Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KELOMPOK PKK KEPERAWATAN

DASAR
“KEBUTUHAN OKSIGENASI”

DOSEN PEMBIMBING : Sariman Pardosi, S.Kp.,M.Si.(Psi)

DISUSUN OLEH :
1. SOFYAN SYAHRO ROMADHAN
2. HANISYAH HERTI DWISARI
3. VESKA SARI
4. DIAN ANANTYA PARAMITA PUTRI
5. RESVI ZULPIA
6. WIDYA ANDRIANI
7. TIARA ANUGRA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebutuhan Oksigenasi”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar. Di samping
itu, penulis juga berharap makalah ini mampu memberikan kontribusi dalam menunjang
pengetahuan berbagai pihak khususnya para mahasiswa.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada


berbagai pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin Ya Rabbal Alamin.

Argamakmur, 2 Mei 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul.............................................................................................................

Kata pengantar............................................................................................................

Daftar isi.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................
D. Manfaat..................................................................................................................

BAB II KONSEP TEORI

A. Pengertian Oksigenasi ...........................................................................................


B. Tujuan Oksigenasi .................................................................................................
C. Proses Oksigenasi..................................................................................................
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen......................................
E. Alat-Alat yang dibutuhkan untuk Melakukan Oksigenasi.....................................
F. Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.............................................................
G. Hal-Hal yang Perlu diperhatikan Mengenai Oksigenasi........................................

BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................

BAB V PENUTUP.....................................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
Daftar Pustaka.............................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.


Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya
kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.

Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam


bidang garapan tenaga medis. Karenanya, setiap tenaga medis harus paham dengan
manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi
berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu,
tenaga medis perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian oksigenasi?
2. Apa tujuan oksigenasi?
3. Bagaimana proses oksigenasi?
4. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen?
5. Apa sajakah alat yang dibutuhkan untuk melakukan oksigenasi?
6. Bagaimana prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen?
7. Apa sajakah hal yang perlu diperhatikan mengenai oksigenasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian oksigenasi.
2. Untuk mengetahui tujuan oksigenasi.
3. Untuk mengetahui proses oksigenasi.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen.
5. Untuk mengetahui alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan oksigenasi.
6. Untuk mengetahui prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen.
7. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai oksigenasi.

D. Manfaat
1. Memahami pengertian oksigenasi.
2. Memahami tujuan oksigenasi.
3. Memahami proses oksigenasi.
4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen.

4
5. Mengetahui alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan oksigenasi.
6. Memahami prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen.
7. Memahami hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai oksigenasi

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau


fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel.

B. Tujuan Oksigenasi

Fungsi utama oksigenasi adalah untuk memperoleh O2 agar dapat


digunakan oleh sel-sel tubuh du an mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel.
Saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke
seluruh tubuh (sel-selnya) nelalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya,
sisa pembakaran berupa CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke paru-par untuk
dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

C. Proses Oksigenasi
1. Oksigenasi Eksternal
Oksigenasi/ pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu
pada keseluruhan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni
ventilasi pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbon
dioksida.
1) Ventilasi pulmoner. Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru-
paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan alveolus. Prosesn ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan
sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang
dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
2) Pertukaran gas alveolar. Setelah oksigen memasuki alveolus, proses
pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh
darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau
bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran
kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan
gas.
3) Transpor oksigen dan karbon dioksida. Tahap ketiga pada proses
pernapasa adalah transpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen

6
diangkut dari paru-paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut
dari jaringan kembali menuju paru.
a. Transpor O2. Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru.
Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan
hemoglobin dan diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin (HbO2), dan sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini
dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah O2 yang masuk ke paru) dan perfusi
(aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas darah yang membawa
oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam plasma, jumlah hemoglobin
(Hb), dan ikatan O2 dengen Hb.
b. Transpor CO2. Karbon dioksida sebagai hasil metabolisme sel terus-
menerus diproduksi dan diangkut menuju paru dalam tiga cara: (1)
sebagian besar karbon dioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah
−¿ ¿
dalam bentuk bikarbonat ( HCO3 ); (2) sebanyak 23% karbon dioksida
berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin ( HbCO2
); dan (3) sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma
dan dalam bentuk asam karbonat.

