Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KARDIOVASKULAR PULMONAL

“ DIFUSI”

Oleh :
Dian Oscar ( 202051008)
Esti Ardhiyani ( 202051009)

Dosen Pengampu :
Edi Aswan,SST,FT,SKM

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
2022

1
Sebagian besar sel tubuh kita tidak melakukan pertukaran gas secara langsung
dengan udara bebas, karena tempatnya yang sangat jauh dari tempat pertukaran gas
tersebut. Oleh karena itu sel tersebut memerlukan organ dan struktur tertentu yang
berfungsi untuk menukar maupun mengangkut gas tersebut.1 Organ dan struktur
yang dimaksud berfungsi menukar gas tersebut adalah saluran nafas
(tracheobronchial tree) yang berfungsi sebagai saluran yang dialiri udara dari dan ke
alveolar-capillary complexes. Saluran nafas terdiri dari trakea dan bronkus utama
kanan-kiri serta percabangannya.1, 2 Sementara fungsi pengangkutan dilakukan atas
kerja sama pembuluh darah vaskular, jantung, serta eritrosit dan plasma.
Kapasitas difusi yang dikenal juga sebagai tes faal paru difusi adalah
mengukur kemampuan paru untuk mentransfer gas karbon monoksida (CO) dari
saluran nafas ke pembuluh darah, berguna untuk mengukur seberapa baik pertukaran
gas dalam paru,baik yang keluar maupun masuk ke dalam paru.3-5Kapasitas difusi
dilambangkan DLCO (Diffusing capacity for Carbon Monoxida). Kapasitas difusi
yang dikenal juga sebagai tes faal paru difusi adalah mengukur kemampuan paru
untuk mentransfer gas karbon monoksida (CO) dari saluran nafas ke pembuluh
darah, berguna untuk mengukur seberapa baik pertukaran gas dalam paru,baik yang
keluar maupun masuk ke dalam paru.3-5 Kapasitas difusi dilambangkan DLCO
(Diffusing capacity for Carbon Monoxida).
Beberapa faktor yang mempengaruhi DLCO adalah kadar Hemoglobin (Hb),
COHb pada perokok, dan volume alveolar.11 Nilai normal DLCO yaitu 20-30
ml/menit.mmHg.12 Adanya faktor yang berpengaruh terhadap nilai DLCO pada
orang normal, telah dilakukan koreksi dengan rumus.13 Terdapat beberapa indikasi
dan kontraindikasi dalam pemeriksaan DLCO. Peningkatan dan penurunan DLCO
dapat membantu penegakan diagnosa dan followup penyakit. DLCO
menggambarkan kondisi mikrosirkulasi paru.
Faal paru difusi
Kapasitas difusi adalah mengukur kemampuan paru untuk mentransfer gas dari
saluran nafas ke pembuluh darah.3 Gas yang dimaksud adalah O2 dan CO2
yang akan ditransfer dari alveoli ke pembuluh darah.4 Kapasitas difusi diukur
dengan DLCO (Diffusing capacity for Carbon Monoxide), untuk mengukur
kemampuan paru untuk mentransfer udara inhalasi menuju eritrosit dalam kapiler
paru.5 DLCO diterjemahkan sebagai kemudahan transfer molekul CO dari alveolar
ke Hb dalam kapiler paru. Transfer difusi dari CO terdiri dari dua proses berurutan,
2
yaitu difusi molekular melintasi alveolar dan membran kapiler (konduktansi
membran) dan ikatan kimiawi dengan molekul Hb (konduktansi reaktif). Difusi
molekuler terkait permukaan membran alveoli-kapiler per unit ketebalan dan difusi
fisik gas CO dalam jaringan. Proses reaktif terkait dengan reaksi CO dengan Hb dan
jumlah Hb pada mikrosirkulasi.
Kapasitas difusi adalah mengukur kemampuan paru untuk mentransfer gas
oksigen dan karbon dioksida dari saluran nafas ke pembuluh darah yang akan
ditransfer dari alveoli ke pembuluh darah. Kapasitas difusi diukur dengan DLCO
(Diffusing Capacity for Carbon Monoxide). Dikenal juga sebagai tes faal paru difusi
atau DLCO yang berguna mengukur area permukaan paru yang mampu mengadakan
pertukaran gas.
Ada beberapa metode pemeriksan faal difusi, yaitu single-breath DLCO,
rebreathing DLCO, steadystate DLCO, teknik three-equation single-breath DLCO,
kapasitas diffusing dengan NO, dan teknik intrabreath DLCO. Yang paling sering
dipakai adalah singlebreath DLCO. Tes ini merupakan pemeriksaan untuk menilai
mikrosirkulasi paru, dapat menentukan penyebab sesak napas, dan dapat membantu
mengkonfirmasi penyakit paru, seperti asma, bronkitis atau emfisema. Nilai normal
DLCO yaitu 20-30 ml/menit/mmHg. Peningkatan DLCO didapati pada beberapa
kondisi seperti posisi supine, kondisi latihan, asma, obesitas, polisitemia, perdarahan
intra alveolar, shunt jantung kanan-kiri. Penurunan DLCO juga didapati pada
keadaan di mana terjadi penebalan membran alveolarkapiler, yaitu fibrosis paru
idiopatik, gagal jantung kongestif, asbestosis, sarcoidosis, penyakit kolagen
vaskuler, drug induced alveolitis/fibrosis, pneumonitis hipersensitif, histiositosis X,
proteinosis alveolar
Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung secara
difusi pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan parsial. Peristiwa
difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra. Tidak
terdapat mekanisme transport aktif dalam pertukaran gas-gas ini. Suatu tekanan yang
ditimbulkan secara independen atau tersendiri oleh masing-masing gas dalam suatu
campuran gas disebut tekanan parsial gas.
Hukum Dalton Tentang Tekanan Parsial Gas.Dalam Hukum Dalton disebutkan
bahwa total tekanan suatu campuran gas adalah sama dengan jumlah tekanan parsial
dari masing-masing bagian gas.6 Sebagai contoh, udara yang kita hirup merupakan
campuran gas, terdiri dari Nitrogen (N2) 79%, Oksigen (O2) 21%, dan 1% terdiri

3
dariuap air (H2O), karbondioksida (CO2) dan gas lain-lain. Berdasarkan hal tersebut
maka 79% dari tekanan atmosfer 760 mmHg (sekitar 600 mmHg) ditimbulkan oleh
molekul N2, begitu juga dengan oksigen yaitu 21% dari tekanan atmosfer (sekitar
160 mmHg) ditimbulkan oleh molekul O2 di udara. Untuk tekanan udara atmosfer
dapat dituliskan sebagai PN2 + PO2 + PH2O + PCO2 + Pgaslain = 760 mmHg
Tekanan Parsial O2 dan CO2Di AlveolusSaat udara melewati rongga hidung,
udara difiltrasi, dihangatkan dan dilembabkan. Filtrasi dan pelembaban udara
berlanjut selama udara melalui faring, trachea, dan bronkus. Semua hal tadi akan
merubah karakteristik udara atmosfer ketika memasuki jalan napas.4 Saat mencapai
alveoli, udara yang baru masuk akan bercampur dengan udara residu alveoli dari
siklus napas sebelumnya. Udara alveoli mengandung lebih banyak CO2 dan lebih
sedikit O2 dibanding udara atmosfer. Selama ekspirasi, udara yang keluar dari
alveoli bercampur dengan 150 ml udara di dead space menghasilkan campuran udara
yang berbeda dengan udara atmosfer dan udara alveoli.
Saat udara atmosfer memasuki jalan napas yang lembab, maka segera udara
tersebut akan jenuh oleh H2O. Pada suhu tubuh tekanan parsial H2O sekitar 47
mmHg. Sehingga masing-masing gas dalam campuran gas udara atmosfer akan
“diencerkan” oleh tekanan uap air kemudian tekanannya akan menurun, dengan kata
lain tekanan campuran gas berubah menjadi 713 mmHg dalam saluran napas. Maka
dapat diperkirakan dalam udara lembab PN2 sekitar 563 mmHg dan PO2 150
mmHg.2,7Pada akhir inspirasi, kurang 15% udara di alveolus adalah udara segar
karena udara yang masuk selain mengalami pelembaban juga bercampur dengan
udara sisa ekspirasi sebelumnya dan udara di dead space paru. Akibat dari
pelembaban dan pertukaran udara alveolus yang rendah maka PO2 di alveolus rerata
adalah 100 mmHg
Pada CO2 terjadi situasi serupa tetapi berkebalikan dengan O2 pada jalur
napas. Alveoli mengandung lebih banyak CO2 dan lebih sedikit O2 dibanding udara
atmosfer akibat produksi CO2 sebagai sisa metabolisme. Di kapiler paru CO2
berdifusi menuruni gradien tekanannya dari darah ke alveoli, maka sewaktu di
alveoli konsentrasi CO2 di alveoli ditambahkan dengan konsentrasi CO2 yang
terkandung dalam udara inspirasi sehingga tekanannya pun meningkat. Seperti
halnya PO2, PCO2 di alveoli juga relatif tetap tetapi dengan nilai yang berbeda yaitu
40 mmHg.

4
Tabel 1. Tekanan Parsial Gas Pernapasan
Tekanan Parsial Gas Pernapasan (mmHg)
Macam Atmosfer Trakea Udara Alveoli Darah Kapiler Jaringan
gas ekshalasi paru
O2 158 149 116 100 95 40 ≤40
CO2 0.3 0.3 32 40 40 46 ≥46
H2O 5.7 47 47 47 47 47 47
N2 596 563.7 565 573 573 573 573
Total 760 760 760 760 755 706 ≤766

Gradien PO2 dan PCO2 Menembus Kapiler Paru


Kelarutan gas dalam cairan dijelaskan dalam Hukum Henry. Dalam
Hukum Henry disebutkan bahwa, pada temperatur konstansemakin besar
tekanan parsialsuatu gas dan semakin besar tingkat kelarutanya maka semakin
banyak gas yang terlarut dalam cairan tubuh. Ini berarti perbedaan tekanan
parsial yang tinggi akan memudahkan kelarutan suatu gas.
Ventilasi secara terus-menerus mengganti O2 alveolus dan
mengeluarkan CO2sehingga gradien parsial antara darah dan alveolus
dipertahankan. Darah yang masuk ke kapiler paru berasal dari vena sistemik
yang relatif kekurangan O2 (PO2 40mmHg) dan relatif kaya CO2 (PCO2
46mmHg). Karena PO2 di alveolus lebih tinggi dibandingkan PO2 di kapiler
paru yaitu 100 mmHg, maka O2 berdifusi menuruni gradien memasuki kapiler
paru hingga tidak ada lagi gradien tekanan parsial. Sehingga sewaktu
meninggalkan kapiler kembali ke sirkulasi, darah memiliki PO2sama dengan
alveolus yaitu 100 mmHg
Gradien PCO2 memiliki arah yang berlawanan, yaitu darah yang
memasuki kapiler paru memiliki PCO2 lebih tinggi (46 mmHg) dibandingkan
PCO2 di alveolus (40 mmHg), sehingga terjadi difusi CO2 dari darah ke dalam
alveolus sampai tidak ada lagi gradien tekanan parsial. Setelah meninggalkan
kapiler kembali ke sirkulasi, darah 27 kini memiliki PCO2 sebesar 40
mmHg.2,6Secara sistemik dapat dikatakan bahwa pada darah arteri terdapat
PO2 sebesar 100 mmHg dan PCO2 sebesar 40 mmHg, sedangkan pada vena
terdapat PO2m sebesar 40 mmHg dan PCO2 sebesar 46 mmHg

5
Gambar : Gradien Difusi Oksigen dan Karbondioksida
Proses difusi melewati membrane pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh
darah meliputi proses difusi gas dan proses difusi cairan. Udara atmosfer masuk ke
dalam paru dengan aliran cepat, ketika dekat alveoli kecepatannya berkurang sampa
terhenti. Udara atau gas yang baru masuk dengan cepat berdifusi atau bercampur
dengan gas yang telah ada dalam alveoli. Kecepatan gas berdifusi berbanding
terbalik dengan berat molekulnya. O2 mempunya berat molekul 32 sedangkan berat
molekul CO2 adalah 44. Gerak molekul gas O2 lebih cepat dibandingkan gerak
molekul gas CO2 sehingga kecepatan difusi O2 juga lebih cepat. Sedangkan
kecepatan difusi gas pada fase cairan tergantung kelarutan gas dalam cairan.
Kelarutan CO2 lebih besar dibandingkan O2 sehingga kecepatan difusi CO2 didalam
fase cairan 20 kali lipat kecepatan difusi O2. Semakin besar membran pembatas,
halangan bagi proses difusi semakin besar. Dalam hal ini pembatas - pembatasnya
adalah dinding alveoli, dinding kapiler endotel, lapisan plasma kapiler dan dinding
eritrosit.

6
DAFTAR PUSTAKA
AARC Clinical Practice Guideline. Single-Breath Carbon Monoxide Diffusing Capacity.
American Association for Respiratory Care. Respiratory Care. 1993; 38: 511-5.

Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. 4th Ed. Surabaya: Airlangga University Press, 2006

Petersson J., Glenny R.W. Gas Exchange And Ventilation–Perfusion Relationships In The
Lung. European Respiratory Journal, 2014; 44: 1023–1041

Anda mungkin juga menyukai