Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RINGKASAN MATERI

SISTEM RESPIRASI (O2)

Dosen Pengampu:

Ns. I Made Cahyadi Agastiya., S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:

Alia Santika Sari

(2230095) / IIIC

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


RINGKASAN

1. Sistem Respirasi (Oksigen)


Agar aktivitas seluler tiap bagian dalam tubuh manusia dapat bertahan
maka diperlukan adanya energi. Energi yang dibutuhkan itu berasal dari oksidasi
karbohidrat, lemak, serta sintesis protein. Dan untuk menghasilkan energi semua
proses tersebut membutuhkan oksigen (O2). Organ vital tertentu seperti otak dan
jantung, tidak dapat bertahan lama jika suplai oksigen (02) ke jaringannya tidak
efektif atau terhenti. Proses Oksidasi dalam jaringan tubuh menghasilkan karbon
dioksida yang harus diangkut dan dikeluarkan dari sel-sel demi mencegah
terbentuknya produk asam, (Sherwood, 2018), (Smeltzer & Bare, 2002).
Sherwood (2018) menjelaskan bahwa sistem respirasi merupakan sistem
dalam tubuh manusia yang memiliki fungsi dan peran utama untuk mengambil
oksigen (O2) dari atmosfer untuk digunakan oleh sel tubuh dan mengeluarkan
karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh ke udara bebas.
Beberapa proses terjadi dalam tubuh manusia selama bernapas dan itu
tidak hanya dilakukan oleh sistem pernapasan saja akan tetapi sistem saraf dan
sistem kardiovaskuler juga mengambil peran yang sangat penting. Sistem
pernapasan terdiri dari serangkaian saluran udara dari hidung sampai ke alveoli
dimana saluran udara ini berfungsi untuk menghantarkan udara luar yang kaya
oksigen sampai ke membran alveoli yang merupakan penghubung antara sistem
pernapasan dengan sistem kardiovaskuler. Peran Sistem kardiovaskuler dimulai
ketika oksigen (O2) berdifusi ke dalam darah lalu menuju jantung bagian kiri
dan kemudian darah yang kaya akan oksigen (O2) tersebut akan dipompakan
oleh jantung ke seluruh bagian tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada
sel-sel tubuh. Sebaliknya darah yang kaya karbon dioksida (CO2) nantinya akan
kembali ke jantung bagian kanan lalu jantung memompakan menuju alveoli di
paru- paru kemudian terjadi pertukaran gas O2 dan CO2, CO2 diparu akhirnya
dikeluarkan ke sistem pernapasan melalui proses ekspirasi. Sistem saraf pusat
mengontrol pernapasan dimana sistem saraf pusat juga secara refleks
merangsang otot-otot diagfragma dan dada, sehingga memberi kekuatan untuk
mendorong gerakan udara. (Muttaqin,2014).
Oksigen adalah salah satu unsur gas yang beredar di udara bebas,
mempunyai peranan dalam proses kehidupan. Oksigen merupakan gas yang
dibutuhkan bagi sel pada organ tubuh manusia, berkurangnya oksigen dalam sel
tubuh akan mengakibatkan fungsi organ tubuh terganggu dan tidak berfungsi
optimal. Oksigen dibutuhkan setiap sel dalam dalam melakukan metabolisme
serta menghasilkan energi yang digunakan oleh tubuh dalam melakukan
aktivitasnya dan melepaskan karbondioksida sebagai hasil akhir dari proses
metabolism sel-sel di tubuh. (Setiyadi, Pailungan, Purnama, & dkk, 2023)
Sebagian besar oksigen yang diangkut dalam darah terikat pada hemoglobin
dalam sel darah merah; setelah fosforilasi oksidatif, oksigen diperlukan untuk
pembentukan ATP yang akan digunakan untuk proses metabolisme sel tubuh,
sementara sejumlah kecil dibawa dalam darah sebagai zat terlarut langsung.
Penggunaan oksigen pada target jaringan diatur oleh sejumlah faktor termasuk
gradien konsentrasi oksigen, suhu, pH dan konsentrasi senyawa 2,3-
Bisfosfogliserat. Indikasi terpenting transportasi oksigen yang efektif adalah
konsentrasi hemoglobin dan tingkat saturasi oksigen yang sering diukur secara
klinis menggunakan oksimetri nadi. Apabila terjadi gangguan pada transport
oksigen akan menyebabkan kerusakan jaringan yang irreversible (Rhodes and
Varacallo, 2019). (Setiyadi, Pailungan, Purnama, & dkk, 2023)
Pengantaran oksigen (O2) menuju jaringan sangat dipengaruhi oleh dua
faktor utama, yaitu (1) kandungan oksigen (O2) yang terdapat di dalam darah
arteri dan (2) aliran darah atau curah jantung. Pengantaran oksigen (O2) menuju
jaringan dapat dijabarkan melalui rumus: DO2 = CO x CaO2 dengan DO2
merupakan nilai pengantaran oksigen (O2), CO merupakan nilai aliran darah
atau curah jantung dan CaO2 merupakan kandungan oksi-gen (O2) di dalam
darah arteri.5 Kandungan oksigen (O2) yang terdapat di dalam darah arteri
sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu (1) konsentrasi hemoglobin, (2)
derajat saturasi hemoglobin dengan oksigen (O2) dan (3) jumlah fraksi oksigen
(O2) yang terlarut di dalam plasma. Jumlah oksigen (O2) yang terikat dengan
hemoglobin dan yang terlarut dalam plasma sangat berkaitan dengan tekanan
parsial oksigen (O2) di dalam darah arteri dan koefisien solubilitas oksigen
(O2) sehingga kandungan oksigen (O2) di dalam darah arteri (CaO2) dapat
dijabarkan melalui rumus: CaO2 = (Hb x 1,34 x SaO2) + (PaO2 x 0,0031)
dengan CaO2 merupakan kandungan oksigen (O2) yang terdapat di dalam darah
arteri, Hb merupakan konsentrasi hemoglobin, 1,34 merupakan kapasitas
hemoglobin dalam membawa oksigen (O2), SaO2 merupakan derajat saturasi
hemoglobin dengan oksigen (O2), PaO2 merupakan tekanan parsial oksigen
(O2) dalam darah arteri dan 0,0031 merupakan koefisien solubilitas oksigen
(O2).5 Aliran darah atau curah jantung sangat dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu (1) isi sekuncup dan (2) laju jantung sehingga aliran darah atau
curah jantung dapat dijabarkan melalui rumus: CO = SV x HR
dengan CO merupakan aliran darah atau curah jantung, SV merupakan isi
sekuncup dan HR merupakan laju jantung.
Isi sekuncup (SV) yang merupakan selisih antara end diastolic volume
(EDV) dengan end systolic volume (ESV) sangat dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, yaitu (1) beban awal (pre-load) yang merupakan jumlah darah yang
mengisi ventrikel pada akhir fase diastol, (2) beban akhir (after-load) yang
merupakan tahanan atau resistensi oleh dinding pembuluh darah yang harus
dihadapi oleh ventrikel ketika berkontraksi dan (3) kontraktilitas atau daya
kontraksi jantung yang merupakan kekuatan dan efisiensi dari satu kontraksi
jantung.
Melalui rumus-rumus di atas dapat diketahui bahwa transport oksigen (O2)
dari udara atmosfir menuju mitokondria jaringan membutuhkan fungsi yang
adekuat dari sistem respirasi, kardiovaskuler dan hematologi di mana sistem
respirasi menentukan tekanan parsial oksigen (O2) dalam darah arteri, sistem
kardiovaskuler menentukan curah jantung dan distribu-si aliran darah serta
sistem hematologi menentukan konsentrasi hemoglo-bin. Nilai normal dari
pengantaran oksigen (O2) menuju jaringan yaitu se-kitar 1000 ml/ menit dengan
penggunaan oksigen (O2) sekitar 25% dan se-kitar 75% sisanya akan masuk ke
dalam sirkulasi jantung dan paru.
a. Transport Oksigen ke Jaringan
Fungsi terpenting dari sistem kardiorespirasi yang memadai adalah
banyaknya pasokan oksigen ke berbagai jaringan tubuh. Jumlah oksigen
(mL 02 ) yang dikirim permenit ke semua organ (pengiriman oksigen, DO2)
di tentukan oleh hasil curah jantung (CO dalam mL darah min-1) (Guyto
and Hall, 2016).
b. Ambilan oksigen oleh darah paru
Oksigen dihirup dari udara bebas dan dikirimke mitokondria di dalam
sel melalui sistem ventilasi dan sirkulasi tubuh.Tekanan parsial oksigen di
udara bebas secara bertahap akan menurun hingga ke mitokondria. Selama
inhalasi dengan udara bebas, tekanan oksigen sekitar 160 mmHg kemudian
akan turun karena dilembabkan oleh udara di dalam pernapasan hingga 150
mmHg. Setelah lewat melalui jalan napas, tekanan parsial oksigen kembali
turun di aveoli karena disana terdapat komponen karbon dioksida di alveoli
sekitar 100 mmHg. Maka oksigen akan mengalami difusi, meningkatkan
parsial tekanan oksigen dari vena, yang awalnya 40-45 mmHg, di arteri
tekanan parsial oksigen akan menjadi 90-95 mmHg (dengan
mempertimbangkan fisiologis shunt tubuh yang mengandung CO2) (Abbas,
2020).
c. Difusi oksigen dari kapiler ke cairan interstisial
Oksigen yang berdifusi di kapiler jaringan hampir sama seperti yang
dialami dalam paru-paru. Terdapat perbedaan 29 tekanan PO2 dalam cairan
interstisial sekitar 40 mmHg lebih rendah dari PO2 di dalam kapiler darah
arteri sekita 95 mmHg, hal ini menunjukan perbedaan tekanan sekita 55
mmhg sehingga terjadi difusi oksigen dari kapiler ke cairan iterstisial.
Sebagian besar oksigen telah berdifusi ketika darah mengalir melalui
kapiler, PO2 kapiler mendekati tekanan oksigen yang berada dalan cairan
jaringan sekitar 40mmHg(Guyto and Hall, 2016).
d. Difusi oksigen dari cairan interstisial ke dalam sel
Transportasi 02 dari kapiler ke jaringan dibawa oleh cairan interstitial,
aliran gerakan dinamis untuk menjaga nutrisi metabolisme tubuh. Pada
cairan interstisial, bilangan Prandtl, v/D, dari 02 adalah ~103, dimana, v =
10-6 m2/s adalah viskositas dari cairan interstisial dan DO2 = 1,6×10-9 m2/s
adalah koefisien difusi 02. Besar Angka prandtl menunjukkan bahwa
transpor konvektif dalam cairan interstitial lebih efektif daripada
transportasi difusif bahkan laju aliran rendah, oleh karena itu, transpor
konvektif cairan interstisial harus dimasukkan dalam transpor 02 dari
kapiler ke jaringan (Liu, Wen and Zhang, 2021). PO2 pada cairan interstisial
lebih tinggi dibandingan PO2 intrasel karena oksigen oleh selalu di gunakan
oleh sel. PO2 intrasel berkisar antara paling rendah 5 mmHg dan paling
tinggi 60 mmHg, kondisi ini diperlukan untuk mendukung proses
metabolisme sel (Guyto and Hall, 2016).
2. Manfaat Oksigen Bagi Tubuh
Oksigen merupakan kebutuhan yang paling mendasar serta selalu
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sel tubuh kita juga akan mengalami kerusakan
ataupun kematian tanpa adanya oksigen. Organ tubuh yang sangat sensitif
terhadap kebutuhan oksigen adalah otak meskipun otak masih mampu
bertoleransi terhadap kekurangan oksigen dalam waktu tiga sampai lima menit.
Sel otak akan mengalami kerusakan secara permanen apabila kebutuhan
oksigen tidak ada atau dalam artian otak mengalami kondisi kekurangan
oksigen (Asmadi, 2008).
Demi mempertahankan kelangsungan metabolisme sel dan
menyelamatkan nyawa, sel tubuh manusia membutuhkan oksigen. secara terus
menerus. Oksigen diperlukan untuk memproduksi molekul Adenosin Trifosfat
(ATP) di mana molekul ini merupakan bahan bakar bagi sel tubuh agar dapat
berfungsi secara optimal. Oksigen yang tersedia dalam jumlah yang adekuat
akan membuat mitokondria memproduksi ATP (Asmadi, 2008).
3. Metode Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan beberapa metode, antara lain
inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisioterapi dada, nafas dalam dan batuk
efektif, serta penghisapan lendir (Tarwoto, 2015).
a. Inhalasi Oksigen
Terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran darah
rendah dan sistem aliran darah tinggi. Sistem aliran darah rendah ditujukan
pada klien yang memerlukan oksigen dan masih mampu bernafas sendiri
dengan pola pernafasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk
menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya
dengan menggunakan nasal kanul, sungkup muka sederhana, sungkup
muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong
non-reabreathing.
Sedangkan sistem aliran tinggi (high flow oxygen system)
merupakan teknik ini menjadikan konsentrasi oksigen lebih stabil dan
tidak dipengaruhi tipe pernafasan, sehingga dapat menambah konsentrasi
oksigen lebih cepat. Misalnya melalui sungkup muka dengan ventury.
Tujuan utama inhalasi dengan sistem aliran darah tinggi ini adalah untuk
mengoreksi hipoksia dan asidema, hipoksemia, hiperkapnia, dan hipotensi
untuk menghindari kerusakan otak irreversible atau kematian (Patrisia,
Juhdeliena, et al., 2020).
b. Fisioterapi Dada
Merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas
perkusi, vibrasi, dan postural drainage. Tujuan dari tindakan ini yaitu
melepaskan secret yang melekat pada dinding bronkus.
c. Nafas Dalam
Merupakan bentuk latihan yang terdiri atas pernafasan abdominal
(diafragma) dan purse lips breathing.
d. Batuk Efektif
Batuk efektif merupakan suatu bentuk latihan batuk yang bertujuan
untuk mengeluarkan secret.
e. Suctioning (Penghisapa Lendir)
Pengisapan lender merupakan suatu metode untuk melepaskan
sekresi yang berlebihan pada jalan nafas. Suctioning dapat diterapkan pada
oral, nasofaringeal, tracheal, serta endotracheal. Tujuan tindakan ini adalah
untuk membuat jalan nafas yang paten dengan menjaga kebersihannya dari
sekresi yang berlebihan (Tarwoto, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

maya, I. G., & Hartawan, I. A. (2017). Terapi Oksigen (O2). Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. di akses pada 28 September 2023 dari
da84c70c82c9c923d7f3c518e03594f5.pdf (unud.ac.id)

Anggeria, E., & dkk. (2023). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
Deepublish Digital.

Setiyadi, A., Pailungan, F. Y., Purnama, D., & dkk. (2023). Sistem Respirasi.
Padang: Get Press Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai