Anda di halaman 1dari 53

Yayan Suryaman

Astri Jumiari
Dina Lestari
Lilis Komalasari
Nurfitri

QBD FG 3
Anatomi, Histologi Dan
Fisiologi Saluran
Pernafasan Dan Paru-
paru
Sistem Pernafasan
Saluran nafas adalah tabung atau pipa yang mengangkut udara antara atmosfer dan
kantong udara (alveolus)
Fungsi system respirasi
– Menyediakan area permukaan yang luas untuk pertukaran gas antara udara dan
sirkulasi darah
– Menggerakkan udara ke dan dari permukaan pertukaran paru-paru di sepanjang
saluran pernapasan.
– Melindungi permukaan pernapasan dari perubahan suhu, atau variasi lingkungan
lainnya dan mempertahankan sistem pernapasan dan jaringan lain dari invasi
patogen.
– Menghasilkan suara untuk berbicara, bernyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya.
– Memfasilitasi deteksi bau dengan reseptor penciuman di bagian superior rongga
hidung.
Sistem pernafasan terdiri dari saluran yang membawa
gas masuk dan keluar dari lingkungan dan dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu (Martini, 2012) :

a. Sistem konduksi/ jalan nafas (conducting portion)


Penghubung antara lingkungan dengan paru-paru yang dimulai
dengan lubang hidung sebagai pintu masuk sampai ke
bronchioles di paru-paru.
b. Sistem pertukaran gas (respiratory portion)
Terjadinya pertukaran gas di alveoli, dimana O2 dan CO2
antara yang ada dalam darah dan udara saling bertukar.
Saluran pernafasan terbagi
menjadi 2 :

a. Saluran nafas atas


b. Saluran nafas bawah
Histologi
– Menurut Martini (2012), jaringan epitel pada saluran pernafasan (the
respiratory epithelium) terdiri dari Pseudostratified, Ciliated,
Columnar epithelium dengan banyak sekali sel mukosa.
– Jaringan epitel ini melapisi seluruh permukaan saluran pernafasan
kecuali bagian inferior faring, bagian saluran terkecil dan alveoli.
– Sel mukosa pada epitel dan kelenjar mukosa jauh ke dalam epitel
pernafasan di lamina propria memproduksi lendir lengket yang
membasahi permukaan yang terbuka.
– Pada rongga hidung, silia membersihkan setiap mikroorganisme atau benda
asing yang terjebak dalam lendir menuju faring dimana akan ditelan dan
diteruskan ke lambung untuk diproses dengan asam dan enzim lambung.
– Pada bagian saluran nafas bawah, silia juga mengarahkan ke faring
membentuk escalator lendir yang membersihkan jalur pernafasan.
– Bersama dengan daerah saluran nafas bawah yang lain, trakea dilapisi epitel
berlapis semu yang mengandung sel goblet (sel yang menghasilkan mukus) dan
silia.
– Oleh karena silia bergetar ke atas, silia cenderung mengeluarkan partikel
asing dan mukus yang berlebihan menjauh dari paru menuju ke faring.
Alveolus terdiri atas dua macam sel
– Pneumosit tipe I yang melapisi alveolus, merupakan sel tipis dan tidak
mampu bereproduksi tetapi efektif untuk pertukaran gas.
– Pneumosit tipe II adalah sel kuboid dan tidak dapat melakukan pertukaran
oksigen dan CO2 dengan baik. Sel ini menghasilkan surfaktan dan penting
pada jejas paru dan reparasi jaringan karena sel ini dapat berdiferensiasi
menjadi makrofag alveolar. Sel ini juga dapat berdiferensiasi menjadi sel tipe
I dan proses oksigenasi terganggu selama masa transisi ini. (Black, 2014)
Respirasi Internal &
Eksternal
Respirasi Internal
– proses – proses metabolik intrasel yang dilaksanakan di dalam
mitokondria yang melibatkan pemakaian O2 untuk menghasilkan energi
(ATP) dari makanan, menghasilkan CO2 sebagai produk sampingan.
(Sherwood, 2014)
Respirasi eksternal
– Proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh(Sherwood, 2014)
Proses respirasi internal dan
eksternal
Mekanika Pernafasan

– adalah bidang yang menjelaskan bagaimana udara yang ada di lingkungan


kita mengalir ke dalam paru atau sering disebut juga dengan respiratory
mechanics (Djojodibroto, 2012).
Tekanan yang mempengaruhi

