksigen rendah (simple face mask) dan yang
menyampaikan konsentrasi oksigen tinggi (Re breathing mask, Non
rebreathing mask, venture mask).
a. Sungkup muka sederhana.

9
Simple mask digunakan untuk terapi oksigen jangka pendek.
Simple mask memberikan aliran oksigen 5 – 8 liter/menit
yang menghasilkan O2 dengan konsentrasi 40 – 60%.
b. Rebreating mask.

Rebreathing mask memberikan aliran oksigen 8 – 12 liter/menit


yang menghasilkan O2 dengan konsentrasi 60 – 80%.
c. Non-rebreathing mask.

Non Rebreathing mask memberikan aliran oksigen 8 – 12


liter/menit yang menghasilkan O2 dengan konsentrasi 90%.
d. Venturi mask.

10
Venturi mask memberikan aliran oksigen 4 – 12 liter/menit
yang menghasilkan O2 dengan konsentrasi 24 – 60%.

2.1.2 Tujuan Pemberian Oksigen


Tujuan dari pemberian terapi oksigen kepada pasien menurut Levitzky
(2017) adalah sebagai berikut :
A. Untuk mempertahankan oksigenasi.
B. Untuk membantu kerja organ pernapasan (paru-paru).
C. Untuk mengatasi keadaan hipoksemia (kekurangan O2) pada pasien.
D. Untuk menurunkan beban kerja otot jantung.
E. Untuk menurunkan kerja otot bantu pernapasan.
F. Untuk memberikan kenyamanan pada pasien.
G. Untuk memberikan rasa aman pada pasien dan keluarga.

2.1.3 Indikasi Pemberian Oksigen


Pemberian terapi okesigen dianjurkan pada pasien ketika memiliki
tekanan parsial oksigen kurang dari 60 mmHg atau nilai saturasi oksigennya
kurang dari 90%. Secara umum, indikasi pemberian terapi oksigen adalah
kerusakan oksigen jaringan yang diikuti gangguan metabolism dan sebagai bentuk
hiposekmia, secara umum pada kondisi kadar oksigen arteri (PaO2) menurun,
kerja pernafasan meningkat (laju pernafasan meningkat, nafas dalam,
bernafas dengan otot tambahan), serta adanya peningkatan kerja otot jantung
(miokard). Sedangkan untuk indikasi klinisnya ialah : henti jantung paru, gagal
nafas, gagal jantung, syok, meningkatnya kebutuhan O2 (luka bakar, infeksi

11
berat, multiple trauma, kejang), keracunan karbonmonoksida, post operasi,
dan kondisi klinis lainnya. Indikasi penggunaan kanul nasal atau masker oksigen
pada terapi oksigen disesuaikan dengan konsentrasi oksigen yang dibutuhkan
pasien. Selain itu pemberian terapi oksigen juga diberikan apabila pasien
mengalami ketidaknyamanan ketika bernapas serta terlihat cemas (Widiyanto,
2017).

2.1.4 Kontraindikasi Pemberian Oksigen


Menurut (Mangku, 2017) terapi oksigen tidak dapat diberikan atau
dihentikan dengan keadaan:
A. Pasien dengan keterbatasan jalan napas berat dengan keluhan utama
dispneu tetapi PaO2 lebih atau sama dengan 60 mmHg dan tidak
mempunyai hipoksia kronis
B. Pasien yang tetap merokok karena kemungkinan prognosis yang
buruk dan dapat meningkatkan risiko kebakaran.
C. Pasien dengan retensi karbondioksida, hal ini dikarenakan retensi
dapat menyebabkan perburukan
D. Pasien dengan obstruksi nasal dan pengeringan pada membran mukosa.
E. Pasien tanpa hipoksia, karena penggunaan nasal kanul tanpa adanya
hipoksia justru akan menyebabkan kerusakan jaringan akibat peningkatan
reactive oxygen species (ROS).

2.1.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Oksigen


Terapi oksigen yang diberikan kepada pasien harus diatur dalam jumlah
yang tepat dan harus dievaluasi agar mendapat manfaat terapi dan menghindari
toksisitas. Selain itu, perlu diperhatikan hal – hal di bawah ini setelah
pemberian terapi oksigen : warna kulit pasien, analisa gas darah (AGD),
oksimetri, keadaan umum lainnya. Pantau kondisi pasien untuk
meminimalkan efek samping setelah pemberian terapi oksigen depresi napas,
keracunan oksigen, dan nyeri substernal (Latief, 2015).

12
2.1.6 Prosedur Pemberian Oksigen
Universitas dr. Soebandi Jember
Ketua
SOP
PEMASANGAN OKSIGENASI
Drs. Said Mardijanto.,S.Kep,M.M

Pengertian Kebutuhan oksigenasi adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan yang fisiologis.
Tujuan Pemenuhan kebutuhan oksigen ditunjukkan untuk menjaga kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya dan melakukan aktivitas
berbagai organ atau sel.

Langkah 1. Petunjuk :
2. Baca dan pelajari lembar kerja.
3. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
4. Ikuti petunjuk yang ada pada job sheet.
5. Bekerja secara hati-hati dan teliti
6. Peralatan dan Perlengkapan:
7. Tabung oksigen

13
8. Cateter Nasal/sungkup
9. Flow meter
10. Gunting plaster
11. Plester.
12. Vaselin/Jell
13. Handuk, lap cuci tangan
14. Alat tulis untuk mencatat.
15. Prosedur Pelaksanaan
16. Cuci tangan
17. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
18. Atur aliran oksigen dengan kecepatan yang dibutuhkan, umumnya 1-5
liter / menit untuk kateter / kanula nasal, 5-8 liter / menit untuk masker
oksigen.
19. Atur posisi pasien semi fowler atau sesuai dengan kondisi pasien
20. Berikan oksigen sesuai dengan cara pemberian dibawah ini :
21. Kateter nasal

22. Ukur dulu jarak dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan
tanda, setelah itu beri jelly / pelumas
23. Masukkan ke dalam hidung sampai batas yang ditentukan

24.
25. Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan
menekan lidah paseien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya
dibelakang uvula)
26. Fiksasi di daerah hidung
Kanula nasal
27. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan
pasien

14
Masker oksigen
28. Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur
pengikat untuk kenyamanan pasien

29. Periksa kateter nasal, kanula / masker oksigen setiap 6-8 jam
RBM dan NRBM
30. Menempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung klien dan atur
pengikat untuk kenyamanan klien.

31. Periksa kecepatan aliran tiap 6 – 8 jam , catat kecepatan aliran


oksigen , rute pemberian, dan respon klien
Venturi Mask

32. Memasang venture mask dengan memilih warna barrel sesuai


kecepatan aliran oksigen, blue (24% dengan kecepatan aliran 2L/M),
white (28% dengan kecepatan aliran 4L/M), orange (31% dengan
kecepatan aliran 6L/M), yellow (35% dengan kecepatan aliran 8L/M),
red (40% dengan kecepatan aliran 10L/M), green (60% dengan
kecepatan aliran 15 L/M).
33. Bereskan alat dan rapikan pasien
34. Cuci tangan
35. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan respon pasien

15
DAFTAR PUSTAKA

Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Edisi XI. Philadel-phia.
W. B. Saunders Company. 2010.

Latief SA, Suryadi KA, Dachlan, MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi II.
Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015.

Mangku G, Senapathi TGE. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Edisi II.
Jakarta. Indeks. 2017.

Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI. Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders. Edisi IV. New York. McGraw-Hill
Companies. 2014.

Rilantono LI. Penyakit Kardiovaskular (PKV) 5 Rahasia. Edisi I. Jakarta. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. 2016.

Levitzky MG. Pulmonary Physiology. Edisi VII. New York. McGraw-Hill


Companies. 2017.

Widiyanto B, Yasmin LS. Terapi Oksigen terhadap Perubahan Saturasi Oksigen


melalui Pemeriksaan Oksimetri pada Pasien Infark Miokard Akut (IM-A).
Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah. 2017; 1(1): 138-43.

16

Anda mungkin juga menyukai