2. Oksigenasi Internal

Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengacu pada proses


metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan
O2 dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien.
Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh
tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan
CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru,
pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien
tekanan parsial.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen


1. Faktor Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat memengaruhi fungsi
pernapasannya.
a. Penurunan kapasitas angkut O2. Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin
untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut
dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat kegangguan pada tubuh.
Misalnya, padapenderita anemia atau pada saat terpapar zat beracun.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O2.
b. Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat
penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kadar O2 lingkungan.

7
c. Hipovolemia. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan (misalnya pada
penderita shock atau dehidrasi berat).
d. Peningkatan laju metabolik. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan
demam yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju
metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan
menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi lainnya. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada
seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas muskuloskeletal (misalnya pectus
excavatum dan kifosis), trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf,
gangguan saraf pusat, dan penyakit kronis.
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernaqpasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit
tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhamba sehingga dapat
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara
lain gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular, penyakit kronis,
penyakit obstruksi pernapasan atas, dll.
3. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi
sistem pernapaan individu.
a. Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit
membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa
hialin yang membatasi ujung saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan
oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru dalam
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak. Kelompok usa ini beresiko mengalami infeksi saluran
napas atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing
(misalnya makanan, permen, dll).
c. Anak usia sekolah dan remaja. Kelompok usia ini beresiko mengalami
infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merkokok.
d. Dewasa muda dan parubaya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang
tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatan
resiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
pada fungsi normal pernapasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran
alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang belakang yang
menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar
O2.
4. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi
pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
8
emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
a. Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih atau obesitas dapat menghambat
eskpansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan
otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga. Latihan fisik akan meningkatkan aktifitas metabolik, denyut
jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obat berlebihan
dapat mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena: (1) alkohol dan
obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat
sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan. ; (2)
penggunaan narkotika dan analgesik terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernapasan.
d. Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan
kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi
perifer dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang terkandung dalam
rokok mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner..
5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu serta polusi udara dapat
memengaruhi proses oksigenasi.
a. Suhu. Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas
atau kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga
bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan
udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan
terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain
pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik abses atau bedak
tabur beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat
berbahaya.

E. Alat-Alat yang dibutuhkan untuk Melakukan Oksigenasi


9
1. Flow meter : Alat yang digunakan untuk mengetahui adanya sesuatu aliran
material dalam suatu jalur aliran, dengan segala aspek aliran itu sendiri,
yang meliputi kecepatan aliran dan total massa atau volume dari material
yang mengalir dalam jangka waktu tertentu. Dosis pemberiam oksigen
(ukuran oksigen yang diberikan 1-10)

2. Humidifier : Alat untuk menambah jumlah uap air di udara dalam suatu
ruangan atau aliran udara.alat ini berisi air DTT / Aquades.

3. Tabung Oksigen : Sebuah alat bantu yang berisi gas oksigen dan diberikan
untuk mereka yang sedang mengalami gangguan pernafasan akibat penyakit
tertentu.

4. Manometer : alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan udara dalam


ruang tertutup. Angka 0 menunjukkan oksigen dalam tabung habis atau
belum dinyalakan.

5. Nasal Kanula : Alat yang dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 liter
per menit dan kosentrasi oksigen sebesar 24% - 44%. Alat ini memberikan
oksigen langsung ke hidung melalu 2 cabang kecil, karena digunakan di
dalam dan pediatrik pasien dewasa sama sebagai suatu jenis dukungan
pernafasan.

6. Face Mask / Rebreathing Mask :

7. Non Rebreathing Mask : Non rebreathing mask menggunakan alat serupa


dengan partial rebreathing mask, ada kantong penampung, namun pada alat
ini juga terpasang dua katup satu arah (one way valves). Katup pertama
antara kantong penampung dan masker, katup kedua pada pintu keluar di
kedua sisi masker. Tujuan kedua katup tersebut adalah agar gas yang
dihembuskan tidak masuk ke kantong penampung saat ekspirasi, dan
mencegah udara luar masuk kemasker saat inspirasi.
8. Ambubag : Alat yang digunakan untuk memberikan tekanan pada sistem
pernafasan pasien yang henti nafas atau yang nafasnya tidak kuat.

F. Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

DRAINASE POSTURAL

Drainase postural adalah drainase sekret dari berbagai segmen paru


dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Untuk mengeluarkan sekret dari
segmen paru yang berbeda dibutuhkan posisi yang berbeda pula. Posisi yang
paling sering digunakan pada prosedur ini adalah posisi untuk mengeluarkan
sekret dari segmen bawah perut. Ini karena segmenatas paru dapat
mengalirkan sekretnya dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

10
Perlengkapan:

1. Bantal-bantal untuk mengatur posisi klien


2. Tempat sputum, tissue, obat kumur

Prosedur:

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien


2. Mengatur posisi klien sesuai dengan segmen paru atau bronkus yang terisi
sekret
3. Untuk mengluarkan sekret dari segmen apeks paru, menempatkan klien
pada posisi semi-Fowler dengan kemiringan 300 . Melakukan perkusi dan
vibrasi pada area klavikula dan di atas skapula (bahu)
4. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen posterior, memposisikan klien
duduk dengan kepala agak menunduk kemudian melakukan perkusi dan
vibrasi pada area bahu
5. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen anterior lobus atas, menempatkan
klien pada posisi terlentang. Meletakkan bantal di bawah bokong klien dan
memposisikan kaki klien fleksi
6. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen lateral dan medial paru,
memposisikanklien terlentang dengan kaki tempat tidur dimiringkan 15 0.
Pada laki-laki, melakukan perkusi dan vibrasi pada area dada kanan (sebatas
puting) antara iga IV dan VI. Sedangkan pada perempuan, menempatkan
pangkal tangan di aksila dan jari-jari di bawah mamae
7. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen basal lateral, memposisikan pasien
miring dan meninggikan bagian kaki tempat tidur pada sudut 30 0-400 .
Melakukan perkusi dan vibrasi pada area palingatas dari rusuk terbawah
8. Untuk mengeluarkan cairan atau sekret dari segmen basal posterior,
menempatkan klien pada posisi tengkurap dan meninggikan bagian kaki
tempat tidur 45 cm. Ginjal bagian pinggul dengan menggunakan 2-3 bantal
sehingga posisi klien seperti jackknife. Melakukan perkusidan vibrasi pada
segmen atas rusuk terbawah di kedua sisinya, bukan di atas spinal atau
ginjal
9. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen basal anterior, meninggikan kaki
tempat tidur pada sudut 300-400 . Memiringkan tubuh pasien pada sisi yang
sehat; lengan bagian atas dapat dinaikkan dan diletakkan di atas kepala dan
di antara kaki dapat diletakkan bantal
10. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen superior paru, menempatkan
klien pada poisi tengkurap. Menempatkan dua buah bantal di bawah pangul.
Perkusi dan vibrasi area tengah punggung, di bawah skapula di sisi vertebra.

11
TERAPI OKSIGEN

Terapi oksigen diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada
seluruh area paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta mereka yang
mengalami gagal jantung dan membutuhkan terapi oksigen guna mencegah
hipoksia.

A. Penatalaksanaan Sumber Oksigen


Sumber oksigen di rumah sakit dapat meliputi oksigen dinding dan tabung
oksigen.
1. Sumber Dinding. Penatalaksananan pemberian oksigen melalui sumber dinding
meliputi:
a. Pasangkan flowmeter pada sumber oksigen; gunakan tekanan yang tidak
terlalu kuat.
b. Isi botol dengan air steril, pasang pada flowmeter, dan atur aliran flowmeter.
c. Pasangkan alatyang akan digunakan pada slang atau saluran oksigen.

2. Tabung. Penatalaksanaan pemberian oksigen melalui tabung meliputi:


a. Lepas tutup pelindung tabung.
b. Putar keran tabung secara perlahan sampai oksigen sedikit keluar untuk
membersihkan debu dan kotoran yang melekat di saluran keluar oksigen.
Lakukan dengan hati-hati sebab tindakan tersebut dapt menimbulkan bunyi
yang keras (meretakkan silinder).
c. Sambungkan flowmeter dengan outlet silinder, kencangkan dengan kunci
inggris atau tang.
d. Letakkan tabung pada posisi mantap. Lepaskan katup secara perlahan
sampai terbuka penuh, lalu kembalikan atau tutup sampai seperempatnya.
e. Ataur flowmeter sesuai dengan kebutuhan (instruksi dokter).
f. Isi botol pelembab dengan air suling, kemiudian pasang pada tempatnya.
g. Sambungkan saluran oksigen dengan alat yang akan digunakan klien.

B. Pemberian Terapi Oksigen


Pemberian terapi oksigen dapat dilakukan melalui beberapa car, seperti kanula
hudung, masker, transtrakea, dll.
1. Kanula Hidung. Pemberian oksigen melalui kanula hidung dilakukan
dengan langkah-langkah berikut.
Perlengkapan
a. Set perlengkapan oksigen
b. Flowmeter
c. suplai oksigen
d. Kanula hidung dan slang oksigen
e. Plaster jika perlu

12
Prosedur
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kanula hidung kepada klien.
b. Cuci tangan.
c. Sambungkan kanula pada set oksigen dan sesuaikan flowmwter.
d. Cek apakah oksigen keluar melalui saluran nasal, apakah timbul
gelembung pada humidifer, atau apakah slang oksigen terlipat.
e. Letakkan cabang kanula atau outlet pada lubang hidung. Atur slang
dengan cara melingkarannya di kepala atau menyelipkan pada daun
telinga.
f. Anjurkan klien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup.
g. Cuci tangan.
h. Catat respons klien pada catatan perawatan.
i. Angkat dan bersihkan slang dan lubang hidung setiap 8 jam.

2. Masker. Pemberian oksigen melalui masker dilakukan dengan langkah-


langkah berikut.
Perlengkapan
a. Suplai oksigen dan flowmeter.
b. Humidifier dan air suling
c. Masker yang akan digunakan
d. Bantalan elastis

Prosedur
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan masker pada klien.
b. Cuci tangan.
c. Sambungkan masker dengan set oksigen.
d. Letakkan masker wajah, di atas hidung dan mulut. Gunakan tali elastis agar
masker tidak lepas.
e. Gunakan bantalan elastis untuk mengurangi iritasi pada telinga dan
belakang kepala.
f. Cuci tangan.
g. Jika oksigen diberikan tterus-menerus, lepaskan masker dan keringkan kulit
setiap 2-3 jam.
h. Kaji atau observasi respons klien terhadap pemberian terapi oksigen.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

Pasien tn . Ahmad S. Berusia 70 tahun masul RSUD Arga Makmur ruang Raflesia
pada tanggal 27 April 2021 pukul 07.45 setelah melakukan pmeriksaan diagnosa utama pasin
adalah pola napas tidak efektif . Tn A bekerja sebagai petani yang bertempat tinggal di Desa
Pagar Bayu dengan suku bangsa Rejang. Orang terdekat pasien adalah istri pasien.

Pada saat dilakukan pengkajian Tn. A mengeluh nyeri pada uluh hati,dada terasa ssak
dan tidak nafsu makan serta sering BAB. Pasien mengatakan faktor pencetus dari keluhannya
yaitu saat ingin tidur tiba – tiba sakit perut dan sesak napas dan timbulnya keluhan yaitu
malam hari sebelum datang kerumah sakit, pasien juga mengatakan merasakan sakit sejak 2
minggu yang lalu dan hanya periksa ke tenaga kesehatan setempat.

Keaadaan umum pasien baik, dan kesadarannya composmetis dengan Tekanan darah
120/80 mmHg, Frek nadi. 84 x/ menit, P = 20 X/m S = 36,5 C, pasien mngatakan seblumnya
pernah menderita kencing batu 10 tahun lalu ,sering dirawat di RS dengan Dx CHF

Tn . A saat pemriksaan fisik ditemukan terdapat keluhan batuk kering ,nyeri


dada,ksulitan bernafas dan keluhan pmenuhan kebutuhan oksigenisasi, porsi makan setelah
dirawat yaitu ½ porsi dari sebelumnya, ketajaman penglihatan kurang, bibir tampak pucat
,dan skala nyeri berada pada nyeri sedang.

Dari pemeriksaan laboratoriun didapatkan :

1. Leukosit = 6.900 µl
2. Eritrosit = 4,4µl
3. Trombosit = 182.000µl
4. Haemoglobin = 13,9 gr/dl
5. Haematokrit = 39 gr/dl

14
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

Tanggal Pengkajian : 29 April 2021 Tanggal Masuk : 27 April 2021


Ruang Kelas : Raflesia/III Nomor Register : 237016702
Diagnose Medis : CHF + BP

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia/Tanggal lahir : 70 tahun/ 1 Agustus 1950
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Petani
Alamat : Pagar Banyu

B. KELUHAN UTAMA
Hari/Tanggal/Jam MRS : Selasa / 27 April 2021 /______________
1. Keluhan utama MRS :
Pasien mengatakan terasa nyeri pada ulu hati, dada terasa sesak, dan tidak
nafsu makan dan sering BAB.

2. Kronologis keluhan utama


 Faktor pencetus keluhan : Saat ingin tidur tiba-tiba sakit perut dan sesak nafas
 Timbulnya keluhan : malam hari sebelum tidur
 Lamanya keluhan : sudah hampir 2 minggu
 Upaya mengatasi : periksa ke tenaga kesehatan setempat

3. Penanganan yang telah dilakukan


Pasien mengatakan sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien sempat dibawa ke
faskes setempat

C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Hari/Tanggal/Jam pengkajian : kamis/ 29 April 2021/ 10:00
1. Keluhan saat dikaji :

15
Pasien mengatakan perutnya masih terasa sakit dan masih sering BAB. Pasien juga
mengatakan nafasnya sesak. Namun, sesaknya berkurang setelah diberikan oksigen
melalui nasal kanul sebanyak 2 L.

2. Keadaan Umum : Baik


3. Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Frekuensi Nafas: 19x/menit
Frek. Nadi : 84x/menit Temperatur : 36,5 ℃

16
17

ANALISA DATA
NAMA PASIEN : UMUR : …………………………….
……………………………
RUANGAN : NO.REG : ……………………………
……………………………

N DATA SENJANG PENYEBAB MASALAH


o (SYMPTOM) (ETIOLOGY) (PROBLEMA)
1. Ds : Hambatan upaya napas Pola napas tidak efektif
 Pasien mengeluh
batuk berdahak
hingga kesulitan
bernapas
 Pasien mengeluh
napas sesak

DO:

 Pasien tampak
batuk-batuk
 Pola napas pasien
tampak tidak
teratur
 pasien tampak
bernafas
menggunakan otot
bantu pernapasan
TTV :
TD : 120/80mmhg
N :84x/m
P : 26x/m
S : 36,5°c

2. DS : Sekret yang tertahan Bersihan jalan napas tiak


 Pasien mengeluh efektif
sesak
 Pasien mengeluh
lemas
 Pasien mengatakan
batuk berdahak

DO
 Pasien tampak
lemah
 Pasien tampak
batuk batuk
 Bunyi napas pasien
terdengar ronchi
TTV :
TD : 120/80 mmHg,
N : 84x/menit,
P : 26x/menit,
S : 36,5℃
18

PERENCANAAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.As UMUR : 70 tahun
RUANGAN ; raflesia NO.REG :