Tekanan atmosfer

Tekanan intra-alveolus

Tekanan intrapleura
Faktor yang mempengaruhi
lainnya
– gradien tekanan transmural

– Sifat elastisitas jaringan : compliance dan recoil elastik

– Surfaktan paru menurunkan tegangan permukaan


permukaan dan menjaga stabilitas paru
Tahap inspirasi
Tahap Ekspirasi
Perubahan tekanan intra- alveolus dan intrapleura
sepanjang siklus pernafasan (Sherwood,2014)
Jelaskan Pertukaran
Gas Dan Factor Yang
Mempengaruhinya
Proses Pertukaran Gas
 Darah sebagai sistem transportasinya
 Terjadi di 2 tempat
1. Kapiler paru
2. Kapiler Sistemik
 Mekanisme dengan difusi sederhana berdasarkan penurunan gradient tekanan
parsial
 Tekanan parsial adalah tekanan yang ditimbulkan secara independen oleh
masing – masing gas dalam suatu campuran gas (Sherwood, 2011).
 Gradien tekanan parsial menurut Sherwood (2011) ialah perbedaan tekanan
parsial antara darah kapiler dan struktur sekitarnya.
 PO2 dan PCO2 Alveolus
– Po2 alvelus adalah 100 mmHg
Oksigen secara terus menerus berpindah melalui difusi melalui difusi pasif
menuruni tekanan parsialnya dari alveolus kedalam darah. O2 yang tiba di
alveolus hanya menggantikan O2 yang berdifusi keluar alveolus masuk ke
kapiler paru. Karena itu, Po2 alveolus relative konstan pada 100 mmHg
sepanjang siklus pernapasan.

– Pco2 alveolus juga konsta sepanjang siklus pernapasan yaitu 40 mmHg.


Proses Pertukaran Gas
1. Po2 alveolus tetap relatif tinggi 100mmHg dan
Pco2 alveolus tetap relative rendah 40 mmHG
2. Darah dari vena sistemik yang masuk ke paru
relative rendah dalam O2 40 mmHg dan tingg
dalam CO2 46 mmHg karena telah menyeahkan
o2 dan menyerap CO 2 ditingkat kapiler
sistemik
3. Menciptakan gradient tekanan parsial antara
udara alveolus dan darah kapiler paru yang
memicu difusi pasif O2 ke dalam darah dan
CO2 keluar darah sampai tekanan parsial darah
dan alveolus setara
4. darah yang meninggalkan paru relatife
mengandung O2 tinggi dan CO2 rendah.
Proses Pertukaran Gas
5. Tekanan parsial O2 relatif rendah dan CO2
relatif tinggi di sel jaringan yang mengonsumsi O2
dan memproduksi CO2
6. Terjadi gradient tekanan parsial di tingkat
jaringan mendorong perpindahan pasif O2 keluar
darah menuju sel dan mendorong pemindahan CO2
ke dalam darah
7. Setelah mengalami keseimbangan dengan sel sel
jaringan, darah yang meninggalkan jaringan relative
mengandung CO2 tinggi dan O2 rendah
8. Darah ini kemudian kembali ke paru untuk kembali
diisi oleh O2 dan dikeluarkannya CO2nya
Faktor Yang Mempengaruhi
Pertukaran Gas
1. Gradien pertukaran gas
2. Efek Luas Permukaan Pada Pertukaran Gas
3. Efek Ketebalan Pada Pertukaran Gas
4. Efek Koefisien Difusi Pada Pertukaran Gas
Jelaskan tentang
transportasi gas ke sel
dan faktor yang
mempengaruhinya
Transportasi gas ke sel
 Setelah berdifusi ke kapiler pulmonal, oksigen ditransportasikan ke seluruh
tubuh oleh sistem sirkulasi
 Oksigen terlarut dalam plasma (3%) dan terikat pada protein hemoglobin yang
mengandung Fe (97%)
 hemoglobin dan oksigen membentuk oksihemoglobin
 Jaringan mengambil oksigen dengan kecepatan yang bervariasi, kecepatan
konsumsi oksigen menciptakan perbedaan tekanan oksigen antara darah dan
mitokondria
 Karbon monoksida (CO) dan bahan kimia lain dapat mengganggu kemampuan
haemoglobin untuk mentransportasikan oksigen di dalam darah
Kurva disosiasi oksihemoglobin

 menggambarkan hubungan PaO2 dengan saturasi haemoglobin


 Saturasi mencerminkan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan
 Kurva disosiasi oksihemoglobin dipengaruhi oleh beberapa faktor;
1. Suhu
2. PH
3. PCO2
4. Substansi di dalam sel darah merah (2,3 difosfogliserat (2,3 DPG)),
5. Adanya co2
6. Haemoglobin abnormal.
 Perubahan pada afinitas oksigen terhadap
haemoglobin menyebabkan kurva oksihemoglobin
bergeser dari posisi normal.
 Pergeseran kurva afinitas disosiasi osihemoglobin
ke kiri meningkatkan afinitas molekul haemoglobin
terhadap oksigen
 Pergeseran kurva disosiasi oksihemoglobin ke
kanan mengindikasikan pelepasan oksigen ke
jaringan dengan lebih mudah, tetapi lebih sulit
untuk mengikat di dalam paru.
 Pergeseran ini memungkinkan perlekatan oksigen
pada haemoglobin untuk dilepaskan ke jaringan
Transport karbon dioksida

Karbon dioksida diangkut oleh darah dalam tiga cara :


1. Larut secara fisik. Jumlah CO2 yang larut secara fisik dalam darah
tergantung PCO2. Sekitar 10% dari kandungan total CO2 total darah
yang terangkut dengan cara ini pada tingkat PCO2 vena sistemik normal.
2. Terikat ke hemoglobin. Sebanyak 30% dari CO2 berikatan dengan Hb
membentuk karbamino hemoglobin (HbCO2). Hb juga berikatan dengan
sebagian yang menumpuk di salam eritrosit H+ pada penguraian H2CO3.
Peningkatan CO2 dan H+ menyebabkan peningkatan pelepasan O2 dari
Hb, selanjutnya menyebabkan penyerapan CO2 dan H+ oleh Hb melalui
efek Haldane.
3. Sebagai bikarbonat, 60% CO2 diubah menjadi HCO3 oleh reaksi kimia yang
berlangsung di dalam sel darah merah. Hal ini menguntungkan karena HCO3 - lebih larut
dalam darah daripada CO2.

Konversi dari CO2 ke HCO3- memiliki dua tujuan:


(1) menyediakan tambahan sarana transportasi CO2 dari sel ke paru-paru,
(2) HCO3- dapat bertindak sebagai pelindung asam metabolik ,dengan demikian
membantu menstabilkan pH tubuh.
Enzim eritrosit karbonat anhydrase membantu mempercepat reaksi CO2 dengan H2O
menjadi asam karbonat (H2CO3).
Jelaskan tentang
kontrol pernafasan
Pembagian Kontrol pernafasan

•Kontrol Saraf
•Kontrol Kimiawi
•Kontrol Mekanik
Volunter Otak
Kontrol
Saraf Medula
involunter
Pons
Penghasil pernafasan Ritmik

Medula

KRD = Neuron
KRD KRV
inspiratorik utama

Neuron Neuron
Inspiratorik Ekspiratorik
Melakukan penyesuaian
halus terhadap KRD
Pons

Pneumotaksik =
membatasi inspirasi KRD

Apneustik = Mendorong
Pneumotaksik Apneustik
KRD terus inspirasi
Reseptor regang
Refleks Hering breuer paru mencegah
inflasi paru berlebihan
Kontrol Mekanik

Batuk, bersin, dan


Reflek Proteksi
spasme laring
Kontrol
Kimiawi

Kontrol terhadap
Kemoreseptor Kemoreseptor
perubahan ion H+, perifer Sentral
PaCO2 dan PaO2

Ventral lateral
Badan Aortik Badan Karotid
medula
Jelaskan tenatang
mekanisme perlindungan
saluran napas
Mekanisme Perlindungan
Saluran Nafas
Penyaring Udara

Mukosiliari

Reflek Batuk

Reflek Bronkokontriksi

Alveolar Makrofag
Jelaskan tentang
mekanisme sesak
SESAK NAFAS
– Dispnea atau sesak nafas merupakan perasaan sulit bernafas
– Seseorang yang mengalami dyspnea sering mengeluh nafasnya pendek atau
merasa tercekik.
– Perubahan pH, pCO2, dan pO2 darah arteri dapat dideteksi oleh kemoreseptor
sentral dan perifer peningkatan aktivitas motorik respirasi  hiperkapnia
dan hipoksia dispnea.

(Price dan Wilson, 2006).


MEKANISME SESAK NAFAS
– Tingkat CO2 dalam darah adalah kekuatan pendorong utama yang
mengatur pernapasan
– Mekanisme dimana CO2 dalam darah menstimulasi pernapasan melibatkan
perubahan pH yang menyertai peningkatan kadar CO2.
– Reseptor di medula oblongata disebut kemoreseptor meduler sensitif
terhadap perubahan kecil konsentrasi H +.
– Karena kadar CO2 memengaruhi pH darah, kemoreseptor meduler
memainkan peran penting dalam menjaga pH darah.
– Kemoreseptor meduler akan mendeteksi peningkatan H + dan menandakan
laju pernapasan yang lebih cepat
– Ketika laju pernapasan naik, lebih banyak CO2 akan berdifusi keluar dari
darah dan pH darah akan kembali normal.
Lanjutan…
– Meskipun kadar O2 bukan merupakan kekuatan pendorong utama
pernapasan, ada kemoreseptor yang sensitif terhadap O2 dalam
karotid dan aorta.
– Ketika kadar O2 darah menurun ke tingkat rendah (hipoksia), aorta
dan karotis sangat terstimulasi.
– Mereka mengirim potensi aksi ke pusat pernapasan dan menghasilkan
peningkatan laju dan kedalaman pernapasan, yang meningkatkan difusi
O2 dari alveoli ke dalam darah

(Lewis, 2014)
Jelaskan Tentang
Mekanisme Batuk
BATUK
– Refleks batuk adalah suatu refleks yang dipacu oleh rangsangan mekanik, kimia,
dan peradangan
– Batuk merupakan refleks protektif otomatis digunakan untuk membersihkan
saluran nafas bawah

(Price & Wison, 2006)


MEKANISME BATUK
Black (2014) :

– Inspirasi dalam: volume udara yang terhirup harus mencukupi


pertambahan volume paru untuk meningkatkan diameter bronki dan
bronkiolus
– Jeda inspirasi : memungkinkan penumpukan dan distribusi udara dan
tekanan distal dari mucus
– Penutupan glottis: otot-otot yang utuh dan saraf yang menginervasi
laring.  perkembangan tekanan intrapleural yang tinggi
aliran udara berkecepatan tinggi  mucus keluar dari jalan napas
– Reseptor sensorik pada trakea mendeteksi zat asing  otot polos trakea
berkontraksi  mengurangi diameter trakea  trakea mengandung
banyak sel silia dan sel goblet  udara yang mengandung partikel asing
yang tertanam dalam lendir bergerak cepat
Lanjutan…
– Otot-otot abdominal: meningkatkan tekanan intraabdominal 
mendorong diafragma ke atas  meningkatkan tekanan intrapleural
melawan glotis yang tertutup
– Pembukaan glotis: setelah tekanan intrapleural meningkat  glotis
terbuka secara mendadak  memungkinkan aliran udara berkecepatan
tinggi keluar dari paru (laju aliran dapat mencapai 300 L/ menit)
– Ekspulsi mucus: akibat udara berkecepatan tinggi meninggalkan jalan
napas
Daftar Referensi
1. Black, Joyce M., Hawks, Jane H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil
yang diharapkan Edisi 8 Buku 3 Edisi Indonesia. Singapore : Elsevier
2. Djojodibroto, R. D. (2012). Respirologi (respiratory medicine). Jakata: EGC
3. Martini, F., Nath, J., & Bartholomew, E. (2012). Fundamental of anatomy & physiology 9th ed. San
Fransisco: Pearson Education.
4. Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher. (2014). Medical Surgical Nursing: Assesment and Management
of Clinical Problems 9th Ed. Canada: Elsevier Inc.
5. Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine McCarty. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, 6th Ed. Volume 2. Alih Bahasa Pendit et. al. Editor Haranto et. al. Jakarta: EGC.
6. Sherwood, L. (2014). Fisiologi manusia : Dari sel ke sistem 8th ed. (Terj. dr.Brahman). Jakarta: EGC
7. Silverthorn, Unglab,. Dee. (2013). Human Physiology An Integrated Approach Sixth Edition. United
States America. Pearson Education.
8. Smeltzer, S.C. (2010). Brunner & suddarth’s textbook of medical-surgical nursing. 12th edn. Philadelphia
: Lippincot William & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai