Anda di halaman 1dari 4

PERTUKARAN GAS

Ada dua tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida; paru-paru dan jaringan
tubuh. Pertukaran gas antara udara di alveoli dan darah di kapiler pulmonal disebut
respirasi eksternal. Istilah ini mungkin sedikit membingunkan pada awalnya, karena
kita biasanya berpikir bahwa “eksternal” artinya berada di luar tubuh. Namun, pada
keadaan ini “eksternal” berarti pertukaran yang melibatkan udara dari lingkungan
eksternal. Respirasi internal adalah pertukaran gas antara darah dalam kapiler
sistemik dan cairan jaringan (sel) pada tubuh.

Udara yang kita hirup (atmosfer bumi) mengandung kurang lebih 21% oksigen dan
0,04% karbondioksida. Meskipun sebagian besar (78%) kandungan atmosfer adalah
nitrogen, gas ini tidak secara fisiologis tersedia untuk kita, sehingga kita kemudian
mengeluarkannya. Udara yang dikeluarkan ini juga mengandung kurang lebih 16%
oksigen 4,5% karbon dioksida, sehingga jelas bahwa sejumlah oksigen yang
dihasilkan sel di hembuskan keluar.

DIFUSI GAS-TEKANAN PARSIAL

Didalam tubuh, suatu gas akan berdifusi dari daerah berkonsentrasi tinggi menuju
daerah berkosentrasi rendah. Kosentrasi masing-masing gas dalam tempat khusus
(udara alveolar, darah pulmonal, dan sebagainya) dinyatakan sebagai suatu ukuran
yang disebut tekanan parsial. Tekanan parsial suatu gas, yang di ukur dalam mmHg
adalah tekanan yang dikeluarkan gas dalam suatu campuran gas, baik campuran
dalam bentuk gas ataupun cairan, seperti darah. Tekanan parsial oksigen dan
karbondioksida di atmosfer dan dalam tempat pertukarannya didalam tubuh.
Singkatan untuk tekanan parsial adalah P, yang digunakan misalnya pada lembar
laboratorium rumah sakit untuk gas darah, yang juga akan digunakan disini.

Tekanan parsial oksigen dan karbondioksida pada tempat respirasi eksternal (paru-
paru) dan respirasi internal (tubuh). Karena tekanan parsial memengaruhi kosentrasi,
gas akan berdifusi dari daerah yang mempunyai tekanan parsial tinggi menuju daerah
dengan tekanan parsial lebih rendah.

Udara dalam alveoli mempunyai PO2 yang tinggi dan PCO2 yang rendah. Darah
dalam kapiler pulmonal, yang baru saja beredar dalam tubuh, mempunyai PO2 yang
rendah dan PCO2 yang tinggi. Oleh karena itu, pada respirasi eksternal, oksigen
berdifusi dari udara di alveoli menuju darah, dan karbondioksida berdifusi dari darah
menuju udara di alveoli. Darah yang kembali ke jantung sekarang mempunyai PO2
yang tinggi dan PCO2 yang rendah dan di tumpahkan oleh ventrikel kiri kesirkulasi
sistemik.

Darah artaeri yang mencapai kapiler sistemik mempunyai PO2 yang tinggi dan PCO2
yang rendah. Sel-sel dalam tubuh dan cairan jaringan mempunyai PO2 yang rendah
dan PCO2 yang tinggi karena sel secara berkesinambungan menggunakan oksigen
dalam respirasi sel (produksi energi) dan menghasilkan karbondioksida dalam proses
ini. Olehkarena itu, dalam respirasi internal, oksigen berdifusi dari darah menuju
cairan jaringan (sel-sel) dan karbondioksida berdifusi dari cairan jaringan menuju
darah. Darah yang memasuki vena sistemik untuk kembali menuju jantung sekarang
mempunyai PO2 yang rendah dan PCO2 yang tinggi dan kemudian di pompakan oleh
ventrikel kanan menuju paru-paru untuk menjalankan respirasi eksternal.

Gangguan pertukaran gas biasanya melibatkan paru-paru, yaitu respirasi eksternal.


RESPIRASI DAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA

Respirasi mempengaruhi pH cairan tubuh karena respirasi mengatur jumlah karbon


dioksida dalam cairan tersebut. Ingat bahwa CO2 bereaksi dengan air untuk
membentuk asam karbonat (H2CO3) yang terionisasi menjadi ion H+ dan ion HCO3
semakin banyak ion hidrogen yang terdapat pada cairan tubuh, semakin turun pH, dan
semakin sedikit ion hidrogen, pH semakin meningkat.

Sistem respirasi dapat menjadi penyebab ketidakseimbangan pH, atau sistem ini bisa
menolong mengoreksi ketidakseimbangan pH yang disebabkan oleh penyebab lain.

ASIDOSIS DAN ALKALOSIS RESPIRATORIK

Asidosis respiratorik terjadi bila frekuensi atau efisiensi respirasi menurun, yang
memungkinkan karbondioksida terakumulasi dalam cairan tubuh. Kelebihan CO2
berdampak pada pembentukan lebih banyak ion H+, yang menurunkan pH. Menahan
pernapasan dapat mengakibatkan asidosis respiratorik ringan, yang akan segera
merangsang medulla untuk melakukan pernapasan lagi. Penyebab asidosis
respiratorik lain yang lebih serius adalah penyakit paru seperti pneumonia dan
enfisema, atau asam berat. Masing-masing penyakit ini menggangu pertukaran gas
dan membiarkan kelebihan CO2 tetap di dalam cairan tubuh.

Alkalosis respiratorik terjadi bila frekuensi respirasi meningkat, dan CO2 secara cepat
dikeluarkan. Rendahnya CO2 menurunkan pembentukan ion H+, yang meningkatkan
pH. Bernapas lebih cepat untuk beberapa menit dapat mengakibatkan alkalosis
respiratorik ringan. Bayi yang menangis lama (mennagis adalah ekshalasi yang
gaduh) mengalami keadaan ini. Namun, umunya alkalosis respiratorik tidak lazim
terjadi. Trauma fisik yang parah dan syok, atau kondisi mental dan atau kecemasan
emosional tertentu dapat disertai hiperpentilasi dan juga mengakibatkan alkalosis
respiratorik. Selain itu, perjalanan di daerah yang tinggi (oksigen lebih rendah dalam
atmosfer) dapat mengakibatkan peningkatan kecepatan pernapasan sebelum terjadi
konfensasi (peningkatan kecepatan produksi sel darah merah)

PENUAAN DAN SISTEM PERNAPASAN

Barang kali, cara yang paling penting untuk membantu anda mempertahankan sistem
respirasi tetap baik seiring usia ialah tidak merokok. Tanpa serangan bahan kimia,
fungsi respirasi tetap menurun, tetapi biasanya tetap adekuat. Otot-otot pernapasan
sebagaimana semua otot skelet, melemah seiring pertambahan usia. Jaringan paru
kehilangan elastisitasnya dan dinding alveoli memburuk. Akibat semua ini adalah
penurunan ventilasi dan kapasitas paru, tetapi kapasitas yang tersisa biasanya cukup
untuk aktivitas biasa. Silia mukosa respirasi melemah seiirng usia, dan makrofag
alveoler tidak lagi efisien, yang membuat orang lanjut usia mudah terjangkit
pneumonia, suatu infeksi pulmonal yang serius.

Hipoksia alveolar kronis akibat penyakit seperti emfisema atau bronchitis kronis bisa
mengakibatkan hipertensi pulmonal, yang kemudian akan membuat ventrikel kanan
jantung kerja berlebihan. Hipertensi sistemik biasayna melemahkan ventrikel kiri
jantung mengakibatkan gagal jantung kongestif dan edema pulmonal, yakni kelebihan
cairan jaringan terkumpul di dalam alveoli dan menurunkan pertukaran gas.
Meskipun dapat terjadi pada setiap umur, interdependensi sistem respirasi dan
sirkulasi tampak nyata pada lanjut usia.

Anda mungkin juga menyukai