Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

Posted on February 21, 2016

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

A. Pengertian

Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan
cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah, Tarwoto 2003).

Fisiologi jantung mencakup pengaliran darah yang membawa oksigen dari sirkulasi paru ke sisi kiri
jantung dan jaringan serta mengalirkan darah yang tidak mengandung oksigen ke sistem pulmonar.

Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Pemenuhan
kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan
masker, fisioterapi dada ,dan cara penghisapan lendir(suction). Tujuan pemberian oksigenasi adalah :
untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan, untuk menurunkan kerja paru-paru dan
untuk menurunkan kerja jantung.

B. Penyebab

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab klien mengalami gangguan oksigenasi, sebagai
berikut:

1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan konduksi,


kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.

2. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.

3. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.

4. Faktor perkembangan.

5. Perilaku atau gaya hidup

C. Klasifikasi

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan
transportasi.

1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka tekanan
udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin
tinggi.

b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang
kempis.

c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang
kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.

d. Adanya refleks batuk dan muntah.

Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat
rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan
pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi
peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan
untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.

Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluarkan secara
maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi,
karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2, dalam batas 60
mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80
mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.

2. Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2, di kapiler
dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Luasnya permukaan paru.

b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya ini
dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.

c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O2, dari alveoli masuk ke
dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, da1am darah
vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli.

d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb
membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03
berada pada darah (65%).

Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:

a. Kardiac output

Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per menit. Dalam kooondisi
patologi yang dapat menurunkan cardiac output ( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah )
akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan. Umumnya, jantung mengkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.

b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen. Bertambahnya latihan menyebabkan


peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ), meningkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh
sel.

D. Patofisilogi/Pathway

Pathway oksigenasi secara umum

Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain ke jaringan dan
membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan
integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu disebabkan oleh penyakit dan kondisi
yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung,
aliran darah miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari
arteri koroner tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi
pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi. Hiperventilasi merupakan suatu
kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena,
yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar
menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak
adekuat pada tingkat jaringan.

E. Pengkajian

1. Pengkajian Primer

a. Airway :

batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksigen, dll

b. Breathing :

Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c. Circulation :

Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi,
frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,
perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis,
hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema

2. Pengkajian Sekunder

a. Aktifitas/istirahat

Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan
status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.

b. Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung

c. Eliminasi

Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari, diare / konstipasi

d. Makanana/cairan

Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah,
diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema umum, dll

e. Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.

f. Neurosensori

Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.

g. Nyeri/kenyamanan

Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah

h. Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

F. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukan oksigen yang tidak adekuat.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja ventrikel

G. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukan oksigen yang tidak adekuat.

No Diagnosa Keperawatan

(NANDA)
Tgl : Jam : Tujuan Keperawatan

( NOC ) Rencana Tindakan

(NIC )

Gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan : pemasukan oksigen yang tidak adekuat

Data Subyektif

Klien mengatakan :

Sakit kepala

Gangguan penglihatan / visual : pandangan kabur

Kelelahan

Sesak nafas

Merasa kebingungan

Data Obyektif

Dispnea

Takikardi

Sianosis

Gelisah

Hipoksia(penurunan PO2)

Hiperkarbia(peningkatan PCO2)

Irama / frekuensi kedalaman nafas abnormal

Tensi ………. mmHg

RR …………. x /mnt

Nadi ………x/mnt

SpO2 …………. %

AGD / BGA abnormal Status respirasi : Pertukaran gas adekuat

Status respirasi : Ventilasi efektif

Keseimbangan elektrolit dan asam basa


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. x 24 jam :

Menunjukkan pertukaran gas efektif

– pH : 7.35 – 7.45

– PaCO2 : 35 – 45 %

– PaO2 : 85 – 100 %

– BE : + 2 s/d – 2 meq/L

– SaO2 : 96-97 %

Tidak ada dyspnea dan sianosis, mampu bernafas dengan mudah

Menunjukkan ventilasi adekuat, ekspansi dinding dada simetris, suara nafas bersih, tidak ada :
penggunaan otot-otot nafas tambahan, retraksi dinding dada, nafas cuping hidung, dyspnea, taktil
fremitus

TTV dalam batas normal

Menunjukkan orientasi kognitif baik, dan status mental adekuat

Menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa

Na : 135 – 145 meq/L

Cl : 100-106 meq /L

K : 3,5 – 5.5 meq/L

Mg :1,5 – 2,5 meq / L

Ca : 8,5- 10,5 meq /L

BUN : 10-20 mg/dl

Manajemen jalan nafas

Kaji bunyi paru, frekuensi, kedalaman, usaha nafas, dan produksi sputum.

Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas, dan siapkan klien untuk tindakan ventilasi mekanik sesuai
indikasi

Monitor vital sign tiap …jam, adanya sianosis, dan efektifitas pemberian oksigen yang dilembabkan.

