OKSIGEN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan bila salah satu organ sistem respirasi
terganggu. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan
diantaranya karena ada massa oleh karena pertumbuhan jaringan yang tidak normal seperti
tumor. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen untuk kebutuhan hidup
manusia.
Kebutuhan akan oksigen yang sangat mendasar pada manusia menjadikan oksigen
tidak dapat dipisahkan walaupun sebentar. Oleh karena itu, penting kiranya untuk kami
membuat makalah mengenai kebutuahn dasar manusia yang satu ini sebagai acuan dalam
memahami pentingnya oksigen bagi manusia.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui konsep
kebutuhan oksigen manusia sebagai penunjang utama kehidupan.
C. RUMUSAN MASALAH
B. TUJUAN OKSIGENASI
Alimul H. (2006). Fungsi utama oksigenasi adalah untuk memperoleh O2 agar dapat
digunakan oleh sel-sel tubuh du an mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel. Saat
bernapas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh
(sel-selnya) nelalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa
CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke paru-par untuk dibuang ke lingkungan karena
tidak berguna lagi oleh tubuh.
C. PROSES OKSIGENASI
1. Oksigenasi Eksternal
Oksigenasi/ pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada
keseluruhan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara
umum, proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran
gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbon dioksida (Hidayat, 2016).
1) Ventilasi pulmoner. Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru-paru
melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus. Prosesn ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang
utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik,
serta komplians paru yang adekuat (Pamungkas, 2015).
2) Pertukaran gas alveolar. Setelah oksigen memasuki alveolus, proses
pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah
pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau
bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini
berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan
membran serta perbedaan tekanan gas.
3) Transpor oksigen dan karbon dioksida. Tahap ketiga pada proses
pernapasa adalah transpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen
diangkut dari paru-paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari
jaringan kembali menuju paru.
a. Transpor O2. Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru.
Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan
hemoglobin dan diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk oksihemoglobin
(HbO2), dan sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh
ventilasi (jumlah O2 yang masuk ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru
dan jaringan). Kapasitas darah yang membawa oksigen dipengaruhi oleh
jumlah O2 dalam plasma, jumlah hemoglobin (Hb), dan ikatan O2 dengen
Hb.
b. Transpor CO2. Karbon dioksida sebagai hasil metabolisme sel terus-
menerus diproduksi dan diangkut menuju paru dalam tiga cara: (1) sebagian
besar karbon dioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk
−¿ ¿
bikarbonat ( HCO3 ); (2) sebanyak 23% karbon dioksida berikatan dengan
hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin ( HbCO 2); dan (3) sebanyak
7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam bentuk asam
karbonat.
2. Oksigenasi Internal
1. Faktor Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat memengaruhi fungsi pernapasannya.
a. Penurunan kapasitas angkut O2. Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin
untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat
berubah sewaktu-waktu apabila terdapat kegangguan pada tubuh. Misalnya,
padapenderita anemia atau pada saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut
dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O2.
b. Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat
penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kadar O2 lingkungan.
c. Hipovolemia. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan (misalnya pada
penderita shock atau dehidrasi berat).
d. Peningkatan laju metabolik. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan
demam yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik.
Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan
penurunan massa otot.
e. Kondisi lainnya. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas muskuloskeletal (misalnya pectus
excavatum dan kifosis), trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf,
gangguan saraf pusat, dan penyakit kronis.
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernaqpasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit
tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhamba sehingga dapat mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan pada
sistem pernapasan dan kardiovaskular, penyakit kronis, penyakit obstruksi
pernapasan atas, dll.
3. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi
sistem pernapaan individu.
a. Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit
membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin
yang membatasi ujung saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru dalam
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak. Kelompok usa ini beresiko mengalami infeksi saluran
napas atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing
(misalnya makanan, permen, dll).
c. Anak usia sekolah dan remaja. Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi
saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merkokok.
d. Dewasa muda dan parubaya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang
tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatan
resiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada
fungsi normal pernapasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran
alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang belakang yang
menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2.
4. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi pernapasannya.
Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional, dan
penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh (Mubarak, 2015).
a. Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih atau obesitas dapat menghambat eskpansi
paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga. Latihan fisik akan meningkatkan aktifitas metabolik, denyut jantung,
dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obat berlebihan dapat
mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena: (1) alkohol dan obat-
obatan dapat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga
mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan. ; (2) penggunaan
narkotika dan analgesik terutama morfin dan meperidin, dapat mendepresi
pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernapasan.
d. Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
e. Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi
perifer dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang terkandung dalam rokok
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner..
5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu serta polusi udara dapat
memengaruhi proses oksigenasi.
a. Suhu. Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas atau
kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa
memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan
udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal
di dataran yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan
dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada
orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik abses atau bedak tabur
beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jika kebutuhan dasar akan oksigen tidak terpenuhi dengan baik maka akan
menyebabkan kerusakan sel pada organ dan berakibat buruk bagi manusia dan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Cara manusia memnuhi kebutuahn oksigen adalah dengan
menghidup udara dan nantinya akan disaring oleh organ pernapasan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah menjaga organ penapasan tetap berfungsi dengan baik sehingga tidak
terdapat penyakit atau gangguan pada saluran pernapasan.
B. SARAN
Saran dari makalah ini adalah bahwa pemenuhan kebutuhan dasar sangat penting bagi
manusia, akan tetapi perlu di perhatikan kebutuhan dasar ini juga memiliki resiko terhadap
penyakit yang dapat menyerang saluran pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnanto. 2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya: Kampus C Unair
Mulyorejo.
Mubarak, W.I. 2012. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Pamungkas, P. N. 2015. Manajemen Terapi Oksigen Oleh Perawat Di Ruang Instalasi Gawat
Darurat RSUD Karanganyar.
Pudjiadi, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia. Gresik: EGC.