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN /KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
(SLKI) (SIKI)
1. Ketidakfktifan pola nafas b/d Setelah diberikan Intervensi keperawatan selama SIKI: manajemen jalan nafas 4. Mngetahui frekuensi,
hambatan upaya napas 2 x 24 jam, diharapkan pasien mampu Aktivitas keperawatan: kedalaman, dan usaha nafas
Ds : menunjukkan: Observasi: pasien
 Pasien mengeluh batuk
SLKI : pola nafas 1. Monitor pola nafas (frekuensi, 5. Mengetahui atau mendeteksi
berdahak hingga kesulitan
bernapas  Dipertahankan pada .. kedalaman, usaha nafas) bunyi nafas pasien
 Pasien mengeluh napas 2. Monitor bunyi nafas tambahan 6. Membantu pasien agar dapat
 Ditingkatkan pada ...5
sesak
DO:  1= meningkat Terauptik : bernafas dan ekspansi dada

 2= cukup meningkat 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas 7. Membanttu mobilisasi dan


 Pasien tampak batuk-batuk
 Pola napas pasien tampak dengan head tilt dan chin lift membersihkan sekresi
 3= sedang
tidak teratur 2. Posisikan semi fowler atau fowler 8. Membantu pasien untuk
 pasien tampak bernafas  4= cukup menurun
menggunakan otot bantu 3. Lakukan fisioterapi dada memenuhih kebutuhan oksigen
 5= menurun
pernapasan 4. Berikan oksigen 9. Memenuhi cairan tubuh
TTV :
TD : 120/80mmhg Edukasi :
N :84x/m 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
P : 26x/m Dengan kriteria hasil:
Kolaborasi :
19

S : 36,5°c  dispnea 1. Kolaborasi pemberian


 penggunaan otot bantu nafas bronkodilator,ekspekotran, mukolitik,

 pernafasan cuping hidung jika perlu

2. SIKI: Latihan batuk efektif 1. Mengetahui kampuan batuk


Bersihan jalan napas tidak efektif
Setelah diberikan Intervensi keperawatan selama Aktivitas keperawatan: pasien
b/d secret yang tertahan
1 x 24 jam, diharapkan pasien mampu Observasi: 2. Mengetahui kemampuan
DS :
menunjukkan: 1. Identifikasi kemampuan batuk pasien mengeluarkan sputum
 Pasien mengeluh sesak
 Pasien mengeluh lemas SLKI : Bersihan jalan napas 2. Monitor adanya retensi sputum 3. Agar pasien bernapas lebih
 Pasien mengatakan batuk 3. Monitor input dan output cairan lega dan mudah
berdahak  Dipertahankan pada ..
Terapeutik : 4. Secret tertampung dengan baik
 Ditingkatkan pada ...5
DO 1. Atur posisi semi fowler 5. Melakukan batuk efektif
 Pasien tampak lemah  1= memburuk
 Pasien tampak batuk batuk 2. Pasang perlak dan bengkok sehingga jalan napas bersih dan
 2= cukup memburuk
 Bunyi napas pasien dipangkuan pasien tidak terhambat oleh sekret
terdengar ronchi  3.= sedang
TTV : 3. Buang secret pada tempat sputum
 4= cukup membaik
TD : 120/80 mmHg, Edukasi :
N : 84x/menit,  5= membaik
P : 26x/menit, 1. Sebutkan tujuan dan prosedur batuk
S : 36,5℃ Dengan kriteria hasil:
20

 Frekuensi napas efektif


 Ortopnea 2. Anjurkan menarik napas selama 4

 Sulit bicara detik, ditahan selama 2 detik,

 Sianosis keluarkan dari mulut dengan bibir


dibulatkan selama 8 detik
3. Anjurkan mengulang tarik napas
dalam 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke tiga
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian ekspaktoran,
jika diperlukkan

IMPLEMENTASI & EVALUASI

NAMA PASIEN :Tn. A.S UMUR : 70 TAHUN


21

RUANGAN :RAFLESIA NO.REG : ……………………………


HARI/TANGGAL: 27 APRIL 2021 HARI PERAWATAN KE : 1

PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI


(S-O-A-P) (Waktu & Tindakan) FORMATIF (RESPON HASIL) SUMATIF (RESPON PERKEMBANGAN)
Dx 1 : Pola napas tidak efektif b/d 08.00 wib - Pola napas pasien terkontrol S:
hambatan upaya napas  Memonitor pola nafas - Bunyi napas tambahan pasien - Pasien mengatakan sesak berkurang
S : (frekuensi, kedalaman, usaha mnghilang - Pasien mengatakan masih batuk berdahak
 Pasien mengeluh sesak nafas) - Kepatenan jalan napas pasien O:
 Pasien mengeluh lemas terkendali - Pasien masih terlihat bernapas
 Memonitor bunyi nafas
 Pasien mengatakan batuk
berdahak tambahan - Posisi pasien semi fowler menggunakan otot bantu pernapasan
 Mempertahankan kepatenan - Pasien mengikuti arahan dalam - Pola napas pasien masih tampak tidak
 Pasien tampak batuk-batuk fisioterapi dada teratur
jalan nafas dengan head tilt dan
 Pola napas pasien tampak
tidak teratur chin lift - Pasien mnerima pemberian oksigen - Frekuensi napas 24x /menit
 pasien tampak bernafas  Memposisikan semi fowler sebanyak 2L dan sesaknya berkurang A : masalah belum teratasi
menggunakan otot bantu
pernapasan atau fowler - Pasien dan keluarga pasien P : Intervesi dilanjutkan

 Melakukan fisioterapi dada mengikuti anjuran untuk memberi


O : TTV TD = 120/80 mmHg asupan cairan 2000 ml/hari pada
 Memberikan oksigen
N = 84x/m pasien
 Menganjurkan asupan cairan
P = 26 x/m
2000 ml/hari
S = 36,5 C
 Berkolaborasi pemberian
A : Pola napas tidak efektif
22

P : Lakukan Intervensi bronkodilator,ekspekotran,


mukolitik, jika perlu
S: 12.15 wib - Pola napas pasien terkontrol S:
- Pasien mengatakan sesak - memonitor pola napas pasien - Kepatenan jalan napas pasien - Pasien mengatakan tidak begitu sesak
berkurang - mempertahankan kepatenan terkendali lagi
- Pasien mengatakan masih jalan napas - Pasien nyaman dengan posisi semi - Pasien mengatakan cukup mampu
batuk berdahak - mengatur posisi semi fowler fowler bernapas dengan baik setelah
O: - memberikan oksigen sebanyak - Pasien merasa nyaman dengan menggunakan oksigen sebanyak 2L
- Pasien masih terlihat 2L menerima oksigen sebanyak 2L O:
bernapas menggunakan otot - Pasien tampak bernapas dengan baik
bantu pernapasan - Pola napas pasien sudah teratur
- Pola napas pasien masih - Pasien tidak bernapas menggunakan otot
tampak tidak teratur bantu pernapasan
- Frekuensi napas 24x /menit - Frekuensi napas 22x /menit
A : masalah belum teratasi A : Pola napas pasien teratasi
P : Intervesi lanjutkan P : intervensi dihentikan
23

PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF EVALUASI SUMATIF


(S-O-A-P) (Waktu & Tindakan) (RESPON HASIL) (RESPON PERKEMBANGAN-SOAP)
Dx 2 : 08.00 wib S:
Bersihan jalan napas tidak efektif - memonitor pola napas pasien - pola napas pasien terkontrol - Pasien mengatakan masih sulit bernapas
b/d secret yang tertahan - memonitor bunyi napas - bunyi napas terdengar ronchi - Pasien mengatakan masih terasa sedikit
S: - mengatur posisi semi fowler - pasien nyaman dengan posisi semi sesak
- Pasien mengeluh sesak - memasang oksigen 2 L fowler O:
- Pasien mengeluh lemas
- memeriksa TTV pasien - pasien nyaman dengan oksigen yang - Pasien bernapas menggunakan cuping
- Pasien mengatakan batuk
berdahak diberikan hidung
O:
- Pasien masih terlihat batuk
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak batuk batuk - TTV :
- Bunyi napas pasien
TD : 120/70
terdengar ronchi
- TTV : N : 80x/menit
TD : 120/80 mmHg,
P : 24x/menit
N : 80x/menit,
P : 26x/menit, S : 36,6℃
S : 36,5℃
A : Batuk tidak efektif
A : Bersihan jalan napas tidak
P : Lanjutkan intervesi
efektif b/d secret yang tertahan
P: Intervesi ddilanjutkan
24

S: 13.00 wib S:
- Pasien mengatakan masih - Memonitor kondisi oksigen - Kondisi oksigen terpasang - Pasien mengatakan dapat bernapas
sulit bernapas - Mengatur posisi fowler - Pasien nyaman degan posisi fowler dengan baik setelah melakukan Teknik
- Pasien mengatakan masih - Memasang perlak dan - Perlak dan bengkok dipangkuan batuk efektif
terasa sedikit sesak bengkook di pangkuan pasien pasien - Pasien mengatakan sudah tidak sesak lagi
O: - Mengajarkan cara batuk efektif - Pasien mengikuti instruksi belajar O:
- Pasien bernapas - Mengobservasi kemampuan cara batuk efektif - Pasien tampak bernapas dengan baik
menggunakan cuping batuk efektif - Kemampuan batuk efektif pasien - Secret pasien dapat keluar setelah batuk
hidung baik - Wajah pasien tampak tidak pucat lagi
- Pasien masih terlihat batuk - TTV
- TTV : TD : 120/80 mmHg
TD : 120/70 mmHg N : 82x/menit
N : 80x/menit P : 22x/menit
P : 24x/menit S : 36,6℃
S : 36,6℃
A : Batuk tidak efektif A : masalah teratasi
P : Lanjutkan intervesi P : intervensi dihentikan
1

BAB VI
EVALUASI
1. Ketidakefektifan pola napas b/d hambatan upaya napas
Dalam asuhan keperawatan setelah diberikan Intervensi keperawatan selama 2 x 24
jam, diharapkan pasien mampu menunjukkan peningkatan pola nafas dengan kriteria
hasil dispnea menurun, penggunaan otot bantu nafas dan pernafasan cuping hidung
menurun. Masalah ini terataasi dibuktikn dengan perubahan pola napas yang
membaik, pasien tidak lagi menggunakan otot bantu pernapasan dan pernapasan
cuping hifung dengan frekuensi napas 22x/menit.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d secret yang tertahan
Dalam asuhan keperawatan setelah diberikan Intervensi keperawatan selama 1 x 24
jam, diharapkan pasien mampu menunjukkan peningkatan pada Bersihan jalan napas
pasien yang semkain membaik dengan kriteria hasil frekuensi napas, ortopnea, sulit
bicara, sianosis. Masalah ini teratasi dibuktikan dengan frekuensi napas membaik dari
26x/menit hingga mencapai 22x/menit, pasien dapat diajak bebicara dan merespon
lawan bicara dengan baik serta secret mampu keluar dengan Teknik batuk efektif
yang telah diajarkan
2

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah ini, dapat disimpulkan beberapa hal
mengenai pemenuhan kebutuhan oksigen, yaitu sebagai berikut:
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau
sel. Sistem pernapasan berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri
atas saluran pernapasan bagian atas yaitu, hidung, faring, laring, epiglottis. Dan
saluran pernapasan bagian bawah yaitu, trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-
paru yang merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Proses pemenuhan
oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu, ventilasi, difusi dan
transpor. Dimana tahapan-tahapan itu mempunyai prosedur-prosedur tersendiri
dalam mempraktekkanya. Selain itu, ada juga cara untuk dapat mengatasi masalah
kebutuhan oksigenasi yaitu dengan latihan napas, latihan batuk efektif, pemberian
oksigen, dan fisioterapi dada.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari makalah ini, dapat penulis merekomendasikan
beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
Semoga, apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari dengan
sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah makalah
tentang kebutuhan dasar oksigenasi ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua baik kami yang membuat maupun anda yang membaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca ,kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
3

DAFTAR PUSTAKA

Cria, Sri. 2011. Asuhan Keperawatan Oksigenasi. (Online),


(http://siyulopecri.co.id/2011/09/akep-oksigenasi.html , diakses 24 September 2017.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Gresik: EGC.

Anda mungkin juga menyukai