Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan suatu kebutuhan yang dimana tubuh
manusia benar-benar membutuhkannya.salah satu dari sekian kebutuhan manusia adalah
system pernafasan atau aktifitas/isterahat terlebih khususnya oksigenasi. Oksigenasi
sangat perlu dalam kehidupan apabila tubuh manusia mengalami kesakitan yang
mengarah kepada system pernafasan. sigen ditemukan oleh PRIESTLY tahun 1777.
Menurut bentuknya O2 ada 2 bentuk yaitu gas dan liquid (cairan yang menguap).
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2)
kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi
(pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
Jurnal ini dianalisis sesuai dengan kasus kelolaan yang dimana kasusnya
mengarah kepada pasien yang membutuhkan oksigen.
B. Tujuan
Tujuan dari pemilihan jurnal ini guna melihat seberapa keterampilan dan seberapa
kepekaan perawat dalam memberikan pelayanan berupa oksigenasi kepada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Saturasi Oksigen
1. Pengertian
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam kedokteran ,
oksigen saturasi (SO2), sering disebut sebagai "SATS", untuk mengukur persentase
oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial
oksigen yang rendah, sebagian besar hemoglobin terdeoksigenasi, maksudnya adalah
proses pendistribusian darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh ( Hidayat,
2007).
Pada sekitar 90% (nilai bervariasi sesuai dengan konteks klinis) saturasi oksigen
meningkat menurut kurva disosiasi hemoglobin-oksigen dan pendekatan 100% pada
tekanan parsial oksigen> 10 kPa.
Saturasi oksigen atau oksigen terlarut (DO) adalah ukuran relatif dari jumlah
oksigen yang terlarut atau dibawa dalam media tertentu. Hal ini dapat diukur dengan
probe oksigen terlarut seperti sensor oksigen atau optode dalam media cair.
2. Pengukuran Saturasi Oksigen
Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik.
Penggunaan oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien
terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak (Tarwoto, 2006).
a. Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan keadaan
hipoksemia (yang juga dapat disebabkan oleh anemia ). Hipoksemia karena SaO2
rendah ditandai dengan sianosis . Oksimetri nadi adalah metode pemantauan non
invasif secara kontinyu terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2).
Meski oksimetri oksigen tidak bisa menggantikan gas-gas darah arteri, oksimetri
oksigen merupakan salah satu cara efektif untuk memantau pasien terhadap
perubahan saturasi oksigen yang kecil dan mendadak. Oksimetri nadi digunakan
dalam banyak lingkungan, termasuk unit perawatan kritis, unit keperawatan
umum, dan pada area diagnostik dan pengobatan ketika diperlukan pemantauan
saturasi oksigen selama prosedur.
b. Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak
mengkonsumsi oksigen tubuh. Dalam perawatan klinis, Sv O2 di bawah 60%,
menunjukkan bahwa tubuh adalah dalam kekurangan oksigen, dan iskemik
penyakit terjadi. Pengukuran ini sering digunakan pengobatan dengan mesin
jantung-paru (Extracorporeal Sirkulasi), dan dapat memberikan gambaran tentang
berapa banyak aliran darah pasien yang diperlukan agar tetap sehat.
c. Tissue oksigen saturasi (St O2) dapat diukur dengan spektroskopi inframerah
dekat . Tissue oksigen saturasi memberikan gambaran tentang oksigenasi jaringan
dalam berbagai kondisi.
d. Saturasi oksigen perifer (Sp O2) adalah estimasi dari tingkat kejenuhan oksigen
yang biasanya diukur dengan oksimeter pulsa.
ANALISIS JURNAL
Nama : 1. Suandi Saputra
2. Lorensius Dollu
3. Maria Lande
Judul Jurnal Yang Dikritisi : Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien
Gangguan Sistem Pernafasan. Poltekkes Kemenkes
Malang, Jl. Besar Ijen No 77 C Malang. email:
nh_150673@yahoo.com. JURNAL KEPERAWATAN
TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 48-52
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan manusia.
Kekurangan oksigen akan berdampak kematian sel. Oleh karena itu pada pasien
gangguan system pernafasan, oksigen tidak bisa terpenuhi secara normal melaikan
memerlukan bantuan terapi oksigen untuk memenuhi metabolism sel. Tujuan penelitian
ini adalah mengobservasi pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien
gangguan system pernafasan di RSUD Bangil Pasuruan. Desain penelitian ini
menggunakan metode diskriptif, sampel yang diambil yaitu seluruh perawat yang
bekerja diruang paru dan bangsal RSUD Bangil Pasuruan. Jumlah sampling yang
diambil yaitu 24 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Instrument yang
digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi. Hasil penelitian dari 24 orang
diperoleh hasil 14 orang perawat berkemampuan “cukup baik” atau sekitar 58,3%. Serta
10 orang perawat berkemampuan “baik” dalam melakukan pemberian terapi oksigen
atau sekitar 41,6%. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan SOP.
Rekomendasi dari penelitian ini hendaknya perawat perlu melakukan evaluasi, dan
partisipasi perawat untuk memperhatikan SOP, khususnya tindakan pemberian terapi
oksigen.
INTRODUCTION
Background : Menurut hasil laporan World Health Organization (WHO) pada tahun
2012, Indonesia termasuk negara yang dikategorikan sebagai high
burden countries terhadap TB paru yaitu menduduki peringkat kelima
sebagai negara penyumbang penyakit TB setelah India, China, Afrika
selatan, Nigeria. Diperkirakan setiap tahun ada 429.720 kasus baru dan
66.000 kematian akibat TB (WHO, 2010). Provinsi Jawa Timur
menempati urutan kedua di Indonesia dalam jumlah penderita TB
(Dinkes Jatim, 2010). Biasanya pada orang yang mengalami gangguan
pernapasan, perawat memberikan terapi oksigen untuk membantu
memenuhi kebutuhan oksigenasi. Perawat dalam menjalankan
perannya berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah oksigen (Harahap, 2005).
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam
kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam
proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan berdampak yang
bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai
upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini
terpenuhi dengan baik. Untuk itu setiap perawat harus paham dengan
manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada pasien serta mampu
mengatasi berbagai masalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan
tersebut (Mubarak dkk., 2008) Berdasarkan hasil observasi dilapangan,
cara pemberian terapi oksigen yang dilakukan oleh perawat disana
bervariasi. Maksud dari bervariasi yaitu cara pemberiannya antara
masing-masing perawat, ada yang saat pemberian terapi lupa tidak cuci
tangan sebelum melakukan tindakan, ada yang lupa tidak mengisi
tabung humidifier dengan air steril dan ada juga yang lupa tidak
memberikan KIE tentang terapi oksigen dan lupa tidak mengobservasi
setelah dilakukan tindakan, ada pula yang melakukan tindakan
pemberian oksigen dengan sempurna. Pada dasarnya setiap perawat
mempunyai kemampuan yang baik dalam memberikan terapi oksigen
karena tindakan pemberian terapi oksigen ini merupakan bagian dari
materi yang sudah diberikan pada saat dibangku kuliah hanya saja
karena pemberian terapi oksigen sudah sering dilakukan perawat
terkadang menganggap gampang dan remeh tindakan ini, mereka
kurang teliti pada saat memberikan terapi oksigen sehingga tanpa
disadari muncul suatu masalah separti perawat lupa tiadak mengecek
humidifier padahal kelembapan udara yang terhumidifikasi secara
adekuat dapat mencegah terjadinya komplikasi pernapasan. Kemudian
misalnya saja perawat lupa tidak memberi KIE pada pasien untuk tidak
mengganti ukuran saturasi oksigen sendiri, karena apabila hal ini sering
terjadi maka saturasi oksigen yang tinggi dapat menyebabkan
hipoventilasi sedangkan pemberian oksigen yang diberikan secara
continue dengan saturasi yang tinggi dapat menyebabkan toksisitas
oksigen (Asih dkk., 2003)
METHODS
Seting : Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang paru dan bangsal RSUD
Bangil Pasuruan dimulai dari bulan Mei-Juli 2013
RESULT
DISCUSSION
OTHER INFORMATION
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAATAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien gangguan sistem pernapasan yang
dilakukan oleh perawat diruang paru RSUD Bangil Pasuruan mayoritas adalah cukup
dengan persentase sebesar 58,3%.
B. Saran
Dari penelitian ini disarankan perawat dapat lebih meningkatkan lagi kemampuan yang
sudah cukup baik menjadi lebih baik. Dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan ini
sangat diperlukan upaya evaluasi dari tindakan apa saja yang sudah dilaksanakan khususnya
dalam melaksanakn pemberian terapi oksigen serta partisipasi perawat untuk memperhatikan
SOP yang sudah ditentukan. Jika perlu untuk meningkatkan kualitas kerja yang baik perlu
diberikan reward kepada perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan
memberi teguran pada perawat yang sering melakukan asuhan keperawatan dengan kurang
baik.
Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya memanfaatkan dan mengkaji referensi hasil
penelitian yang telah ada dan lebih memperhatikan kereabilitasan alat ukur yang akan
digunakan serta labih teliti dalam melakukan pengumpulan data, agar hasil lebih akurat.