Jelaskan penggunaan alat bantu yang dipakai klien : oksigen, mesin penghisap, dan alat bantu nafas

Ajarkan tehnik nafas dalam, batuk efektif

Lakukan tindakan untuk mengurangi konsumsi oksigen : kendalikan demam, nyeri, ansietas, dan
tingkatkan periode istirahat yang adekuat
Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat bronkhodilator, terapi nebulizer / inhaler, insersi jalan
nafas

Manajemen Elektrolit & Asam-basa

Pertahankan kepatenan IV line, dan balance cairan

Monitor status mental, elektrolit, dan abnormalitas serum

Monitor tanda-tanda gagal nafas : hasil AGD abnormal, kelelahan

Berikan terapi oksigen sesuai indikasi

Monitor status neurologi dan atau neuromuskular : tingkat kesadaran dan adanya kebingungan,
parestesia, kejang

Kolaborasi dengan Tim medis untuk pemeriksaan AGD, pencegahan dan penanganan asidosis dan
alkalosis: Respiratorik & Metabolik

Hemodynamic regulation

Monitor status hemodinamik: saturasi oksigen, nadi perifer, capillary refill, suhu dan warna
ekstremitas, edema, distensi JVP

Kolaborasi dgn Tim Medis untuk obat vasodilator dan atau vasokonstriktor

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja ventrikel

No Diagnosa Keperawatan

(NANDA)

Tgl : Jam : Tujuan Keperawatan

( NOC ) Rencana Tindakan

(NIC )

Penurunan curah jantung berhubungan dengan :

Hipovolemia

Peningkatan beban kerja ventrikel

Kerusakan ventrikel

Ischemia ventrikel
Data Subyektif

Klien mengatakan :

Nyeri dada

Sesak nafas

Kelelahan

Cemas

Berdebar-debar

Data Obyektif

Dispnea, orthopnea

Disritmia

Perubahan EKG

Edema : ekstremitas

Kulit dingin / lembab

Capilary Refill>3 detik

Kekuatan denyut nadi menurun / melemah

Frekuensi denyut jantung dan respirasi meningkat

Sianosis

Distensi vena jugularis

Enzim jantung abnormal:

Hasil Echocardiografi : Fraksi ejeksi < 40% Pompa jantung efektif

Status sirkulasi adekuat

Status tanda vital dalam rentang yang diharapkan

Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …x 24 jam.:

Gambaran ECG normal

Tidak ada edema paru, perifer, acites, distensi vena jugularis


Dapat mentoleransi aktifitas, tidak ada kelelahan.

Tidak sianosis

Nilai AGD normal (PaO2: 70-110 mmHg, PaCO2: 36-44 mmHg, pH art.: 7,36-7,44, HCO3: 22-26 mmol/l
)

BJ urine normal :1,010–,025 mg/l

Urine output normal (30 cc/jam)

TTV dalam batas normal;

– Nadi: Laki2dewasa:60-70x /menit

Premp.dewasa:70-85x /menit

– TD (RR):

Anak >10th: 90/60 mmHg

Umur10-30 th:110/75 mmHg

Umur 30-40 th:125/85 mmHg

Umur 40-60 th:140/90 mmHg

Umur > 60 th: 150/90 mmHg

Respirasi:

– Dewasa: 10-18 x/mnt Perawatan Jantung

Kaji tekanan darah, sianosis,status pernafasan dan status mental

Kaji toleransi aktivitas : mulainya nafas pendek, nyeri, palpitasi, atau pusing

Monitor denyut jantung, irama dan nadi

Monitor efektifitas pemberian O2

Monitor status mental: gelisah, cemas

Atur posisi tidur sesuai kondisi klien.

Hindari Valsafa Manuver : mengejan, bersin, menahan bowel, menahan bab/bak

Jelaskan penggunaan, dosis, efek samping pengobatan kepada klien dan keluarga.

Berikan informasi meliputi pembatasan aktifitas, perubahan diet kepada klien dan keluarga.

Kolaborasi : medis (untuk pemberian terapi antiaritmia, nitrogliserin, vasodilator, anti koagulan, terapi
cairan & oksigenasi), sosial pastoral, ahli gizi.

Perawatan sirkulasi
Monitor tanda kelebihan cairan, asupan cairan, haluaran urine

Monitor denyut perifer, pengisian kapiler, suhu, dan warna ekstremitas

Auskultasi bunyi paru untuk mengetahui adanya ronchi basah, atau bunyi tambahan

Monitor tanda vital

Monitor TTV tiap ……….. jam.

Monitor tanda vital saat klien berbaring, duduk, berdiri, sebelum, selama, dan sesudah klien aktifitas..

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, 1996

Nurul Chayatin, Wahit, 2007, Buku Ajar : Kebuthan Dasar Manusia (Teori dan Aplikasi dalam praktik),
Jakarta : EGC

Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A., 1995, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, 2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Price S.A., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, Buku II, EGC,
Jakarta.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002
Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu Pendekatan Baru
Millenium III, Bangkalan.

Widjaja, Linardi, 1993, Patofisiologi dan Penatalaksanaan Stroke, Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf, FK
Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai